BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi yang terus terjadi di kota menyebabkan menurunnya performa kota. Berbagai permasalahan kota muncul seiring dengan pesatnya urbanisasi. Urbanisasi yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang terus bertambah membuat kota harus siap menghadapi permasalahan-permasalahan akibat kepadatan penduduk yang tinggi. Masalah kelangkaan sumber daya, munculnya pemukiman-pemukiman kumuh, masalah limbah dan polusi, kemacetan lalu lintas, degradasi lingkungan, merupakan beberapa masalah fisik kota yang ditimbulkan. Tidak hanya itu, permasalahan-permasalahan kota juga bukan hanya dari segi fisik saja, sejalan dengan terus menurunnya kualitas fisik kota, ketidakmampuan suatu kota untuk memperbaiki kondisi akan menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang akan memicu masalahmasalah sosial. Masalah-masalah sosial ini berkaitan dengan berbagai stakeholder, tidak hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah sendiri, namun dalam penyelesaiannya membutuhkan peran dari berbagai pihak, sehingga semakin rumit untuk diselesaikan. Munculnya permasalahan fisik dan ditambah dengan permasalahan sosial ini membuat kota semakin tidak nyaman untuk ditinggali. Dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kota dan menjaga performanya, berbagai konsep pembangunan maupun pengelolaan kota terus dikembangkan oleh para akademisi maupun praktisi. Berbagai konsep yang muncul terus dikembangkan agar dapat memperoleh formulasi yang tepat mengenai konsep pembangunan dan pengelolaan kota yang dapat memberikan kenyamanan bagi penduduknya dan dapat terus berkelanjutan. Konsep-konsep yang muncul tersebut bisa merupakan konsep pengembangan kota secara keseluruhan, permasalahan
maupun tertentu,
konsep seperti
muncul
dengan
kemunculan
berdasar
konsep
pada
green
prioritas
city
yang
1
memprioritaskan keberadaan ruang terbuka hijau yang berkaitan erat dengan masalah degradasi lingkungan. Seiring dengan kemajuan zaman, kemajuan teknologi pun tak urung juga menjadi suatu terobosan baru yang digunakan oleh kota untuk memberikan layanan yang semaksimal mungkin bagi penduduknya. sehingga muncul konsep Intelligent City, Ubiquitos City, Digital City, Wired City, Information City, dan Smart City. Konsep-konsep tersebut berkembang dengan mendasarkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengelola kota. Dari beberapa literatur, dapat diketahui bahwa konsep Smart City merupakan ujung dari pengembangan konsep pembangunan dan pengelolaan kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi (Deakin and Allwinkle, 2007). Dalam definisi Nijkamp ,dkk dalam Chaffers (2010), Smart City didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern (Information and Communication Technology) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat. Konsep Smart City merupakan
konsep yang telah melalui
penyempurnaan-penyempurnaan dari konsep yang telah terlebih dahulu berkembang
dengan
menambal
kekurangan-kekurangan
yang
ada
dan
mempertimbangkan aspek-aspek yang mungkin belum ada pada konsep-konsep berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang telah muncul sebelumnya. Konsep ini pada akhirnya tidak hanya mendasarkan pembangunan dan pengelolaan kota dalam dimensi teknologi, namun juga mencakup dimensi manusia dan dimensi institusional (Nam & Pardo, 2012). Sehubungan dengan sedang berkembangnya konsep Smart City, pemahaman terhadap konsep Smart City ini belum jelas dan konsisten. Kota-kota yang disebut Smart City pada awalnya memiliki terobosan baru dalam penyelesaian-penyelesaian
masalah
di
kotanya,
yang
kemudian
sukses
meningkatkan performa kotanya. Pada umumnya, pembangunan kota-kota ini menuju Smart City diawali dengan penggunaan teknologi informasi dan
2
komunikasi yang biasanya bersifat parsial, pada masalah-masalah prioritas. Sebagai contoh, Kota Amsterdam yang mendasarkan penggunaan TIK untuk mengurangi polusi, atau Kota Tallim, sebagai ibukota Estonia yang memulai pengelolaan kota yang cerdas dari segi pemerintahannya dengan e-government dan menggunakan smart ID card dalam pelayanan bagi penduduknya, maupun Kota Songdo di Korea Selatan yang mendasarkan pengembangan kota berbasis TIK untuk mengembangkan Songdo sebagai pusat bisnis internasional. Kota Surabaya, merupakan kota di Indonesia yang telah memenangkan predikat Smart City yang diperoleh pada ajang Smart City Award 2011 yang diadakan oleh majalah Warta Ekonomi. Smart City Awards dari Majalah Warta Ekonomi ini merupakan penghargaan yang diberikan kepada kota yang sukses membangun sistem teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik. Penghargaan ini memiliki empat kategori, yaitu Smart Governance, Smart Economy, Smart Living, dan Smart Environment. Smart Governance meliputi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, layanan publik, serta transparansi pemerintah. Untuk Smart Economy, meliputi kewirausahaan dan fleksibilitas pasar tenaga kerja. Smart Living melingkupi fasilitas pendidikan, pariwisata, transportasi, serta infrastruktur lainnya yang berbasis TIK, sedangkan yang terakhir, Smart Environment, melingkupi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan yang berkelanjutan dengan basis TIK. Dari empat kategori yang dipertandingkan, Surabaya memenangkan tiga kriteria, yaitu dalam Smart Governance, Smart Living, dan Smart Environment, mengalahkan 60 kota/kabupaten lain dari seluruh Indonesia (Warta Ekonomi, 2011) Kota Surabaya pasti telah melakukan manajemen-manajemen kota yang lebih baik daripada kota-kota lain di Indonesia sehingga dapat meningkatkan performa kota yang pada akhirnya mengantarkan Surabaya untuk memenangkan Smart City Awards 2011. Surabaya memenangkan penghargaan ini atas pembangunan dan pengelolaan kota yang telah dilakukan, yang kemudian dinilai oleh Warta Ekonomi sebagai kota yang sesuai dengan konsep Smart City. Kota
3
Surabaya memang pada awalnya tidak berfokus pada konsep Smart City dalam pembangunan dan pengelolaan kotanya. Kota ini memang merupakan kota besar di Indonesia memiliki permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kepadatan kota, sehingga Pemerintah Kota Surabaya ingin melakukan pembangunan dan manajemen kota yang lebih baik. Arahan-arahan pembangunan kotanya memiliki tujuan untuk memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, tidak secara sengaja ingin menggunakan konsep Smart City yang sudah ada. Akan tetapi ternyata pada perkembangannya, arahan pembangunan kota yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya sesuai dengan prinsip-prinsip Smart City. Mengingat bahwa belum ada konsep yang jelas dan konsisten mengenai Smart City, pembangunan dan pengelolaan kota yang dilakukan Kota Surabaya yang pada akhirnya membawa Surabaya mendapat predikat Smart City dalam ajang Smart City Awards 2011 ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut. Perlu adanya kajian yang lebih mendalam mengenai proses pembangunan kota yang dilakukan Surabaya sehingga temuan-temuan yang ada nantinya mampu memberikan sumbangan konsepsual bagi perkembangan konsep Smart City. Penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya telah memaparkan mengenai faktor keberhasilan, indikator, karakter, maupun dimensi Smart City, namun untuk kajian mengenai prosesnya, masih belum banyak ditemukan. Proses pembangunan kota menuju Smart City yang dilakukan Surabaya diharapkan menjadi model dalam pengembangan konsep ini di kota-kota yang memiliki kondisi hampir sama, khususnya di Indonesia, sehingga proses pembangunan tidak serta merta mengambil model di negara lain untuk diterapkan di Indonesia, namun sesuai dengan kondisi dan isu-isu yang berkembang.
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Konsep Smart City merupakan konsep pembangunan kota yang masih baru dan sedang banyak didiskusikan oleh para ahli di dunia. Belum ada pemahaman dan konsep yang disepakati antara para akademisi maupun praktisi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan di seluruh dunia untuk mempelajari
4
fenomena berkembangnya konsep Smart City sebagai salah satu konsep pembangunan dan pengelolaan kota (Chourabi, 2012). Berbagai penelitian mengenai bentuk penerapan konsep Smart City di berbagai negara nanti pada akhirnya diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas dan konsisten mengenai konsep Smart City. Surabaya sebagai salah satu kota di Indonesia, telah mendapat penghargaan di ajang Smart City Award 2011 atas pembangunan dan pengelolaan kota yang lebih cerdas dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Dengan mengetahui bentuk proses pembangunan
kota Surabaya menuju Smart City
hingga mendapat predikat Smart City di ajang Smart City Award 2011 diharapkan juga mampu memberikan sumbangan konsepsual terhadap perkembangan konsep Smart City itu sendiri. Oleh karena itu, pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses pembangunan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam menuju Smart City? 2. Dari penggambaran proses sebagai jawaban pertanyaan pertama, mengapa prosesnya berlangsung seperti itu? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menemukan gambaran secara deskriptif proses pembangunan Kota Surabaya dalam menuju Smart City. Dalam mendapatkan gambaran secara deskriptif tersebut dilakukan dengan analisis terhadap data-data yang diperoleh berdasarkan deret waktu, tidak sekedar menggambarkan kondisi yang sudah ada. Oleh karena itu, tujuan penelitian secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tahapan-tahapan pembangunan dalam proses pembangunan Kota Surabaya dalam menuju Smart City. 2. Menemukan struktur (pondasi dan pilar) proses pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City.
5
3. Mengungkap aktor-aktor yang berperan dalam proses pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City. 4. Mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi pemerintah, dapat memberikan masukan mengenai strategi-strategi pembangunan kota menuju konsep Smart City dan juga dapat menjadi referensi bagi kota lain untuk menerapkan konsep yang sama. 2. Bagi keilmuan, dapat memperkaya informasi dan memberikan sumbangan konsepsual pada kajian mengenai pembangunan kota dan juga mengenai konsep Smart City yang kemudian bisa menjadi referensi atau masukan bagi penelitian sejenis.
1.5 Batasan Penelitian a. Fokus Penelitian ini berfokus pada proses pembangunan kota Surabaya menuju Smart City. Proses pembangunan dan pencapaian-pencapaian program pembangunan hanya dibahas secara kualitatif, pencapaian program pembangunan secara kuantitatif tidak dibahas. Dari proses pembangunan menuju Smart City tersebut ingin diketahui apa saja faktor yang mempengaruhi proses tersebut. b. Lokasi Wilayah amatan penelitian ini adalah di Kota Surabaya, Jawa Timur sebagai pemenang dalam ajang Smart City Awards 2011.
1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai konsep Smart City sendiri masih belum banyak ditemukan. Konsep Smart City ini sendiri pada dasarnya masih merupakan konsep yang baru dikembangkan saat penelitian ini dilakukan. Konsep ini belum 6
terdefinisi secara jelas, sehingga penelitian-penelitian mengenai konsep ini sedang gencar dilakukan di berbagai negara. Workshop-workshop dan konferensi internasional digelar dengan tema mengenai Smart City ini. Namun di Indonesia, menurut pengetahuan peneliti, penelitian mengenai konsep Smart City ini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pembangunan kota yang mengarah pada konsep Smart City di Surabaya ini masih relevan untuk dilakukan dan diharapkan mampu memberikan sumbangan konsepsual bagi pengembangan konsep Smart City.
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan keaslian penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan sebagai pengetahuan dasar peneliti sebelum melakukan penelitian.
Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan metode dan langkah-langkah untuk melakukan penelitian, baik dari metode pencarian data, instrumen penelitian, sampai pada analisis yang digunakan. Bab IV Deskripsi Wilayah Penelitian Bab ini berisi penjelasan mengenai kondisi wilayah penelitian, baik kondisi fisik maupun non fisik. 7
Bab V Temuan dan Pembahasan Dalam bab ini dijabarkan berbagai temuan penelitian yang kemudian dianalisis sehingga menghasilkan jawaban atas pertanyaan penelitian yang ada. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan intisari dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Selain itu dalam bab ini terdapat rekomendasirekomendasi terkait dengan kesimpulan dari penelitian ini.
8