BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah pengguna internet dewasa ini berdampak positif pada media konektifitas internet. Tuntutan mobilitas yang tinggi membuat banyak orang beralih menggunakan media pengaksesan internet berbasis wireless daripada wired. Salah satu terobosan media wireless saat ini adalah pengembangan layanan akses internet berbasis hotspot. Hotspot adalah sistem yang digunakan untuk mengautentikasi user pada jaringan lokal. Autentikasi yang digunakan berdasarkan pada protokol HTTP atau HTTPS dan dapat diakses dengan menggunakan web browser . Hotspot ini biasa digunakan ketika kita akan mengakses internet pada areal publik, seperti hotel, restoran, taman, mall, dan lain-lain. Secara default hotspot ini menggunakan autentikasi username dan password untuk autentikasinya. Namun untuk mendapatkan username dan password tersebut, pengguna harus meminta kepada penyedia hotspot tersebut agar dapat menggunakan internet melalui sistem hotspot. Sehingga pada saat pengguna hotspot ini meningkat, maka administrator akan sibuk untuk menangani permintaan username dan password untuk proses autentikasi. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan sistem hotspot tersebut agar pengguna dapat secara mandiri melakukan autentikasi tanpa harus menghubungi pihak administrator. Sebuah survei yang dilakukan oleh Blue Research terhadap 600 pengguna internet pada tahun 2011 bahwasannya 75% penggunna bosan dengan permintaan registrasi di berbagai situs internet. Sejumlah 54% menyatakan mungkin akan meninggalkan situs dan tidak akan kembali lagi. Sejumlah 17% menyatakan akan pergi ke situs lain jika mungkin. Sejumlah 4% menyatakan akan meninggalkan atau menghindari situs tersebut. Hanya 25% yang menyatakan akan mengisi form registrasi dengan lengkap. Survey juga mengungkapkan temuan bahwa jika pengguna lupa dengan data akun login, maka 45% akan meninggalkan situs daripada mengatur ulang password atau menjawab pertanyaan keamanan untuk memperoleh password.
1
2
Masih dalam survey yang sama, 66% pengguna menginginkan adanya login dengan media sosial pada suatu situs, sedangkan 34% tidak. Pengguna juga lebih suka menggunakan login dengan media sosial sebanyak 41% daripada membuat akun baru pada suatu situs sebanyak 24% atau menggunakan akun tamu sebanyak 35%. Berdasarkan hasil survei tersebut, maka sistem autentikasi ini akan dikembangkan menggunakan sistem autentikasi menggunakan login media sosial yang nantinya akan mempermudah user untuk melakukan autentikasi ke sistem hotspot tanpa perlu meminta username dan password kepada administrator. Selain itu, penggunaan media sosial sebagai metode login pada hotspot juga dapat dimaksimalkan pemanfaatannya. Salah satunya untuk kegiatan promosi dari penyedia hotspot tersebut. Promosi ini melibatkan pengguna yang login pada sistem hotspot untuk melakukan posting pada media sosial. Pengguna yang telah melakukan posting nantinya akan diberikan akses internet secara gratis dari penyedia hotspot. Media sosial yang digunakan pada penelitian ini mencakup media sosial Facebook dan Twitter. Media sosial ini dipilih bedasarkan data yang diperoleh dari situs www.kominfo.go.id, disebutkan bahwasannya pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Menurut Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Pengguna Twitter, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Selain Twitter, jejaring sosial lain yang dikenal di Indonesia adalah Path dengan jumlah pengguna 700.000 di Indonesia. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna dan Linkedlin 1 juta pengguna. Sistem yang dibangun nantinya akan mengautentikasi pengguna yang login melalui akses point yang digunakan yaitu mikrotik. Autentikasi tersebut mengandalkan penggunaan API yang bersumber pada media sosial yang menyediakan API. API merupakan suatu metode yang menggunakan sebuah
3
aplikasi program untuk mengakses sistem operasi dari komputer. API memungkinkan kita untuk memprogram antarmuka pre-constructed sebagai pengganti memprogram device atau bagian dari perangkat lunak secara langsung. Setelah user terautentikasi, user akan dialihan ke halalam media sosial perusahaan tersebut untuk memposting secara otomatis. Setelah melakukan posting, user akan diberikan hak akses internet secara gratis. 1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah yang diambil dari latar belakang tersebut adalah “bagaimana
membangun
sistem
autentikasi
user
hotspot
mikrotik
menggunakan media sosial dengan application programming interface?” 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebgai berikut: 1.
Menghasilkan sistem autentikasi user mikrotik menggunakan media sosial dengan application programming interface (API).
2.
Mengukur response time masing – masing media sosial yang digunakan pada sistem autentikasi user mikrotik.
3.
Mengukur ketangguhan sistem autentikasi jika diberikan beban tertentu menggunakan pengujian stress test.
1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah dengan dilakukannya penelitian ini, proses autentikasi pada layanan hotspot dapat dilakukan secara mandiri tanpa perlu menanyakan username dan passwordnya kepada administrator. Selain itu, administrator juga tidak kerepotan dalam mendistribusikan username dan password.
Dan juga membantu penyedia hotspot dalam mempromosikan
usahanya. 1.5 Batasan masalah 1. Media sosial yang digunakan berupa facebook dan twitter
4
1.6 Metodelogi Penelitian 1.6.1
Metodelogi Penelitian
Gambar 1. 1 Langkah-Langkah Penelitian
5
1.6.1.1 Tahap Analisis a. Observasi Dengan melakukan pengamatan dan observasi secara langsung ke beberapa tempat penyedia hotspot mikrotik seperti restoran dan villa di seputaran Badung selatan yang tujuannya adalah untuk memporeh informasi mengenai penggunaan hotspot mikrotik serta kendala-kendala dalam
mengimplementasikan
sistem
hotspot
mikrotik
tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan secara langsung di lapangan.
b. Studi Pustaka Metode
studi
kepustakaan
dilakukan
dengan
mengumpulkan data maupun informasi melalui data atau informasi dari buku, jurnal penelitian, majalah, dan sumber bacaan elektronik yang berada di internet yang berkaitan dengan masalah otentikasi hotspot mikrotik, penggunaan media media sosial di Indonesia serta masalah untuk mengimplementasikan media sosial tersebut ke dalam sistem mikrotik
hotspot.
1.6.1.2 Tahap Perancangan
Pada tahap ini akan dilakukan perancangan model sistem login hotspot mikrotik baik secara fisik atau topologi maupun perancangan secara konseptual. Selain itu juga membahas tentang perancangan antarmuka untuk admin sistem tersebut. Perancangan ini nantinya menggunakan menggunakan diagram flowchart dalam perancangannya
6
1.6.1.3 Tahap Implementasi
Tahap
ini
merupakan
tahap
untuk
mengimplementasikan sistem berdasarkan tahap analis perangkat keras dan perangkat lunak dan juga tahap perancangan sistem.
Tahap ini mengimplementasikan
topologi sistem login hotspot mikrotik berbasis media sosial dan juga implementasi secara logika menggunakan tools. Tahap ini juga untuk mengimplementasikan antarmuka sistem login dan antarmuka untuk admin 1.6.1.4 Tahap Pengujian
Tahap pengujian ini bertujuan untuk Metode yang digunakan adalah black box testing untuk membantu dalam mengungkap kesalahan pada sistem perangkat lunak agar sistem dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga pengujian response time dilakukan untuk menghitung waktu respon dari sistem yang dibangun. Pengujian stress tes juga dilakukan untuk mengetahui kekuatan sistem kita bila diakses oleh banyak user sekaligus 1.6.2
Metode Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah dengan menggunakan metode prototipe. Model pendekatan prototyping digunakan jika pemakai hanya mendefinisikan objektif umum dari perangkat lunak tanpa merinci kebutuhan input, pemrosesan dan outputnya, sementara pengembang tidak begitu yakin akan efisiensi algoritma, adaptasi sistem operasi, atau bentuk interaksi manusia-mesin yang harus diambil.
7
Gambar 1. 2 Proses Model Prototipe Prototipe dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Berfungsi sebagai mekanisme pendefinisian kebutuhan Pertama, developer menggali semua kebutuhan user secara cepat kemudian mengembangkan prototipe sesuai dengan yang diinginkan dengan cepat pula dan ditunjukkan ke user, jika user menerima prototipe baru dibuat sistem yang sesungguhnya berdasarkan keinginan user terhadap prototipe. Jika tidak developer kembali menggali kebutuhan user dari awal dan kemudian mengembangkan kembali prototipe yang diinginkan oleh user.