BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh pada manusia pada dasarnya sudah
dimiliki sejak manusia dilahirkan, namun banyaknya racun, kuman, virus-virus dan bakteri yang ada membuat kadar imun dalam tubuh harus diperkuat lagi agar tubuh kita dapat terus bertahan dari serangan-serangan tersebut. Sistem kekebalan tubuh adalah kumpulan sel, organ dan struktur khusus dan tidak begitu khusus yang luar biasa rumit. Misi sistem ini adalah mengenali dan menghancurkan para penyusup asing sebelum kerusakan terjadi pada tubuh. Organisme yang menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, jamur dan parasit, dideteksi ketika masuk, ditandai untuk dibasmi, dan dimakan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh yang lapar (Baggish, 1996:2). Berdasarkan artikel dalam website ayahbunda dalam setiap tubuh orang terdapat barisan pertahanan atau sistem imun, yang bertugas untuk membentengi setiap ancaman. Kulit tubuh yang ada pada setiap manusia juga merupakan rintangan alami yang haru dilalui dan mencegah masuknya zat asing yang bisa merusak atau menginfeksi tubuh, begitu juga dengan cairan keringat yang menempel di permukaan kulit juga mengandung antiseptik. Selain kulit, pertahanan yang ada adalah selaput lendir, cairan pencernaan (enzim dan asam lambung), urin, serta gerak usus dan rambut getar selaput lendir, pertahanan lainnya, yakni sel darah putih dan jaringan tubuh. Sejak bayi dilahirkan, mereka tidak memiliki kekebalan tubuh yang cukup untuk melawan banyaknya penyakit yang ada di Dunia, akan tetapi kekebalan tubuh itu sendiri akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya umur dan konsumsi susu serta asupan makanan. Artikel dalam Kompas Healt menyebutkan bahwa, ketika beranjak dewasa, jika diberi asupan makanan yang tepat, sistem imun akan terus menguat. Sistem imun yang alami juga didapatkan ketika bayi mengkonsumsi ASI (air susu ibu) secara ekslusif dan sudah dibuktikan oleh para
1
peneliti bahwa air susu ibu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Siasat tambahan yang dilakukan untuk menaikan daya tahan tubuh yakni melalui imunisasi. Imunisasi merupakan suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) didalam tubuh bayi dan anak. Imunisasi juga berfungsi untuk melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. Bila seorang anak mendapat imunisasi, maka 80-95% akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Semakin banyak bayi dan anak yang terimunisasi, maka penyebaran penyakit pun akan semakin sedikit dan rantai penularan terputus dari anak ke anak lain atau ke orang dewasa yang tinggal bersamanya. Ini memberikan keuntungan sosial, karena 5-20% anak yang tidak diimunisasi juga akan terlindungi (disebut herd immunity atau kekebalan komunitas). Dengan melakukan imunisasi, kita melindungi anak, orang-orang tercinta, dan masyarakat sekitar kita dari penyebaran berbagai penyakit 1. Imunisasi sejak bayi itu sendiri dilakukan berlanjut hingga masa anakanak pada usia sekolah dasar yakni kelas 1, 2, dan 3 SD. Berdasarkan data yang didapat dari website imunisasi.net, anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu kali), imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Td (tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri) pada anak kelas dua dan tiga. BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk memberikan imunisasi kepada anak-anak di sekolah, tidak jarang kegiatan ini ditakuti oleh anak-anak tersebut, seperti berita pada sekolah Regina Pacis di Bogor menuliskan bahwa para suster dan pihak penyuntik sudah terbiasa menghadapi anak-anak yang akan vaksin dan ketakutan, diperlukan kesabaran untuk menghadapi anak-anak tersebut. Para guru juga harus pandaipandai membujuk, dan apabila gagal maka suntikan akan ditunda dulu, namun selang beberapa hari, anak yang belum disuntik harus kembali lagi untuk disuntik.
1
Diunduh dari http://www.tanyadok.com/anak/mengapa-imunisasi-seharus-sesuai-jadwal, pada 8 Februari 2015 pukul 20.18
2
Artikel tersebut mempertegas bahwa anak-anak sekolah dasar ini sulit untuk melakukan vaksinasi melalui suntikan. Kalau dihitung-hitung ternyata seorang bayi Indonesia rata-rata menerima sekitar 20 suntikan sampai ia berusia 2 tahunan. Biasanya anak-anak yang menderita alergi, asma, diabetes atau penyakit serius lainnya memiliki pengalaman yang lebih tidak mengenakkan menghadapi tenaga paramedis dan jarum suntik. Bisa dimaklumi karena mereka pasti akan lebih sering menerima suntikan. Tidak mengherankan jika suntikan dan jarum suntik merupakan 2 hal yang paling ditakuti anak-anak 2. Efek suntikan imunisasi yang diterima oleh anak-anak juga menjadi salah satu faktor penyebab bagi anak untuk tidak melakukan suntikan imunisasi lagi seperti rasa nyeri bahkan demam. Seperti yang dijelaskan dalam buku Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan yang ditulis oleh Dr. Seto Mulyadi (2006:22), asal muasal ketakutan dapat berasal dari sebuah pengalaman langsung, cerita yang didengar, menjadi saksi mata suatu kejadian, transfer ketakutan dari orang terdekat, serta perangai dan pola asuh keluarga. Rasa sakit yang dirasakan pada kenyataanya menjadikan anak kapok untuk melakukan suntikan lagi, berdasarkan pada website tabloid Nova mengatakan pengalaman pertama yang sangat tidak mengenakkan akan membuat anak mengambil kesimpulan bahwa disuntik identik dengan sakit, hal inilah yang ujung-ujungnya akan membuat anak terus-menerus merasa takut pada jarum suntik. Waktu dalam menunggu giliran untuk disuntik pun membuat seorang anak semakin gugup, tegang, cemas dan takut, maka tidak banyak disaat-saat itu seringkali anak menangis, berlari, atau mengumpat agar tidak jadi disuntik, seperti yang dijelaskan dalam buku Aktivitas Pintar Pengisi Waktu dijelaskan bahwa waktu transisi ketika anak berganti dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya atau dapat juga disebut dengan waktu menunggu merupakan waktu yang paling menantang, hal ini dikarenakan anak-anak tidak merasa yakin mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan sehingga memungkinkan mereka merasa cemas 2
Diunduh dari http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Bila-Anak-Trauma-JarumSuntik/, pada 9 Februari 2015 pukul 06.14
3
tentang apa yang akan terjadi. Rasa takut juga semakin bertambah ketika anak membayangkan hal-hal buruk dan bahaya yang akan terjadi. Buku yang ditulis oleh psikolog anak Dr. Seto Mulyadi (2006:28) juga menjelaskan bahwa belum mengertinya pengetahuan dan informasi pada berbagai hal yang mereka takutkan juga menjadi faktor timbulnya rasa takut. Kegiatan disaat ingin disuntik harus lebih menyenangkan agar anak-anak tidak merasa tegang selama proses menunggu, anak-anak juga seharusnya diberikan pemahaman, informasi dan alasan tentang pentingnya disuntik vaksinasi melalui pendekatan yang menyenangkan agar mereka tidak takut lagi untuk melakukan suntikan serta tidak adanya keterpaksaan. Adapun permasalahan untuk menghilangkan rasa takut dan menumbuhkan keberanian anak untuk disuntik, maka dapat diselesesaikan melalui pendekatan desain komunikasi visual.
1.2
Masalah Perancangan
1.2.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan
penjabaran
latar
belakang
diatas,
maka
dapat
diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu : 1. Anak belum mengetahui manfaat dari imunisasi. 2. Waktu menunggu giliran sebelum disuntik menambah rasa cemas bagi anak-anak, tidak banyak dari mereka membayangkan hal buruk yang akan terjadi hingga menambah rasa takut pada anak. 3. Melihat teman lain yang sudah disuntik menangis, ditakut-takuti oleh teman, serta pengalaman rasa sakit yang dirasakan sendiri setelah disuntik menjadi rasa trauma tersendiri bagi anak pada suntikan imunisasi.
1.2.2
Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran identifikasi masalah diatas, maka dapat dituliskan
sebuah rumusan masalah berupa sebuah pertanyaan, yaitu: Bagaimana merancang
4
sebuah media sebagai media pendukung kegiatan imunisasi agar anak menjadi lebih tenang untuk disuntik?
1.3
Ruang Lingkup Apa Perancangan sebuah media sebagai media pendukung bagi anak-anak
sekolah dasar dalam melakukan kegiatan imunisasi di sekolah. Bagian mana Perancangan media berupa buku cerita bergambar yang didalamnya terdapat informasi mengenai imunisasi. Media ini juga memiliki merchandise yang dapat dikoleksi oleh anak-anak sebagai reward agar anak-anak termotivasi dan tidak kapok untuk melakukan imunisasi kembali. Siapa Target audience media ini adalah siswa-siswi sekolah dasar kelas 1,2,dan 3 di Indonesia yang mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dari pemerintah yang diadakan di sekolah. Dimana Pengumpulan data dilakukan kepada pengelola program imunisasi di Dinas Kesehatan Bandung, dan secara acak di pusat-pusat perbelanjaan yang menjual peralatan sekolah, mainan, dan perlengkapan yang berkaitan dengan anak di Bandung. Kapan Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2015, sedangkan pelaksanaan perancangan media ini dilakukan mulai bulan April hingga Juni 2015.
1.4
Tujuan Perancangan Tujuan perancangan karya tugas akhir ini adalah menciptakan media
melalui pendekatan desain komunikasi visual sebagai media pendukung program imunisasi kepada anak-anak sekolah dasar dimana didalamnya terdapat informasi
5
pentingnya imunisasi, sehingga dengan media ini anak-anak akan menjadi lebih tenang dalam melakukan suntikan imunisasi.
1.5
Cara Pengumpulan Data dan Analisis Dalam perancangan ini, metode pengumpulan data yang dilakukan oleh
penulis guna tercapainya tujuan perancangan adalah :
1. Studi Pustaka Penulis melakukan pemilihan dan mengkaji teori-teori, serta mencari informasi tambahan pendukung yang berhubungan dan sesuai dengan topik perancangan yang diangkat oleh penulis.
2. Wawancara Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah di lapangan, serta kendala yang dihadapi, penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak pengelola imunisasi di Dinas Kesehatan kota Bandung.
3. Observasi Observasi dilakukan oleh penulis agar mengetahui bagaimana karakteristik dan kebiasaan apa saja yang dilakukan oleh anak-anak, serta karakter atau tokoh yang sedang tren dikalangan anak-anak untuk mendukung konsep perancangan yang akan dibuat.
6
1.6
Kerangka Perancangan
Anak-anak sekolah dasar masih banyak yang takut untuk disuntik
Pentingnya imunisasi ulang bagi anak sekolah dasar kelas 1,2, 3
Adanya berbagai pengalaman: -Waktu menunggu giliran disuntik - Melihat teman yang sudah disuntik
Dibutuhkannya media penunjang untuk mengkomunikasikan ke anak-anak
-Ditakut-takuti oleh teman. - Rasa sakit yang dialami sendiri setelah disuntik
Anak-anak menyukai tokoh karakter dalam cerita dan reward.
Anak-anak akan merasa kegiatan imunisasi adalah kegiatan yang tidak menakutkan melalui media visual.
(Bagan 1.1: Kerangka Perancangan)
7
1.7
Pembabakan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang uraian latar belakang masalah dan fenomena, perumusan masalah, tujuan perancangan, kerangka perancangan serta penjelasan singkat tiap bab dari perancangan ini.
BAB II DASAR PEMIKIRAN Bab ini menjelaskan dasar pemikiran landasan teori-teori yang relevan dengan topik pembahasan dan digunakan sebagai pijakan dalam melakukan perancangan.
BAB III DATA dan ANALISIS MASALAH Bab ini menguraikan dan mengemukakan data teori dan faktual. Hasil dari pengumpulan data-data yang telah dilakukan kemudian dibahas dan dianalisa menjadi konsep perancangan.
BAB IV KONSEP dan HASIL PERANCANGAN Bab ini menjelaskan bagaimana konsep perancangan, proses perancangan hingga hasil jadi perancangan, dimulai dari sketsa sampai penerapan desain akhir pada media.
BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan hasil analisis yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan ringkas dan padat atas perancangan yang dibuat.
8