BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang DKI Jakarta memiliki permasalahan permukiman kumuh dengan kondisi
rumah tidak sesuai dengan standar yang ada dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana dasar. Pada tahun 2011 tercatat bahwa dari 662 km2 luas DKI Jakarta, 49,47% merupakan luas yang diperuntukkan untuk perumahan yang 5,4% didalamnya adalah luas wilayah permukiman kumuh (Irawaty, 2013). Data pendukung lainnya menyatakan bahwa RW di Provinsi DKI Jakarta yang dikategorikan kumuh pada tahun 2008 adalah 415 RW kumuh dan pada tahun 2011 berubah menjadi 392 RW yang terdiri dari 306 RW kumuh tahun 2008 dan 86 RW kumuh baru (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2011).
Gambar 1.1. Peta Sebaran RW Kumuh di DKI Jakarta Tahun 2008 Sumber: Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah, 2013
Dalam
mengatasi
permasalahan
mengenai
permukiman
kumuh,
Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan berbagai macam upaya untuk menanggulangi
permasalahan
yang
ada
dengan
meningkatkan
kualitas
permukimannya. Upaya-upaya tersebut mengacu pada UU No. 1 Tahun 2011
1
tentang Perumahan dan Pemukiman, pasal 97 menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pemukiman meliputi upaya melalui pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali. Joko Widodo yang menjabat menjadi gubernur DKI Jakarta pada tahun 2013 juga memiliki fokus kebijakan yaitu penataan daerah kumuh sebagaimana tercantum dalam RPJK Tahun 20052025 yang diarahkan untuk mewujudkan Permukiman Tanpa Kumuh tahun 2020. Salah satu upayanya adalah Program Kampung Deret. Konsep Program Kampung Deret adalah gabungan dari upaya peremajaan dan perbaikan lingkungan. Peremajaan itu sendiri diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas melalui kegiatan perombakan dengan perubahan yang mendasar dan penataan yang menyeluruh terhadap kawasan hunian yang tidak layak huni tersebut. Peremajaan tersebut berupa perbaikan fasad muka rumah dengan desain dan warna rumah antar penghuni yang sama. Sementara itu, perbaikan lingkungan dilakukan dengan pembangunan sarana dan prasaran umum seperti jalan, drainase, dan ruang terbuka hijau. Tujuan dari Program Kampung Deret ini adalah untuk menata pemukiman kumuh menjadi suatu pemukiman yang bebas dari kesan kumuh, sehat, dan nyaman untuk meningkatkan kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat. Permukiman di RT 14 RW 01 Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat telah dibangun Kampung Deret. Alasan lokasi tersebut dibangun Kampung Deret dikarenakan kondisi permukiman tersebut tidak teratur, kepadatan bangunan yang tinggi, dan tidak didukung sarana prasarana lingkungan permukiman yang lengkap Selain itu, lokasi tersebut juga mengalami kebakaran pada tanggal 4 Maret 2013 sehingga warga kehilangan tempat tinggal. Permukiman RT 14 RW 01 ini merupakan contoh pembangunan Kampung Deret pertama oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Permukiman RT 14 RW 01 saat ini sudah menjadi sederet rumah yang layak huni dengan tertata rapi, asri, dan sejuk.
2
Gambar 1.2. Permukiman RT 14 RW 01 Sebelum Program Kampung Deret Sumber: Surat Media Berita Jakarta, 2013
Gambar 1.3. Permukiman RT 14 RW 01 Setelah Program Kampung Deret Sumber: Survei Lapangan, 2013
Sebelum kejadian kebakaran, Program Kampung Deret ini memang sudah direncanakan akan dibangun di sepanjang rel kereta api yaitu di wilayah RT 11, 12, 13, 14 RW 01 dan RT 01, 02, 03 RW 02 Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat. Akan tetapi, pemerintah hanya baru melaksanakan pembangunan Kampung Deret di RT 14 RW 01 agar warga yang terkena bencana kebakaran dapat secepatnya menempati rumahnya kembali. Permukiman di RT lainnya tersebut dijanjikan akan dibangun Kampung Deret pada tahun 2015 mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi telebih dahulu sebelum program tersebut direalisasikan kembali di permukiman yang telah dijanjikan tersebut. Evaluasi yang dilakukan dengan mengetahui respons atau tanggapan dari warga dari RT lainnya dalam melihat hasil pembangunannya.
1.2
Pertanyaan Penelitian Program Kampung Deret ini merupakan program pemerintah yang baru
dalam menata permukiman kumuh. Program tersebut akan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu sesuai dari sudut pandangnya masing-masing sehingga akan menimbulkan respons yang berbeda pula bagi setiap individu mengenai adanya program tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai respons masyarakat dalam menilai, menyikapi, dan bertindak atas Program Kampung Deret yang telah dilaksanakan di permukiman RT 14 RW 01 Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat. Hal ini dapat menjadi masukan penting dalam
3
pelaksanaan pembangunan Kampung Deret selanjutnya ataupun pelaksanaan dalam menata permukiman kumuh. Berdasarkan hal ini, pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana respons penghuni sekitar Kampung Deret terhadap Program Kampung Deret di RT 14 RW 01 Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi Program Kampung Deret di RT 14 RW 01 Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat melalui identifikasi respons penghuni sekitarnya.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan kepada Pemerintah DKI Jakarta dalam menyusun kebijakan penataan permukiman kumuh mengenai Program Kampung Deret 2. Menambah wawasan pengetahuan bagi pihak akademis dan peneliti mengenai respons masyarakat terhadap sebuah kebijakan publik.
1.5
Batas Penelitian Batasan dan lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Fokus Fokus penelitian ini adalah respons penghuni sekitar Kampung Deret terhadap Program Kampung Deret yang dilaksanakan di RT 14 RW 01. Komponen respons dilihat dari tiga aspek, yaitu: persepsi, sikap, dan tindakan. Penghuni sekitar Kampung Deret yang dimaksud di sini adalah penghuni yang tempat tinggalnya dekat dengan permukiman RT 14 RW 01 Kelurahan Tanah Tinggi. Mereka dijanjikan oleh Pemerintah DKI Jakarta akan mendapatkan Program Kampung Deret tersebut pada tahun 2015 mendatang.
4
2. Lokasi Penelitian ini dilakukakan pada lokasi yang pertama kalinya dibangun Kampung Deret yaitu di Kelurahan Tanah Tinggi dan sekitarnya. Lokasi ini merupakan permukiman kumuh yang berada di pinggiran rel kereta api. Namun, adanya pembangunan Kampung Deret ini setidaknya sebagian permukiman kumuh tersebut sudah menjadi permukiman yang layak huni. Oleh karena itu, batasan lokasi penelitian ini adalalah permukiman yang masih masuk kategori kumuh yang lokasinya berdekatan dengan permukiman yang telah mendapatkan Program Kampung Deret di RT 14 RW 01, yaitu: RT 11, 12, 13 RW 01 dan RT 01, 02, 03, RW 02.
Peta Administratif Jakarta Pusat Sumber: Pemerintahan Walikota Jakarta Pusat, 2013
Gambar 1.4. Lokasi Penelitian Sumber: Google Earth (diolah)
5
1.6
Keaslian Penelitian Sejauh peneliti ketahui sampai saat ini, belum ada penelitian mengenai
Evaluasi Program Kampung Deret melalui Respons Penghuni Sekitarnya di Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat. Penelitian ini hanya memiliki kesamaan tema pada penelitian sebelumnya yaitu respons atau tanggapan masyarakat terhadap adanya program pembangunan suatu wilayah dari pemerintah untuk masyarakat tetapi berbeda fokus dan lokasi pada penelitian sebelumnya. Kusumah (2012) dan Subagio (2008) sama-sama meneliti mengenai respons masyarakat terhadap pembangunan pembangkit listrik tetapi berbeda lokasi penelitian. Subagio meneliti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro di Kecamatan Kayangan Lombok Barat sedangkan Kusumah meneliti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di Kecamatan Lea-lea Kota Baubau. Tujuan penelitian Subagio adalah mengkaji kondisi sosial ekonomi, tingkat pengetahuan, dan respons masyarakat terhadap pembangunan PLTM sedangkan tujuan penelitian Kusumah adalah untuk mengkaji persepsi dan partisipasi masyarakat serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian selanjutnya yang pernah diteliti adalah respons masyarakat terhadap program pengembangan Hutan Tanaman Rakyat di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul oleh Andriani (2011). Penelitian ini memfokuskan kepada sejauh mana persepsi mayarakat dan sikap masyarakat terhadap program pengembangan HTR serta mengetahui tindakan-tindakan terhadap keberlanjutan program pengembangan HTR. Metode analisis yang digunakan adalah induktifkualitatif. Widiastuti (2010) meneliti mengenai keragaman respons penerima bantuan rehabilitasi rumah untuk masyarakat kurang mampu di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus eksplanotoris dan analisis data dilakukan dengan teknik penjodohan pola dan studi komparatif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keragaman respons penerimaan bantuan dalam rehabilitasi rumah di kecamatan dekat pusat kota (Sruweng-Pejagoan) dan
6
kecamatan jauh dari pusat kota (Ayah-Buayan) serta mengidentifikasi alasan penerima bantuan memberikan respons dalam merehabilitasi rumah dengan bantuan stimulan dana dari pemerintah. Penelitian lainnya mengenai fokus terhadap respons (tanggapan) masyarakat adalah mengenai respons masyarakat terhadap rencana pembangunan Kebun Raya Liwa sebagai obyek ekowisata dengan menggunakan metode survei dengan kuesioner dengan teknik purposive sampling dikombinasikan dengan quota sampling. Penelitian ini dilakukan oleh Nirmalawati pada tahun 2008. Dharoko (2006) juga meneliti mengenai respons yaitu respons mengenai masyarakat terhadap kegiatan perbaikan kampung studi kasus di Yogyakara. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk mengetahui tingkat pemahaman dan bentuk partisipasi masyarakat terhadap program perbaikan kampung yang dilakukan selama 1995-2005 serta untuk mengetahui tingkat keberlanjutan program yang dilakukan masyarakat. Penelitian serupa dilakukan oleh Hariadi (2005) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui riset dialogis atau Participatory Rural Appraisal (PRA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspirasi dan respons masyarakat terhadap rencana pembangunan Kawasan Wisata Energi Alternatif di Pantai Baron, Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain itu, penelitian terkait hal ini juga dilakukan Waromi (2004) mengenai respons penduduk Desa Botawa terhadap pembangunan ibukota Kabupaten Waropen dengan menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif analisis secara kualitatif. Berdasarkan tinjauan di atas, terdapat perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan yang dilakukan peneliti baik dari segi fokus, lokasi amatan, maupun metode penelitian. Penelitian mengenai evaluasi Program Kampung Deret melalui respons penghuni sekitarnya di Kelurahan Tanah Tinggi belum pernah dilakukan sebelumnya.
7
1.7
Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam beberapa bab, sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan Pada bab I berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuanpenelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian mengenai fokus dan lokasi, serta keaslian penelitian yang pernah dilakukan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Dalam Bab II dibahas mengenai kajian pustaka dan landasan teori terkait dengan permukiman kumuh, rehabilitasi permukiman, rumah layak huni, partisipasi, dan respons masyarakat. 3. Bab III Metode Penelitian Dalam Bab III dibahas jenis metode yang digunakan dalam penelitian, unit amatan dan unit analisis penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis, teknik pengambilan sampel, serta variabel dan nilai. 4. Bab IV Gambaran Umum Wilayah Dalam Bab IV dijelaskan gambaran Program Kampung Deret dan gambaran wilayah penelitian baik itu gambaran kondisi permukiman Kampung Deret maupun kondisi permukiman non-Kampung Deret 5. Bab V Hasil Dan Pembahasan Dalam Bab V dibahas mengenai analisis identifikasi respons penghuni sekitar terhadap Program Kampung Deret dan temuan penelitian. 6. Bab VI Kesimpulan Dan Rekomendasi Dalam Bab VI ini ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan penelitian dan rekomendasi yang relevan dengan hasil penelitian.
8