BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemahaman bahwa manusia sering bertindak berdasarkan ciri kepribadian mereka daripada logika adalah satu kebenaran yang terjadi dalam hubungan antar manusia. Feingold (1994) mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah tindakan bagaimana individu memengaruhi orang lain dan bagaimana individu memahami dan memandang dirinya atau dengan kata lain kepribadian adalah manusia secara keseluruhan dan berhubungan dengan penampilan dan diri eksternal, diri sendiri dan interaksi situasional. Sujanto (2004), mengungkapkan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik dan membedakannya dengan orang lain. Penolazzi, mengenai
Leone
Individual
&
Russo(2013)
Differences
and
dalam Decision
penelitian Making,
menegaskan bahwa kepribadian individu sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa individu yang impulsif cenderung membuat keputusan yang merugikan sedangkan individu yang peka dan rasional cenderung membuat keputusan yang menguntungkan. Rehman & Waheed (2012) dalam penelitian mengenai Individual Leadership and 1
Decision Making Styles, menjelaskan bahwa kepemimpinan yang transformasional cenderung rasional dalam pengambilan keputusan sedangkan kepemimpinan yang transaksional cenderung intuitif dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain Aloka & Bojuwoye (2013) dalam penelitian mengenai Gender, Age and Teaching Experience Differences In Decision Making Behavior menegaskan bahwa perbedaan kepribadian laki-laki dan perempuan dalam mengambil keputusan. Dalam hal tertentu, laki-laki cenderung lebih berani mengambil resiko sedangkan perempuan cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan begitupun sebaliknya.Dari beberapa penelitian di atas, jelas menunjukkan bahwa peran kepribadian individu dalam pengambilan keputusan adalah sangat penting. Pengambilan keputusan merupakan suatu langkah yang diambil oleh pemimpin dalam sebuah organisasi.Pengambilan keputusan yang rasional dan efektif merupakan suatu proses yang kompleks dan tergantung pada keterampilan dan pelatihan yang diberikan kepada para pengambil keputusan. Pemimpin dianggap rasional dalam mengidentifikasi dan menggunakan informasi yang relevan sehingga mampu membuat dan mengambil keputusan yang optimal, karena salah satu alasan bawahan mempunyai sikap respek atau hormat terhadap pemimpinnya adalah ketika pemimpin tersebut mampu mengambil keputusan dengan tepat guna dan bijaksana (Grou & Tabak, 2008).
2
Dalam pergulatan dan konsultasi dengan diri, pemimpin tidak bisa lepas dari subyekivitas diri yang seringkali tidak terkontrol dengan baik, cenderung percaya diri atau illusion of control. Taylor & Brow (1998) dalam jurnal yang ditulis oleh Grou & Tabak (2008) mengungkapkan Illusion of control sebagai persepsi yang tidak nyata dari sebuah kejadian. Illusion of control bisa mengakibatkan keputusan yang diambil bisa jadi keliru atau bahkan tidak
tepat
karena
persepsi
kemampuan
individu
untuk
memprediksikan hasil lebih besar, dibandingkan kemampuan dalam mengendalikan
hasil
(Presson
&Benassi,1996).Ilussion
of
controltimbul karena orang tidak memiliki wawasan introspektif langsung ke dalam apakah mereka berada dalam kendali peristiwa,sebaliknya mereka hanya dapat menilai derajat kontrol mereka dengan proses yang sering tidak dapat diandalkan (Hobbs, Christin, Kreiner, Honeycutt, Hinds &Brockman, 2010). Pemimpin sering terjebak dalam illusion of control yang mana pemimpin cenderung percaya diri bahwa mereka dapat mengontrol atau paling tidak bisa memprediksi hasil yang akan dicapai, sebagaimana dikemukakan oleh Kyle & Wang (1997) bahwa aspek prediktif dari Illusion of control mudah meluas ke gagasan yang lebih umum dan terlalu percaya diri. Sikap demikian bukannya harus dipersalahkan, tetapi jika tidak dikontrol maka pemimpin bisa saja menjadikan keputusan dirinya sebagai sebuah kebenaran yang tidak boleh dibantah. Selain itu,Illusion of 3
controladalah sikap percaya individu yang berlebihan bahwa mereka dapat memprediksi keberuntunganmereka, dan karena itu bisa mengubah nasib mereka sendiri (Enzle, Michael E,Michael J. A&Wohl, 2009). Self-controldalam rasional,seperti
yang
pengambilan dikemukakan
keputusan Chaplin
yang
(2002)adalah
kemampuan membimbing tingkah laku sendiri, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menekan dan merintangi impulsimpuls atau tingkah laku impulsif. Self control berkaitan dengan tindakan seseorang untuk mengendalikan atau menghambat secara otomatis kebiasaan, dorongan, emosi, atau keinginan dengan tujuan untuk mengarahkan perilakunya (Delisi& Berg, 2006). Self-control dan illusion of control tanpa adanya dukungan teknologi
informasi
yang memadai
tidaklah
cukup
untuk
menghasilkan keputusan yang efektif demi tercapainyaperformance atau kinerja individu yang baik.Teknologi informasi dapat didefinisikan
sebagai perpaduan antara ketersediaan teknologi
komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan (Oswari, Susy & Ati, 2008).Informasi adalah suatu kumpulan data atau fakta yang kebenarannya masih diragukan. Sehingga kita memerlukan lebih dari satu informasi untuk membuktikan 4
kebenaran informasi tersebut. Suatu keputusan yang rasional tidak akan bisa terjadi dan tidak boleh sembarangan ketika seorang pemimpin tidak mengetahui landasan dia harus mengambil keputusan tersebut. Bisa dikatakan seorang pemimpin wajib mengetahui atas dasar apa seorang pemimpin mengambil keputusan secara rasional. Sehingga informasi berperan sebagai landasan pengambilan keputusan yang rasional tidak bisa dianggap remeh. informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusanyangakandatang (Terry, 1999). Penerapan self control ataupun illusion of control dalam pengambilan keputusan yang rasional dengan dukungan teknologi informasi yang memadai, membuat pemimpin dapat menjadi pemimpin yang disegani dan dikagumi oleh bawahannya dan berdampak pada performance individu yang lebih baik. Disegani bukan karena takut tetapi karena ketegasannya. Dikagumi bukan karena terpaksa tetapi karena kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan dalam rangka menyelesaikan suatu permasalahan dalam organisasi yang dipimpinnya (Franz Magnis Suseno, dalam sambutan perayaan Dies Natalis STF Driyarkara Jakarta, 2009). Dalam
penelitian
terdahulu
mengenai
self-
control(Haning,2012),dan illusion of control (Joseph, 2011), dua penulis tersebut lebih fokus membahas self control dan illusion of control dalam decision making dalam manajemen keuangan.Dalam 5
penelitian ini, yang menjadi fokus perhatian adalah mengenai self control dan illusion of control dalam manajemen sumber daya manusia khususnya dalam decision making pemimpin yang rasional dengan menambahkan variabel dukungan teknologiinformasi sebagai variabel moderating. Selain itu penelitian mengenai dampak dari decision making belum terlalu banyak. alasan lain yang dipertimbangkan dalam pemilihan topik ini adalah bahwa decision makingpemimpin yang rasional tidak bisa dilihat secara terputus-putus melainkan harus dilihat dalam sebuah rangkaian proses yang pada akhirnya melahirkan sebuah keputusan yang berdampak pada performance individu, hal ini diperkuat Fashami &Moghadam (2013) dalam penelitian mengenai Studying the Relation Between Organizational Mission as an Encouraging Factor
and
Performance
Improvement
of
Human
Resourcesmenegaskan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara kejelasan misi organisasi dan pengambilan keputusan pemimpin yang rasional dalam mendorong peningkatan kinerja kerja karyawan dan organisasi.Han Loo & See Beh (2013) dalam penelitian mengenai The Effectiveness of Strategic Human Resources Management Practices on Firm Performance in the Malaysian Insurance Industry mengungkapkan bahwa decision making dengan kejelasan komunikasi dan perencanaan yang terpogram berpengaruh terhadap performance individu.Wijono (2010) menegaskan bahwa performance individu dapat diraih jika ada kesesuaian antara kinerja individu dan dukungan teknologi informasi dari organisasi dimana individu bekerja.Hal ini sangat 6
bergantung pada decision making pemimpin yang rasional dalam menentukan dan mensosialisasikan visi organisasi tersebut kepada para karyawan yang dipimpinnya. Penelitian akan dilakukan pada rektor dan pimpinan di Universitas-universitas yang tersebar di kota Dili-Timor Leste. Menarik untuk diteliti karenafenomena pengambilan keputusan yang terkesan lebih illusion of controlterjadijuga di kalangan beberapa rektor atau pemimpin universitas di Dili-Timor Leste, dimana keputusan menerapkan sistem crash program (threemester) untuk program S1 di beberapa Universitas di Dili-Timor Leste terkesan memaksakan kehendak pemimpin, karena tidak didukung sumber daya manusia khususnya tenaga pengajar yang memadai. Akibatnya ketika program itu diterapkan menimbulkan masalah, dimana mahasiswa tidak sepenuhnya kuliah seperti jadwal yang sudah ditetapkan oleh fakultas.Isu lain yang tidak kalah menarik di Timor Leste adalah bertambahnya jumlah perguruan tinggi. Dengan bertambahnya jumlah perguruan tinggi di kota DiliTimor Leste, mau tidak mau para rektor atau pemimpin harus memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas tenaga pengajar dengan cara menyekolahkan para pengajar ke luar negeri agar mampu menghasilkan performance individu dan universtitas yang baik dan kompetitif (TimorNews.com, 2013). Berdasarkan disampaikan
di
uraian atas,
dan
maka
pertimbangan penelitian
ini
yang
telah
dimaksudkan
untukmenguji pengaruh faktor self-control dan illusion of control 7
terhadap decision making pemimpin yang rasional serta dampaknya padaperformance individu dengan dukungan teknologi informasi sebagai variabel moderating, studi terhadap pimpinan Universitasuniversitas di Dili-Timor Leste. 1.2 Persoalan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dijabarkan persoalan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah self control berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemimpin yang rasional? 2. Apakah illusion of control berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemimpin yang rasional? 3. Apakah dukungan teknologi informasi berperan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara self control terhadap decision making pemimpin yang rasional? 4. Apakah dukungan teknologi informasi berperan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara illusion of control terhadap decision making pemimpin yang rasional? 5. Apakah decision making pemimpin yang rasional berpengaruh terhadap performanceindividu?
1.3Tujuan Penelitian 8
Sesuai dengan persoalan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh self controldan illusion of control terhadap pengambilan keputusan pemimpin yang rasional di Universitas-universitas di Dili-Timor Leste. 2. Untuk
mengetahui
faktor
dukungan
teknologi
informasisebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara self controldan illusion of controlterhadap pengambilan keputusan pemimpin yang rasional di Universitas-universitas di Dili-Timor Leste. 3. Untuk mengetahui pengaruh decision making pemimpin yang rasionalterhadapperformanceindividu. 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Memberikan tambahan referensi mengenai
decision
making pemimpin, self control, illusion of control, dukungan teknologi informasi, terutama peranan self control dan illusion of control dengan dukungan teknologi informasidalam pengambilan keputusan yang berdampak pada performance individu dalam bidang manajemen sumber daya manusia.
9
2. Manfaat Praktis Memberikan masukan untuk perbaikan pengambilan keputusan pemimpin yang rasional di Universitasuniversitas di Dili-Timor khususnya dalam rangka menghasilkan
keputusan
yang
tepat
guna
terciptanya good perfomanceindividu dan commune (kesejahteraan bersama).
10
demi bonum