BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Pendidikan itu tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik mencapai kedewasaan (Syaiful Sagala, 2012 : 4) Tujuan pendidikan sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 adalah : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Wina Sanjaya, 2011 : 54). Tujuan Pendidikan Nasional di atas dapat dicapai melalui pendidikan formal (sekolah) dan non formal(les maupun bimbingan orang tua). Di sekolah-sekolah tujuan pendidikan nasional dicapai melalui mata pelajaran dalam kurikulum. Salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tujuan diselenggarakannya Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah adalah
untuk
membangun
warga
negara
yang
berkarakter
atau
berkepribadian demokratis. Ada tiga kompetensi dasar yang diharapkan dalam pembelajara PKn, yakni (1) civic knowledge, Kompetensi ini
1
2
merupakan kemampuan dan kecakapan penguasaan pengetahuan yang terkait dengan materi Pendidikan Kewarganegaraan; (2), civic attitude, yakni kemampuan dan kecapakan sikap warga negara seperti pengakuan kesetaraan, kepekaan sosial dan kebersamaan; (3), civic skill yakni kemampuan dan kecakapan mengartikulasi kewarganegaraan seperti kemampuan berpartisipasi dalam penyelenggaraan demokrasi dan kebijakan publik. Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi : Nasionalisme (Bangsa dan identitas nasional), Pancasila, Negara, Kewarganegaraan,
Konstitusi,
Good
Govermance,
Pemerintah
dan
Pemerintahan, Hubungan Sipil-Militer, Hubungan Agama dan Negara, Masyarakat Madani, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (Subhan Sofhian, 2011 : 10). Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Dianggap sebagai komponen yang sangat penting karena guru mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran (Nurdin, 2010 : 17) Salah satu kemampuan dan keahlian profesional utama yang harus dimiliki oleh guru PKn adalah kemampuan yang terkait dengan pemilihan atau penentuan strategi pembelajaran. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi yang akan diajarkannya saja, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan tersebut kepada peserta didik. Materi pelajaran hendaknya disajikan dengan cara yang menarik sehingga rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran meningkat. Menurut Slavin (dalam Dimyati, 2006 : 82) bukan masanya lagi seorang guru hanya mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi. Guru dituntut untuk aktif dan kreatif membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian selama ini pembelajaran yang berlangsung pada sebagian sekolah cenderung menunjukkkan (1) guru lebih
3
banyak ceramah; (2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; (4) tuntutan guru terhadap hasil belajar dan produktivitas rendah; (5) guru dan buku sebagai sumber belajar; (6) semua peserta didik dianggap sama; (7) penilaian hanya berupa tes dan penilaian cenderung subjektif; dan (8) interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian ini tidak menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti (Sagala, 2010 : 58) Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, berdasarkan observasi terhadap pembelajaran PKn di kelas VII A, ditemukan bahwa 1) dari sisi guru, diantaranya adalah guru dalam proses belajar mengajar masih menggunakan cara konvensional yaitu ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran, guru kurang memberikan inovasi metode pembelajaran kepada siswa untuk memotivasi siswa dalam belajarnya, kurangnya pengawasan dari guru sewaktu siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, 2) dari sisi siswa diantaranya adalah siswa sering bermain sendiri di dalam kelas sewaktu pembelajaran berlangsung, kurang memperhatikan guru sewaktu menerangkan materi pelajaran, keluar kelas tanpa seijin guru, kurang memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru maupun kepada sesama teman pada waktu pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dalam pembelajaran PKn, dengan Standar Kompetensi Menunjukkan sikap positif tehadap norma-norma yang belaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan Kompetensi Dasar ada empat yaitu (1) menjelaskan mekna proklamasi kemerdekaan; (2) mendiskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama; (3) menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945; dan (4) menunjukkan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama. Tujuan dari pembelajaran belum tercapai, yaitu kurangnya pemahaman materi oleh sebagian besar siswanya. Kurangnya pemahaman materi menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Informasi yang diperoleh dari guru PKn kelas VII A Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ≥ 75, dari siswa 25 siswa yang mencapai nilai ≤ 75
4
sebanyak 17 siswa atau 68% dan yang mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 8 siswa atau 32%. Berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaan PKn tersebut di atas, maka dianggap penting untuk dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas VII A di SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dicoba menerapkan strategi pembelajaran baru atau inovatif untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas VII A yaitu dengan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah).
Problem
solving
(pemecahan
masalah)
adalah
strategi
pembelajaran yang tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga merupakan suatu cara berfikir dalam menyelesaikan sutau masalah sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Sabri (2007:8) bahwa strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) merupakan suatu cara dalam pembelajaran yang tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga merupakan suatu cara berfikir dalam memecahkan suatu masalah.. Penekanan pada pembelajaran ini adalah proses dan cara berfikir siswa dalam menyikapi suatu masalah yang diperolehnya dari membaca berita/artikel, gambar maupun vidio. Berita/artikel, gambar serta vidio yang tersedia menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran berlangsung guru sudah menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar tersebut. Melalui penggunaan strategi pembelajaran baru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan materi serta kondisi siswa, maka diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dialami siswa. Seorang guru memiliki tugas yang berhubungan dengan membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada materi dengan Standar Kompetensi Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), dengan Kompetensi Dasar; (1) Menguaraikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM; (2) Mendiskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM; (3) Mengahargai uapaya
5
perlindungan HAM; (4) Menghargai upaya penegakan HAM dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah). Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pembelajaran PKn dapat meningkat.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu : a. Guru
PKn
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran
cenderung
menggunakan cara yang konvensional yaitu ceramah, sehingga tidak ada variasi dalam penggunaan strategi pembelajaran. b. Peserta didik kurang berminat dalam pelajaran PKn. c. Peserta didik tidak aktif dalam pembelajaran PKn. d. Hasil belajar PKn siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang sebagaian besar masih di bawah KKM (≥75).
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah penggunaan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.
1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini yaitu : Mendiskripsikan upaya peningkatan hasil belajar PKn melalui penggunaan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) pada mata pelajaran PKn di kelas VII A SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/201.
6
1.5
Manfaat Penelitian 1.5.1
Manfaat Akademis a. Manfaaat
akademis
hasil
penelitian
ini
adalah
untuk
mengembangkan penerapan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. b. Memberi masukan pada Progdi PPKn dalam pengembangan materi perkuliahan Strategi Pembelajaran.
1.5.2
Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Siswa 1) Agar siswa lebih senang terhadap pelajaran PKn sehingga pemahaman terhadap materi PKn lebih mudah. 2) Hasil belajar siswa meningkat. b. Manfaat Bagi Guru PKn 1) Untuk
meningkatkan
ketrampilan
Guru
PKn
dalam
melaksanakan inovasi pembelajaran di kelas. 2) Untuk memperluas wawasan Guru PKn mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 3) Menjadi masukan bagi Guru PKn untuk dapat memilih strategi dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan kondisi siswa. c. Manfaat Bagi Kepala Sekolah Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembelajaran yang lebih bermakna dalam pelaksanaan pembelajaran.