BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic
mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus dijaga agar tidak luntur dan hilang sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya. Kemajuan dari sebuah bangsa ditentukan oleh peradaban budayanya. Tanpa adanya kebudayaan, suatu negara tidak dapat mempunyai ciri khas dimata dunia. Fenomena yang terjadi saat ini perhatian terlalu banyak dicurahkan untuk bangunan-bangunan baru yang modern. Sehingga terjadinya penghilangan identitas dan jati diri pada penghuni masyarakatnya. Persoalan budaya ini terlihat pada pembangunan pusat pemerintahan yang tidak memperlihatkan identitas dari kebudayaan daerahnya. Karena suatu bangunan pusat pemerintahan merupakan cerminan dari jati diri atau kepribadian kebudayaan dari suatu daerah yang akan mengangkat harkat dan martabat daerah itu sendiri. Pusat pemerintahan juga merupakan wadah aktivitas atau kegiatan dalam melaksanakan tugas pelayanan masyarakat
serta
berperan
sebagai
simbol
filosofi,
fungsional,
teknis,
monumental, dan memiliki fungsi keterbukaan yang menjadi cerminan kota tersebut. Sesuai dengan peraturan tentang Pemerintahan Daerah yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (perubahan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ) dalam menyelenggarakan otonomi tersebut, daerah mempunyai kewajiban salah satunya melestarikan nilai sosial budaya, yang mana nilai sosial budaya ini semua hal yang diciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat. Otonomi daerah bidang sosial budaya diarahkan pada pengelolaan, penciptaan, dan pemeliharaan integrasi dan harmoni sosial. Maka dari itu visi otonomi daerah dibidang sosial budaya adalah memelihara, dan mengembangkan nilai, tradisi, bahasa, karya seni, karya cipta, dan karya sastra lokal.
Pariaman adalah salah satu kota yang ada di provinsi Sumatera Barat berada pada hamparan dataran rendah yang landai dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter diatas permukaan laut. Kota pariaman hampir secara keseluruhan didominasi oleh etnis Minangkabau, dengan jumlah penduduk 97.901 orang pada tahun 2010. Kota Pariaman merupakan bagian dari daerah rantau yang merupakan daerah yang terletak di dataran rendah yang membujur sepanjang pantai dalam kawasan Minangkabau. Kota ini mempunyai ciri khas, keunikan, dan karakter budaya yang berbeda dengan daerah lain yaitu budaya Minangkabau. Sangat disayangkan, adat dan kebudayaan Minangkabau sekarang tinggal kulitnya. Salah satu buktinya adalah kekayaan kebudayaan Minangkabau yang tidak terakomodasi dengan baik pada bangunan kantor Balaikota Pariaman. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera BaratNomor 6 tahun 2011 tentang Arsitektur Bangunan Gedung dan Kearifan Lokal yang terdapat pada Pasal 17 ayat 2, menjelaskan bahwa bangunan-bangunan gedung baru/modern yang oleh pemerintah kabupaten/kota dinilai penting dan strategis harus direncanakan dengan memanfaatkan unsur dan/atau ragam hias ornamen tradisional. Bangunan yang ada pada saat ini berbentuk modern yang sama sekali tidak menonjolkan unsur dari kebudayaan Minangkabau. Termasuk didalam interior dari kantor Balaikota yang tidak memperlihatkan unsur dari kebudayaan daerahnya. Berdasarkan visi dari pemerintah kota Pariaman saat ini yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pariaman Tahun 2013-2018 (RPJMD 2013-2018) adalah, “ Pariaman sebagai kota tujuan wisata dan ekonomi kreatif berbasis lingkungan, budaya, dan agama”. Kemudian diwujudkan
dengan
misinya,
“Membangun
sumberdaya
manusia
yang
berkompetensi, berbudaya, beriman, dan bertawakal melalui penguasaan iptek serta memiliki etos kerja yang tinggi”. Visi misi tersebut menjadi salah satu acuan dalam perancangan interior kantor Balaikota Pariaman dengan pendekatan unsur rumah adat Minangkabau, serta merupakan usaha untuk mengimplementasikan rencana pembangunan jangka menengah dari pemerintah kota Pariaman untuk membangun dan revitalisasi spirit kultural Minangkabau. Dengan melakukan transformasi desain pada interior pusat pemerintahan Balaikota Pariaman yang
akan mengangkat ciri khas kebudayaan lokal. Sehingga dapat mencerminkan suatu pemerintahan yang bisa melestarikan dan menghargai dari kebudayaan daerahnya.
1.2
Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi identifikasi
masalah sebagai berikut: 1. Usaha dari pemerintahan daerah untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan tradisional belum maksimal. 2. Peraturan tentang Pemerintahan Daerah yang berdasarkan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008, daerah mempunyai kewajiban salah satunya melestarikan nilai sosial budaya. Namun peraturan tersebut masih
belum teraplikasikan pada bangunan pusat pemerintahan
daerah. 3. Peraturan daerahprovinsi Sumatera BaratNomor 6 tahun 2011 tentang Arsitektur Bangunan Gedung dan Kearifan Lokal yang terdapat pada Pasal 17 ayat 2, ” bangunan-bangunan gedung baru/modern yang oleh pemerintah kabupaten/kota dinilai penting dan strategis, harus direncanakan dengan memanfaatkan unsur dan/atau ragam hias ornamen tradisional”. 4. Bangunan
pusat
pemerintahan
kota
Pariaman
yang
tidak
mencerminkan identitas kebudayaan Minangkabau. 5. Tingkat kenyamanan kerja belum memenuhi standar ergonomi kantor pemerintahan daerah.
1.3
Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah diatas maka yang akan menjadi pokok
permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana ciri khas kebudayaan lokal Minangkabau diaplikasikan pada interior Balaikota Pariaman?
2. Bagaimana merancang interior Balaikota Pariaman yang mengacu pada aturan standar pemerintah daerah dalam mengatur bagaimana implementasi ciri khas dari kebudayaan lokal ? 3. Bagaimana merancang interior Balaikota Pariaman agar tidak bertolak belakang dengan aturan-aturan yang berlaku pada arsitektur Rumah Gadang ? 4. Bagaimana menyusun konsep agar menghasilkan transformasi desain pada perancangan interior Balaikota Pariaman? 1.4
Tujuan dan Manfaat Perancangan 1.4.1 1
Tujuan
Mengangkat nilai-nilai kearifan lokal Rumah Gadang dengan menerapkan
unsur-unsur
budaya
Minangkabau
dalam
perancangan interior Balaikota Pariaman. 2. Merancang interior Balaikota Pariaman sesuai dengan aturan standar pemerintah daerah. 3. Merancang interior Balaikota Pariaman agar tidak bertolak belakang dengan peraturan adat pada arsitektur Rumah Gadang 4. Merancang desain interior agar menghasilkan transformasi desain pada interior kantor Balaikota Pariaman.
1.4.2
Manfaat
1. Mengimplementasikan unsur-unsur kebudayaan lokal pada interior Balaikota Pariaman. 2. Melestarikan dan mengembangkan potensi kebudayaan lokal. 3. Menjadikan desain interior kantor Balaikota Pariaman sebagai salah
satu
cara
untuk
mengangkat
arti
penting
dan
menumbuhkan rasa memiliki terhadap nilai kebudayaan daerah.
1.5
Batasan Masalah -
Objek perancangan kasus studi:
Perancangan interior kantor Balaikota Pariaman dengan pendekatan unsur bangunan rumah adat Minangkabau. -
Lokasi : Berada pada pusat kota Pariaman pada hamparan dataran rendah yang
landai dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter diatas permukaan laut. -
Pendekatan Pendekatan pada ciri khas bangunan-bangunan rumah adat tradisional
Minangkabau.
1.6
Metodologi Perancangan Metodologi adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang
ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi, serta menginterpretasikan data-data. Metode dalam pengumpulan data sangat menentukan dalam sebuah penelitian ilmiah karna mutu dan validitas dari hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemiliha metode secara tepat.
1.6.1
Pengumpulan Data 1. Survey
Mencari informarsi dan data-data yang akurat ke lapangan pada objek
kantor
Balaikota
Pariaman
untuk
mendapatkan
keterangan yang faktual dari masalah-masalah yang ada pada kantor Balaikota Pariaman. Dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait sehingga mendapatkan informasi
yang
jelas.
Pengambilan
data-data
melalui
dokumentasi sebagai bukti melalui visualisasi.
Mencari informasi dengan melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui keberadaan rumah adat tradisional Minangkabau. Mencari unsur-unsur ciri khas kebudayaan lokal pada tiap-tiap bangunan, serta melakukan interview kepada pemuka adat dan keturunan yang menempati rumah tersebut.
Pengambilan data melalui dokumentasi sebagai bukti dan sample yang ditemukan pada lokasi tersebut.
2. Observasi Yaitu mengadakan observasi secara langsung maupun tidak langsung dengan studi pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi dengan tujuan yang dicapai sehingga mampu menyelesaikan permasalahan.
Wawancara: mewawancarai pihak-pihak yang berkaitan dengan perancangan yang diambil.
Studi Lapangan: melakukan studi banding pada objek yang sejenis sebagai dasar perbandingan dalam menuyusun konsep perancangan.
Dokumentasi: mengambil gambar dalam melakukan observasi
3. Studi Literatur Yaitu mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut berisikan tentang:
Gambar perencanaan kantor Balaikota Pariaman
Peraturan Walikota Pariaman tentang uraian tugas
Lembaran daerah kota Pariaman
Rencana pembangunan jangka menengah daerah kota pariaman tahun 2013-2018
Standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintah daerah
Arsitektur tradisional daerah Sumatera Barat
Etnis dan adat Minangkabau
Cagar budaya nagari saribu Rumah Gadang
Transformasi desain
Referensi ini dapat dicari pada buku, jurnal, dan situs-situs internet. Tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagian dasar teori
dalam melakukan studi dan dasar sebagai acuan dalam desain Kantor Balaikota Pariaman.
1.6.2
Metodologi Analisis Yaitu menganalisa data-data yang diperoleh dilapangan, menghubungkan
dengan teoritis, kemudian mengintepretasikan dan menghasilkan alternatifalternatif desain yang selanjutnya disimpulkan menjadi kesimpulan desain. 1. Melakukan studi banding pada Balaikota Pariaman dengan bangunanbangunan lain yang mencerminkan identitas kebudayaan lokal. 2. Mencari perbandingan pada rumah adat Minangkabau dan unsur-unsur interior yang akan menjadi acuan dalam desain.
1.7
Kerangka Berfikir Latar belakang Pusat pemerintahan harus bisa mencerminkan ciri khas kebudayaan daerahnya. Sesuai dengan peraturan tentang Pemerintahan Daerah yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (perubahan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ) dalam menyelenggarakan otonomi tersebut, daerah mempunyai kewajiban salah satunya melestarikan nilai sosial budaya, yang mana nilai sosial budaya ini semua hal yang diciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat.
Fenomena Banyak bangunan pusat pemerintahan yang tidak memperlihatkan identitas kebudayaan daerahnya.
Tujuan dan sasaran Pendekatan unsur bangunan rumah adat tradisional Minangkabau yang diimplementasikan pada interior Balai Koata Pariaman, dengan mengangkat ciri khas kebudayaan lokal.
Data sekunder Observasi, wawancara, dokumentasi
Implementasi ciri khas Rumah Gadang dalam interior kantor Balaikota Pariaman
Analisa data: Studi bandingpada rumah adat Minangkabau dan kantor pemerintahan
Data primer Buku, jurnal, literatur internet
Konsep dan Tema
F E E D B A C K
1.8
Desain Transformasi desain pada perancangan interior Balai Kota Pariaman dengan pendekatan unsur rumah adat Minangkabau Evaluasi Desain
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan
terdiri
dari
latar
belakang
masalah,
identifikasi masalah dan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat perancangan, metode dan pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Terdiri dari kajian literatur yang menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk merancang. Data dan analisa proyek menjelaskan serta menganalisa data-data yang ditemukan melalui observasi lapangan.
BAB III
KONSEP PERANCANGAN DESAIN INTERIOR Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatarbelakangi terciptanya karya tugas akhir. Terdiri dari
konsep perancangan, organisasi ruang dan lay-out furniture, konsep visual, dan persyaratan umum ruang.
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN VISUAL KHUSUS Terdiri dari pemilihan denah khusus, konsep tata ruang, persyaratan teknis ruang, dan penyelesaian elemen interior.
BAB V
KESIMPULAN Meliputi kesimpulan dan saran