BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan penduduk perkotaan yang semakin meningkat, menjadikan meningkatnya pula kebutuhan ruang, baik ruang untuk tempat tinggal ataupun rungan untuk fungsi-fungsi lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan ruang tersebut perlu adanya penggunaan lahan yang sesuai dengan potensi dan manfaatnya masing-masing. Kota dari waktu ke waktu akan semakin berubah, seiring berjalannya perkembangan zaman yang terjadi. Perkembangan kota tidak dapat terlepas dari pengaruh kota-kota besar lainnya yang terlebih dahulu maju dan berkembang. Artinya bahwa kota yang telah berkembang dan menjadi besar akan secara terus menerus melakukan perkembangan atau pemekaran kota. Kota merupakan suatu jaringan kehidupan yang ditandai dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai oleh aktivitas ekonomi yang cenderung tinggi pula. Fungsi kota sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, pendidikan, hiburan, dan sejenisnya dianggap oleh penduduk akan memberikan peluang yang lebih besar bagi kehidupan mereka. Pertumbuhan penduduk perkotaan dipengaruhi oleh migrasi dan angka kelahiran. Perkembangan penduduk dengan segala aktivitas mereka menuntut akan kebutuhan permukiman, sarana dan prasarana usaha atau perekonomian, transportasi, telekomunikasi, utilitas kota, dan prasarana lainnya yang dapat mendukung kehidupan mereka. Berbagai kebutuhan tersebut akan berujung pada perkembangan wilayah perkotaan (Tyas, 2007). Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan penggunaan lahan ini salah satunya akan terjadi pemanasan global yang disebabkan dari berubahnya penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang
1
dimaksudkan dapat berupa lahan pertanian beralih ke non-pertanian dan dapat mempengaruhi perkembangan suatu kota. (Hartono, 2012). Monitoring atau pemantauan penggunaan lahan pada suatu daerah sangat penting dilakukan agar dapat mencegah adanya masalah ruang untuk hidup yang timbul karena masyarakat salah dalam
memanfaatkan lahan. Untuk mengetahui dan
memantau suatu daerah yang tidak kita kenal, maka saat ini perkembangan teknologi penginderaan jauh dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya telah mendorong orang menggunakan teknik ini untuk berbagai studi, termasuk diantaranya untuk mendeteksi atau memantau perubahan penggunaan lahan. (Rusintong Sinaga,2004) Penyadapan data penggunaan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dilakukan secara terestrial. Tapi harus dingat bahwa kota merupakan pusat kegiatan manusia dengan beraneka penggunaan lahan serta fungsi social ekonomi yang beraneka pula. Untuk kawasan kota, penyadapan data secara terrestrial dianggap tidak efektif. Karena dengan luas kota yang cukup besar membuat penyadapan data secara terrestrial memerlukan waktu, biaya, tenaga yang besar. Kota Yogyakarta merupakan ibukota dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan memliki empat belas kecamatan,yakni Kecamatan Gondomanan Kecamatan Danurejan, Kecamatan Ngampilan, Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan Kraton, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kotagede, Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan Wirobrajan , Kecamatan Gondomanam, Kecamatan Gondokusuman dan Kecamatan Pakualaman . Tetapi yang menjadi pusat Kota Yogyakarta adalah kecamatan Gondomanan. Karena pada kecamatan ini terdapat Malioboro. Dimana kawasan Malioboro ini merupakan daerah pariwisata atau icon kota Yogyakarta. Sehingga banyak pertokoan, jasa serta perhotelan yang berdiri di kawasan ini. Wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta juga semakin meningkat, hal ini membuat perhotelan baru mulai bermunculan. Akibatnya timbul perubahan penggunaan lahan, seperti bertambahnya lahan kearah penggunaan lahan untuk perhotelan. Perubahan penggunaan lahan di kecamatan ini dapat mempengaruhi penggunaan lahan di enam
2
kecamatan yang mengeliling Kecamatan Gondomanan, yakni Danurejan, Ngampilan, Gedongtengen, Kraton, dan Pakualaman. Karena hal itu perlu adanya pemetaan perubahan penggunaan lahan. Pemetaan perubahan lahan sangat penting peranannya, mengingat perkembangan pusat Kota Yogyakarta yang semakin meningkat. Perubahan penggunaan lahan dapat diidentifikasi dengan membandingkan data penggunaan lahan tahun 2007 dan 2012. Untuk penelitian monitoring perubahan penggunaan lahan ini, peneliti menggunakan 2 citra yang berbeda waktu perekaman, yani 5tahun, citra Quickbird pada tahun 2007 dan citra Worldview pada 2012. Citra Quickbird dan Worldview merupakan salah satu produk data penginderaan jauh yang tampilannya hampir sama jika dilihat dengan kasat mata. Keuntungan memakai citra ini adalah karena resolusi spasialnya yang tinggi. Karena semakin tingggi resolusi spasial sebuah citra, maka semakin rinci juga informasi yang dikandung. Dengan demikian untuk memperoleh data perkotaan, cocok menggunakan citra ini. Selain teknik penginderaan jauh, saat ini juga telah dikembangkan pula pengolahan data spasial yang dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sebelum berkembangnya teknologi computer, data tersimpan dalam bentuk tabel, grafik, peta, foto, dan diskripsi. Sehingga kondisi inilah yang membuat pengolahan data tersebut hanya bisa dilakukan secara manual. Pengolahan data dengan cara manual memerlukan banyak tempat dan waktu yang lama, sehingga tidak efisien. Dengan kemajuan teknologi komputer seperti jaman sekarang, analisis data pun dapat diolah secara digital. Pengolahan secara digital dengan komputer ini lebih efisien dibandingkan pengolahan data secara manual, karena selain pengolahan datanya yang jauh lebih baik, yakni dapat bekerja dalam waktu yang singkat, pengolahan data dengan komputer juga dapat menyimpan data dalam jumlah besar. Kemampuan Sistem Informasi Geografis dalam mengolah data secara spasial memudahkan para pengelola kota karena kota merupakan hasil interaksi keruangan didalamnya. Kemampuan modeling pada Sistem Informasi Geografis (SIG) juga memudahkan untuk digunakan dalam perencanaan wilayah.
3
Daerah penelitian yang diambil adalah Kota Yogyakarta, yakni Kecamatan Gondomanan,
Kecamatan
Danurejan,
Kecamatan
Ngampilan,
Kecamatan
Gedongtengen, Kecamatan Kraton, dan Kecamatan Pakualaman.Dan yang menjadi faktor dalam pemilihan daerah penelitian ini adalah (1)mengetahui perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu 5tahun, (2)mengetahui perkembangan pusat kota (ibukota) dalam kurun waktu 5tahun serta pengaruh perubahan lahannya di kecamatan sekitarnya, (3) tersedianya citra kota Yogyakarta. Pemanfaatan data penginderaan jauh dan teknologi system informasi geografi ini diharapkan dapat menghasilkan perubahan penggunaan lahan sebagian Kota Yogyakarta. Sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan seperti memajukan dan mensejahterakan Kota Yogyakarta untuk kedepannya, dan jika terjadi penyimpangan dalam penggunaan lahan dapat segera diketahui dan ditindak lanjuti agar tidak akan menjadi masalah yang lebih kompleks untuk kedepannya. 1.2 Perumusan Masalah Seiring berjalannya waktu, kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan bagi masyarakat semakin hari semakin besar pula, terlebih lagi bagi penduduk perkotaan yang semakin membutuhkan adanya ketersediaan lahan. Pertambahan jumlah penduduk yang meningkat dengan cepat dan aktivitas penduduk perkotaan yang cenderung tinggi mengakibatkan perubahan dan perkembangan fisik kota.Perubahan yang sangat terlihat pada sektor penggunaan lahan yang meliputi perubahan lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Agar penggunaan lahan dapat sejalan dengan perencanaan penggunaan lahan yang telah diterapkan oleh pemerintah, maka perlu adanya pemantauan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingan perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu yang berbeda. Pengolahan data jika dilakukan secara manual atau terrestrial akan membutuhkan waktu yang lama dan kurang efisien. Untuk mengatasi hal tersebut maka pengolahan data dilakukan dengan cara digital yaitu dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG) ini memberikan
4
kemudahan dalam pengolahan data, manipulasi data,dan analisis data. Selain itu penyajian akhir yang dihasil Sistem Informasi Geografis (SIG) lebih baik. Dengan adanya perkembangan teknologi, maka perubahan penggunaan lahan dapat di monitor dengan mudah. Salah satu teknologi yang digunakan untuk pemantauan perubahan penggunaan lahan adalah data penginderaan jauh, yakni citra Quickbird dan Worldview serta tehnik pengolahannya di Sistem Informasi Geografis. Dengan penggunaan citra Quickbird dan Worldview dapat dipadukan dengan ilmu penginderaan jauh untuk mengintepretasi kenampakan yang terlihat pada citra, sehingga diperoleh informasi tentang daerah tersebut sesuai dengan kebutuhan penelitian, yaitu monitoring perubahan penggunaan lahan. Daerah yang dikaji adalah sebagian Kota Yogyakarta, yakni Kecamatan Gondomanan,
Kecamatan
Danurejan,
Kecamatan
Ngampilan,
Kecamatan
Gedongtengen, Kecamatan Kraton, dan Kecamatan Pakualaman. Daerah ini dipilih karena merupakan daerah pusat kota dan pesatnya wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini membuat hotel-hotel baru mulai bermunculan. Terlihat bahwa terjadi perubahan lahan dari permukiman menjadi perhotelan. Sehingga untuk lebih mengetahui perubahan penggunaan lahan di pusat Kota Yogyakarta dan pengaruhanya di Kecamatan yang mengelilinginya, perlu adanya pemetaan penggunaan lahan. Dengan adanya monitoring perubahan penggunaan lahan ini, supaya dapat mengantisipasi masalah yang timbul di kedepannya, seperti kemacetan, pertumbuhan penduduk yang besar, dan lain-lain. Dengan melihat latar belakang dan permasalah diatas, maka saya mangadakan penelitian dengan judul “Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Di Sebagian Kota Yogyakarta Tahun 2007 dan 2012”. Berdasarkan
topik yang diangkat dalam penelitian ini, maka ada beberapa
masalah yang dapat dirumuskan,yakni: 1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di Sebagian Kota Yogyakarta (Kecamatan Gondomanan, Kecamatan Danurejan, Kecamatan
Ngampilan,
5
Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan Kraton, dan Kecamatan Pakualaman) pada tahun 2007 dan tahun 2012 ? 2. Bagaimana cara pemanfaatan citra Quickbird dan WorldView dalam membantu melakukan monitoring perubahan penggunaan lahan di Sebagian Kota Yogyakarta (Kecamatan Gondomanan, Kecamatan Danurejan, Kecamatan Ngampilan, Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan Kraton, dan Kecamatan Pakualaman pada tahun 2007 dan tahun 2012 ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah: 1. Memanfaatkan data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk membuat peta perubahan penggunaan lahan tahun 2007 dan 2012 2. Mengetahui kemampuan Citra Quickbird dan Worldview serta Sistem Informasi Geografi untuk melakukan monitoring perubahan penggunaan lahan di sebagian Kota Yogyakarta (Kecamatan Gondomanan, Kecamatan Danurejan, Kecamatan Ngampilan, Kecamatan Gedongtengen, Kecamatan Kraton, dan Kecamatan Pakualaman) pada tahun 2007 dan tahun 2012. 1.4 Manfaat penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan berbagai pihak dalam memperbaiki kemajuan Kota Yogyakarta: 1. Dalam bidang ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menambah dan memperluas terapan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis terutama dalam hal perubahan penggunaan lahan. 2. Dibidang pembangunan, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak daerah/instansi yang terkait sebagai dasar dalam perencanaan wilayah Kota Yogyakarta, sehingga dapat memajukan dan mensejahterakan untuk kedepannya 3. Memberi pengalaman bagi mahasiswa dan masukan untuk penelitian lebih lanjut 4. Sebagai bahan evaluasi kesesuain lahan 6
1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Penginderaan Jauh Perkembangan yang pesat dalam teknik penginderaan jauh dewasa ini, diikuti pula penggunaannya di berbagai disiplin ilmu. Hal ini disebabkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penginderaan jauh tersebut. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang sedang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979 dalam Sutanto, 2986). Penginderaan jauh merupakan pengumpulan dan pencatatan informasi tanpa kontak langsung pada julat elektromagnetik ultraviolet, tampak, inframerah, dan mikro dengan mempergunakan peralatan seperti penyiam/pemindai dan kamera yang ditempatkan pada wahana bergerak seperti pesawat udara dan pesawat angkasa dan menganalisis informasi yang diterima dengan teknik interpretasi foto, citra, dan pengolahan citra. Citra quickbird dan citra Worldview merupakan citra yang cukup baik digunakan untuk interpretasi penggunaan lahan suatu daerah. Karena kedua citra itu menggunakan true colours (warna nyata) dan resolusinya yang cukup tinggi. 1.5.2 Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang maupun instansi. Dalam kontek penggunaan lahan, SIG sangat membantu dalam proses pengolahan dan analisis data, misalnya dalam proses digitasi. Pada dasarnya, istilah SIG merupakan gabungan dari 3 unsur pokok, yaitu : system, informasi, dan geografis. Dengan demikian pengertian terhadap 3 unsur pokok itulah yang akan membantu dalam memahami arti kata SIG dalam proses kerjanya. Dengan melihat unsur pokonya juga, maka terlihat jelas bahwa SIG merupakan salah satu system informasi dengan tambahan unsur-unsur „geografis‟. Menurut Aronoff 1989 mengemukakan bahwa SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian. 7
Sama halnya dengan Prahasta 2001 yang mendefinisikan SIG sebagai jenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis. Software SIG tersusun secara modular, dimana basis data memegang peranan kunci disini. Perangkat lunak SIG dibagi menjadi berbasis data vektor dan berbasis data raster. Data SIG berbasis vektor biasanya disimpan dengan mengunakan matematis tertentu, sedangan data berbasis raster datanya disimpan dan dimanipulasi secar raster pula. Sebagai contoh SIG berbasis vektor adalah arc/info, dan SIG berbasis raster adalah ILWISS dan ERDAS. Komponen SIG dalam aspek organisasi meliputi data dan informasi geografi yang biasanya disebut dengan komponen basis data. Suatu proyek SIG dapat berhasil dengan baik, jika diolah secara baik dan dikerjakan dengan orang-orang yang ahli dalam mengolah SIG. 1.5.3. Pengolahan Sistem Informasi Geografis Aronoff
1989 mendefinisikan bahwa SIG adalah sistem informasi yang
didasarkan pada kerja komputer yang mempunyai kemampuan yang menangani data yang berefersi geografi, yaitu memasukkan data, majemen data (penyimpanan data dan pemanggilan kembali data), memanipulasi dan menganalisa data serta pengeluaran data pengemmbangan produk dan percetakan). 1.Pemasukan data Dalam SIG, pemasukan data atau input data merupakan suatu proses yang sangat penting, dimana data yang akan diolah SIG akan dimasukkan disini. Input data adalah suatu pekerjaan atau operasi pemasukkan data (data encoding) dan menulisnya ke dalam data base. Data masukkan dalam SIG sangat bervariasi, yaitu dapat berupa data spasial maupun data non spasial. Data spasial merupakan data yang menayangkan kenampakan-kenampakan lokasi geografis. Data spasial umumnya berupa kenampakan titik, garis, dan area. Sedangkan data non spasial merupakan informasi deskriptif baik dalam bentuk tabel maupun laporan. Kumpulan informasi
8
spasial dan non spasial saling terkait satu dengan yang lain dinamakan basis data (data base) Pemasukkan data dalam SIG terdiri atas dua komponen, yaitu: data grafis dan data atribut. data grafis dapat berasal dari data analog, foto udara, citra dalam bentuk hardcopy. Sedangkan data atribut/data numerik berasal dari data statistik ataupun data hasil survei lapangan. Data masukan ini dapat diperoleh dari data hasil digitasi manual ataupun semimanual, data pengamatan di lapangan, data pengamatan satelit, data statistika . dimana proses digitasi adalah suatu proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital dalam struktur vektor. 2.Manajemen Data Sub sistem ini merupakan sentral dari pengolahan SIG. Manajemen data dimaksudkan agar data dapat disimpan, dipanggil, dihapus, dan diperbaiki secara efisien dan akurat yang diperoleh dari pemasukan data (input data). Pengorganisasian data keruangan, diambil dan dianalisis oleh sub sistem ini. Pengelolaan data memerlukan adanya data yang telah tersusun ke dalam data base. Dalam pengelolaan data ini diperlukan suatu sistem yang dapat melakukan beberapa aplikasi program sekaligus. Kumpulan program terpadu yang dapat menangani data dinamakan Data Base Management System (DBMS). Keuntungan adanya DBMS ini adalah kualitas, kerahasiaan dan keutuhan dapat dijamin dan dipelihara, serta efisien dalam aplikasinya. 3.Manipulasi dan Analisis Data Data yang telah dimasukkan dapat dimanipulasi dan dianalisis dengan menggunakan software SIG antara lain berfungsi untuk merubah bentuk data, pengkaitan data atribut dengan data grafis, overlay peta, perhitungan aritmatik dan statistik atau kalkulasi, dan operasi model spasial. Manipulasi data dilakukan dengan menciptakan variabel-variabel campuran melalui proses langsung dari data spasial dan non-spasial dalam suatu sistem. Operasi analisis melakukan pengujian data yang
9
ditujukan untuk mengestrak atau membuat data baru untuk memenuhi beberapa kebutuhan dan kondisi, sebagai contoh adalah proses overlay. 4.Keluaran Data Data keluaran dari SIG merupakan prosedur yang digunakan untuk manampilkan informasi sebagian atau semua basis data dan hasil manipulasi data dari SIG ke dalam bentuk yang sesuai dengan selera pengguna. Data keluaran SIG umumnya dalam format hardcopy, softcopy serta file elektronik. Hardcopy yaitu bentuk cetakan dapat berupa tampilan gambar pada layar monitor komputer dalam bentuk data digital berupa file yang dapat dibaca oleh komputer. Sedangkan file elektronik adalah file kompatibel dengan komputer (digital) dan dapat digunakan untuk transfer data ke sistem komputer yang lain dan disimpan dalam media magnetik (Aronoff, 1989). 1.5.4 Citra Citra adalah gambaran suatu obyek, yang direkam dengan cara optik, electrok optic, optic mekanik, atau elektrik. Sedangkan data non citra dapat berupa grafik, diagram, dan numeric. 1. Citra Bersifat Optik Citra ini biasanya berupa citra fotografik yang berupa foto. Citra ini adalah gambaran foto yang direkam dengan menggunakan kamera sebagai sensor, film sebagai detector, sedangakn tenaga elektromagnetik yang digunakan pada spectrum tampak dan perluasannya. 2. Citra Sebagai Analog Citra ini berupa signal video seperti gambar pada monitor TV. Sistem perekamannya
menggunakan
system
gabungan
optical-scanning,
sensornya
menggunakan kamera video, detektornya menggunakan opto-electronik maupun tenaga elektromagnetik dan perekamannya menggunakan spectrum tampak dan perluasaanya 0.4 - 1.3µm.
10
3. Citra Bersifat Digital Pada umumnya citra non fotografik yang direkam oleh satelit penginderaan jauh bersifat digital, yang direkam dalama bentuk pixel. Citra ini direkam dengan menggunakan sensor non kamera (scanner, radiometer, spetokmeter), detector yang digunakan detector elektronik, dan tenaga elektromagnetik yang digunakan lebih luas dibandingakan dengan citra fotografik.. sedangkan spectrum yang digunakan citra digital adalah spectrum tampak, ultra violet, inframerah dekat, inframerah termal, dan gelombang mikro. 1.5.4.1 Citra Quickbird Quickbird merupakan satelit penginderaan jauh yang diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 di California, U.S.A. Dan mulai memproduksi data pada bulan Mei 2002. Satelit Quickbird ditempatkan pada ketinggian 450 km di atas permukaan bumi dengan tipe orbit sun-synchronous dan misi pertama kali satelit ini adalah menampilkan citra digital resolusi tinggi untuk kebutuhan komersil yang berisi informasi geografi seperti sumber daya alam, resolusi citra yang dihasilkan sebesar 0.61 m untuk panchromatik dan 2.44 m untuk multispektral (R,G,B, NIR) dengan cakupan area seluas 16.5 km x 16.5 km untuk single area dan seluas 16.5 km x 165Km untuk setiap strip area. Citra Quickbird dapat digunakan untuk berbagai aplikasi terutama dalam hal perolehan data yang memuat infrastruktur, sumber daya alam bahkan untuk keperluan pengelolaan penggunaan lahan dan perencanaan wilayah. Keunggulan quickbird adalah mampu menyajikan data dengan resolusi hingga 61 cm. Dengan resolusi setinggi ini, sebuah lokasi permukiman dapat diidentifikasi per individu bangunan, sebuah jaringan jalan dapat didentifikasi sebagai poligon dua sisi. Jenis data dari quickbird: 1. panchromatic: terdiri dari citra dengan warna hitam dan putih dengan resolusi 0.6 0.7 m.
11
2. multipsectral: terdiri dari citra berwarna dengan band 1, 2, 3 (visible) dan 4 (infrared), dengan resolusi 2.4 m. 3. bundle: terdiri dari citra panchromatic dan multispectral, pada area yang sama, dengan membeli citra dalam bentuk bundle, anda harus melakukan pan-sharpen sendiri untuk mendapatkan citra dengan resolusi tinggi. 4. natural color/ infrared color: itu merupakan produk dari qb yang sudah di pansharpen dan dibuat kombinasi warna, jadi resolusinya pun sudah 0.6 m. 5. pan sharpen (4 band): produk ini terdiri dari 4 band, sama dengan multispectral, namun
sudah
dilakukan
pansharpen
dengan
panchromaticnya,
sehingga
resolusinya pun sudah 0.6m. Tabel 1.5.4.1. Spesifikasi Citra Quickbird 18 Oktober 2001 at Vandenberg Air Force Base, California,USA Pesawat Peluncur Boeing Delta II Masa Operasi 7 tahun lebih Orbit 98°, sun synchronous Kecepatan pada Orbit 7.1 Km/detik (25,560 Km/jam) Kecepatan diatas bumi 6.8 km/detik Akurasi 23 meter horizontal (CE90%) Ketinggian 450 kilometer Pankromatik : 60 cm (nadir) to 72 cm (25° off-nadir) Resolusi Multi Spektral: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25° off-nadir)) Cakupan Citra 16.5 Km x 16.5 Km at nadir Waktu Melintas Ekuator 10:30 pagi 1-3.5 hari, tergantung latitude (30° Waktu Lintas Ulang off-nadir) Pan: 450-900 nm Blue: 450-520 nm Saluran Citra Green: 520-600 nm Red: 630-690 nm Near IR: 760-900 nm Resolusi Radiometrik 11 bit per pixel Sumber: www.space-imaging.com Tanggal Peluncuran
12
1.5.4.2 Citra Worldview WorldView-1 (Pankromatik) diluncurkan pada tanggal 18 September 2007 dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenburg di California. WorldView1 adalah satelit pertama dalam "generasi berikutnya" dari satelit yang akan ditambahkan ke konstelasi satelit Digital Globe. WorldView1 mampu mengumpulkan hingga 750.000 kilometer persegi (290.000 mil persegi) per hari dari setengah meter citra. WorldView2 merupakan produk terbaru di dunia satelit resolusi tinggi satelit, diluncurkan pada tanggal 8 Oktober 2009 dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenburg di California. WorldView-2 adalah satelit resolusi tinggi pertama dengan 8 band Multispektral. WorldView2 secara bersamaan akan mengumpulkan citra Pankromatik pada citra 0.46m dan 1.84m di Multispektral. Karena Perizinan Pemerintah AS, citra tersebut akan tersedia secara komersial sebagai citra 0.5m. WorldView2 mampu mengumpulkan hingga 975.000 kilometer persegi citra per hari (376.000 mil persegi). Perkembangan teknologi penginderaan jauh terutama citra Worldview memudahkan dalam mengkaji perencanaan tata ruang kota dan monitoring penggunaan lahan, contohnya perubahan obyek bangunan. Worldview telah dimanfaatkan untuk menyusun peta rencana detail tata ruang paling up to date. Karena Worldview memiliki keunggulan mampu menyajikan data dengan resolusi hingga spasial tinggi, yaitu 0.46 m – 0.5 m untuk citra pankromatik dan 1.84 m untuk citra multispektral, sehingga perkembangan wilayah kota tersebut dapat di kendalikan sesuai dengan orientasi perencanaan pembangunan kota agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Dengan terjadinya perubahan lahan, maka perlu adanya sebuah studi identifikasi perubahan lahan atau montoring perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan data citra Worldview.
13
Tabel1.5.4.2 Spesifikasi Citra Worldview Orbit
Tinggi : 496 kilometer Sun synchronous, jam 10:30 am descending node
Periode orbit : 94.6 menit Masa Operasi Diperkirakan s/d tahun 2018 Dimensi Satelit, Bobot & 3.6 meter tinggi x 2.5 meter lebar, Power 7.1 meters lebar panel energi surya Bobot : 2500 kilogram 3.2 kW panel surya, 100 Ahr battery Sensor Bands Pankromatik Resolusi Sensor (GSD = 0.50 meter Ground Sample Distance (GSD) pada nadir Ground Sample Distance) 0.59 meter GSD pada 25° off-nadir Dynamic Range 11-bits per pixel Lebar Sapuan 17.6 kilometer pada nadir Kapasitas Penyimpanan 2199 gigabit Perekaman per orbit 331 gigabit Maksimal Area terekam 60 x 110 km mono dalam sekali lewat 30 x 110 km stereo Putaran ke lokasi yg sama 1.7 hari pada 1 meter GSD atau kurang 4.6 hari pada 25° off-nadir atau kurang (0.59 meter GSD) Ketelitian lokasi 6.5 m CE90 pada nadir, dengan ketelitian actual antara 4.0 – 5.5 m CE90 pada nadir, diluar pengaruh terrain dan off-nadir 2.0 m jika menggunakan registrasi titik kontrol tanah Sumber: http://worldview-indonesia..com 1.5.5
ArcGIS ArcGIS adalah
salah
satu
software
yang
dikembangkan
oleh ESRI
(Environment Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsifungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 2000. Produk utama dari ArcGIS adalah ArcGIS desktop, dimana arcGIS desktop merupakan software GIS professional yang komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu: ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data yang
14
komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing). ArcGIS desktop sendiri teridiri atas 5 aplikasi dasar yakni : 1.ArcMap ArcMap adalah komponen utama dari ESRI ArcGIS yang merupakan program pengolah geospasial, dan digunakan untuk melihat, mengedit, menciptakan, dan menganalisis data geospasial. ArcMap ini memungkinkan pengguna untuk mencari data dalam kumpulan data, melambangkan fitur sesuai, dan membuat peta. Aplikasi utama yang dimiliki, meliputi untuk mengolah, membuat (create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing, composing dan publishing) peta. ArcMap juga berfungsi untuk membuat dan memanipulasi set data untuk memasukkan berbagai informasi. Sebagai contoh, peta yang dihasilkan di ArcMap umumnya termasuk fitur seperti panah utara, bar skala, judul, legenda, dll paket perangkat lunak mencakup gaya-set fitur ini 2.ArcCatalog ArcCatalog adalah aplikasi yang berfungsi untuk mengatur/mengorganisai berbagai macam data spasial yang digunakan dalam pekerjaan SIG. Fungsi ini meliputi tool untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution) dan menyimpan (documentation) data – data SIG. ArcMap juga digunakan untuk membuat lapisan baru serta mengelola shapefiles yang ada. Program ini juga dapat langsung diakses tanpa memulai ArcMap. 3.ArcToolbox Terdiri dari kumpulan aplikasi yang berfungsi sebagai tools/perangkat dalam melakukan berbagai macam analisis keruangan. 4. ArcGlobe Aplikasi ini berfungsi untuk menampilkan peta-peta secara 3D ke dalam bola dunia dan dapat dihubungkan langsung dengan internet.
15
5.ArcScene ArcScene merupakan
aplikasi
yang digunakan untuk
mengolah dan
menampilkan peta-peta ke dalam bentuk 3D. 6.ArcPad ArcPad digunakan sebagai aplikasi berbasis mobile gis untuk GPS Tracking, GPS Mapper dimana kita bisa melakukan import data berupa koordinat, point, informasi, dan lain-lain pada lokasi yang dituju. Tahun 2012 ESRI mengeluarkan arcGIS versi terbaru yakni versi 10.1. Dimana versi ini mempunyai beberapa fungsi baru, diantara mendukung komputasi awan (cloud computing), kemudahan dalam berbagi pakai dengan user lainnya, akses langsung terhadap basis data spasial, memberkan fasilitas kartografi yang lebih lengkap, serta fungsi-fungsi analisis yang lebih lengkap. Namun terdapat kendala pada penginstalan ArcGIS 10.1 ini. Karena spesifikasi ArcGIS 10.1 yang terbilang cukup tinggi ini membuat tidak semua perangkat keras dapat menerima ArcGIS 10.1. Sehingga membutuhkan perangkat keras yang tinggi pula. Jadi untuk computer pembuatan dibawah tahun 2000 tidak dapat menerima ArcGIS 10.1, sehingga perlu computer pembuatan diatas tahun 2001. Tabel 1.5.5 Spesifikasi ArcGIS 10.1 No
Spesifikasi
Uraian
Keterangan
1.
Nama Software
ArcGIS
Merupakan paket software yang digunakan oleh masyarakat geographic imaging untuk image processing dan GIS
2.
Versi/release
10.0 / 10.1
Merupakan versiyang terbaru dari seri ArcGIS
3.
Tahun peluncuran
2010
software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna
16
NO
Spesifikasi
Uraian
Keterangan
4.
Vendor/pembu atan
Environment System Research Institute (ESRI)
Perusahaan pembuat software SIG yang berasal dari USA
5.
Minimum Hardware - Processor - RAM - VGA Card - Free Space
6. 7.
Operating system
8.
Kategori software
- Intel Pentium 4, Intel Core Duo, atau Prosesor Xeon, SSE2 (atau lebih) - 2 GB atau lebih tinggi - 512 MB 800 x 600 @256 - Color resolution 207 MB Harddisk Windows server 2003, NT 4.0, 2000, XP, Linux GIS -Profesional
Software ini menggunakan Spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah merupakan data yang kompleks baik data raster maupun vektor
Software ini dapat beroperasi di berbagai macam system Keterangan windows 2000 Software ini termasuk Professional karena memiliki banyak fasilitas input atau output data yang
Sumber : www.ESRI.com 1.5.6 Penggunaan Lahan Lahan merupakan kondisi lingkungan dimana tanah merupakan salah satu bagiannya berupa iklim, suber air, topografi, dan penggunaan Lahan. Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk berbagi kebutuhan, baik yang sudah dikelola maupun yang belum dikelola. Lahan menjadi sumber daya alam yang dibutuhkan manusia sebagai tempat bertahan hidup dari waktu ke waktu.
17
Penggunaan lahan merupakan segala campur tangan manusia baik secara permanen ataupun siklis terhadap kumpulan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang secra keselurahan disebut dengan lahan, dengantujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
baik kebendaan, spiritual ataupun keduanya (Malingreau,
1978). Penggunaan lahan adalah suatu bentuk kegiatan usaha atau pemanfaatan lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Bentuk penggunaan lahan merupakan konfigurasi permukaan lahan yang merupaka hasil aktvitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan klasifikasi Sutanto, masing-masing obyek penggunaan lahan dapat diidentifikasikan sebgai berikut: 1. Permukiman kota Permukiman diinterpretasi berada di pinggir jalan dan terletak di belakang penggunaan lahan jasa. Permukiman kota juga nampak membentuk pola memanjang apabila terletak di sepanjang jalan. Namun, beberapa kenampakan permukiman kota memiliki pola yang tidak teratur. Meluasnya wilayah permukiman kota di wilayah Yogyakarta disebabkan oleh adanya kebutuhan penduduk yang bermigrasi ke daerah tersebut, sehingga membutuhkan tempat tinggal yang banyak pula. Melihat pertambahan penduduk dan pendatang yang masuk ke Yogyakarta, mebuat pembangunan permukiman di wilayah Yogyakarta semakin banyak dilakukan,. Akibatnya banyak lahan permukiman yang berdiri di lahan yang tidak semestinya. 2. Perdagangan Penggunaan lahan perdagang yang dimaksud adalah aktifitas masyarakat yang dijadikan sumber pencaharian dan menghasilkan pendapatan. Perdagang ini tepat bertemunya pedagang dan pembeli, pedagang menjual barang dagangannya dan pembeli mencari/membeli barang kebutuhannya. Definisinya sendiri perdagangan atau dagang ialah penukaran barang-barang, perkhidmatan-perkhidmatan, atau keduadua ini secara sukarela. Mekanisme yang membenarkan perdagangan dipanggil pasaran. Bentuk perdagangan yang asal ialah barter, yaitu penukaran barang secara langsung. Barter dilakukan dengan diskusi antar pedagang, tetapi saat inj sudah
18
jarang dijumpai. Perdagangan wujud antara kawasan-kawasan disebabkan setiap kawasan mempunyai faedah berbanding dalam pengeluaran sesuatu atau sebilangan komoditi yang tertentu, atau kerana kawasan itu memberikan manfaat pengeluaran besar-besaran. Oleh itu, perdagangan pada harga pasaran antara kawasan-kawasan memanfaatkan semua kawasan. Aspek perdagang dapat meliputi pasar tradisional, pertokoan dan jasa, pom bensin. 3. Industri Industri secara umum adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan laba. Misalnya “industri musik” , “industri mobil”, atau “industri ternak”, selain itu berbagai perkantoran dan instansi. Istilah industri juga digunakan bagi suatu bagian produksi ekonomi yang terfokus pada proses manufakturisasi tertentu yang harus memiliki permodalan yang besar sebelum bisa meraih keuntungan. Dalam perencanaan ekonomi dan wilayah urban, kawasan industri adalah penggunaan lahan dan aktivitas ekonomi secara intensif yang berhubungan dengan manufakturisasi dan produksi. 4. Transportasi Penggunaan lahan aspek transportasi adalah penggunaan lahan yang berkaitan dengan alat transportasi. Seperti tempat pemberhentian atau terminal. Ada stasiun kereta api, terminal bus, bandar udara atau airport. Penggunaan lahan bidang transportasi ini sangat penting, karena dapat mengetahui apakah lokasi tembat berdirinya terinal transportasi ini sudah sesuai dengan potensi lahannya atau tidak. Supaya tidak menimbulkan masalah untuk kedepannya. 5. Jasa Penggunaan lahan jasa ini berkaitan dengan jasa atau dalam artian menjual aneka jasa. Seperti adanya pertokoan dan aneka jasa lainnya yang ditawarkan. Penggunaan lahan beraspek jasa ini umumnya berdiri di pinggir jalan kota atau sekitar pusat kota. Karena supaya lebih banyak diketahui masyarakat, dan dapat menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke tempat-tempat tersebut.
19
6. Rekreasi Penggunaan lahan rekreasi dapat terlihat berupa museum, taman bermain, kebun binatang, dan alun-alun. Di dalam citra, pariwisata ini biasanya terlihat di tengah kota atau seperti halaman luas dengan sedikit taman yang menghiasinya,dan sekitar daerah pariwisata juga terdapat pertokoan dan jasa. Ditambah dengan faktor lahan parkir yang cukup luas. Aspek pariwisata di Kota Yogyakarta mempunyai nilai yang tinggi. Kota Yogyakarta terdapat banyak obyek pariwisata yang mengandung nilai sejarah, seperti Kraton, Tamansari, berbagai museum,Malioboro dan lain-lain. Obyek wisata bersejarah ini membuat daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Yogyakarta. Aspek pariwisata ini menjadi sumber pendapatan penduduk setempat. Untuk dapat dijadikan sebagai objek wisata, daerah tujuan wisata tersebut harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Keberadaan suatu objek wisata dapat membuka kesempatan kerja bagi banyak sektor lain, misalnya usaha cinderamata, usaha jasa perhotelan, jasa transportasi. 7. Tempat ibadah Tempat ibadah ini meliputi masjid, gereja, kuil vihara, pura, dan lain-lain. Di dalam citra masjid terlihat seperti bentuk kotak dengan ada bentuk bulatan diatanya, sedangkan gereja seperti berbentuk segitiga, sedangkan untuk citra yang memakai true colours kuil vihara terlihat luas dan bercorak warna merah. Untuk di Kota Yogyakarta terdapat banyak Masjid dan gereja, namun kuil vihara hanya sedikit, yakni terdapat di Kecamatan Gondomanam. 8. dan lain-lain Kategori dan lain-lain ini meliputi kuburan,vegetasi,lahan kosong dan lahan parkir. Pada citra kuburan terlihat luas dengan ada corak kasar bintik-bintik putih, lahan kosong seperti halaman yang tidak digunakan, lahan parkir terlihat luas dengan adanya kendaraan di dalamnya, seperti adanya bus dan mobil yang berbaris atau terpakir rapi. Sedangkan begetasi terbagi menjadi vegetasi kerapatan tinggi dan
20
rendah. Vegetasi kerapan tinggi terlihat vegetasi jang sangat lebat. Sedangkan vegetasi berkerapatan rendah terlihat jarang atau sedikit. Di Kota Yogyakarta jarang dijumpai lahan bervegetasi kerapatan tinggi, hanya terdapat disisi-sisi bagian sungai saja. Tabel 1.5.6 . Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan Kota Tingkat I daerah perkotaan
Tingkat II permukiman perdagangan
Industri
Transportasi Jasa
Tingkat II permukiman
Tingkat IV permukiman
pasar tradisional
pasar tradisional
pertokoan dan jasa SPBU -industri, perkantoran, instansi -Gudang -Stasiun/terminal -Kelembagaan
pertokoan dan jasa, Mall SPBU
-Non-Kelembagaan Rekreasi
Tempat wisata -Lapangan Olah raga
-Kereta api/Bis/Angkutan Perkantoran, sekolah,universitas,gedung pertemuan Hotel, Apartemen, Penginapan, Losmen museum, zoo, Alun-Alun lapangan olahraga, kolam renang
-Stadion Tempat ibadah -Masjid -Kuil Vihara -Gereja Lain-lain
-Kuburan
-Umum
Lain-lain -Makam pahlawan -Lahan kosong -Lahan parkir -sungai -vegetasi kerapatan tinggi kerapatn rendah
Sumber : Sutanto, 1981 dengan sedikit modifikasi 21
1.5.7 Perkotaan UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi Daerah menyebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Sama halnya dengan Peraturan Mendagri RI No. 4/ 1980 yang menyebutkan bahwa kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarati suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris , misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. Sedangkan definisi klasik kota menurut Rapoport dalam Zahnd (1999:4) adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individuindividu yang heterogen dari segi sosial. Dari definisi dapat digambarkan bahwa kota/perkotaan merupakan objek yang mempunyai unsur sosial yang dapat mempengaruhi kegiatan pada pembangunan berkelanjutan (sustainable). Kota sebagai tempat terpusatnya kegiatan masyarakat yang akan terus berkembang dengan komples, kota tidak lagi mempunyai fungsi tunggal (single use) dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya namun memiliki kecenderungan multi fungsi (mixed use) dengan fungsi kegiatan yang berorientasi pada kepentingan pasar dan kepentingan publik. Sehinggakota dapat diartikan sebagai suatu lokasi dengan konsentrasi penduduk/permukiman, kegiatan sosial ekonomi yang heterogen dan intensif (bukan ekstraktif sepertinya pertanian), pemusatan, koleksi dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan sosial ekonomi yang ditetapkan secara administratif. Jikakota adalah suatu wilayah yang ditetapkan secara administratif, perkotaan tidak terbatas pada penetapan administratif, namun berdasarkan ciri-ciri perkotaan yang dimiliki oleh suatu wilayah. Dalam UU Penataan ruang No.26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan
22
sosial dan kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk di kota juga lebih padat. Akibatnya, lahan di kota bernilai ekonomis lebih tinggi. Kriteria kawasan perkotaan meliputi : 1. Memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata pencaharian penduduknya terutama di bidang industri, perdagangan dan jasa; 2. Memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana termasuk pergantian modal Berdasarkan fungsinya, kota dan penggunaan lahannya diklasifikasikan seperti berikut: 1. Pusat
pemerintahan:
lahan
digunakan
untuk
bangunan
kantor-kantor
pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan sampai kantor presiden 2. Pusat perdagangan: lahan digunakan untuk bangunan pasar-pasar, mulai dari pasar tradisional sampai pusat-pusat pertokoan dan mal. 3. Pusat perindustrian: lahan digunakan untuk pabrik, gudang, dll. 4. Pusat pendidikan: lahan digunakan untuk bangunan sekolah, mulai dari TK sampai perguruan tinggi, lengkap dengan sarana olahraga, dll. 5. Pusat kesehatan: lahan digunakan untuk bangunan rumah sakit, puskesmas, laboratorium, dll. 6. Pusat rekreasi: lahan digunakan untuk sarana rekreasi.
23
1.5.8 Batasan Istilah: - Digitasi: Proses perubahan data grafik analog kedalam bentuk digital yang disimpan dalam bentuk magnetik (Jensen,1986). - Penginderaan Jauh Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisi data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak lansung dengan objek, daerah, atau fenomena yang sedang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). - Pemetaan Menampilkan dari suatu proses Sistem Informasi Geografis sehingga menghasilkan informasi baru yang bermanfaat. - Sistem Informasi Geografi Merupakan alat yang bermanfaat menangani data spasial.
24