BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Gumuk Pasir (sand dunes) merupakan bentukan alam berupa gundukangundukan pasir menyerupai bukit akibat pergerakan angin (eolean). Istilah ‘gumuk’ berasal dari bahasa jawa yang berarti gundukan atau sesuatu yang menyembul dari permukaan datar. Gumuk pasir umumnya terbentuk di daerah gurun, namun di Indonesia yang merupakan iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki gumuk pasir yang menjadikan keunikan tersendiri. Dan Gumuk Pasir yang berada di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul merupakan satu-satunya di Indonesia. (Sunarto, 2014) Gumuk pasir terbentuk melalui pasir yang dihasilkan dari Gunung Merapi yang terbawa oleh aliran sungai Progo dan sungai Opak, kemudian pasir yang bermuara di sungai tersebut terbawa aliran menuju laut selatan, adanya angin yang cukup kuat menerbangkan butiran-butiran pasir halus ke daratan. Hembusan yang cukup kencang pada musim-musim peralihan membawa pasir yang cukup banyak hingga terbentuklah gundukan-gundukan pasir seperti bukit-bukit kecil yang disebut gumuk pasir. Untuk menghasilkan gumuk pasir yang sekarang ini, dibutuhkan waktu hingga ribuan tahun, sehingga perlu adanya perlindungan secara legal untuk menjaga kelestarian dari Gumuk Pasir tersebut. (Fahruddin, 2012) Menurut Ramadhan (2012) pada awalnya status gumuk pasir merupakan tanah milik Sultan (Sultan Ground), tetapi sebagai tanah yang tidak dimanfaatkan dan letaknya yang berada di bagian belakang dari Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo.
Hal
ini
menarik
bagi
warga
sekitar
untuk
mencoba
memanfaatkannya, pada awalnya sebagai lahan pertanian, kemudian kandang ternak, rumah hunian dan warung. Kandang ternak yang terdapat di kawasan ini merupakan
1
ekspansi warga dalam memanfaatkan lahan sebagai lahan pertanian, kemudian pemanfaatan ruang berkembang dengan adanya rumah hunian dan warung yang merupakan pengaruh dari perkembangan pariwisata di Pantai Parangtritis. Sehingga semakin lama pemanfaatan lahan di gumuk pasir parangtritis semakin banyak. Pada tahun 2008, kawasan gumuk pasir masuk dalam peraturan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tahun 2008-2028 sebagai Kawasan Lindung Nasional dengan kriteria keunikan bentang alam dan masuk sebagai kawasan cagar alam geologi. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa kawasan gumuk pasir merupakan kawasan strategis yang mempunyai arahan pemanfaatan ruang dengan mencegah, membatasi pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan. Dalam tahap pemerintah daerah, Pemerintah mempunyai respon yang berbeda-beda dalam menanggapi pemanfaatan lahan di kawasan gumuk pasir. Menurut Ramadhan (2012) terdapat dua kecenderungan dalam rencana program yang dilaksanakan oleh Pemerintah, yang pertama yaitu program yang yang menghambat pemanfaatan lahan di Gumuk Pasir, seperti tertuang dalam RTRW Kabupaten Bantul tahun 2011-2029 yang menetapkan bahwa Gumuk Pasir Parangtritis merupakan kawasan strategis lingkungan hidup, yang mana terdapat arahan untuk pencegahan kegiatan budidaya. Sedangkan disisi lain terdapat program pemerintah yang cenderung mendorong pemanfatan ruang di kawasan gumuk pasir seperti adanya penanaman hutan pantai yang sangat jelas mengurangi lahan pasir gumuk, bantuan insentif kepada petani yang mendorong adanya petani baru, bantuan insentif kepada petani tambak dan tidak ada pelarangan secara tegas dalam penambahan bangunan di kawasan gumuk pasir. Pengetahuan masyarakat tentang kawasan gumuk pasir masih sangat minim, masyarakat tidak mengetahui dampak baik dan dampak buruk dari adanya pemanfaatan ruang di kawasan gumuk pasir. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang cenderung mendorong pemanfaatan ruang di kawasan gumuk pasir, lahan
2
berpasirpun semakin berkurang akibat pemanfaatan ruang yang semakin meluas. Selain itu, lokasi gumuk yang berdekatan dengan pantai parangtritis dan parangkusumo, menimbulkan penambahan bangunan seperti warung dan penginapan. Hal ini merupakan salah satu pemicu berkurangnya lahan di gumuk pasir parangtritis. Lain halnya pemerintah yang mempunyai program pencegahan pemanfaatan ruang, pemerintah melakukan upaya sosialisasi yang memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kawasan gumuk pasir, yaitu gumuk pasir merupakan kawasan lindung yang mempunyai keunikan bentang lahan dan satu-satunya di Indonesia, sehingga penting untuk menjaga kelestarian kawasan gumuk pasir. Upaya pencegahan pemanfaatan ruang juga di dukung oleh Lembaga Non Pemerintah, yaitu Laboratorium
Geospasial
Parangtritis
atau
sekarang
disebut
Parangtritis
Geomaritime Science Park (PGSP). (Ramadhan, 2012) Tidak adanya ketegasan tentang pencegahan pemanfaatan ruang, kegiatan di kawasan gumuk semakin bertambah. Hal ini berdampak terhadap timbulnya beberapa permasalahan pemanfaatan ruang. Dikutip dari surat kabar Kedaulatan Rakyat (29 Februari 2016), terdapat aktivitas penambangan di kawasan gumuk pasir. Aktivitas ini dikatakan ilegal karena penambangan dilakukan tanpa melalui izin dari pemerintah.
Kepelikan
permasalahan
tidak
hanya
sampai
pada
aktivitas
penambangan, tetapi merambah hingga kepemilikan lahan. Warga pelaku penambangan pasir mengaku bahwa penambangan dilakukan dilahan milik pribadi, dan lahan tersebut akan digunakan sebagai pertanian. (Kedaulatan Rakyat, 3 Maret 2016). Padahal berdasarkan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam media Kedaulatan rakyat (2 Maret 2016) menyatakan bahwa daerah sepanjang pesisir selatan parangtritis merupakan tanah Sultan (Sultan Ground).
3
1.2 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah diatas adalah: 1. Apakah dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan ruang di kawasan gumuk pasir parangtritis terhadap kondisi fisik dan sosial? 2. Bagaimana pemanfaatan ruang di kawasan gumuk pasir parangtritis? 3. Bagaimana upaya pengendalian pemanfaatan ruang oleh Instansi terkait di kawasan gumuk pasir parangtritis?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari adanya penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dampak dari pemanfaatan ruang di kawasan gumuk pasir parangtritis terhadap kondisi fisik dan sosial. 2. Mendiskripsikan pemanfaatan ruang kawasan gumuk pasir parangtritis. 3. Mengetahui upaya pengendalian pemanfaatan ruang oleh Instansi terkait di kawasan gumuk pasir parangtritis.
1.4 Manfaat Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan, baik kalangan pemerintah, akademisi maupun kalangan praktisi perencana. Berikut merupakan manfaat dari penelitian ini: 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah terkait pelestarian Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya perbedaan sudut pandang Pemerintah dalam menentukan program-program kebijakan.
4
2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi akademisi dalam memberikan temuan tentang pengaruh pemanfaatan ruang di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan, pembanding dan pengembangan bagi penelitian lain pada lokasi dan waktu yang berbeda. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat tentang pentingnya pelestarian Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis sebagai cagar alam geologi.
1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini mempunyai batasan dua batasan penelitian yaitu, batasan fokus dan batasan penelitian. berikut adalah penjabarannya secara lebih detail: 1.5.1 Batasan Lokasi Batasan lokasi dalam penelitian ini adalah kawasan gumuk pasir parangtritis, yang terletak di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis merupakan wilayah di Desa Parangtritis yang mempunyai bentuk lahan gumuk pasir. Disebut sebagai gumuk pasir parangtritis dikarenakan lokasi gumuk ini berada dalam lingkup administrasi di Desa Parangtritis. Lokasi penelitian ini berada di pesisir pantai selatan dari ujung timur pantai parangtritis hingga ke ujung barat pantai depok. Berikut merupakan peta lokasi penelitian
5
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: Survei Penulis, 2016 Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwasanya kawasan gumuk pasir merupakan kawasan Lindung Nasional, kawasan cagar alam dengan kriteria keunikan bentang alam. Namun dalam praktiknya, terdapat banyak kegiatan masyarakat yang memiliki potensi untuk merusak kelestarian cagar alam. Dan adanya kebijakan pemerintah yang cenderung mendorong penggunaan lahan di gumuk pasir. 1.5.2 Batasan Fokus Batasan fokus dalam penelitian ini adalah permasalahan pemanfaatan ruang di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis. Permasalahan yang dimaksud berupa kegiatan masyarakat yang dapat mengganggu kelestarian di Kawasan Gumuk Pasir. Selain itu, penelitian ini juga difokuskan pada pelaksanaan dan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan non pemerintah.
6
1.5.3 Batasan Temporal Penelitian ini mempunyai batasan temporal dari mulai adanya perkembangan penggunaan lahan di kawasan gumuk pasir. berdasarkan data yang diperoleh peneliti, batasan temporal dimulai dari tahun 1973 dimana terdapat foto udara di kawasan gumuk pasir parangtritis yang masih berupan gundukan gumuk yang alami. Kemudian perkembangan guna lahan dari tahun 1973 hingga tahun 2015. Selain itu, batasan temporal terhadap peraturan pemerintah di gumuk pasir yang mulai diatur pada tahun 2008 dengan terbitnya RTRW Nasional hingga adanya upaya pengendalian pemanfaatan ruang di tahun 2016.
1.5 Keaslian Penelitan Menurut penelusuran peneliti, terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan di kawasan Gumuk Pasir Parangtritis, diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Tabel Perbandingan Penelitian Kawasan Gumuk Pasir Parangrtitis dengan Penelitian Sebelumnya No Nama/Tahun
Judul
Fokus Penelitian
Metode/Pend ekatan
1
Sunarto (2014)
Morfologi dan
Kontribusi dari
Induktif-
Kontribusinya
pelestarian bentuk
Kualitatif
dalam Pelestarian
lahan gumuk pasir dan
Pesisir Bergumuk
ancaman yang dapat
Pasir Aeolian dan
terjadi di Gumuk pasir
Ancaman
parangtritis
Bencana Agrogenik dan Urbanogenik Bersambung... 7
Lanjutan Tabel 1.... 2
Danang
Identifikasi
Pertimbangan spasial
Induktif-
Kusumabrata
Pengaturan Zona
lingkungan dan kondisi Kualitatif
(2014)
Konservasi
masyarakat dalam
Gumuk Pasir
pembuatan pengaturan
Parangtritis
zonasi dan mengetahui
Berdasarkan
persepsi dan aspirasi
Analisa Tapak
masyarakat dari
(Spasial), Persepsi manfaat / fungsi dan Aspirasi
gumuk pasir
Masyarakat 3
Mashudi Majeri
Optimalisasi
Optimalisasi potensi
Deskriptif-
(2014)
Potensi Lahan
lahan gumuk pasir
Kualitatif
Gumuk Pasir
untuk kegiatan
untuk Pariwisata
pariwisata
di Kawasan Parangtritis Yogyakarta 4
Widya Ayu Elzha
Aplikasi Citra
Mengamati
(2012)
Resolusi Tinggi
persebaran dan
Multitemporal
perubahan
Untuk Monitoring
kenampakan gumuk
Dinamika
pasir dengan teknologi
Persebaran Area
penginderaan jauh
Deskriptif
Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis 5
Bagus Ramadhan
Faktor-faktor
Menjabarkan
Induktif-
(2012)
yang
penggunaan lahan apa
Kualitatif
Mempengaruhi
saja yang ada di
Bersambung... 8
Lanjutan Tabel 1.. Penggunaan
kawasan gumuk pasir
Lahan di
parangtritis dan
Kawasan Gumuk
menjabarkan tentang
Pasir dan
kebijakan pemerintah
Kebijakan
tentang gumuk pasir
Pemerintah terkait parangtritis di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul 6
Ike Yuli
Perkembangan
Puspitasari (2011) Gumuk Pasir dan
Perubahan
Deskriptif-
perkembangan lahan
Kualitatif
Perubahan
di kawasan gumuk
Penggunaan
pasir pantai
Tanah di Gumuk
parangtritis dari tahun
Pasir Pantai
1972 sampai 2006
Parangtritis 7
Aprilia
Aryani Deflasi Pasir Pada Deflasi atau lubang
(2003)
8
Rujito (2001)
Deskriptif-
Berbagai Tipe
gumuk di berbagai
Kualitatif
Gumuk Pasir di
tipe gumuk pasir di
Parangtritis
parangtritis
Studi Gumuk
Perkembangan gumuk
Deskriptif-
Pasir di Pesisir
pasir dan faktor-faktor
Komparatif
Kabupaten Bantul
yang mempengaruhi
Daerah Istimewa
perbedaan
Yogyakarta
perkembangan dan tipe gumuk pasir
Sumber: Analisis Peneliti, 2016 9
Berdasarkan tabel penelitian sebelumnya, diketahui bahwa sudah banyak peneliti yang mengkaji kawasan gumuk pasir. Baik dari segi bentuk lahan, perkembangan lahan, perubahan bentuk lahan, potensi lahan dan kaitan kawasan gumuk pasir dengan kawasan pesisir desa parangtritis. penelitian tentang Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis sudah dilakukan sejak lama. Hal ini dapat diketahui melalui penelitian oleh Rujito (2001) dengan judul Studi Gumuk Pasir di Pesisir Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, pada penelitian ini penulis mengkaji tentang apa saja tipe gumuk yang ada di kawasan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan gumuk pasir. Kemudian tahun 2003 oleh Aprilia Aryani, yaitu meneliti tentang Deflasi Pasir Pada Berbagai Tipe Gumuk Pasir di Parangtritis.Penelitian
ini
mengungkapkan
tentang
apa
saja
faktor
yang
mempengaruhi deflasi, dan tipe gumuk mana saja yang mengalami deflasi. Kemudian muncul penelitian baru seperti Perkembangan Gumuk Pasir dan Perubahan Penggunaan Tanah di Gumuk Pasir Pantai Parangtritis oleh Ike Yuli Puspitasari tahun 2011 yang membahas tentang perubahan penggunaan lahan di kawasan gumuk pasir dari tahun 1973 hingga 2006, lalu penelitian tentang Faktorfaktor yang Mempengaruhi Penggunaan Lahan di Kawasan Gumuk Pasir dan Kebijakan Pemerintah terkait di Desa Parangtritis oleh Bagus Ramadhan tahun 2012, yang membahas tentang sejarah dari adanya perkembangan guna lahan dan kebijakan pemerintah di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis, dan penelitian dari Widya Ayu Elzha tahun 2012 yang membahas tentang perubahan pemanfaatan lahan dari aplikasi citra beresolusi tinggi melalui teknik penginderaan jauh. Dengan berkembangnya guna lahan di gumuk pasir, mempunyai dampak terhadap kondisi fisik gumuk pasir. yaitu terjadi pengurangan lahan berpasir yang cukup banyak dari tahun 1990an hingga tahun 2014. Penelitian Danang Kusumabrata membahas tentang upaya konservasi dengan mengidentifikasi peraturan zonasi berdasarkan kondisi fisik lahan. Kemudian pada penelitian Sunarto pada tahun 2014 menjelaskan tentang potensi wilayah dari keberadaan gumuk pasir sebagai bentang 10
alam yang unik dan khas, serta ancaman yang dapat terjadi apabila gumuk pasir terus menerus mengalami pengurangan lahan. Sedangkan penelitian ini, mengungkapkan tentang penataan ruang yang sudah berlangsung di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis, yang terdiri dari lingkup perencanaan pemanfaatan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pada penelitian yang sudah ada ,penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak membahas tentang kondisi fisik dari kawasan gumuk pasir parangrtitis, hanya sedikit yang membahas tentang pelaksanaan pemanfaatan ruang melalui kebijakan pemerintah. Pada penelitian ini fokus penelitian tidak hanya kepada kondisi fisik dari kawasan gumuk pasir parangtritis, namun kondisi sosial, lingkup pemerintah terkait dengan peraturan yang berlaku dan pengambilan kebijakan terhadap kawasan gumuk pasir parangtritis.
11