BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa
pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia, dan apabila semua kepulauan digabungkan menjadi satu, maka Indonesia akan menempati urutan ke 15 negara terluas di dunia dan dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat yaitu 252 juta jiwa (2014) yang setara dengan 3,5% penduduk di dunia. Secara astronomis, Negara Indonesia terletak antara 60 LU – 110 LS dan 950 BT – 1410 BT yang merupakan lintang rendah, dan secara geografis, Negara Indonesia terletak diantara benua Asia dan Australia. Hal tersebut menyebabkan negara ini beriklim tropis dan menjadi tempat perlintasan arah angin yang berganti arah setiap enam bulan sekali, sehingga Indonesia hanya mengalami dua pergantian musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Disamping itu kekayaan alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar dengan penyebaran yang tidak merata, pengaturan tata ruang yang belum tertib, masalah penyimpangan pemanfaatan kekayaan alam, suku budaya, agama, adat istiadat, golongan, pengaruh globalisasi serta permasalahan sosial lainnya yang sangat komplek mengakibatkan wilayah Negara Indonesia menjadi wilayah yang memiliki potensi rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia. Antara lain gempa bumi, tsunami, banjir bandang, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin, dan kebakaran hutan. Secara umum, terdapat peristiwa bencana yang terjadi secara berulang setiap tahun. Dapat diambil contoh peristiwa bencana banjir yang melanda di setiap daerah di wilayah Negara Indonesia. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh adanya pergantian musim dari musim kemarau ke musim hujan. Umumnya musim hujan di Indonesia berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan bulan Mei, namun seiring dengan terjadinya pemanasan global, siklus tersebut mulai mengalami perubahan. Hujan yang terjadi secara terus-
menerus akan menyebabkan bencana berupa banjir bandang dan tanah longsor. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di suatu wilayah yang berlangsung secara cepat, sehingga tidak dapat diserap lagi. Sehingga air akan mengalir secara cepat ke daerah yang lebih rendah. Akibatnya, segala macam benda yang dilewati oleh air tersebut ikut terbawa aliran air menuju ke daerah yang rendah dengan kecepatan tertentu sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang besar karena kerusakan alam. Penyebab terjadinya banjir bandang antara lain adalah hujan yang deras dan pendangkalan aliran sungai merupakan faktor utama. Selain itu juga dipengaruhi oleh kerusakan hutan yang ada di wilayah tersebut. Kerusakan hutan di Indonesia biasanya disebabkan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab yang sering kali menebang pohon di hutan secara sembarangan dan liar ataupun adanya pembukaan lahan secara besar-besaran. Akibatnya hutan di Indonesia menjadi gundul dan tidak dapat lagi berfungsi sebagai tempat untuk penyerapan air hujan. Kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir bandang yang utama yaitu kerugian jiwa. Selain itu banjir bandang juga merusak sarana dan prasaran, dapat memutuskan jalur transportasi, merusak perekonomian, menghilangkan lapisan permukaan tanah yang subur karena adanya pengikisan, serta merusak keindahan alam Indonesia. Dapat dirangkum sudah banyak terjadi bencana banjir bandang di Indonesia. Antara lain banjir bandang di Wasior (2010); banjir bandang di Tangse, Aceh (2011); banjir bandang Pesisir Selatan, Sumatera Barat (2011); banjir bandang Padang, Sumatera Barat (2012); banjir bandang Batanguru Timur, Sulawesi Barat (2012); banjir bandang Sulawesi Selatan (2013); banjir bandang Seram Bagian Barat, Maluku (2012, 2013); banjir bandang Manado (2014); dan masih banyak lagi banjir bandang yang terjadi di Indonesia yang mengalami kerugian yang cukup besar. Dapat diambil contoh pada tahun 2012 dan 2013, bencana banjir bandang melanda Provinsi Maluku. Tidak hanya terjadi di Kota Ambon, banjir bandang juga terjadi di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Ambon tercatat sebanyak 18 jiwa meninggal dunia, 5.420 rumah terendam air, dan 2.170
keluarga atau sebanyak 4.718 jiwa mengungsi. Banjir bandang paling parah terjadi di Dusun Nasiri, Dusun Mange-mange, dan Dusun Hatamanu yang berada di Desa Luhu, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat. Dari data BPBD tercatat terdapat 5 orang meninggal, 1.200 jiwa mengungsi, dan 154 rumah rusak berat yang disebabkan oleh banjir bandang yang terjadi di wilayah ini mencapai tujuh meter yang menerjang di wilayah ini. Selain korban jiwa, banjir bandang di wilayah ini juga merusakkan bangunan infrastruktur dan fasilitas umum, seperti talud, saluran irigasi, jaringan jalan, dan jembatan putus. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kerugian berupa korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur yang ada di Kecamatan Huamual yaitu terpusatnya area pemukiman warga di daerah kipas aluvial yang disebabkan karena topografi yang berbukit dan mempunyai lereng yang curam. Sehingga menyebabkan area permukiman tersebut rawan terhadap bencana alam khususnya bahaya banjir bandang (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Topografi Lokasi Bencana Banjir Bandang Melihat banyaknya kerugian yang diderita akibat banjir bandang, pemerintah harus lebih aktif lagi dalam memberikan perlindungan terhadap rakyat yaitu dengan mewujudkan pencegahan dan mitigasi bencana untuk meminimalkan kerugian yang akan terjadi. Dalam paradigma baru, pencegahan dan mitigasi bencana merupakan suatu pekerjaan yang terpadu yang melibatkan semua elemen masyarakat. Hal tersebut akan berjalan dengan baik apabila terdapat koordinasi
yang baik antara semua pihak, baik dari sektor pemerintah, lembaga masyarakat, badan internasional, dan sebaginya. Sehubungan dengan berbagai kondisi bencana tersebut memunculkan pemikiran perlunya sebuah tindakan preventif untuk meminimalkan dampak negatif yang timbul akibat adanya banjir bandang, serta lebih jauh lagi melakukan pencegahan terjadinya banjir bandang dengan berbagai upaya perbaikan di segala sektor. Salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan dalam jangka waktu pendek adalah dengan mempersiapkan jaringan jalan untuk mendukung kelancaran proses evakuasi bencana banjir bandang yang sekaligus bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan perekonomian di Maluku. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kelayakan jaringan jalan yang nantinya digunakan sebagai jalur evakuasi dan mobilisasi bantuan bagi korban bencana alam. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah 1.
Bagaimana rencana jalur evakuasi dan mitigasi yang paling efisien dalam masa tanggap darurat bencana?
2.
Bagaimana kondisi eksisting jaringan jalan di Kabupaten Seram Bagian Barat, sebagai salah satu alternatif jalur mitigasi yang murah dan sebagai pendukung pertumbuhan perekonomian daerah setempat?
3.
Bagaimana kondisi material pada perkerasan yang digunakan sebagai jalur evakuasi?
4.
Bagaimana rancangan perkerasan jalan dengan menggunakan material lokal yang dapat diterapkan pada jaringan jalan jalur evakuasi tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dari penelitian
yang akan didapat adalah 1.
Merancang jalur evakuasi bencana dan mitigasi yang paling efisien dalam masa tanggap darurat bencana.
2.
Mengetahui dan memberikan solusi terhadap kondisi eksisting jaringan jalan di Kabupaten Seram Bagian Barat, sebagai salah satu alternatif jalur mitigasi yang murah dan sebagai pendukung pertumbuhan perekonomian daerah setempat.
3.
Menguji di laboratorium kondisi material pada perkerasan yang digunakan sebagai jalur evakuasi.
4.
Merancang perkerasan jalan dengan menggunakan material lokal yang dapat diterapkan pada jaringan jalan jalur evakuasi.
1.4
Batasan Masalah Dengan mempertimbangkan banyaknya aspek yang harus dipertimbangkan
dalam mempersiapkan proses mitigasi bencana, maka dilakukan pembatasan penelitian sebagai berikut 1.
Hanya ditinjau dari aspek transportasi.
2.
Lokasi penelitian berada di jaringan jalan Kabupaten Seram Bagian Barat.
3.
Sampel material yang digunakan untuk uji laboratorium merupakan material lokal yang diambil dari depo material yang berada di Kabupaten Seram bagian Barat.
4.
Penelitian ini merupakan survei pendahuluan tahap pertama dari tiga tahap pelaksanaan penanggulangan bencana di Pulau terpencil di Indonesia dengan kerja sama Pemerintah New Zealand.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
1.
Bagi penyusun, menambah wawasan dalam bidang mitigasi bencana alam.
2.
Bagi
Pemerintah
Indonesia,
menjadi
bahan
pertimbangan
untuk
perancangan jalur evakuasi bencana alam sebagai wujud penanggulangan bencana di daerah rawan bencana khususnya di Kabupaten Seram Bagian Barat. 3.
Bagi Pemerintah New Zealand, menambah wawasan tentang berbagai jenis bencana alam di Indonesia.
4.
Secara umum dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai mitigasi bencana alam yang baik dan benar.
1.6
Keaslian Penelitian Penelitian yang mengangkat topik jalur evakuasi sudah ada beberapa yang
meneliti. Namun, penelitian tidak difokuskan pada aspek transportasi. Beberapa penelitian terdahulu yang telah membahas jalur evakuasi bencana yaitu 1.
Edi Iskandar (2012), dengan judul Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik Di Yogyakarta Serta Jalur Evakuasi Korban Gempa Dengan Rute Terpendek, membahas tentang Sistem Informasi Geografis (GIS) yang dapat memetakan daerah-daerah yang rawan gempa tektonik di Yogyakarta. GIS yang dibangun mampu men-generate peta yang tersimpan dalam database dan dapat menampilkan peta daerah rawan gempa secara visual dengan format XML SVG pada client, serta mampu mencarikan rute terpendek untuk evakuasi korban gempa.
2.
Westi Utami (2014), dengan judul Pemetaan Kerentanan dan Penyusunan Jalur Evakuasi Bencana Gempa Bumi, membahas tentang pengembangan jalur evakuasi berdasarkan kerentanan (fisik, sosial, ekonomi, lingkungan, bangunan). Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan sensus penduduk di lokasi bencana. Pemilihan jalur evakuasi dengan pertimbangan keamanan jalan, lebar jalan, dan aksesibiliyas jalan. Hasil dari penelitian ini diketahui 41 % bangunan rumah tangga berada pada kondisi kerentanan kelas tiga (sangat rentan), dan 51 % bangunan rumah tangga berada pada kondisi kerentanan kelas dua (rentan). Sehingga hambatan jalur evakuasi sangat besar, ditambah lagi jalan sempit, tembok rapuh di sekitar jalan, serta lahan terbuka terbatas.
3.
Arkadia Rhamo (2014), dengan judul Studi Penentuan Lokasi Evakuasi Vertikal di Pantai Parangtritis, membahas tentang penentuan lokasi evakuasi dengan simulasi evakuasi tsunami (SET) menggunakan software Evacuware Version 1,0. Metode yang digunakan yaitu dengan mensimulasikan tiga
macam skenario. Dari hasil simulasi didapatkan area pasar merupakan lokasi evakuasi yang efektif. Perbedaan pokok penelitian ini dengan penelitian sejenis di atas yaitu lebih fokus pada aspek transportasi. Penelitian ini lebih ditekankan pada pemilihan jalur evakuasi pada saat terjadi bencana serta pemilihan moda transportasi pada saat paska bencana untuk melakukan penyaluran bantuan tanggap darurat yang berada pada lokasi bencana di kepulauan terpencil. Pemilihan moda transportasi dipertimbangkan pada kondisi jaringan transportasi yang ada, baik jaringan transportasi laut, transportasi darat, maupun transportasi udara.