BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini perkembangan dibidang industri farmasi berkembang sangat pesat. Hal disertai oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat cepat, sehingga mendorong penemuan-penemuan obat baru semakin cepat pula. Pengembangan, penelitian dan penemuan obat baru diperlukan untuk peningkatan kualitas hidup manusia baik untuk preventif, kuratif dan restoratif. Dalam suatu penemuan obat baru maka dibutuhkan suatu rancangan dimana rancangan tersebut bertujuan untuk mendapatkan aktivitas obat yang lebih potensial, meminimalkan efek samping dari obat, lebih selektif, lebih nyaman dan biaya yang layak secara ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara memanipulasi molekul. Mengingat banyaknya obat yang beredar dimasyarakat selain memiliki aktivitas juga memiliki efek samping yang potensial muncul. Oleh karena itu, pengembangan, penemuan dan penelitian obat baru ataupun studi lanjutan tentang obat yang sudah beredar dimasyarakat sangat penting untuk meminimalkan efek samping dan memberikan aktivitas yang lebih poten. Obat analgesik merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi atau menekan rasa sakit, misalnya rasa sakit kepala, otot, perut, gigi dsb. Tanpa menghilangkan kesadaran penderita. Karena khasiat dari obat analgesik ini dapat mengurangi rasa sakit atau nyeri, maka obat analgesik ini menjadi sangat populer dan disenangi oleh masyarakat, meskipun tidak dapat menyembuhkan atau menghilangkan penyakit dari penyebabnya (Widjajanti, 1988). Obat analgesik ini juga merupakan obat yang sering diresepkan meskipun obat ini cukup sering atau potensial menimbulkan efek samping obat yang serius. Adapun efek samping diantaranya gangguan saluran cerna bagian atas, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi dikulit. Selain itu juga dilaporkan bahwa obat ini dapat menyebabkan hepatotoksik dan nefrotoksik apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama dan tanpa monitoring dari tenaga medis seperti dokter dan apoteker. (Yodhian, 2009)
1
2
Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgesik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik. Analgesik narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang sedang sampai berat dan analgesik non narkotik digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang sedang sampai ringan. Berdasarkan struktur kimianya analgesik narkotik dibagi menjadi empat kelompok yaitu turunan morfin, turunan fenilpiperidin (meperidin), turunan difenilpropilamin (metadon) dan turunan lain-lain. Sedangkan berdasarkan struktur kimianya analgesik non narkotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu analgestik-antipiretika
dan
antiradang
bukan
steroid
(Non
Steroidal
antiinflamatory Drugs = NSAID atau Non Opioid) (Siswandono & Soekardjo, 2000). Modifikasi senyawa merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang dikehendaki, antara lain yaitu meningkatkan aktivitas obat, menurunkan efek samping atau toksisitas, meningkatkan selektivitas obat, memperpanjang masa kerja obat, meningkatkan kenyamanan penggunaan obat dan meningkatkan aspek ekonomis obat. Menurut Schueler, modifikasi molekul memiiliki beberapa keuntungan antara lain : kemungkinan besar senyawa homolog atau analaog mempunyai sifat farmakologis serupa dengan senyawa senyawa induk, dibandingkan dengan senyawa yang didapatkan dengan cara seleksi atau sintesis secara acak; kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan produk dengan aktivitas farmakologis yang lebih tinggi; data yang didapat kemungkinan dapat membantu penjelasan hubungan struktur dan aktivitas (Siswandono & Soekardjo, 2000). Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik – antipiretik dan antiremetik tetapi tidak dapat digunakan secara oral karena terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesik – antipiretik adalah senyawa turunannya. Turunannya digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri. Oleh karena itu dilakukanlah modifikasi struktur turunan asam salisilat dengan cara: mengubah gugus karboksil melalui pembentukan garam, ester atau amida; substitusi pada gugus hidroksil; modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil; memasukan
3
gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik (Siswandono & Soekardjo, 2000). Asetosal pertama kali di sintesis oleh Felix
Hofmann pada tahun 1893.
Asetosal terdiri dari ester organik dan asam organik Asetosal banyak digunakan dalam membunuh rasa sakit (analgesik), dan sebagai penurun panas (antipiretik). Asetosal yang dibuat dengan mereaksikan asam salisilat (dengan asam asetat anhydride).
Gambar 1.1 . Reaksi Pembentukan Aspirin Asam salisilat sudah dikenal sebagai analgesik, untuk meningkatkan aktivitas sebagai analgesik, salah satu turunan asam salisilat yaitu 5- bromo asam salisilat akan direaksikan dengan benzoil klorida sehingga akan diperoleh senyawa baru turunan asam salisilat yaitu O – benzoil - 5 bromo asam salisilat. Adanya gugus bromo pada posisi 5 pada struktur asam salisilat, akan meningkatkan kelarutan dalam membran karena senyawa 5 bromo asam salisilat menjadi senyawa yang bersifat lipofilik. Disamping itu juga bromo akan menstabilkan resonansi elektron pada inti benzena, karena gugus bromo bersifat elektronegatif. Asetosal adalah turunan asam salisilat yang telah dikenal dan dipakai sebagai analgesik. Senyawa O - benzoil- 5 bromo asam salisilat memiliki struktur yang mirip dengan asetosal, sehingga diharapkan memiliki aktivitas sebagai analgesik juga.
4
Pada penelitian terdahulu oleh Kamil (2013) berhasil mensintesis senyawa isobutiril salisilamid dan telah melalakukan karakterisasi struktur dengan metode spektrofotometri UV, IR dan spektrofotometri H-NMR dan MS. Untuk membuktikan senyawa O - benzoil- 5 bromo asam salisilat telah dapat disintesis diperlukan analisis karakteristik struktur seperti pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian iniakan menggunakan metode tersebut untuk uji karakterisasi struktur senyawa O - benzoil- 5 bromo asam salisilat, agar diketahui bahwa senyawa yang berfungsi sebagai analgesik sudah terbentuk. Uji aktivitas analgesik perlu dilakukan untuk senyawa baru yang telah terbentuk ada empat metode uji aktivitas analgesik yaitu, hot plate, tail filch, induksi listrik dan induksi kimia. Dalam penelitian ini, akan dilakukan uji analgesik dengan metode induksi kimia (Writhing Test) metode ini sangat mudah dilakukan, hasilnya memiliki akurasi sangat baik. Dan metode ini juga banyak digunakan pada penelitian sebelumnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah senyawa O – benzoil - 5 bromo asam salisilat dapat dipreparasi melalui reaksi asam salisilat dengan benzoil klorida? 2. Apakah senyawa O - benzoil- 5 bromo asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik yang lebih poten dibandingkan asam salisilat pada mencit (Mus musculus)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan senyawa turunan baru asam salisilat yaitu O - benzoil- 5 bromo asam salisilat melalui sintesis struktur asam salisilat. 2. Mengetahui efek analgesik dari senyawa O - benzoil- 5 bromo asam salisilat dan membandingkan aktivitasnya dengan asam salisilat yang sudah diketahui memiliki efek analgesik pada mencit.
5
1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan senyawa baru yaitu O benzoil- 5 bromo asam salisilat hasil dari sintesis benzoil klorida dengan asam salisilat sehingga dengan terbentuknya senyawa baru tersebut diharapkan memiliki aktivitas analgesik yang lebih poten dibandingkan asam salisilat.