BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut Heizer, et al (2005), manufaktur berasal dari kata manufacture
yang memiliki arti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga dapat menghasilkan barang. Pada proses manufaktur, terdapat added value yang diberikan kepada raw material sehingga dapat menjadi sebuah produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Seiring dengan perkembangan inovasi dan rekayasa manusia, industri manufaktur berkembang dengan pesat. Hal ini dengan mengubah pandangan mengenai pembuatan sebuah produk secara konvensional (manual) menjadi secara otomasi. Dengan adanya otomasi, perusahaan dapat beradaptasi dengan kondisi permintaan pasar yang menuntut waktu kirim (delivery time) yang lebih pendek, kualitas produk yang semakin tinggi dan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam menghadapi variasi produk, dengan ukuran batch yang kecil, serta tingkat harga yang wajar (Van Houten, 1992). Perkembangan dari cara konvensional menjadi cara otomasi akan mengubah mekanisme produksi suatu perusahaan dalam hal penanganan material (material handling). Menurut Tompkins, et al (1996), material handling adalah seni atau ilmu tentang pemindahan, penyimpanan, pengamanan, dan pengontrolan material. Material handling atau penanganan material membutuhkan hingga 25% dari seluruh karyawan, 55% dari luas pabrik, dan 87% dari keseluruhan waktu produksi. Penanganan material juga akan menghabiskan 15-70% dari total biaya produk yang dihasilkan. Dari keseluruhan waktu di pabrik, hanya 5% yang dihabiskan di mesin, 95% sisanya adalah aktivitas menunggu dan memindahkan benda kerja. Dari 5% waktu yang dihabiskan di mesin tersebut, hanya 30% yang digunakan untuk memproses di mesin, sedangkan 70% sisanya digunakan untuk loading dan positioning benda kerja (Tompkins, 1996).
Untuk dapat melakukan penanganan material, maka dibutuhkan peralatanperalatan (material handling equipment). Salah satu jenis dari material handling equipment adalah transport equipment. Salah satu transport equipment yang dapat digunakan di pabrik adalah automated guided vehicle (AGV). AGV adalah alat transportasi yang pergerakannya tidak memerlukan bantuan operator. AGV dapat digunakan di dalam maupun di luar lingkungan, seperti manufaktur, distribusi dan pengangkutan (Biles, 2006). Tetapi AGV memiliki beberapa kelemahan yaitu memiliki harga yang relatif mahal dan memerlukan path untuk berjalan. Oleh karena itu, perencanaan matang terhadap implementasi AGV sangat penting agar dapt meningkatkan produktivitas perusahaan. Menurut Kanawaty (1992), terdapat 8 langkah dalam memperbaiki sistem, yaitu select, record, examine, develop, evaluate, define, install, maintain. Langkah pemilihan pekerjaan (select) yang akan dipelajari sampai pendefinisian (define) hasil sudah dilakukan oleh Wardhana (2014). Maka langkah selanjutnya adalah install (implementasi). Langkah simulasi harus dilaksanakan terlebih dahulu untuk melihat kelayakan dari implementasi. Namun, perbaikan sistem tidak akan terjadi apabila tidak dilakukan pemasangan/implementasi setelah dilakukan simulasi. Oleh karena itu perlu dilakukan implementasi solusi ke dalam sistem dan monitoring dalam pelaksanaannya agar hasil didapatkan sesuai atau mendekati hasil simulasi. Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardhana (2014). Penelitian ini dilakukan pada PT Primissima (Persero). PT Primissima (Persero) adalah sebuah perusahaan tekstil yang berlokasi di Jl. Magelang km 13. Pada penelitian tersebut, analisis menggunakan metode simulasi. Pengamatan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan pada unit Flyring menurut Wardhana (2014), menghasilkan beberapa poin sebagai berikut: a. proses perpindahan material yang masih menggunakan tenaga manusia dengan alat sederhana berupa trolley besi, b. operator yang bertugas untuk melakukan penanganan material hanya berjumlah satu orang saja, dengan frekuensi pengiriman sebanyak 15 kali pengiriman dalam satu harinya,
c. beban material yang didorong oleh operator terlalu berat, dengan minimal beban trolley adalah 100 kg, hal ini menyebabkan operator cepat mengalami kelelahan, d. selain memindahkan dengan mendorong, pekerjaan lainnya dari operator tersebut adalah memindahkan material dari mesin ke dalam trolley, dari trolley ke rak, kemudian memindah lagi dari rak ke dalam trolley, dan e. akibat banyaknya pekerjaan yang dilakukan sering terjadi proses tunggu oleh barang yang sudah diproses, dan juga pipa roving yang diperlukan untuk proses pada mesin sering terlambat tiba. Kesimpulan ataupun hasil yang didapatkan pada penelitian Wardhana (2014) antara lain sebagai berikut: 1. simulasi mampu menggambarkan kondisi lini produksi pada PT Primissima secara baik dan mampu membantu dalam pemberian gambaran akan penggunaan alat penanganan material baru berupa AGV. Model terbentuk dengan baik dengan proses verifikasi menggunakan analisis animasi serta trace and debugging serta tervalidasi dengan pengujian statistik Mann-Whitney U test, dengan jumlah replikasi yang dilakukan sejumlah 50 dan sudah memenuhi kebutuhan replikasi yang sesuai dengan perhitungan statistik, 2. optimasi model dengan menggantikan transporter dengan AGV menunjukkan hasil yang memuaskan dengan menurunnya waktu tunggu barang pada mesin dari 100 menit menjadi 4 menit, serta utilitas operator yang turun menjadi 11,65%. Selain utilitas turun proses penanganan material menjadi lebih ergonomi tanpa membebani pekerja dengan proses angkut yang berat. Dengan menggunakan satu buah AGV cukup untuk menggantikan tugas tansporter dimana ada satu AGV tambahan yang berfungsi sebagai cadangan ketika AGV lainnya mengalami kerusakan, 3. produktivitas hasil optimasi menunjukan peningkatan dari awalnya berkisar pada 2500-3000 unit/hari menjadi 5200-5800 unit/hari.
Secara tidak langsung artinya waktu transportasi menjadi lebih optimal, dan 4. nilai NPV Rp 941.646.619,75, serta IRR 22% menunjukkan bahwa investasi layak dilakukan, dengan PBP selama 5,09 tahun. Berdasarkan penelitian Wardhana (2014), penerapan AGV di PT Primissima (Persero) khususnya unit Flyring adalah layak (feasible). Dengan adanya kesimpulan tersebut, maka sesuai dengan 8 langkah dalam memperbaiki sistem menurut Kanawaty (1992), penelitian ini akan dilanjutkan dari define menjadi install. Pengujian langsung ini akan mengakomodasi detail-detail data lapangan yang tidak dimiliki di dalam simulasi, seperti detail pengoperasian AGV, kemampuan mekanis dan elektronis dari AGV untuk diimplementasi langsung pada shop floor dan gangguan dari luar sistem. Selain itu, dengan adanya pengujian langsung ini diharapkan dapat meyakinkan PT Primissima (Persero) untuk menerapkan penggunaan AGV. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya PT. Primissima (Persero).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian mengenai
hal-hal sebagai berikut: a.
bagaimana perbandingan waktu transportasi (transport time) material yang dilakukan secara manual dan dengan bantuan automated guided vehicle (AGV) dengan metode pengujian langsung sesuai dengan kondisi layout pabrik di PT Primissima (Persero)?
b.
bagaimana pengaruh dari pengujian langsung AGV pada penanganan material terhadap produktivitas lini produksi divisi spinning, khususnya unit flyring?
c.
bagaimana hasil dari analisis ekonomi penggantian sistem material penanganan material dari sistem manual menjadi berbasis automated guided vehicle (AGV)?
1.3
Asumsi dan Batasan Asumsi dan batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
analisis dilakukan berdasarkan studi kasus pada industri tekstil PT Primissima (Persero) plant 1 unit Flyring, dimana unit ini merupakan bagian dari Divisi Spinning,
b.
pada penelitian ini AGV tidak akan diberi beban sesuai kapasitasnya (100 kg), namun hanya akan dibebani dengan palet yang digunakan untuk mengangkut work in process dan produk dari unit Flyring,
c.
pengambilan data transportasi dan loading/unloading akan dilakukan secara terpisah,
d.
pengambilan waktu transportasi AGV dan kereta dorong untuk pengantaran menuju WIP terjauh,
e.
letak WIP untuk pengantaran roving baik AGV maupun trolley akan dilakukan terpusat pada satu tempat.
f.
Peneliti tidak mendesain dan membuat AGV, tetapi hanya memberikan umpan-balik terhadap pengembangan AGV.
g.
1.4
Harga produk akibat implementasi AGV adalah tetap.
Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai,
yaitu: a.
melakukan pengujian langsung AGV pada unit Flyring,
b.
meninjau pengaruh pergantian sistem manual menjadi berbasis AGV dalam hal pergerakan, kapasitas, utilitas serta produktivitas unit Flyring,
c.
melakukan analisis kelayakan dari pengimplementasian AGV pada unit Flyring,
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
mengetahui kemampuan dari AGV terhadap kondisi shop floor pada PT Primissima, khususnya unit Flyring,
b.
mengetahui seberapa besar pengaruh sistem penanganan material yang terotomasi menggantikan sistem penanganan manual antar stasiun kerja ditinjau secara waktunya,
c.
mampu memberikan manfaat pada PT Primissima (Persero) dalam pengampilan keputusan tentang pergantian material handling equipment yang akan diterapkan