BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Saat ini, ekonomi dunia menuntut bisnis untuk menjadikan daya saing sebagai aspek penting yang memiliki peran strategis. Manajer seharusnya melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan (Mehra, 1998). Daya saing yang baik dapat diraih dengan melakukan pengurangan biaya di perusahaan. Pengurangan biaya ini adalah perbaikan secara bertahap dengan penghilangan NVA, standarisasi, peningkatan fleksibilitas perusahaan, dan proses perekrutan dan pelatihan pekerja (Dysko, 2012). Hal tersebut sesuai dengan salah satu hukum dalam perbaikan secara bertahap yakni penghilangan pemborosan (Imai, 1997), dan NVA merupakan salah satu jenis pemborosan yang terjadi di perusahaan (Liker, 2004). Strategi perbaikan secara bertahap menghasilkan beberapa contoh pengurangan pemborosan, yaitu mengurangi inventori sebanyak 50-90%, ruang terpakai 10-50%, kebutuhan pekerja 10-35% (Heymans, 2009), setup time 60%, lead time 59%, dan barang setengah jadi 60.000 €. Konsep perbaikan secara bertahap juga dapat diterapkan dalam pengurangan NVA yang terjadi di perusahaan
(Dysko,
2012).
Hasil
tersebut
mengungkapkan
bahwa
implementasi strategi perbaikan secara bertahap dapat menimbulkan pengurangan biaya di perusahaan (Heymans, 2009). Secara umum, industri pangan juga dituntut untuk meningkatkan efisiensinya (Engelund, et al., 2008). Hal tersebut juga disampaikan oleh Lukman sebagai Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia) periode 2015-2020 dalam Rapat Umum Anggota (RUA). Industri makanan dan minuman Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Hal ini dikarenakan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Industri ini diharuskan untuk memperkuat daya saingnya (GAPMMI, 2015).
1
2
PT. Kievit Indonesia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang bahan baku pangan. Perusahaan ini telah menerapkan konsep perbaikan secara bertahap sejak tahun 2015 (Royal FrieslandCampina N.V., 2016). Perbaikan secara bertahap ini dilakukan untuk mencapai target WCOM pada tahun 2020. Dengan pencapaian WCOM tersebut, perusahaan dapat meningkatkan daya saing bisnis di bidang pangan hingga dunia internasional. Salah satu program WCOM yang dijalankan oleh PT. Kievit Indonesia adalah FI (lihat Lampiran 1). Menurut Felice et al. (2015), FI dilakukan untuk mengidentifikasi pemborosan yang terjadi di perusahaan. Tujuan utama dari FI adalah untuk menghilangkan NVA. Seperti yang disampaikan oleh Dysko (2012), penghilangan NVA dapat menyebabkan terjadi pengurangan biaya perusahaan. Menurut Dysko (2012), pengurangan NVA pada pekerja dapat mengurangi biaya secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan dengan pengurangan biaya pada dapur Rumah Sakit Glostrup Denmark tahun 2005. Dengan mengurangi jumlah pekerja dari 71 menjadi 54 orang, manajemen rumah sakit dapat mengurangi biaya produksi makanan (Engelund, et al., 2008). Hasil penelitian oleh Heymans (2009) juga menunjukkan terjadinya pengurangan biaya karena adanya pengurangan pekerja yang dialokasikan di lini produksi sebanyak 10-35%. Di banyak perusahaan termasuk industri pangan, memang terjadi jumlah tenaga kerja yang berlebih yakni sebesar 30%. Hal tersebut diasumsikan terjadi pada perusahaan yang tidak melakukan pengurangan NVA (Heymans, 2009) sehingga hal ini memberikan potensi untuk dilakukan perbaikan. Faktanya, jumlah tenaga kerja yang berlebih juga terjadi di PT. Kievit Indonesia. Hal ini baru dapat diketahui setelah studi kerja pertama dilakukan di departemen Production pada tahun 2015 dengan mengaplikasikan metode DILO. Metode ini berhasil mengungkapkan segala jenis NVA yang dilakukan oleh operator pada suatu jabatan kerja yang sebelumnya tidak teridentifikasi. Satu data hasil DILO yang diperoleh peneliti dari perusahaan menunjukkan 2
3
karyawan pada jabatan kerja Dryer Operator melakukan NVA sebesar masingmasing 21% dan 37%. Kemudian, perusahaan melakukan perbaikan untuk mengurangi NVA tersebut dengan memberikan beberapa rekomendasi perbaikan. Setelah perbaikan diimplementasikan, terjadi pengurangan sebesar 7,3% dari NVA awal per 1 shift. Pengurangan NVA tersebut digunakan sebagai bahan perhitungan kebutuhan jumlah staf pada jabatan kerja tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Dryer Operator yang tadinya berjumlah 2 orang dapat dikurangi menjadi 1 orang. Dengan berkurangnya jumlah karyawan ini, biaya pekerja akan berkurang. Untuk mengulang kesuksesan tersebut sekaligus melihat dampaknya, studi kerja dengan mengaplikasikan metode DILO pada departemen lain perlu dilakukan. Departemen yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah QC. Pemilihan objek penelitian ini didasarkan pada urutan jumlah karyawan terbesar di bagian manufaktur perusahaan. Departemen QC memiliki jumlah karyawan terbanyak urutan 2 yakni 26 orang (sebesar 18%), di antara Production sebanyak 95 (sebesar 65%) dan Maintenance 25 orang (sebesar 17%) dari total pekerja di bagian manufaktur perusahaan sebanyak 146 orang. DILO merupakan metode utama yang akan digunakan dalam upaya identifikasi dan eliminasi NVA. Setelah rekomendasi perbaikan diberikan, NVA diestimasikan berkurang sebesar minimal 7,3% dari NVA awal per 1 shift kerja. Penentuan nilai 7,3% tersebut berdasarkan pengurangan NVA yang terjadi di jabatan kerja Dryer Operator di bagian Production.
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka perlu dilakukan upaya untuk menghilangkan pemborosan oleh pekerja berupa NVA yang terjadi di departemen QC PT. Kievit Indonesia untuk memberikan kontribusi pada usaha penyesuaian jumlah tenaga kerja perusahaan.
4
1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Untuk melakukan penelitian ini, terdapat beberapa asumsi dan batasan penelitian yang digunakan, yaitu: 1. aktivitas yang diukur adalah aktivitas-aktivitas dalam satu shift kerja penuh sehari pada jabatan kerja yang bersifat operator di departemen QC PT. Kievit Indonesia, yaitu PC, IN, MC, SL, IP, dan RMPM, 2. fokus objek penelitian adalah jabatan kerja, dan bukan pengukuran karyawan secara individu, 3. verifikasi kenormalan data aktivitas dilakukan oleh karyawan yang dijadikan responden serta manajer dan supervisor departemen QC, 4. penentuan nilai aktivitas yang diukur (NVA atau bukan NVA) adalah berdasarkan perbandingan antara aktivitas yang terukur dan job description, tanggung jawab, dan peraturan kerja karyawan perusahaan yang telah diverifikasi oleh manajer dan supervisor QC, 5. terminologi bukan NVA adalah aktivitas value added (VA) dan semivalue added (SVA), 6. estimasi besar pengurangan NVA minimal setelah rekomendasi diberikan dan diimplementasikan adalah 7,3% dari NVA awal dibandingkan dengan waktu kerja penuh satu hari masing-masing karyawan. Nilai 7,3% ditentukan berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh terkait dengan pengurangan NVA di departemen Production PT. Kievit Indonesia menggunakan metode DILO.
1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai dengan dilakukannya penelitian ini, yaitu: 1. memberikan rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengurangi NVA (minimal sebesar 7,3%) pada masing-masing jabatan kerja yang diteliti di departemen QC PT. Kievit Indonesai; sebagai tujuan utama,
5
2. memberikan estimasi pengurangan NVA yang terjadi setelah rekomendasi perbaikan diterapkan pada masing-masing jabatan kerja yang diteliti; sebagai tujuan tambahan, 3. memberikan kontribusi dalam upaya penyesuaian jumlah tenaga kerja di PT. Kievit Indonesia; sebagai tujuan tambahan.
1.5. Manfaat Penelitian Setelah tujuan penelitian ini tercapai, terdapat beberapa manfaat yang akan diterima oleh pihak perusahaan, yaitu: 1. memudahkan perusahaan untuk memilih rekomendasi yang sesuai untuk mengurangi NVA yang terjadi pada masing-masing jabatan kerja yang diteliti, 2. mengetahui estimasi impak dari rekomendasi perbaikan yang diberikan untuk mengurangi NVA, 3. mengetahui informasi pengurangan NVA yang dapat digunakan sebagai data bantuan untuk mengestimasi penyesuaian jumlah karyawan. Terdapat juga manfaat untuk bidang akademis, yaitu: 1. mengetahui aplikasi metode DILO untuk mengukur kinerja operator, khusunya di bagian manufaktur, 2. mengetahui kontribusi hasil DILO dalam upaya penyesuaian jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan daya saing perusahaan.