BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Prinsip persamaan dan keadilan umumnya dibutuhkan untuk membuat pemerintahan yang ideal. Asas Persamaan dan Keadilan merupakan pilar terpenting dalam pembentukan prinsip ketatanegaraan. Ketika dalam menjalankan prinsip ketatanegaraan yang tidak berlandaskan asas persamaan dan keadilan maka tidak akan adanya sebuah perdamaian dan memicu sebuah diskriminasi. Dengan melihat idealnya hikmah dari asas persamaan dalam sebuah prinsip ketatanegaraan, maka Allah melalui Surat Al-Hujurat ayat 13 menjelaskan, bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsabangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai
orang-orang
yang
memperlihatkan
kesombongan
dengan
keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya, karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepadaNya. Dijelaskan pula mengenai asas keadilan yang terkandung dalam Surat Al-Hadid 25, dimana didalamnya bahwa tujuan Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab suci dan neraca adalah agar manusia menegakkan keadilan dan hidup dalam satu masyarakat yang adil. Berdasakan hal tersebut, penulis akan memaparkan penjelasan dalam rangka mengupas secara mendetail kandungan ayat tersebut. Dengan tujuan agar kita dapat memahami secara mendalam dan komprehensif tentang
1
pemahaman yang terdapat di dalam ayat tersebut. Karena ayat tersebut merupakan salah satu ayat ahkam yang ada di dalam al-Qur’an. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok utama dalam makalah ini adalah membahas tentang persamaan dan keadilan pada surat Al Hujurat ayat 13 dan Al Hadid ayat 25. Pembahasan tersebut dapat dibentuk dalam sebuah rumusan masalah sederhana agar mempermudah dalam memahami. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana isi kandungan dari Surat Al Hujurat ayat 13? 1.2.2 Bagaimana isi kandungan dari Surat Al Hadid ayat 25? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan Dengan rumusan-rumusan tersebut diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana isi kandungan Surat Al Hujurat ayat 13. 1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana isi kandungan Surat Al Hadid ayat 25.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Al Hujurat Ayat 13
اّللِأَتْ َقُا َُّ َّاخلَ ْقنَاك ُْم ِم ُْنذَ َك ٍرَوأنْثَى َو َج َع ْلنَاك ُْمشع ْوبُ َاوَ ََا لِِٔ ََُلِتَ َع َارف ْواإِ َُّنأَ ْكَرَمكُ ُْم ِعْن َد َ يَاأَيُّ َهاالنَّاسُإِن ﴾٣١﴿ُاّللَ َعلِْيمُ َخَِْي ر َُّ ك ُْمإِ َُّن “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa juga bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuilagi Maha Mengenal.” 2.2 Tafsir Mufrodat Min zakarin wa unsa ك ٍروأنْ ثَى َ َ ِم ُنذ:
َ
ْ
Kata Min zakarin wa unsa berarti dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Maksudnya dari Adam dan Hawa., Ishaq Al-Mushilli berkata:
ُف َعا َُِلالت َّْمثِْي َُِاَكِفَّاء۞اَب ْوه ُْماٰ َدمُ َو ْاْل ُُّم َح َواء ُ ِ ُاَلنَّاس
ِِ ُ ِ فَاِ ُْنُيك ُن ََل ُم ِ َاخرو َُنبُِِهف ِ ُي َوالْ َماء ُ ْ الط ْ فاص ْوَل ُْم َشَرفُ۞ي َف ْ ْ َ “Manusia di alam raya ini adalah sama. Ayah mereka adalah Adam dan
ibunya adalah Hawa. Jika mereka mempunyai kemuliaan pada asal-usul mereka yang patut dibanggakan, maka tak lebih dari tanah dan air.”1 Syu’uban
شع ْوبا:
1
Ahmad Mushthofa Al-Maraghi, Tafsri Al-Maraghi (Edisi Terjemahan) Jilid 26, (Semarang: Toha Putra, 2000), Hlm. 235.
3
Kata syu’ub merupakan bentuk plural (jama’) dari kata sya’b yang berarti bangsa (nation), yang terdiri dari beberapa suku atau kabilah yang bersepakat untuk bersatu di bawah aturan-aturan yang disepakati bersama. Dalam konteks ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan manusia dari lelaki dan perempuan, dan menjadikannya berbagai bangsa dan suku bangsa.2 Qaba’il َ َُ َُِ َ َآئ:
َ
Kata qaba’il merupakan bentuk plural (jama’) dari kata qabilah yang berarti kabilah atau suku. Biasanya kata qabilah atau suku didasarkan pada banyaknya keturunan yang menjadi kebanggaan. Jelasnya, kata qabilah (suku-suku) lebih kecil cakupannya daripada syu’ub (bangsa-bangsa).3 Ta’arafu تَ َعارف وا:
َْ
Kata ta’arafu terambil dari kata (‘ )عرفarafa yang berarti mengenal. Dan kata yang digunakan ayat ini megandung makna timbal balik, dengan demikian ia berarti saling mengenal. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu ayat diatas menekankan perlunya saling mengenal.4 Akramakum م ُ أَ ْكرمك:
ْ ََ
Kata akramakum terambil dari kata ( )كرمkaruma yang pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk. Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 9, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), Hlm. 419 2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 9, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), Hlm. 419 3
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm. 262.
4
‘Alim ُعلِْيم َ dan Khabir ُ َخَِْي ر: Kata ‘alim dan khabir keduanya mengandung makna kemahatauan Allah swt. 2.3 Asbabun Nuzul Diriwayatkan oleh Abu Dawud mengenai turunnya ayat ini yaitu tentang peristiwa yang terjadi pada seorang sahabat yang bernama Abu Hindin yang biasa berkhidmat kepada Nabi Muhammad untuk mengeluarkan darah kotor dari kepalanya dengan pembekam, yang bentuknya seperti tanduk. Rasulullah saw menyuruh kabilah Bani Bayadah agar menikahkan Abu Hindin dengan seorang perempuan dikalangan mereka. Mereka bertanya, “Apakah patut kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan budak-budak?” Maka Allah menurunkan ayat ini agar kita tidak mencemoohkan seseorang karena memandang rendah kedudukannya. Diriwayatkan oleh Abu Mulaikah bahwa tatkala terjadi Pembebasan Mekah, yaitu kembalinya negeri Mekah di bawah kepemimpinan Rasulullah saw pada tahun 8 Hijrah, maka Bilal disuruh Rasulullah saw untuk mengumandangkan azan. Ia memanjat Ka’bah dan mengumandangkan azan, berseru kepada kaum Muslimin untuk sholat berjamaah. ‘Attab bin Usaid ketika melihat Bilal naik ke atas Ka’bah untuk berazan, berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak sempat menyaksikan peristiwa hari ini.” Haris bin Hisyam, ia berkata, “Muhammad tidak akan menemukan orang lain untuk berazan kecuali burung gagak yang hitam ini.” Maksudnya mencemoohkan Bilal karena warna kulitnya yang hitam. Maka datanglah Malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah saw, apa yang mereka ucapkan itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang manusia menyombongkan diri karena kedudukan, kepangkatan, kekayaan, keturunan dan mencemoohkan orang-
5
orang miskin. Diterangkan pula bahwa kemuliaan itu dihubungkan dengan ketakwaan kepada Allah.5 2.4 Tafsir Ayat Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya, karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepadaNya. Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkutpautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepadaNya. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan at-Tirmizi dari Ibnu ‘Umar bahwa ia berkata: Rasulullah saw melakukan tawaf di atas untanya yang telinganya tidak sempurna (terputus sebagian) pada hari Fath Makkah (Pembebasan Mekah). Lalu beliau menyentuh tiang Ka’bah dengan tongkat yang bengkok ujungnya. Beliau tidak mendapatkan tempat untuk menderumkan untanya di masjid sehingga unta itu dibawa keluar menuju lembah lalu menderumkannya di sana. Kemudian Rasulullah memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan pada kalian
kesombongan
dan
keangkuhan
Jahiliyah.
Wahai
manusia,
sesungguhnya manusia itu ada dua macam: orang yang berbuat kebajikan, bertakwa,, dan mulia disisi Tuhannya. Dan orang yang durhaka, celaka, dan Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 9, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), Hlm. 419-420. 5
6
hina disisi Tuhannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat: ya ayyuhan-nas inna khalaqnakum min zakarin wa unsa... Beliau membaca sampai akhir ayat, lalu berkata, “Inilah yang aku katakan, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian. (Riwayat Ibnu Hibban dan at-Tirmizi dari Ibnu ‘Umar) Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Mengetahui tentang apa yang tersembunyi dalam jiwa dan pikiran manusia. Pada akhir ayat, Allah menyatakan bahwa Dia Maha Mengetahui tentang segala yang tersembunyi di dalam hati manusia dan mengetahui segala perbuatan mereka. 2.5 Al Hadid Ayat 25
ِ ِ ُ اتوأَنْزلْنامعهمُالْ ِكت ِ ِ ِ ِ ْ َطوأَنُْزلْن ِ ِ َ َ ُ اب َوالْ ُمْي َزا َُنليَ ق ْوَُمالنَّاسُبِالْق ْس َ َ َ َ َ ُ َلََق ْدأ َْر َس ْلنَارسلَنَابِاالََْ يِن َ َ َااْلَديْ َدفْيُهُب ﴾٥٢﴿ُاّللََ ِويُ َع ِزيْز ُٰ بإِ َُّن ُِ اّلل َم ُْنيَْنصرُە َورسلَهُبِالْغَْي ُٰ َّاس َولِيَ ْعلَ َُم ُِ أْسُ َش ِديْد َوَمنَافِعُلِلن “Sungguh Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa buktibukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca supaya manusia melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia. Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasulrasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” 2.6 Tafsir Mufrodat Al-Hadid
اْلَ ِديْد ْ :
Dalam terminologi bahasa Arab kata al-Hadid berarti besi atau juga tembaga. Akar kata dari al-hadid adalah (ha’-dal-dal), artinya berkisar pada dua hal yaitu mencegah atau menolak dan pucuk sesuatu. Besi dikatakan hadid karena kerasnya, sehingga bisa melepas dirinya dari serangan musuh. Hukuman terhadap seorang yang berbuat dosa disebut had, karena bisa melepasnya dari mengulangi kembali kesalahan. Kata al-Hadid merupakan
7
kata tunggal yang tidak terderivikasi (jamid). Dengan demikian, dalam konteks ayat ini Allah menjelaskan manfaat dari besi yang luar biasa bagi kehidupan manusia.6 Mizan ن َُ ِمْي َزا: Kata mizan ditafsirkan neraca yang digunakan menimbang sesuatu. Anzalna أَنْ َزلْنَا: Kata anzalna digunakan juga oleh Al-Qur’an dalam arti menciptakan atau menampakkan sesuatu yang tadinya tidak nampak. 2.7 Asbabun Nuzul Ayat ini turun dikarenakan untuk menunjukkan kepada umat muslim pada saat itu agar mentaati Rasu-rasul Allah dan menyambut baik tuntutannya. Karena sebelumya umat muslim yang beriman merasa berat melaksanakan tuntutan agama, mereka ditegur agar tidak mengikuti sikap orang-orang Yahudi. Selain itu ayat ini turun sebagai nasihat kepada mereka yang selama ini belum bersungguh-sungguh menggunakan anugerah Allah sesuai dengan tujuan penciptaannya.7 2.8 Tafsir Ayat Allah menerangkan bahwa Dia telah mengutus para rasul kepada umatumat-Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para rasul. Di antara mukjizat tersebut seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim, mimpi yang benar sebagai
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 9, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), Hlm. 693 6
7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm. 46-47.
8
mukjizat Nabi Yusuf, tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa, Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan sebagainya. Setiap rasul yang diutus itu bertugas menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan AlQur’an. Ajaran agama itu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar untuk mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama yang dibawa oleh para rasul itu mempunyai asas “keadilan”. Keadilan itu wajib ditegakkan oleh para rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan pemimpin atas yang dipimpin-nya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama kedudukan-nya dalam hukum, sikap dan perlakuan. Di samping itu, Allah swt menganugerahkan kepada manusia “besi” suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat , di laut dan di udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan
Allah
menggunakannya
untuk
menegakkan
agama-Nya,
menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri.
9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan: 3.1.1 Dalam Surat Al Hujurat ayat 13, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya, karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. 3.1.2 Dalam Surat Al Hadid ayat 25, dijelaskan bahwa tujuan Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab suci dan neraca adalah agar manusia menegakkan keadilan dan hidup dalam satu masyarakat yang adil. Allah juga menciptakan besi antara lain untuk dijadikan alat penegakan keadilan, berdampingan dengan infak dalam melaksanakan jihad dijalan Allah swt. Ayat ini juga bisa dipahami sebagai nasihat kepada mereka yang selama ini belum bersungguh-sungguh menggunakan anugerah Allah sesuai dengan tujuan penciptaannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mushthofa Al-Maraghi. 2000. Tafsri Al-Maraghi (Edisi Terjemahan) Jilid 26, Semarang: Toha Putra. Kementrian Agama RI. 2011. Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 9. Jakarta: Widya Cahaya. M. Abdul Ghoffar. 2004. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 (Edisi Terjemahan), Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. _______________. 2004. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 (Edisi Terjemahan), Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i. M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an. Volume 13. Jakarta: Lentera Hati. _______________. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an. Volume 14. Jakarta: Lentera Hati.
11