BAB I
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pembangunan perumahan secara massal dilakukan melalui sistem industrialisasi. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, industrialisasi mulai berkembang sejak tahun 1970an, untuk mengurangi masalah kekurangan perumahan dan masalah-masalah sosial akibat perumahan yang tidak layak.
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan terhadap sistem, metoda, dan tujuan industri manufaktur skala besar. Dalam industri perumahan; sistem, metoda, dan kemampuan dan teknik manajemen akan diterapkan terhadap semua segmen dari keseluruhan proses. Tujuan dari industrialisasi perumahan adalah memenuhi kebutuhan perumahan yang meningkat dengan cepat, memenuhi persyaratan fleksibilitas pada unit tempat tinggal sebagai penyesuaian terhadap perkembangan kebutuhan penghuni, serta menghasilkan tipe-tipe rumah yang dapat beradaptasi terhadap perubahan sosial ekonomi dan teknologi.(Grubb,1972)
Saat ini kebutuhan perumahan di Indonesia diperkirakan adalah 800.000 unit per tahunnya. Jumlah ini belum termasuk kesenjangan rumah yang belum terpenuhi yang pada akhir tahun 2003 mencapai 5,93 juta unit (9,43 %). Apabila backlog tersebut difasilitasi selama 17 tahun hingga tahun 2020 maka tiap tahun diperkirakan terdapat 1,153 juta unit rumah yang perlu difasilitasi. Pada saat ini pertumbuhan pemenuhan perumahan baru masih sangat terbatas, yaitu sekitar 300.000 unit pertahunnya, baik melalui pasar perumahan, subsidi pemerintah, maupun swadaya masyarakat.(Kimpraswil, 2004)
Untuk melaksanakan pembangunan rumah dalam jumlah besar dan membutuhkan komponen bangunan yang banyak, pendekatan yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah
melalui penerapan metoda industrialisasi dengan sistem
membangun prefabrikasi dengan tujuan bahwa memproduksi komponen-
1
komponen bangunan secara massal dengan harga murah dan mutu terkontrol. (Russell, 1980)
Konsep prefabrikasi telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, yang berakar dari kebiasaan berburu, peralatan perang, seni, dan konstruksi yang menunjukan keberadaan
dan
eksistensi
manusia.
Prefabrikasi
berdasar
atas
sistem
pengembangan, baik konseptual maupun aktual, yang menghasilkan produksi bagian-bagian yang dapat digunakan dalam berbagai cara.
Ketika arsitektur telah menjadi bagian dari ekspresi budaya, prefabrikasi menemukan perannya dalam dunia arsitektur melalui tangan Andrea Palladio, seorang arsitek Italia yang pada masanya banyak membangun istana dan villa. Palladio mulai berpikir mengenai kebutuhan untuk membuat bentuk standar yang optimal, misalnya kolom dan tangga, yang dapat membantunya untuk mengatasi beban pekerjaan yang padat dan tetap dapat memenuhi berbagai macam bentuk desain. Maka dimulailah prefabrikasi elemen-elemen bangunan.
Sistem prefabrikasi untuk perumahan sendiri, berkembang pada jaman Demam Emas (Gold Rush) di Amerika Serikat, dimana para pemukim membawa material prefabrikasi untuk membangun rumah barunya di daerah Barat. Rumah prefabrikasi adalah rumah yang konstruksi pembangunannya cepat karena menggunakan modul hasil fabrikasi industri. Komponen-komponennya dibuat dan sebagian dipasang oleh pabrik (off site). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi, disusun kembali dengan cepat, sehingga tinggal melengkapi utilitas (utility) serta pengerjaan akhir (finishing). Dengan demikian, beberapa manfaat seperti waktu konstruksi yang cepat, lingkungan pembangunan yang lebih bersih, dan biaya yang lebih murah, dapat diraih. Karena biasanya berdasar atas modul, maka keleluasaaan pemilihan desain pun menjadi terbatas pada apa yang telah tersedia. Namun ini tidak mengurangi minat pasar untuk terus menggunakannya.
2
Pada awal abad ke 20 rumah rakitan menjadi tren sehingga antara tahun 1908 sampai 1940 Sears Roebuck menjual sekitar 75.000 rumah prefabrikasi. Kegagalan rumah prefabrikasi yang paling terkenal adalah Lustron Homes, yang terbuat dari rangka baja dan dilapisi oleh panel baja berwarna-warni. Berdiri tahun 1948, hanya berhasil terjual sebanyak 3.000 rumah sehingga pada tahun 1950 mengalami kebangkrutan.
Gambar 1. Rumah Prefabrikasi di Levittown, New York Sumber : A Prefabricated Framing and Enclosure System : Economy, Flexibility, and Applications (Hilgeman, 2004)
Di Eropa (terutama negara-negara Baltik) dan Jepang rumah prefabrikasi mempunyai satu definisi, yaitu rumah dengan modul tertentu dan dibangun layaknya rumah biasa (dari satu lantai sampai low rise house). Bedanya adalah sebagian dari komponennya diselesaikan di pabrik. Setelah Perang Dunia II, dengan banyaknya proyek rehabilitasi permukiman atau pembangunan massal, rumah prefabrikasi banyak menjadi pilihan karena kecepatan pembangunannya dan murah. Kayu banyak digunakan sebagai pilihan utama material bangunan karena sifat fleksibilitasnya dan menyangkut penguasaan teknologi pada saat itu.
3
Pada saat ini, material yang digunakan untuk rumah prefabrikasi sudah cukup beragam, seperti beton pracetak, baja ringan, kayu lapis, dan material lainnya. Karena sifatnya yang produksi massal, masyarakat dapat memilih rumah tersebut melalui katalog maupun ruang pamer.
Gambar 2. Rumah Prefabrikasi karya Werner Aisslinger dan Michelle Kaufmann Sumber : www.beritaiptek.com, 2006
Semakin berkembangnya sistem prefabrikasi, rumah-rumah prefabrikasi tidak lagi dianggap sebagai rumah semi permanen. Bahkan di Jepang anggapan rumah prefabrikasi adalah rumah sementara tidak ada lagi. Objektivitas ini didukung oleh budaya bermukim di Jepang dan erat hubungannya dengan dasar-dasar rumah Jepang itu sendiri, seperti adanya kebiasaan penggunaan modul untuk ukuran ruang
(jou,
ken,
kiwari,
dan
sebagainya).
Perkembangan
aspek-aspek
kenyamanan, gaya, fungsi, kekuatan, kemudahan perawatan, dan keterjangkauan dari rumah prefabrikasi ini menjadikannya mengalami peningkatan dalam penjualan.
4
Gambar 3. Denah Rumah Prefabrikasi Daiwa House Sumber : www.beritaiptek.com, 2006
Gambar 4. Tampak Rumah Prefabrikasi Daiwa House Sumber : www.beritaiptek.com, 2006
5
Dengan mempercepat jangka waktu konstruksi dan pengerjaan di lokasi, kualitas terkontrol di pabrik, maka beberapa masalah yang berhubungan dengan biaya konstruksi dan gangguan terhadap lingkungan saat konstruksi sedikit banyak bisa tereduksi. Selain itu respon terhadap isu berkeberlanjutan mulai lebih diperbaharui dengan pemanfaatan material-material bangunan ramah lingkungan (eco friendly materials), seperti penggunaan bahan-bahan daur ulang (recycled materials) dan sistem fisika bangunannya pun lebih bertumpu pada solar atau hybrid power system.
Sistem prefabrikasi di Indonesia sebenarnya sudah digunakan sejak jaman pendudukan Belanda. Sistem ini pernah dipakai pada beberapa rumah di daerah Jl. Gempol – Bandung dan merupakan contoh metode konstruksi dinding pracetak dengan
menggunakan
perkembangannya
bambu
sudah
plaster
banyak
(Widyowijatnoko,
penelitian
yang
1999).
dilakukan
Pada untuk
mengembangkan rumah prefabrikasi di Indonesia, antara lain yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Pemukiman yaitu RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) dan Smart Modula yang dikembangkan oleh Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta.
RISHA merupakan inovasi sistem teknologi konstruksi pracetak dari komponenkomponen bangunan. Sistem RISHA diarahkan pada sistem pabrikasi dari komponen-komponennya sehingga kontrol kualitas akan lebih mudah dilakukan.
Gambar 5. RISHA
6
Sementara Smart Modula menitikberatkan pada pengembangan rumah tradisional yang tahan gempa. Rumah tradisional itu tidak memiliki pondasi, tetapi didirikan di atas umpak. Dinding juga tidak menahan beban, sedangkan yang menahan beban adalah struktur kolom dan pilar. Dari konsep inilah lahir konstruksi Smart Modula yang mampu menahan goncangan gempa hingga 8,3 skala Richter seperti gempa yang terjadi di Nias.
Gambar 6. Rumah Smart Modula Sumber : www.atmi.ac.id, 2004
Menurut Siswono Yudohusodo dalam bukunya Rumah Untuk Seluruh Rakyat (1991) salah satu sarana pendukung yang ikut menentukan sukses tidaknya program pembangunan perumahan rakyat adalah produksi bahan bangunan dan distribusinya, harga, jumlah dan mutunya, serta penguasaan teknologi pembangunan perumahan oleh masyarakat.
Pembinaan industri bahan bangunan dan komponen bangunan melalui standarisasi dan peningkatan mutu produksi merupakan faktor yang penting untuk mendukung program pembangunan perumahan rakyat dalam skala besar. Dalam pembinaan ini diutamakan bahan bangunan dan komponen bangunan yang diperlukan untuk mewujudkan struktur bangunan dan berfungsinya bangunan rumah.
Dalam proses pembangunan perlu dikembangkan berbagai sistem dan teknologi untuk mengurangi biaya pembangunan, sesuai dengan sasaran pembangunan dan kemampuan masyarakat. Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat
7
dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan sistem komponen yang menunjang kecepatan membangun. Pengurangan biaya pembangunan salah satunya dapat dilakukan melalui pengurangan masa konstruksi, sehingga diperlukan teknologi komponen yang menunjang kecepatan membangun. Salah satu cara untuk mencapai kecepatan membangun adalah dengan menggunakan teknologi prefabrikasi dalam proses konstruksi.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem prefabrikasi berupa panel dinding berusuk, dimana dinding merupakan bagian yang cukup signifikan dalam proses konstruksi yang dapat mempengaruhi kecepatan membangun. Panel berusuk merupakan penggabungan antara sistem panel dan sistem blok.
Metoda pengembangan desain adalah membandingkan dan mengevaluasi lima sistem prefabrikasi yang telah dikembangkan berdasarkan aspek kecepatan membangun. Dari hasil evaluasi tersebut diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan membangun yang kemudian dijadikan kriteria desain. Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dikembangkan suatu usulan desain panel dinding yang cepat bangun berupa panel berusuk.
1.2.
Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, yaitu perlunya suatu sistem pembangunan massal melalui sistem prefabrikasi yang mempertimbangkan aspek kecepatan membangun, maka didapatkan suatu pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana mengembangkan sistem prefabrikasi terutama komponen dinding melalui aspek kecepatan membangun untuk pembangunan rumah secara massal ?
8
1.3.
Rumusan Masalah
Dari pertanyaan penelitian yang menjadi dasar penelitian ini, didapatkan rumusan masalah yang dikembangkan menjadi sub pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana memanfaatkan keunggulan dan kekurangan sistem prefabrikasi yang telah dikembangkan untuk mengembangkan sistem prefabrikasi baru yang telah mempertimbangkan kecepatan membangun? 2. Bagaimana kemungkinan variasi komponen yang dapat dihasilkan ? 3. Bagaimana keunggulan dan kekurangan sistem prefabrikasi baru ? 4. Bagaimana tipologi rumah yang dihasilkan dari variasi komponen ?
1.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui keunggulan dan kekurangan sistem prefabrikasi terdahulu untuk kemudian dikembangkan menjadi sistem prefabrikasi baru. 2. Mengetahui varian komponen yang dapat dihasilkan 3. Menguraikan kelebihan dan kekurangan sistem prefabrikasi baru 4. Mengetahui tipologi rumah yang dapat dihasilkan dari variasi komponen tersebut
1.4.2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Dalam dunia ilmu arsitektur adalah memberikan masukan mengenai potensi sistem dan konstruksi lokal yang dapat dijadikan produk industri manufaktur 2. Sebagai salah satu metoda alternatif atau rekomendasi untuk penyediaan rumah bagi masyarakat, terutama rumah sederhana sehat.
9
3. Memajukan industri konstruksi di Indonesia, dari aspek sistem membangun dan ditujukan untuk
mengembangkan industri perumahan, sehingga
pembangunan lebih cepat dan dengan kualitas lebih baik. 4. Mengembangkan industri lokal yang padat karya untuk menunjang pengadaan komponen-komponen prefabrikasi.
1.5.
Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan industri konstruksi, melalui penerapan sistem prefabrikasi dalam pembangunan perumahan dan sebagai masukan bagi pengembangan industri komponen lokal yang padat karya. Penelitian diupayakan agar dapat membuka berbagai kemungkinan penelitian lanjutan yang akan melengkapi penelitian ini.
1.6.
Batasan Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini, agar lebih terarah diperlukan adanya batasanbatasan penelitian. Yang menjadi batasan-batasan dalam penelitian ini adalah mengenai sistem prefabrikasi yang diarahkan pada kecepatan membangun untuk pembangunan rumah secara massal. Karena penelitian ini
ditujukan untuk
pembangunan rumah secara massal, maka yang menjadi parameter desain adalah aspek kecepatan membangun.
Kecepatan membangun yang diukur hanyalah kecepatan konstruksi masingmasing komponen di lapangan dan tidak termasuk kecepatan produksi komponen di pabrik. Berat dan modul panel dipertimbangkan karena mempengaruhi sistem transportasi dan pendirian, sistem joint, handling equipment dan tinggi bangunan yang dapat dicapai.
Penelitian ini dilakukan pada sistem prefabrikasi secara umum, belum mempertimbangkan penerapan pada kasus-kasus khusus, seperti rekonstruksi pasca bencana. Penelitian ini menekankan pada kecepatan pemasangan dinding,
10
dan hanya mempertimbangkan faktor struktur saja. Walaupun dikembangkan dalam skala kecil, akan tetapi sistem prefabrikasi ini memiliki potensi apabila dikembangkan untuk skala besar.
Selain itu penelitian ini diarahkan kepada pengembangan industri konstruksi, terutama untuk penyediaan rumah-rumah untuk golongan tertentu sehingga luasan 36 m2 menjadi batasan dalam penelitian ini. Pengembangan sistem prefabrikasi dikonsentrasikan pada pengembangan konstruksi dinding secara mendetail.
Potensi ekonomi dari desain ini adalah adanya penghematan biaya yang diperoleh dari penghematan waktu dan tenaga kerja dan return of investment yang dapat diperoleh dengan cepat. Biaya dari segi fabrikasi komponen tidak diperhitungkan.
Penelitian ini dilakukan hanya sampai tahap usulan desain komponen. Sedangkan mengenai pembuatan prototipe dan pengujian tidak termasuk dalam penelitian ini.
1.7.
Sistematika Pembahasan
Bab I :
PENDAHULUAN
Merupakan pengantar yang berisi latar belakang penelitian, dimana terdapat uraian mengenai kebutuhan perumahan dalam jumlah banyak dan dapat dibangun dengan cepat sehingga dibutuhkan suatu penelitian mengenai sistem prefabrikasi untuk pembangunan secara massal.
Bab II :
TINJAUAN LITERATUR
Berisi kajian literatur mengenai sistem prefabrikasi, komponen dan material, sistem pembangunan massal dan penelitian mengenai sistem prefabrikasi yang pernah dilakukan.
11
Bab III :
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tahapan penelitian, pola pikir penelitian, metoda-metoda yang digunakan dalam menjalankan penelitian ini, yaitu metoda kompilasi data, metoda pengolahan data serta metoda analisis data.
Bab IV :
ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis mengenai kekurangan dan kelebihan sistem prefabrikasi terdahulu dari kecepatan membangun, analisis gaya, analisis berat komponen, analisis modul komponen dan
konsep sistem
prefabrikasi yang akan dikembangkan kemudian.
Bab V :
PENGEMBANGAN
USULAN
DESAIN
KOMPONEN
DINDING PREFABRIKASI
Merupakan bagian yang berisi uraian mengenai pengembangan usulan desain komponen dinding prefabrikasi, desain rumah, tipe komponen, material yang digunakan, serta sistem struktur dan konstruksi.
Kesimpulan yang dikeluarkan pada bab ini merupakan langkah atau konsep awal dalam membuat kesimpulan akhir.
Bab VI :
KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab akhir dari penulisan yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian mengenai sistem prefabrikasi dari aspek kecepatan membangun dan dapat memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
12