BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elais guineensis Jack) merupakan sumber minyak nabati yang sangat penting disamping beberapa minyak nabati lain, seperti kelapa dalam, kacang-kacangan dan biji-bijian lain. Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai belahan dunia. (Lubis, 1992) Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. (Ketaren, 1986) Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah daging buah yang banyak menghasilkan minyak sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai keturunannya. Kelebihan minyak sawit adalah harga yang murah, rendah kolestrol dan memiliki kandungan karoten tinggi. (Ketaren, 1986) Dalam konteks pembangunan dan pengembangan pertanian, dirasakan betapa perlunya tenaga-tenaga yang lebih spesifik, lebih berperan dan profesional serta terampil dalam menangani bidangnya masing-masing dengan karakter kepemimpinan dan mental yang baik. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat intelektual dijajaran pendidikan Indonesia, sudah sewajarnya mengetahui, menguasai serta memiliki wawasan yang luas dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan dari pendidikan tinggi di Indonesia adalah dimaksudkan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga diharapkan dapat menerapkan hal – hal yang telah didapatkan selama pendidikan ke dalam segala aspek kehidupan.
1
Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan Praktek Kerja Lapangan yang diharapkan mahasiswa tidak hanya mengerti pengetahuan secara teoritis tetapi juga mengerti bagaimana cara penerapannya. Dalam melaksanakan program pendidikan, Politeknik Ketapang sebagai badan institusional mempunyai tujuan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil dan memiliki kompetensi sebagai tenaga kerja profesional berwawasan global, khususnya dalam bidang Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Dapat diartikan bahwa tenaga kerja yang dihasilkan mampu memanfaatkan dan menerapkan keahlian dan pengetahuannya secara optimal dilingkungan kerja, baik dalam bidang jasa maupun manufaktur serta menjunjung tinggi keprofesionalan. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan yang ada dalam kurikulum Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Ketapang dan wajib dilakukan oleh mahasiswa untuk mendukung kurikulum 5S+1 yakni 5 semester di bangku kuliah dan 1 semester di industri. Untuk itu, Politeknik Ketapang mengharuskan setiap mahasiswanya untuk mengenal secara langsung dunia kerja melalui Praktek Kerja Lapangan dengan jangka waktu tertentu.
1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud 1.
Mendewasakan cara berpikir dan meningkatkan daya nalar mahasiswa.
2.
Melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.
3.
Studi banding antara teori yang didapat dibangku kuliah dengan pelaksanaannya secara teknis dilapangan.
4.
Sebagai syarat penilaian dan syarat kelulusan semester VI sebelum menyusun tugas akhir di program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Ketapang.
1.2.2 Tujuan 1.
Memperluas pengetahuan, pengalaman dan wawasan sebelum terjun ke dunia kerja yang sarat dengan persaingan-persaingan.
2.
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai generasi terdidik untuk terjun dalam masyarakat terutama di lingkungan industri.
3.
Mendapatkan kesempatan meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
4.
Mendapatkan ilmu yang baru berdasarkan aktivitas perusahaan.
2
1.3 Waktu Dan Lokasi Pelaksanaan PKL (Praktek kerja Lapangan) diselenggarakan selama 2 bulan dimulai Kamis, 29 Maret sampai Selasa, 29 Mei 2012 yang berlokasi di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Gunajaya Karya Gemilang, jalan Raya Kendawangan, Dusun Sungai Gantang, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
3
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Bumitama Gunajaya Agro (BGA) adalah perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengelolaan kelapa sawit yang sedang berkembang. PT. Bumitama Gunajaya Agro Group disingkat dengan BGA Group dirintis mulai pada tahun 1996 dengan dilakukannya pembukaan lahan di Kecamatan Antang Kalang Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. BGA, yang mematuhi prinsip pengelolaan kebun secara berkesinambungan, mengelola lahan seluas 3.000 hektare hingga akhir 2000. Selain pertumbuhan organik, BGA juga menerapkan strategi pertumbuhan anorganik berupa akuisisi. Pada 2001, BGA mengakuisisi tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit yakni PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah. BGA kemudian mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga mencapai areal tanam hingga lebih dari 90.000 hektare pada akhir 2009. Saat ini, selain di Kalimantan Tengah, areal perkebunan BGA juga tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau. Dalam rangka mewujudkan langkah pertumbuhan yang pesat, untuk jangka waktu hingga 2015, BGA menargetkan total luas areal yang digarap mencapai sedikitnya 200.000 hektare. Sebagai perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit lokal yang memiliki visi menjadi "World Class Company" (Menjadi Perusahaan Berkelas Dunia) dan didukung dengan misi “Welfare for Shareholder, Employee, Nation”, perusahaan menggunakan nilai dasar organisasi “morality (Nilai-nilai etika moral, tata susila), capability (Kemampuan berkarya (skill), kompetensi yang kuat di bidangnya), integrity” (Tanggung jawab terhadap keterpaduan antara pikiran, ucapan dan niatnya) sebagai pondasi perusahaan dalam menopang pencapaian pertumbuhan dan menghadapi kompetensi bisnis. Dengan menggunakan visi, misi dan nilai dasar organisasi sebagai alat perusahaan untuk merapatkan barisan organisasi (alignment of organization), perusahaan berusaha membangun budaya memaksimalisasi nilai tambah sumber daya perusahaan guna menghadapi globalisasi ekonomi. Demi pertumbuhan yang berkesinambungan itu pula, BGA telah menjalin kerja sama strategis dengan IOI Corporation Bhd, perusahaan perkebunan kelas dunia asal Malaysia.
4
Kerja sama yang dimulai pada November 2007 dimaksudkan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit seluas 82.350 hektare di Ketapang, Kalimantan Barat, melalui pembentukan SNA Group. Adapun tujuan dari kerja sama tersebut adalah untuk mempercepat pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit BGA, mendapatkan akses teknologi dan manajemen terbaik di industri kelapa sawit, serta melakukan kerja sama untuk pengembangan industri hilir pada masa mendatang. IOI merupakan perusahaan terkemuka di dunia dan mendapatkan berbagai penghargaan global untuk prestasi mereka, termasuk Global Asia 50 List. Kapitalisasi pasar mereka menempati peringkat kedua Malaysia untuk industri kelapa sawit. IOI juga merupakan produsen vegetable fatty acid terbesar dan merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit yang paling efisien di dunia. Sinergi BGA dan IOI ini merupakan proses penggabungan kekuatan global best practice dari IOI dengan local knowledge BGA, sehingga akan menjadi salah satu pemain yang terkemuka dalam industri kelapa sawit di Indonesia. PT. Gunajaya Karya Gumilang (GKG) merupakan anak perusahaan dari Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) yg memiliki ijin lokasi di kecamatan Kendawangan. Luas ijin lokasi perkebunan adalah sebesar 10.000 ha. Kegiatan operasional dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2007 dan penanaman perdana dilakukan pada bulan Oktober 2007. Seiring dengan penambahan areal tanam, maka terbentuklah 2 cabang perusahaan dari BGA Group yaitu PT. GKG (Gunajaya Karya Gemilang) dan PT. GKS (Gunajaya Ketapang Sentosyang terdiri dari 5 estate antara lain MUTE dan KNDE (PT. GKG) dan BRSE, SJYE dan MSJE (PT. GKS). Hingga akhir tahun 2011 luas penanaman kelapa sawit telah berkembang menjadi 16.000 ha. Produk yang dihasilkan oleh PT BGA : 1.
TBS (Tandan Buah Segar) TBS (Tandan Buah Segar) merupakan Buah kelapa sawit yang akan diolah menjadi
menjadi minyak kelapa sawit. 2.
CPO (Crude Palm Oil) CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak yang berasal dari kelapa sawit. Minyak
ini jika dikelola akan dapat dibuat menjadi minyak goreng. Kelapa sawit secara alami berwarna kemerahan karena mengandung jumlah yang tinggi beta-karoten (meskipun proses perebusan menghancurkan karotenoid dan membuat minyak berwarna).
5
Minyak kelapa sawit adalah salah satu dari sedikit minyak nabati relatif tinggi di lemak jenuh (seperti minyak inti sawit dan minyak kelapa) dan dengan demikian semi padat pada suhu kamar. Seperti semua minyak nabati lainnya, minyak sawit secara hukum telah ditetapkan sebagai bebas kolesterol. minyak secara luas digunakan sebagai minyak goreng,
sebagai bahan margarin, dan merupakan komponen dari banyak
makanan olahan. Karena minyak sawit tidak memiliki lemak jenuh setinggi minyak kedelai, minyak jagung dan minyak bunga matahari, maka minyak kelapa sawit dapat menahan panas
deepfry ekstrim dan tahan terhadap oksidasi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk mengobati luka-luka, dan sebagai bahan baku untuk memproduksi sabun, mencuci bubuk, produk perawatan pribadi, dan biofuel. 3.
Palm Kernel Palm Kernel merupakan buah kelapa sawit yang telah mengalami proses produksi,
sehingga buah kelapa sawit ini tidak memiliki minyak lagi.
2.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan 2.2.2 Struktur Organisasi Dalam melakukan kegiatan usahanya, setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan gambaran perusahaan yang mencerminkan susunan, wewenang dan tanggung jawab dari setiap individu dalam perusahaan.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Gunajaya Karya Gemilang Wilayah 6 Penjabaran tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut : a.
Area Controller Tugas dan tanggung jawab dariAgronomi Controller adalah sebagai berikut : 1.
Memimpin PT. Gunajaya Karya Gemilang wilayah VI.
6
2.
Bertanggung jawab kepada direksi terhadap perencanaan, pengadaan, pemeliharaan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
3.
Bertanggung jawab secara langsung dalam pengembangan sistem manajemen, pengembangan
bisnis
baru
mulai
dari
perencanaan
sampai
dengan
implementasinya sesuai dengan strategi bisnis perusahaan. 4.
Memberikan rekomendasi untuk perbaikan serta mengantisipasi resiko yang muncul pada saat ini dan masa datang.
b.
Agronomi Controller Tugas dan tanggung jawab dariAgronomi Controller adalah sebagai berikut : 1.
Mempimpin dan bertanggung jawab atas 5 estate kebun.
2.
Mengurus pembebasan lahan, pemupukan, penanaman, dan lain-lain.
3.
Mengawasi staff atau karyawan kebun.
4.
Bertanggung jawab kepada direksi dalam hal monitoring kualitas bidang agronomi.
5. c.
Mengembangkan usaha peningkatan mutu produk agronomi.
Production Controller Tugas dan tanggung jawab dari Production Controller adalah untuk mengatur dan
bertanggung jawab atas hal-hal yang berhubungan dengan produksi secara keseluruhan. d.
Estate Manager Tugas dan tanggung jawab dari Agronomi Controller adalah sebagai berikut :
e.
1.
Memimpin dan bertanggung jawab atas kebun seluas 3000 ha s/d 5000 ha.
2.
Mengatur dan bertanggung jawab atas kegiatan operasional di tiap-tiap kebun.
3.
Menangani dan memimpin petugas pengawas lapangan pada tiap-tiap blok.
Head Administrasion (KTU) Tugas dan tanggung jawab dari Head Administrasion (KTU) adalah sebagai berikut : 1.
Bertanggung jawab kepada direksi dengan tugas pokok mengkoordinir hal–hal yang berhubungan dengan anggaran dan pencatatan keuangan perusahaan.
2.
Bertanggung jawab dalam hal sistem pengelolaan keuangan perusahaan (arus kas dan kecukupan dana).
3.
Perencanaan dan monitoring anggaran perusahaan.
4.
Memastikan seluruh proses dan sistem laporan keuangan berjalan cepat dan akurat.
f.
Traction Manager Tugas dan tanggung jawab dari Traction Manager adalah sebagai berikut :
7
1.
Bertanggung jawab kepada direksi terhadap perencanaan, pengadaan, pemeliharaan dan pengelolaan asset property perusahaan serta mendukung operation dalam pengadaan unit peralatan baru dan penjualan unit peralatan yang sudah tidak layak pakai.
2.
Bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perbaikan aset perusahaan baik yang secara langsung mendukung proses produksi.
g.
Mill Manager Tugas dan tanggung jawab dari General Manager Plantation adalah untuk mengatur
dan bertanggung jawab atas hal-hal yang berhubungan dengan pabrik secara keseluruhan dan bertanggung jawab atas berlangsungnya proses produksi. h.
CSR (Corporate Social Responsibility) Tugas dan tanggung jawab Traction Manager adalah sebagai berikut : 1.
Bertanggung jawab kepada direksi dalam hal pengadaan aktivitas sosial untuk kebersamaan dan kerjasama terhadap masyarakat umum.
2.
Bertanggung
jawab
dalam
mengembangkan
program
kemitraan
yang
melibatkan pihak petani. i.
PAD (Public Affair Development) Tugas dan tanggung jawab dari PAD adalah sebagai berikut :
1. Mencari wilayah baru untuk pengembangan perusahaan. 2. Mengurus izin tanam dari pemerintah daerah. 3. Mengelola semua yang terjadi di dalam perusahaan yang berkaitan dengan karyawan perusahaan secara keseluruhan. j.
GIS (Geografic Information System) Tugas dan tanggung jawab dari GIS adalah sebagai berikut :
k.
1.
Perencanaan dan monitoring wilayah operasi dan penanaman.
2.
Mengambil keputusan dan melakukan pertimbangan atas.
3.
seluruh permasalahan yang berhubungan dengan area industri perusahaan.
R&D (Research and Development) Tugas dan tanggung jawab dari Research and Development adalah sebagai
berikut : 1.
Bertanggung jawab kepada direksi dalam hal penelitian dan pengembangan operasional perusahaan.
2.
Meneliti jenis tanah untuk menentukan bibit yang cocok untuk ditanami.
8
l.
3.
Menentukan komposisi pupuk untuk bibit tertentu.
4.
Meneliti jarak tanam antar kelapa sawit.
Human Resource Departement (HRD) 1.
Bertanggung jawab kepada direksi dalam hal pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten.
2.
Melakukan pengelolaan kerumahtanggaan perusahaan secara keseluruhan.
3.
Mengambil keputusan dan melakukan pertimbangan atas semua masalah yang berhubungan dengan SDM.
m. Logistic 1.
Bertanggung jawab kepada direksi dalam menyediakan sarana dan prasarana guna menjalankan operasi perusahaan.
2.
Mengatur sirkulasi persediaan dan pembelian kebutuhan baik pusat maupun daerah.
n.
Informasi Technology (IT) 1.
Bertanggung jawab kepada direksi dalam pengembangan, peningkatan, dan pemeliharaan sarana IT dalam perusahaan, baik perangkat lunak maupun perangkat keras.
2.
Melakukan komunikasi dan kordinasi dengan manajemen dan bisnis eksekutif untuk mendapatkan dan meningkatkan benefit dan kontribusi dari teknologi informasi bagi perusahaan.
3.
Mengatur dan mengawasi pengembangan, implementasi, pemeliharaan, dukungan dan pengamanan dari sistem teknologi informasi perusahaan yg meliputi seluruh aspek IT resource mulai dari people, infrastuktur, aplikasi, dan data.
o.
Commercial 1. Bertangung jawab untuk mengumpulkan dan melakukan analisa data marketing, menyusun brand policy
sebagai upaya pencitraan positif terhadap brand
perusahaan, dan melakukan pemantauan dan analisa mengenai harga produk yang kompetitif yang digunakan dalam menentukan price list. 2. Bertanggung jawab atas jalannya operasional pemasaran mulai dari perencanaan dan pelaksanaan pemasaran. 3. Dalam hal ini, melakukan pemasaran produk dan bertanggung jawab atas pembuatan kontrak dengan pelanggan baru.
9
2.2.2 Ketenagakerjaan Perusahaan Dengan memperhatikan ketentuan UMSK tahun 2012 di Kabupaten Ketapang sesuai dengan lampiran Keputusan Gubernur Kalimantan Barat No. 552/KESOS/2011, tertanggal 18 November 2011 butir II sebesar Rp 1.260.000 dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja
No.
Per-01/MEN/1999
tentang
Upah
Minimum serta
dengan
mempertimbangkan day saing pengupahan Karyawan Bulanan, KHT dan KHL di BGA Group, maka : 1.
Perusahaan berkewajiban melakukan penyesuain upah Karyawan Bulanan, KHT dan KHL sesuai dengan ketentuan UMK 2012 Kab. Ketapang.
2.
Perhitungan upah Karyawan Harian Lepas (KHL) adalah upah 1 bulan dibagi 25 hari kerja.
3.
Upah Karyawan Harian Tetap (KHT) sebesar Rp 1. 260.000 per bulan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Perhitungan pengurangan upah akibat ketidakhadiran karena Mangkir dan Ijin Pribadi dihitung berdasarkan upah 1 bulan dibagi 25 hari kerja. b. Mangkir dan Ijin Pribadi tidak dapat diperhitungkan dalam cuti tahunan kecuali pengambilan cuti secara resmi yang disetujui pimpinan setempat. c. Tunjangan beras diberikan terkait dengan kehadiran yaitu 0,50 kg untuk pekerja, 0,30 kg untuk istri dan o,25 kg untuk anak (untuk anak maksimal 2 orang). d. Pekerja yang tidak masuk kerja (sakit, mangkir, cuti dan ijin pribadi) tidak diberikan tunjangan beras. e. Pekerja yang masuk 6 hari penuh dalam 1 minggu berhak mendapatkan tunjangan beras untu hari minggu (untuk pekerja, istri dan anak). Tabel 2.1 Ketentuan Upah 2012 Tunjangan Beras Status
Upah
Pekerja
Istri (*
(kg/hari) (kg/hari)
Anak (** (kg/hari)
KHL
Rp 50.400 / hari
KHT
Rp 1.260.000/bln
0,5
0,3
0,25
BLN
Sesuai golongan, struktur upah bulanan
0,5
0,3
0,25
Keterangan : (* istri sah pekerja dan tidak bekerja, tinggal di perkebunan (unit usaha)
10
(** yang berhak adalah anak yang tinggal diperkebunan (unit usaha) maksimal 2 anak Tabel 2.2 Struktur Pengupahan Karyawan Bulanan GOL
U
T
S
R
Q
P
1
1.993.700
1.623.700
1.455.000
1.380.000
1.325.000
1.285.000
2
2.045.850
1.669.100
1.470.000
1.385.000
1.330.000
1.290.000
3
2.098.000
1.714.500
1.490.000
1.390.000
1.340.000
1.295.000
4
2.150.100
1.759.900
1.510.000
1.400.000
1.345.000
1.300.000
5
2.202.250
1.805.350
1.535.000
1.410.000
1.355.000
1.305.000
6
2.254.400
1.850.750
1.560.000
1.420.000
1.360.000
1.310.000
7
2.306.550
1.896.150
1.585.000
1.430.000
1.370.000
1.315.000
8
2.358.650
1.941.550
1.610.000
1.440.000
1.375.000
1.320.000
2.3.
Manajemen Mutu Perusahaan Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas CPO dan Palm Kernel serta daya saing
dipasaran, perusahaan menggunakan bibit unggul Lonsum dengan jenis Tenera yang merupakan perkawinan silang dari kelapa sawit jenis dura dan pisifera. Dimana jenis ini memiliki daging buah yang tebal dan cangkang yang tipis dan inti yang besar. Sehingga rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi (22%-24%).
2.4.
Manajemen K3 Perusahaan Manajemen K3 yang diterapkan di PT. Gunajaya Karya Gemilang antara lain :
1.
Untuk pekerja di kebun diwajibkan memakai sepatu boot atau sepatu safety, sarung tangan, masker (penutup mulut) dan jaket pelindung.
2.
Untuk pekerja dipabrik diwajibkan memakai sepatu boot atau sepatu safety, helm dan sarung tangan. Khusus di laboratorium mereka wajib memakai masker penutup mulut untuk melindungi dari bahaya bahan kimia yang berbau tajam. Sedangkan yang bekerja di workshop mereka diwajibkan memakai kacamata khusus.
3.
Untuk meningkatkan keamanan, di setiap jalur masuk perusahaan terdapat pos penjaga keamanan yang dilengkapi dengan portal.
4.
Adanya menara pemantau dan unit pemadam kebakaran untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran di wilayah perusahaan.
11
5.
Perusahaan menyiapkan mobil ambulance dan klinik, untuk mengantisipasi jika ada karyawan yang sakit atau kecelakaan ketika melakukan pekerjaan.
2.5.
Sistem Pemasaran PT. Gunajaya Karya Gemilang memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri.
Sehingga TBS yang telah dipanen dari kebun dapat langsung diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Produk yang dihasilkan di PT. Gunajaya Karya Gemilang adalah CPO dan Palm Kernel. Penjualan kedua produk tersebut dilakukan dengan mengirim ke Dumai (Sumatra) yang merupakan pabrik pengolahan terbesar di Indonesia. CPO dan Kernel diangkut dengan unit-unit dari pabrik menuju dermaga. Kemudian kedua produk tersebut dikirim ke Dumai menggunakan kapal.
12
BAB III PROSES PENGOLAHAN 3.1 Penyediaan Bahan Baku Bahan baku pembuatan minyak kelapa sawit berasal dari tandan buah segar yang telah dipanen. Bahan baku tersebut berasal dari kebun internal dan eksternal. Kebun Internal terdiri dari : Wilayah VI 1.
KNDE
2.
MUTE
3.
BSRE
4.
MSJE
5.
SJYE Wilayah VII dan VIII
1.
PRYE
2.
BRYE Kebun Eksternal terdiri dari :
1.
Koperasi Duta Usaha
2.
Koperasi Bina Warga
3.
Koperasi Sejahtera Baru
4.
Koperasi Usaha Bersama Sungai Gantang
5.
Koperasi Makmur Jaya
6.
Koperasi Gunung Tunggal
7.
PT. Limpah Sejahtera
8.
Rio Gunung Panjang
9.
PT. Mandiri Kapital Jaya
10. Koperasi Kediuk Mandiri
3.2 Tahap Pengolahan Pabrik Kalapa Sawit pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 3.2.1
Stasiun Penerimaan Buah
13
a.
Jembatan Timbang (Weight Bridge) Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem
komputer untuk meliputi berat. Di bagian bawah timbangan terdapat 4 sensor, masingmasing sisi terdapat 2 sensor. Adapun prinsip kerja dari jembatan timbang, yaitu : 1. Truk masuk ke wilayah PKS membawa surat pengantar buah dari kebun untuk diserahkan ke petugas yang ada di pos penjaga. 2. Kemudian supir truk mengambil slip dan nomor antrian dari operator WB. 3. Truk yang melewati jembatan timbang berhenti, kemudian mematikan mesin truk dan supir turun. 4. Secara otomatis, berat beban yang dibwa oleh truk akan terbaca di layar monitor WB. 5. Operator akan mencatat data dari truk yang membawa beban meliputi nama supir, divisi/wilayah, plat mobil dan berat awal dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar. 6. Truk yang sudah didata kemudian membongkar muatan untuk ke proses selanjutnya. 7. Kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, kemudian selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik. b.
Penyortiran (Grading) Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Terkait dengan produk utama yang dihasilkan, yaitu CPO dan inti sawit (kernel). Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar). Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 Rendemen Minyak dan ALB (Asam Lemak Bebas) Kematangan Buah
Rendemen Minyak (%)
Kadar ALB (%)
Buah Mentah
14-18
1,6-2,8
Setengah Matang
19-25
1,7-3,3
Buah Matang
24-30
1,8-4,4
Buah Lewat Matang
28-31
3,8-6,1
14
Pada PKS di PT. GKG, buah internal atau buah dari dalam kebun sendiri langsung masuk ke loading ramp. Sedangkan untuk buah eksternal atau dari luar kebun dilakukan proses grading terlebih dahulu. Buah yang tidak diinginkan dikembalikan, karena perusahaan membeli buah tersebut dari kebun luar sehingga jika tidak dilakukan proses grading perusahaan akan mengalami kerugian. Adapun pengelompokan TBS pada proses grading terdiri dari : 1. UNRIPE
: Tidak memiliki berondolan lepas (nol berondol).
2. UNDER RIPE
: Memiliki berondolan lepas alami ≤ 2 berondolan/KG.
3. RIPE
: Memiliki berondolan lepas alami ≥ 2 berondolan/KG
sampai 75 % berondolan lepas dari total berondolan per janjang. 4. OVER RIPE
: Memilki berondolan lepas 75 % sampai dengan 90 %
dari total berondolan per janjang. 5. EMPTY BUNCH
: Berondolan 90 % sampai dengan100 % telah lepas dari
janjangnya. 6. HARD BUNCH
: Memiliki beberapa berondolan yang tidak mau lepas,
berwarna hitam dan pecah-pecah. 7. PARTHENOCARPY
: Memiliki lebih dari 75 % total berondolan dipermukaan
(hitam dan tidak berminyak). 8. LONG STALK
: Berondolan yang memiliki panjang tangkai lebih dari
2,5 cm. Adapun standar di THP dan PKS antara lain :
c.
1. UN RIPE
:0%
2. UNDER RIPE
:<8%
3. RIPE
: > 85 %
4. OVER RIPE
:<7%
5. EMPTY BUNCH
: < 0%
Loading Ramp Loading ramp merupakan tempat penimbunan sementara TBS, sebelum masuk ke
sterilizer. TBS yang berasal dari kebun sendiri atau internal langsung ditampung di ban hopper. Pada ban hopper terdapat pintu yang digerakkan dengan tuas. Pintu ini disebut pheron yang berfungsi untuk menumpahkan TBS dari ban hopper ke lori-lori yang telah disiapkan. Di PKS PT. GKG terdapat 19 lori dengan kapasitas 12 ton untuk tiap lori. Untuk mengetahui daya tampung loading ramp, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
15
Contoh perhitungan : 1. Lori 42 unit (@7.5 ton) = 42 x 7.5 = 315 ton TBS 2. Ramp 14 pintu (@15 ton) = 14 x 15 = 210 ton TBS 3. Total = 315 + 210 = 525 ton TBS 4. Kapasitas olah pabrik 45 TPJ 5. Daya tampung = 525/45 ≈ 11.5 jam 6. Prinsip dasar penanganan TBS di Loading Ramp adalah FIFO (First in First Out) 3.2.2 Stasiun Sterilizer Lori-lori yang telah berisi dengan TBS, kemudian ditarik dengan wink agar dapat dipindahkan ke sterilizer. Kemudian lori tersebut dipindahkan dari rel track satu ke rel track yang lain menuju ke pintu masuk sterilizer dengan menggunakan transfer cariage. Stasiun sterilizer merupakan stasiun perebusan TBS dengan menggunakan steam bertekanan 2.8-3.0 kg/cm2. Tujuan dilakukan perebusan: 1.
Menghentikan aktifitas enzim lipase penyebab kenaikan FFA
2.
Melunakan buah
3.
Mempermudah pemipilan
4.
Menurunkan kadar air
5.
Pemecahan emulsi
6.
Melepaskan serat dan biji
7.
Membantu pelepasan inti dari cangkang
8.
Prakondisi biji agar tidak mudah pecah selama proses pengepresan Prinsip kerja stasiun sterilizer :
1.
Sumber panas yang digunakan berasal dari steam.
2.
Perpindahan panas : Convection (steam ke permukaan buah) dan Conduction (dari permukaan buah ke dalam buah hingga sampai ke kernel).
3.
Hydrolysis
melepaskan brondolan dari tandan.
Syarat Sterilisasi, antara lain : 1.
Ada kalor (heat).
2.
Adanya moisture digunakan untuk proses hydrolisis .
3.
Pressure 2.8 – 3.0 kg/cm2 selama 70 – 95 menit digunakan untuk penetrasi agar kalor terdistribusi secara merata diseluruh buah sawit . Jenis-jenis perebusan terdiri dari 3 , yaitu :
1.
Single Peak
16
Gambar 3.1 Sterilisasi 1 puncak 2.
Double Peak
Gambar 3.2 Sterilisasi 2 puncak 3.
Triple Peak
Gambar 3.3 Sterilisasi 3 puncak Pipa inlet
masukkan steam
Pipa exhaust Pipa kondensat
membuang steam membuang air
17
Tahapan proses perebusan terdiri dari : 1.
Waktu Pemasukan TBS (Charging in Time)
2.
Pelepasan Udara (Daeration)
3.
Waktu Penaikan Tekanan (Pressure Building Up)
4.
Waktu Penahanan Tekanan (Holding Time)
5.
Waktu Penurunan Tekanan (Condensate)
6.
Waktu Pembuangan Uap (Exhaust)
7.
Waktu Pengeluaran TBS Masak (Discharging Time) Kegunaan pengoperasian perebusan secara Secuence (berangkai) dengan waktu
yang teratur dan benar adalah sebagai berikut : 1.
Menghindari kebutuhan uap yang berlebihan pada proses perebusan .
2.
Menghindari penurunan tekanan yang fluktuatif (bergejolak) pada cycle perebusan.
3.
Pemakaian steam yang effisien sehingga membantu operasi di boiler dan turbine serta stasiun lain dalam processing di PKS.
3.2.3
Stasiun Threser
Setelah melalui proses perebusan, lori berisi buah setelah direbus dalam Sterilizer ditarik keluar dengan menggunakan capstand menuju Transfer . Selanjutnya Lori yang berisi janjangan dipindahkan ke rail track
yang lain dengan transfer cariage untuk
kemudian masuk ke Tippler. Tippler berfungsi menumpahkan hasil rebusan dari lori ke auto feeder/bunch hopper. Untuk menumpahkan isi dalam satu lori membutuhkan waktu 20 menit. Dalam mengoperasikan Tippler, jangka waktu penuangan janjang buah dari Lori menentukan tercapai tidaknya kapasitas pengolahan. Kecepatan penuangan
harus
disesuaikan dengan kapasitas pengolahan. Auto feeder dan bunch hopper berfungsi sebagai wadah sementara penampungan janjangan buah sebelum dibawa ke thresher. Dari tippler janjangan buah dituang ke bunch hopper untuk selanjutnya janjangan buah jatuh perlahan ke bucket/scrapper bunch elevator untuk selanjutnya dibawa ke thresher . Setelah isi lori ditumpahkan, kelapa sawit menuju ke theser melalui Bunch conveyor / elevator yang berfungsi membawa / mengangkat janjangan ke thresher yang dilengkapi dengan scrapper/bucket sebagai tempat janjangan hasil tuangan dari tippler. Threser
berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor. Alat ini berupa mesin berbentuk drum berkisi-kisi yang berputar dengan
18
kecepatan 23 rpm. Pada Thresher ini dilengkapi dengan Fruit Conveyor Under Thresher. Terdapat dua threser pada stasiun ini, threser pertama untuk proses pemipilan pertama. Sedangkan threser kedua (second Threser) berfungsi untuk memaksimalkan pemipilan agar kelapa sawit yang masih ada pada tandan dapat terlepas semuanya sehingga kehilangan berondolan (losses) dalam janjangan dapat dikurangi. Kelapa sawit yang telah terpisah dari tandannya kemudian ke Fruit Conveyor dan Fruit Elevator yang berfungsi untuk membawa dan mengangkat berondolan terpipil menuju Distributing Conveyor. Selanjutnya dari Distributing Conveyor berondolan di distribusikan ke setiap Digester. Sedangkan tandan kosongnya, masuk ke Empty Bunch Hopper berfungsi untuk menampung sementara janjang kosong sebelum diangkut ke kebun melalui Empty bunch conveyor. Penyebab berondolan tidak terpipil, yaitu : 1.
Buah yang diolah masih tergolong buah mentah dan hard bunch.
2.
Proses perebusan di Sterilizer tidak sempurna karena waktu perebusan dan tekanan steam yang kurang.
3.
Kapasitas janjangan buah yang masuk ke Thresher berlebih. Faktor yang mempengaruhi efisiensi pemipilan, antara lain :
1.
Kecepatan putar Thresher Drum 23 rpm.
2.
Sudut kemiringan sudu-sudu Thresher .
3.
Jarak antara Roller Crusher disesuaikan dengan rata-rata besar janjang kosong.
4.
Mutu buah dan efisiensi proses sebelumnya.
5.
Effisiensi proses perebusan buah. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses, yaitu :
1.
Penuangan di Tippler/Auto Feeder harus diatur agar tidak overloading
2.
Berondolan yang jatuh disekitar Tippler, lantai Bunch Elevator, Fruit Conveyor dan Elevator harus dibersihkan segera dan dimasukkan ke Fruit Conveyor.
3.
Seluruh sampah yang berserakan disapu dan dibuang ke tong/lubang sampah, dan kotoran minyak yang berjatuhan di lantai dibersihkan dengan fibre, selanjutnya fibre dimasukkan ke Fruit Conveyor.
4.
Janjangan kosong yang sangkut pada kisi-kisi Thresher dan Conveyor Empty Bunch harus selalu dibersihkan.
5.
Bila saat operasional ditemukan benda asing atau terdengar suara yang mencurigakan pada peralatan harus dilakukan pemeriksaan.
19
3.2.4 a.
Stasiun Digester dan Pengempaan (Pressing)
Stasiun Pencacahan (Digester) Merupakan proses pencacahan buah dengan cara pengadukan (24 rpm) pada suhu
90–100 OC selama min. 20 menit. Tujuan pencacahan dengan digester : 1. Melumatkan daging buah. 2. Memisahkan daging buah dengan biji. 3. Mempersiapkan Feeding Press. 4. Mempermudah proses di Press. 5. Menaikkan Temperatur. 6. Melumatkan serat dan biji hingga massa homogen. 7. Memecah sel-sel minyak di dalam pericarp & mesocarp. 8. Memudahkan proses ekstraksi minyak dari pericarp & mesocarp. Didalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pencacah terdiri dari 5 tingkatan, yaitu 2 long arm, 2 short arm dan 1 pisau pendorong (expeller arm) di bagian dalamnya yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. Oleh karena itu saat operasi digester harus minimal ¾ penuh, agar buah atau brondolan mengenai keseluruh pisau sehingga proses pencacahan akan sempurna. Untuk memudahkan proses pencacahan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pencacahanberlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pencacahan selesai kemudian buah didorong oleh pisau pendorong (expeller arm) menuju alat pengepresan (screw press). b.
Stasiun Pengempaan (Pressing) Pengepresan bertujuan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah
(pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 900-950 C sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Standard oil losses nya 4% (wet basis). Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan ke dalam
feed screw conveyor
dan mendorongnya masuk
kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan
20
oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Adapun urutan proses yang terjadi pada stasiun pengempaan terdiri dari : 1.
Massa (lumatan buah dari digester pada temperatur 95 OC) dipress dengan menggunakan double screw press yang berputar berlawanan arah.
2.
Tekanan bertambah ke arah axial dan tekanan terjadi pada gesekan antara massa dan dinding rumah (cage) screw press dan gesekan dari cone head yang berada pada ujung screw press.
3.
Tekanan tersebut akan memaksa minyak (CPO) ke luar dari massa dan keluar dari lubang-lubang yang terdapat pada lobang press cage.
4.
Ampas press (press cake) ke luar melalui cone head.
Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk ke alat cake breaker conveyor untuk di pisah antara biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi (pemurnian). 3.2.5
Stasiun Pemurnian (Klarifikasi)
Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut : a.
Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir) Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke
Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir berdasarkan berat jenis benda, minyak kasar ada di bagian atas, sedangkan pasir mengendap. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan system pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Temperatur pada sand trap mencapai 950C. b.
Vibro Seperator / Vibrating Screen Fungsi dari Vibrating Screen ini adalah untuk memisahkan beberapa bahan asing
seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Saringan bergetar (Vibrating screen) terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 M2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif. c.
Crude Oil Tank (COT)
21
Crude oil tank berupa tanki berbentuk persegi yang terbuat dari bahan stainless steel berfungsi sebagai penampung minyak dari hasil penyaringan di vibrating screen. Di dalam tanki ini dilengkapi steam coil untuk pemanasan yang diharapkan mencapai suhu 95 oC. Selama proses dilakukan penambahan air dilution sekitar 20 – 24 %. d.
CST (Continous Settling Tank) Continous settling tank (CST) berfungsi untuk memisahkan crude oil dengan sludge,
berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan sludge dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah. Pemisahan minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan didalam tangki pisah ini. Minyak yang mempunyai berat jenis kecil mengapung dan dialirkan kedalam oil tank, sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada minyak masuk kedalam ruang ketiga melalui lubang bawah (sludge tank). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian CST : 1.
Suhu cairan pada saat CST beroperasi 90- 960C dengan menggunakan pemanas coil (spiral), hal ini dimaksudkan agar pemisahan minyak dapat lebih sempurna karena dalam kondisi lebih tenang. Lama pemanasan pada awal olah, bila pabrik mengolah setiap hari maksimum 1 jam. Sedangkan pemanasan pada pabrik yang mengolah 2 hari sekali maksimum 2 jam. Suhu cairan dalam CST diperoleh dari pemanasan bak RO dan pemanasan awal olah dengan stem injeksi di CST. Fungsi Stem coil pada saat CST beroperasi adalah bukan untuk menaikkan temperatur, tetapi hanya untuk mempertahankan panas.
2.
Ketebalan minyak dalam CST pada waktu akhir olah ±50 cm dan pada saat pengutipan/operasi harus >50 cm agar kadar kotoran dan kadar air dalam minyak yang dihasilkan oleh CST lebih kecil. Cairan minyak yang sudah dipisahkan di CST, mengandung kadar air 0,40- 0,80% dan kadar kotoran 0,200,40% dialirkan Oil Tank. Semakin tebal minyak di CST pada saat pengutipan akan menghasilkan minyak dengan kadar air dan kotoran yang lebih kecil.
e.
Oil Tank Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Vacum
Dryer. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan
temperatur yang diinginkan yakni 95o C. f.
Vacum Dryer
22
Fungsi dari Vacuum Dryer
adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi hingga 0,1 %. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana. Vacum ini bekerja dibantu oleh air dan pompa vacum (670-700 mmHg). Ketika minyak disemprotkan, air akan naik dan minyak turun ke dasar. Minyak tersebut akan disedot oleh pompa dan masuk ke storage tank. g.
Storage Tank Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO. Suhu dalam storage tank harus dipertahankan sekitar 450-550 C untuk mencegah tingginya FFA (Free Faty Acid). Standar CPO PT. GKG Kendawangan Mill Wilayah VI, sebagai berikut : 1.
FFA ( Kadar Asam Lemak Bebas ) max. 3%
2.
Moisture ( Kadar Air ) max. 0,15%
3.
Dirt ( Kadar Kotoran ) max. 0,015%
4.
DOBI ( Asam Lemak ) max. 3 %
Sludge merupakan phase campuran yang masih mengandung minyak, di PKS sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung di dalamnya. h.
Sludge Tank Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar
yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95o C. i.
Sand Cyclone / Pre- cleaner Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam
sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya. j.
Vibrating Screen Fungsi dari saringan ini adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge
sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang berputar.
23
k.
Sludge Seperator Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah. Sludge yang terpisah akan dibuang dan untuk oil akan masuk ke tempat penampungan sementara (Daily Tank), Untuk phase heavy ( kotoran berat ) dialirkan ke reftik , dipompa ke sludge recovery fit untuk dilakukan pengendapan. Sedangkan untuk phase light ( kotoran ringan ) ditampung di Colection tank kemudian dialirkan ke COT dan dikirim ke Oil Tank I dan Oil Tank II ( jika Oil Tank I telah penuh dan sebagai pengganti oil purifier). Setelah itu, dikirim ke vacum dryer untuk menghilangkan kadar air yang ada di dalam minyak, dan siap dikirim ke Storage Tank. 3.2.6
Stasiun Kernel
Tujuan dari stasiun ini adalah untuk mengekstrak kernel dari nut. Adapun tahapan prosesnya terdiri dari :
a.
1.
Pemisahan nut (biji) dari serabut
2.
Pemecahan nut
3.
Pemisahan kernel dari cangkang
4.
Pengeringan kernel
5.
Penyimpanan/pengolahan kernel
Cake Breaker Conveyor (CBC) Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecah cake
(ampas) dari press untuk memudahkan pemisahan nut dari fiber. b.
Depericarper Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa
fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing drum. Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :
c.
1.
Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih melekat.
2.
Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport.
3.
Memisahkan nut dari sampah.
4.
Memisahkan gradasi nut.
Nut Silo
24
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater). Nut yang ditampung sementara sebelum dipecah dialiri dengan udara panas antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 % untuk mempermudah dalam proses pemecahan. d.
Riplle Mill Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat rotor
bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan Riplle Plate (menggunakan router bar sebanyak 42 biji besi dengan kecepatan 900 rpm) sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut. Pada proses ini menghasilkan kernel utuh, kernel pecah dan cangkang. Untuk cangkang ditembak keluar menggunakan angin menuju ke tempat khusus (shell hopper). Cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan kernel dikirim ke Light Tenera Dust Seperator I dan II (LTDS I dan II adalah proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Untuk inti utuh dikirim langsung ke Kernel silo. Sedangkan masa cangkang bercampur inti pecah dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone atau Clay Bath untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. e.
Claybath Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang
besar dan beratnya hampir sama. Prinsip pemisahan pada alat ini menggunakan larutan Kalsium Karbonat dengan perbandingan 1:1 . Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan Kalcium Karbonat sedangkan cangkang berat jenisnya lebih besar. Cangkang yang telah terpisah akan halus dikirim ke shell hopper sebagai bahan bakar boiler. f.
Hydro Cyclone Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :
g.
1.
Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang.
2.
Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.
Kernel Silo/Kernel Dryer
25
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70 derajat celcius, tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat celcius. Pada proses ini, pengurangan kadar air pada kernel dilakukan selama 8 jam hingga kadar airnya 7 %. h.
Kernel Storage Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum
dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur kelapa sawit. Standar Kernel PT. GKG Kendawangan Mill Wilayah VI, sebagai berikut: 1.
Kadar air max. 7 %
2.
Kadar Kotoran max. 6%
3.
Kadar Kernel Pecah max. 15%
4.
Kadar ALB max. 1%
5.
Kandungan Minyak O/DM min. 49 %
3.3 Mesin dan Peralatan
26
Gambar 3.4 Flow Chart Pengolahan TBS PT. GKG Wilayah 6 Stasiun dalam Pengolahan TBS : 1.
Fruit Reception / Penerimaan
2.
Sterilizer / Rebusan
3.
Thresher / Bantingan
4.
Press / Kempa
5.
Clarification / Pemurnian
6.
Nut & Kernel
7.
Boiler
8.
Power Supply
9.
Water Threatment / Supply
10. Final Effluent / Limbah ( termasuk Land Application ). 11. Storage Tank / Tanki Timbun. Pabrik memiliki 2 unit sterilizer , dimana 1 sterilizer mampu menampung 4 buah lori yang kapasitas masing-masing lori adalah 12 ton per/jam. Jumlah lori yang terdapat dipabrik adalah 19 buah. Untuk memudahkan perjalanan lori masuk ke mesin pengolahan, terdapat 2 rel track di depan sterilizer dan 2 rel track dibelakang sterilizer. Untuk menuangkan hasil rebusan kelapa sawit dari lori menuju ke threser, terdapat 1 unit tippler. 1 tippler memuat 1 lori dengan waktu tuang 20 menit. Setelah itu, hasil rebusan kemudian masuk ke threser untuk dipipil. Terdapat 2 unit threser, yaitu threser 1 dan second trheser. Berikut adalah dimensi pada drum threser :
Gambar 3.5 Dimensi Drum pada Threser
27
Selanjutnya, buah akan dicacah di digester. Terdapat 2 unit digester yang masingmasingnya dilengkapi dengan pisau pencacah berupa long arm dan short arm. Setelah dicacah, kelapa sawit akan melalui proses pengempaan menggunakan screw press. Terdapat 2 unit mesin press yang terangkai menjadi satu dengan digester. Screw press dilengkapi dengan presscage cylinder dan cone head yang berfungsi menekan agar minyak keluar dari daging buah namun nut tetap dalam kondisi utuh.
Gambar 3.6 Dimensi mesin press Di stasium klarifikasi terdiri dari 1 unit sand trap tank, 2 buah vibrating screen, 1 CST, 1 COT, 1 oil tank, 1 vacum dryer dan 1 strorage tank. Untuk memisahkan cangkang dari kernel, terdapat serangkaian mesin yang terdiri dari 1 unit CBC, Depericarper, nut silo, ripple mill, claybath, hydro cyclone, kernel silo dan kernel storage. Proses pengolahan memakai sumber tenaga dari boiler. Boiler terdiri dari 2 unit yang menggunakan limbah padat dari sisa proses pengolahan sebagai bahan bakarnya.
28
BAB IV SANITASI DAN PENANGANAN LIMBAH
4.1 Sanitasi Pekerja Untuk sanitasi para pekerja di pabrik, sebelum memasuki lingkungan pabrik mereka harus memakai helm, sarung tangan dan sepatu boot atau sepatu safety. Khusus pekerja di workshop mereka juga harus memakai kacamata untuk melindungi mata ketika melakukan pekerjaan. Sedangkan pekerja di laboratorium, mereka harus memakai masker penutup mulut agar bau bahan kimia berbahaya yang menyengat tidak tercium. Sehingga, khusus untuk pekerja yang berhubungan dengan hal-hal tersebut, perusahaan menyediakan susu untuk mencegah efek buruk dari bahan kimia. Untuk para karyawan kantor, mereka hanya diwajibkan memakai sepatu, kemeja dan berpakaian yang rapi dan sopan.
4.2 Sanitasi Bahan Baku dan Peralatan Sanitasi bahan baku dilakukan dengan memastikan TBS kelapa sawit yang telah dipanen untuk segera diangkut ke pabrik dan diolah, sehingga waktu tunggunya tidak lebih dari 8 jam. Selain itu, pastikan grading TBS kelapa sawit dilakukan dengan baik dengan benar. Buah mentah, rusak dan cacat dari hasil grading tidak diolah, melainkan dikembalikan lagi ke perusahaan kebun eksternal. Untuk sanitasi peralatan dilakukan pembersihan dan perawatan secara berkala. Sebelum digunakan, peralatan dipastikan masih dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Sedangkan untuk unit-unit pendukung yang tersedia, dilakukan pencucian, pengecekan dan perawatan secara berkala. Jika terjadi kerusakan, unit-unit tersebut segera dibawa ke traksi untuk diperbaiki.
4.3 Sanitasi Bangunan dan Lingkungan Pabrik Untuk sanitasi bangunan tersedia mess GMP dan mess tamu. Selain itu, terdapat perumahan Manager G1, perumahan staff G2 dan perumahan karyawan G6 yang dilengkapi dengan 2 buah kamar, ruang tamu, dapur, 1 toilet dan 1 kamar mandi. Untuk perumahan karyawan, tidak dilengkapi dengan fasilitas kulkas, TV, AC, kursi tamu, meja makan dan peralatan dapur. Tiap rumah berdinding beton, pengairan yang berasal dari sumur bor dan listrik. Jika terdapat kerusakan pada bangunan, rumah akan diperbaiki oleh pekerja bangunan yang memang disiapkan perusahaan.
29
Perusahaan memiliki 2 gudang penyimpanan. Untuk sanitasi gudang penyimpanan pupuk dan racun, ruangan dikunci rapat dan tidak semua orang bisa masuk. Penyimpanan pupuk dan racun terdapat pada 1 gudang namun dalam ruangan yang berbeda. Untuk sanitasi gudang riset, gudang harus ditata rapi. Penyusunan durat dan bahan baku pembuatan durat harus terpisah dari sampel tanah, pupuk, pestisida dan daun. Sanitasi lingkungan pabrik dilakukan dengan membersihkan lokasi pabrik sebelum proses pengolahan dimulai, membersihkan saluran-saluran yang berada dalam lokasi pabrik agar tidak terjadi penyumbatan, membersihkan dan mengecek kesiaapan mesin dan peralatan yang ada dipabrik. Selain itu, sebelum memasuki pabrik tidak ada yang boleh merokok lagi. Karena lokasi pabrik adalah kawasan bebas rokok. Ketika masuk ke kantor semua karyawan harus melepas sepatu, tidak ada yang boleh memakai alas kaki.
4.4 Penanganan Limbah Limbah yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Untuk limbah padat berupa cangkang dan serat/fibre dijadikan bahan bakar boiler. Sedangkan tandan kosong diaplikasikan ke lahan sebagai kompos. Untuk limbah cair berupa sludge, dilakukan pengutipan kembali untuk diambil minyaknya. Karena didalam sludge tersebut masih terdapat campuran minyak dan lumpur. Setelah itu, limbah cair dialirkan ke kolam limbah melalui pipa. Terdapat 9 kolam yang terdiri dari : 1.
Cooling pond
2.
Mixing pond 1
3.
Mixing pond 2
4.
Mixing pond 3
5.
An Aerob 1
6.
An Aerob 2
7.
Aerob 1
8.
Aerob 2
9.
Stabilising pond (Out) Pengolahan limbah cair sisa hasil produksi kelapa sawit menggunakan bakteri
Tomachi sebagai pengurainya. Setelah limbah mengalami serangkaian proses, limbah tersebut baru diaplikasikan ke lahan. Namun, ini masih dalam perencanaan belum terealisasikan. Hal ini dikarenakan aktivitas pabrik yang baru berjalan beberapa bulan, sehingga kolam limbah belum penuh dan pengolahan limbah belum dapat dilakukan.
30
BAB V TUGAS KHUSUS 5.1 Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) merupakan penghasil minyak nabati yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun 2005 volume ekspor 10.376.200 ton minyak sawit mentah (CPO) mencapai nilai US $ 3.756.283.000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat menjadi 11.875.400 ton dengan mencapai nilai US $ 7.868.640.000. Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat besar. (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008) Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah yang diseb but pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak. (Setyamidjaja, 2006) Selain digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat ringan. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak kelapa sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. (Setyamidjaja, 2006) Penggunaan minyak sawit sejauh ini telah banyak diterapkan pada industry-industri makanan, industry farmasi, industry kosmetik, industry logam, dan industry tinta cetak. Untuk bisa digunakan sebagai bahan baku dalam industry tersebut, tentunya mutu minyak sawit harus benar-benar dijaga. Mutu minyak kelapa sawit bisa dilihat dari beberapa parameter ukurnya. Sementara untuk menghasilkan minyak kelapa sawit bermutu, diperlukan tahapan pengolahan yang cukup panjang. Selain mutu, efisiensi pengolahan juga perlu diperhatikan sehingga produksi minyak kelapa sawit bisa tercapai dalam jumlah maksimal. (Pahan, 2008)
31
Untuk mengetahui apakah produksi minyak kelapa sawit yang dihasilkan telah maksimal, maka dilakukanlah analisa oil content.
5.2 Tujuan dan Manfaat 5.2.1
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini adalah untuk mengetahui apakah produksi minyak kelapa sawit yang dihasilkan telah maksimal dan faktor penyebabnya. 5.2.2
Manfaat
Manfaat yang diperoleh selama melakukan praktek kerja lapangan adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana meningkatkan produksi minyak sawit yang dihasilkan dan mencoba mencari solusi dari permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut.
5.3 Tinjauan Pustaka Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang diperoleh dari ekstraksi serabut buah (pericarp). Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah tanaman kelapa sawit. Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. (Setyamidjaja, 2006) Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. (Ketaren, 1986) Sistem olah TBS kelapa sawit dimaksudkan untuk mencapai kapasitas yang optimal dan mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen yang tinggi dan mutu yang baik serta menjaga angka kehilangan produksi (losses) minyak serendah mungkin. Sasaran akhirnya adalah mencapai produktivitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar dengan biaya produksi yang rendah. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003) Tabel 5.1 Karakteristik Minyak kelapa Sawit No.
Karakteristik
1 2
Warna Kuning jingga sampai kemerah-merahan Asam lemak 5,00 bebas (sebagai asam palmitat) % maks Kadar Kotoran 0,05 % maks
3
Syarat
Cara Pengujian Visual BS 684-1958
SNI 01-31841992
32
4
Kadar Air % 0,45 maks (Badan Standardisasi Nasional, 1992)
BS 684-1958
Kelapa sawit bermutu prima (Special Quality) mengandung asam lemak (Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2%. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1%‐22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7%‐2,1% (terendah). (Ketaren, 1986) Tabel 5.2Hasil Rendemen dan ALB Akibat Lamanya Penginapan Brondolan Lama Penginapan (Hari)
Rendemen Minyak
ALB
Terhadap Buah
(%)
(%)
0
50,44
3,9
1
50,6
5,01
2
50,73
6,09
3
48,66
6,9
(Fauzi,dkk, 2006) Oil content merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui berapa persentase minyak yang diperoleh dari proses ekstraksi janjang kelapa sawit. Persentase kandungan minyak tersebut ditentukan berdasarkan metode ekstraksi sokletasi dengan cara pemanasan pada sistem tertutup menggunakan pelarut non-polar (seperti n-Heksana). Adapun tahapan analisa oil content akan dijabarkan sebagai berikut : a.
Pengambilan Sampel 1.
Titik sampel ditetukan pada kondisi yang homogen berdasarkan tahun tanam dan varietas tanaman pada setiap blok.
2.
Jumlah sampel janjang perblok adalah 2 janjang perbulan (mewakili 1-2 ha areal tanam).
3.
Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan diseluruh blok selama minimal 3 tahun.
4.
Jika pada titik sampel tidak ditemukan buah matang yang sempurna maka bisa menggunakan salah satu pokok disekeliling pokok sampel.
5.
Kriteria buah matang ditentukan berdasarkan jumlah brondolan alami dengan kisaran 3-15 berondolan perjanjang.
33
6.
Sampel janjang dan brondolan dimasukkan dalam karung, dan dikirim ke laboratorium .
7.
Catat administrasi pengambilan sampel dalam berita acara serah terima janjang (BGA-Form-IK-42-1).
b.
Ekstraksi 1.
Janjang dibersihkan dari kotoran, ditimbang ,dan dicatat berat segarnya (a).
2.
Pisahkan seluruh brondolan dari stalk, spiklet dan lainnya dengan menggunakan pisau (buah jangan sampai rusak), kemudian ditimbang seluruh brondolan (b).
3.
Lakukan quartering brondolan (buang buah rusak dan parthenocarpy) dan buat dua contoh masing-masing
jumlahnya mencapai +/- beaker gelas 600 ml,
timbang berat kedua contah, dengan selisih contoh <5%, dan ambil salah satu contoh sebagai sampel representative (c). 4.
Brondolan hasil quartering dipisahkan antara daging buah dan nutnya (jangan ada yang tertinggal dinut), kemudian ditimbang daging buah (d).
5.
Setelah penimbangan maka daging buah diblender dan ditimbang sebanyak +/20 gram dalam petridisk (e).
6.
Kemudian daging buah dioven pada suhu 105 0C selama 4 jam (diikutsertakan dalam proses perebusan dengan sterilizer) dan dimasukkan dalam desikator.
7.
Setelah dingin maka sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam kertas timbel dengan bagian atas sampel ditutup menggunakan kapas.
8.
Lakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut N-Heksana, pada suhu 65 0C.
9.
Ekstraksi dihentikan apabila semua minyak telah terekstrak sempurna yang ditandai dengan warna pelarut pengekstak telah bening ( ± 3 jam ).
10.
Hasil ekstraksi selanjutnya dioven pada suhu 105 0C selama ± 1 jam, masukkan dalam desikator dan setelah dingin ditimbang sampai diperoleh hasil konstan (f).
11.
Hasil analisa dicatat dalam formulir hasil analisa minyak dalam janjang (BGAForm-IK-42-2).
c.
Perhitungan Adapun perhitungan dalam analisa oil content dengan metode sokletasi adalah
sebagai berikut : OER (%) =
( (
) )
(
) (
)
(
( )
)
Atau
34
% Fruit to Bunch (A) = (b/a ) x 100% % Mesocarp to Fruit (B) = (d/c) x 100% % Oil to Mesocarp (C)= (f/e) x 100% Rendemen = 5.4 Hasil Pengamatan Hasil pengamatan mengenai analisa oil content dengan metode sokletasi berupa rekap data dilakukannya analisa oil content: Tabel 5.3 Hasil Analisa Oil Content Kebun Eksternal Tanggal Analisa
5-Apr-12
5-Apr-12
5-Apr-12
5-Apr-12
Sumber Buah KDU
Kriteria Matang Under KDU Ripe Over KDU Ripe Rata-rata Makmur Jaya Ripe Under Makmur Jaya Ripe Over Makmur Jaya Ripe Under Makmur Jaya Ripe Over Makmur Jaya Ripe Makmur Jaya Ripe Rata-rata Limpah Ripe Over Limpah Ripe Under Limpah Ripe Rata-rata Bina Warga Bina Warga Bina Warga Rata-rata Rata-rata Buah Eksternal
T.Tanam Varietas 1993
% OER 21,87
1993
18,74
1993 1993
12,33 17,65 19,68
1993
25,12
1993
10,31
2008
23,64
2008 2008 2008
15,59 17,93 18,71 25,14
2008
19,59
2007 2007 2009
13,21 19,31 33,66 28,5 12,44 24,87 20,13
Tabel 5.4 Rekap Hasil Analisa Oil Content Kebun Eksternal Analisa Ke-
Sumber Buah
% OER
35
Makmur Jaya PT Mandiri Kapital Jaya PRYE PT. GY Plantation Rata - rata KDU Makmur Jaya Limpah Bina Warga Rata - rata
20,10 17,08 16,29 16,79 17,57 17,65 18,71 19,31 24,87 20,13
Makmur Jaya PT Mandiri Kapital Jaya Koperasi Duta Usaha Rata - rata Limpah Sejahtera Bina Warga PRYE PT. GY Plantation Rata - rata Buah Eksternal
19,41 17,08 17,65 19,31 24,87 16,29 16,79 18,77
1
2
Tabel 5.5 Rekap Hasil Analisa Oil Content Kebun Internal Analisa Ke1
Rata-rata 2
Rata-rata 3
Rata-rata
Estate MUTE KNDE BSRE SJYE MSJE MUTE KNDE BSRE SJYE MSJE MUTE KNDE BSRE SJYE MSJE
Rata-rata OER (%) 27,15 29,76 21,78 23,26 25,78 25,55 25,52 32,75 27,94 28,34 27,24 28,36 22,49 28,64 25,61 17,14 26,06 23,99
36
Berdasarkan data yang diperoleh dari analisa oil content yang dilakukan di PT. Gunajaya Karya Gemilang OER (Oil Ekstraktion Rate) atau hasil ekstraksi yang diperoleh dari 100% TBS kelapa sawit masih rendah dan masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan, baik itu dari kebun internal maupun dari kebun eksternal.
5.5 Pembahasan Kelapa sawit memiliki berbagai macam jenis. Berdasarkan ketebalan cangkangnya, kelapa dibagi menjadi 3, yaitu Dura, Pisifera dan Tenera. Adapun kriteria dari masingmasing jenis tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Dura Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar. Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesocarp) tipis, cangkang tebal (2-8 mm), inti (endosperm) besar. Persentase daging buah 35% - 60% dengan rendemen minyak 17% 18%. 2. Pisifera Tipe ini memiliki
ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang.
Intinya kecil sekali bila dibandingkan tipe dura ataupun tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. 3. Tenera Tenera adalah persilangan antara induk dura dengan pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul karena melengkapi kekurangan masing-masing induk. Sifat tipe tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai tebal cangkang 0,5-4 mm. Perbandingan daging buah terhadap buah 60%-90%, rendemen minyak 22%-24% . (Setyamidjaja, 2006) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan melalui analisa oil content dengan metode sokletasi, hasil ekstraksi minyak yang diperoleh dari 100% bahan baku adalah 18,77 (kebun eksternal) dan 23,99 (kebun internal). Perusahaan PT. Gunajaya Gemilang menetapkan standar sebesar 25% dengan target kerja sebesar 26%. Namun, realisasi dilapangan ternyata masih rendah dan di bawah standar yang telah ditetapkan. Hasil ekstraksi yang rendah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1.
Jenis buah
37
2.
Tingkat kematangan buah
3.
Tingkat kecepatan buah yang masuk ke pabrik. PT. Gunajaya Karya Gemilang mendapat pasokan bahan baku tidak hanya dari
kebun sendiri, namun juga berasal dari kebun luar dimana perusahaan membeli kelapa sawit dari perusahaan lain. Buah dari kebun sendiri langsung masuk keproses pengolahan, Sedangkan buah dari kebun luar melewati tahap grading terlebih dahulu. Buah yang berasal dari kebun luar sebagian besar berasal dari jenis dura. Kelapa sawit jenis dura memiliki cangkang yang tebal dengan daging buah yang tipis. Minyak kelapa sawit diperoleh dari hasil ekstraksi daging buah kelapa sawit, jika daging buahnya tipis maka persentase minyak yang dihasilkan juga akan sedikit (18,77%). Kriteria kematangan buah merupakan faktor yang penting sebagai penentu kualitas dan kuantitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Penentuan kriteria matang panen sangat penting dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan yang ideal untuk dipanen ialah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin. Kriteria matang panen bergantung pada berat tandan, yaitu untuk berat tandan lebih dari 10 kg sebanyak 2 brondolan/kg dan untuk berat tandan kurang dari 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg. (Ketaren, 1986) Pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. (Ketaren, 1986) Derajat kematangan buah tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan, tetapi juga akan berpengaruh pada jumlah minyak yang dihasilkan. Adapun derajat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.6 Rendemen, kadar ALB minyak dengan derajat kematangan Fraksi Buah
Rendemen (%)
0 1 2 3
16 21,4 22,1 22,2
ALB (%) 1,6 1,7 1,8 2,1
38
4 5 (Setyamidjaja, 2006)
22,2 21,9
2,6 3,8
Persentase kandungan minyak yang masih di bawah standar pada buah yang berasal dari kebun internal (23,99%) disebabkan karena buah yang diolah masih banyak yang mentah dan kurang matang. Sehingga persentase minyak yang diekstraksi akan rendah. Tingkat kecepatan buah yang masuk ke prabrik juga sangat berpengaruh terhadap jumlah minyak diperoleh dari hasil ekstraksi kelapa sawit. Persentase ekstraksi minyak yang kecil dikarenakan keterlambatan buah yang masuk ke pabrik, sehingga waktu pengolahannya pun juga akan terlambat. TBS kelapa sawit, setelah dipanen harus segera diolah dan tidak boleh lewat dari 8 jam dari pemanenan. Karena akan meningkatkan ALB dan menurunkan rendemen minyak. Realisasinya, buah yang telambat masuk ke pabrik tersebut kebanyakan adalah yang berasal dari kebun eksternal. Dari pemanenan, buah masih harus mengalami perjalanan menuju pabrik. Sesampainya di pabrik pun buah juga masih menunggu untuk masuk ke pabrik. Hal ini lah yang menyebabkan kandungan minyak yang dihasilkan akan berkurang. Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, dapat dilakukan dengan memperketat proses grading kelapa sawit dan mengurangi pasokan buah dari kebun eksternal.
5.6 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Persentase ekstraksi minyak kelapa sawit di PT. Gunajaya karya Gemilang masih di bawah standar dan di bawah target kerja yang telah ditetapkan, yaitu 18,77 untuk kebun eksternal dan 23, 99 untuk kebun internal.
2.
Hasil ekstraksi yang rendah pada buah yang berasal dari kebun eksternal disebabkan karena banyak buah yang berasal dari jenis dura.
3.
Hasil ekstraksi minyak kelapa sawit yang rendah pada buah yang berasal dari kebun internal dikarenakan masih adanya buah mentah dan kurang matang yang ikut terolah.
4.
Keterlambatan buah yang masuk ke pabrik menyebabkan ekstraksi minyak dari kelapa sawit tidak maksimal.
39
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktek kerja lapangan di PT. Gunajaya Karya Gemilang wilayah 6 adalah antara teori yang diperoleh selama proses belajar di kampus Politeknik Ketapang tidak selamanya sama dengan penerapannya dilapangan. Hal ini dikarenakan tiap perusahaan memiliki standar yang telah ditetapkan dan perusahaan juga bekerja sesuai dengan SOP (Standar Operating Prosedure) yang ada diperusahaan tersebut.
6.2 Saran Selama praktek kerja lapangan, mahasiswa harus mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di PT. Gunajaya Karya Gemilang. Selain itu, mahasiswa juga harus menggali ilmu dan pengetahuan sebanyak-sebanyaknya agar dapat membandingkan antara teori yang diperoleh selama ini dengan keadaan di lapangan. Sehingga mahasiswa akan lebih mudah ketika menyelesaikan laporan PKL yang menjadi syarat kelulusan.
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia.
40
Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 Secara Komprehensif dan Objektif. http://
[email protected]. [20 Oktober 2008]. Fauzi,dkk. 2006. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Sumatera Utara : Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya. Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI). www. agribisnis. deptan. go. id. [07 Desember 2008]. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa sawit, Teknik Budi Daya Panen dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius. Mangoensoekarjo dan Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
41