BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah perkotaan dengan beragam bentuk kehidupannya berdampak kepada tidak mampunya kota tersebut untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Dampak ini memberi pengaruh kepada pengalihan perhatian dari kota besar ke kota-kota yang berada disekitarnya atau daerah pinggiran kota. Kota Tangerang Selatan merupakan sebuah daerah otonom yang baru sejak tahun 2008. Jumlah penduduk sebesar 1.355.926 jiwa pada tahun 2012 dengan kepadatan 9.212 jiwa per kilometer persegi (BAPPEDA, 2010). Letak Kota Tangerang Selatan yang dekat dengan ibukota DKI Jakarta memberi daya tarik tersendiri bagi penduduk daerah lain untuk bermukim di Kota Tangerang Selatan. Dari data penggunaan lahan di Kota Tangerang Selatan terlihat bahwa nilai luasan untuk lahan permukiman sebesar 67% dari total luas lahan(BPS, 2010). Keberadaan permukiman yang cukup luas ini tentunya membawa fungsi kekotaan dari ibukota mengalami pergeseran. Fungsi kekotaan seperti ketersediaan sarana dan prasarana pemenuhan kebutuhan penduduk memberi dampak pergerakan atau mobilitas penduduk semakin tinggi. Mobilitas penduduk yang tinggi menunjukkan adanya keterkaitan antara gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang bersifat produktif, selingan serta barang dan jasa yang tersedia untuk di konsumsi (Morlok, 1988). Mobilitas penduduk yang tinggi, namun tidak didukung oleh sarana dan prasarana transportasi darat menyebabkan terjadinya ketidaklancaran dalam lalulintas. Ketidaklancaran dalam lalulintas inilah yang kemudian memberi imbas kepada peningkatan biaya, tundaan, kemacetan, serta polusi udara maupun suara (Purwanto, 2004). Ketidaklancaran lalulintas di Kota Tangerang Selatan diperkirakan akan berujung pada kemacetan total dalam waktu dua tahun mendatang (Tempo, 2012). Fenomena ini disebabkan oleh jumlah kendaraan yang
1
meningkat tajam dan tidak diimbangi oleh kapasitas jalan yang ada. Ketidaklancaran yang menimbulkan kemacetan lalulintas disebabkan oleh adanya ketidakteraturan kendaraan yang berputar arah, kendaraan yang parkir di bahu jalan, serta jalan masuk menuju perumahan (DISHUBKOMINFO, 2012). Berdsarkan data yang disajikan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika tahun 2010 terdapat 60 titik lokasi kemacetan di Kota Tangerang Selatan yang tersebar di tujuh kecamatan. Informasi mengenai adanya ketidaklancaran arus lalulintas serta lokasinya menjadi suatu kebutuhan tersendiri bagi penduduk secara umum atau khususnya kepada pengguna lalulintas. Kemajuan teknologi informasi memberikan kontribusi dalam penyampaian informasi lalulintas. Adanya Pusat Pengendali Lalulintas Nasional Kepolisian Republik Indonesia (NTMC) yang didukung dengan peralatan memadai untuk memberi informasi lalulintas pada masyarakat. Informasi mengenai kondisi arus lalulintas akan lebih baik jika dapat diketahui sebelum pengguna lalulintas melakukan perjalanan. Pengguna lalulintas akan memutuskan rute perjalanan yang terbaik untuk diambil dari zona asal menuju zona tujuannya (Suyuti, 2010). Pengguna lalulintas memilih rute perjalanan yang menurutnya paling optimal agar waktu tempuh dapat lebih singkat atau jarak tempuh lebih dekat. Rute perjalanan dibuat berdasarkan informasi pada tiap-tiap ruas jalan dalam suatu sistem jaringan jalan. Perkembangan sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan dalam analisis jaringan jalan. Informasi tiap ruas jalan dapat disusun dalam suatu basisdata spasial yang selanjutnya dapat dilakukan analisis jaringan untuk menghasilkan rute optimal. Analisis jaringan yang dihasilkan dapat menjadi suatu bentuk simulasi dalam lalulintas sehingga manajemen lalulintas dapat dilakukan (Purwanto, 2004). Analisis jaringan dalam menghasilkan rute optimum yang dapat menggambarkan kondisi lalulintas yang ada tentunya harus dikombinasikan dengan beberapa data. Data jaringan jalan, kemudian informasi arus lalulintas yang ada dalam tiap ruas jalan selanjutnya diintegrasikan dalam sistem basisdata spasial. Informasi lalulintas yang ada baik diperoleh terkini ataupun
2
berupa nilai waktu tempuh tiap ruas jalan akan membentuk suatu rute yang optimal. Informasi lalulintas dapat menjadikan rute perjalanan menjadi dinamis. Adanya informasi lalulintas seperti kecelakaan lalulintas, penutupan ruas jalan, kondisi cuaca yang buruk, ataupun kemacetan dan penyebab lainnya menjadikan rute perjalanan akan dinamis mengikuti kondisi ruas jalan pada waktu-waktu tersebut (Kastl, 2011). Sistem informasi geografis memiliki kemampuan dalam kemudahan pembaruan serta pengolahan data spasial terkait analisa jaringan dan informasi lalulintas yang ada, dengan kemajuan media penyampaian data spasial saat ini yang sudah mengarah kedalam media web. Pengelolaan beragam data yang diperlukan dalam analisis jaringan pembuatan rute alternatif dihimpun dalam basisdata spasial. Basisdata spasial merupakan abstraksi dari beberapa informasi tentang dunia nyata yang terorganisir serta dapat dikembangkan menjadi bentuk-bentuk aplikasi yang lebih spesifik lagi (Foote dan Huebner, 1996). Integrasi basisdata spasial menjadi sangat penting karena beragam informasi yang dibutuhkan untuk pembuatan rute ada didalamnya. Penggunaan algoritma pencarian rute merupakan hal pokok karena data spasial beserta data atributnya sangat menunjang untuk diseminasi dalam pertimbangan pembuatan rute. Sistem informasi geografis saat ini mengarah ke dalam bentuk aplikasi (Web-GIS) yang menyediakan beragam kemampuan dalam mengambil manfaat dari web dan aplikasi yang mendukung kajian secara spasial (Longley, 2005). Pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis yang mengarah dalam bentuk aplikasi Web-GIS akan sangat baik dalam penyampaian informasi spasial serta analisis rute alternatif yang dibuat berdasarkan data informasi arus lalulintas yang diterima, kemampuan interaksi pengguna dengan basisdata spasial utama dapat didukung oleh teknologi Web-GIS agar unsurunsur dalam analisis spasial dapat terpenuhi.
3
1.2. Rumusan Masalah Ketidaklancaran dalam lalulintas telah menjadi suatu permasalahan yang dapat berujung pada kemacetan. Pengguna lalulintas dapat memperoleh informasi arus lalulintas secara cepat ataupun melalui data yang dipublikasikan oleh instansi terkait. Pengetahuan mengenai informasi arus lalulintas seperti ini membantu pengguna lalulintas dalam menentukan rute perjalanan yang akan dipilihnya, tentunya pemilihan akan didasarkan pada waktu tempuh yang lebih cepat ataupun jarak yang lebih pendek. Sistem informasi geografis memiliki kemampuan dalam pengolahan data spasial, analisis jaringan jalan dapat dilakukan. Karakteristik serta informasi dari tiap ruas jalan yang dibangun dalam suatu basisdata spasial akan memberi kemudahan dalam mengolah data spasial. Informasi arus lalulintas yang ada dapat dikombinasikan dalam basisdata spasial agar pembuatan rute alternatif yang dihasilkan bersifat dinamis. Pembuatan rute alternatif dapat membantu pengguna lalulintas dalam menentukan rute perjalanan yang dipilihnya sesuai dengan keadaan arus lalulintas yang ada, memperhatikan adanya kemacetan lalulintas dan informasi lainnya sehingga hal tersebut dapat dihindari. Pengguna lalulintas dapat memilih rute dengan jarak dan waktu tempuh yang lebih cepat agar ongkos perjalanannya lebih rendah. Penyampaian hasil analisis jaringan, informasi lalulintas, serta pembuatan rute alternatif disajikan dengan bantuan aplikasi Web-GIS. Aplikasi Web-GIS dijadikan sebagai perangkat analisis bagi pengguna serta visualisasi data spasial beserta rute yang dibentuk berdasarkan lokasi awal dan tujuan ditentukan oleh pengguna lalulintas. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dihasilkan pertanyaan untuk penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana melakukan pembuatan dan pengolahan basisdata spasial pembuatan rute alternatif untuk menghindari kemacetan ? 2. Bagaimana menyusun media penyampaian informasi spasial berbasis WebGIS yang berperan sebagai visualisasi rute alternatif ?
4
Berdasarkan uraian dan asumsi diatas dan beberapa permasalahan yang ada, maka penelitian ini mengambil judul: €PEMBUATAN RUTE ALTERNATIF BERBASIS WEB-GIS UNTUK MENGHINDARI KEMACETAN LALULINTAS DI KOTA TANGERANG SELATAN”
1.3. Tujuan Penelitian 1. Membuat basisdata untuk pencarian rute alternatif yang menghindari kemacetan sesuai dengan informasi lalulintas yang ada. 2. Membuat aplikasi berbasis Web-GIS sebagai visualisasi rute alternatif.
1.4. Hasil Yang Diharapkan 1.
Basisdata untuk pencarian rute alternatif untuk menghindari kemacetan sesuai informasi lalulintas di Kota Tangerang Selatan.
2.
Sistem Informasi berbasis Web-GIS yang menyediakan informasi spasial untuk memberikan gambaran rute alternatif di Kota Tangerang Selatan.
1.5. Kegunaan Penelitian 1. Mengaplikasikan ilmu sistem informasi geografis terkait dengan pembuatan rute alternatif berbasis Web-GIS untuk menghindari kemacetan lalulintas di Kota Tangerang Selatan. 2. Mengkaji algoritma pencarian rute dalam rangka memberi informasi mengenai rute alternatif yang dapat ditempuh untuk menghindari kemacetan lalulintas berdasarkan informasi yang ada.
1.6 Penelitian sebelumnya Arham (2002) melakukan penelitian yang berjudul €Penentuan Rute Optimal Mobil Pemadam Kebakaran dengan Memanfaatkan Foto Udara
5
Pankromatik Hitam Putih dan PC Network di Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta•. Penelitian ini membuat sistem informasi rute optimal bagi mobil pemadam kebakaran. Metode yang digunakan adalah dengan menentukan jalur optimal menggunakan PC Network dengan variabel impedansi berupa penggunaan lahan, kepadatan bangunan, panjang jalan, kapasitas jalan, dan persimpangan dengan rel kereta api. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sistem informasi penentuan rute optimal mobil pemadam kebakaran. Purwanto (2004) meneliti tentang pemodelan spasial dengan SIG untuk analisis jaringan kemacetan lalulintas di Kotamadya Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu basisdata jaringan jalan yang dapat digunakan untuk memperoleh rute optimal dalam rangka mengurangi kemacetan lalulintas. Penelitian ini menggunakan metode membangun topologi jaringan jalan agar data atribut terkait dengan data grafis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebuah sistem informasi ruas dan analisis rute yang berbentuk peta tercetak dan peta digital. Muttaqin (2009) melakukan penelitian dengan judul €Penentu Rute Terpendek Pariwisata Kota Malang Menggunakan GIS Dengan Fungsi Shortest Path ASTAR•. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun sebuah aplikasi SIG berbasis web (web-based GIS) untuk menentukan rute terpendek pariwisata di Kota Malang dengan fungsi shortest path astar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis data kemudian melakukan perancangan sistem untuk selanjutnya dilakukan evaluasi sistem dan tahapan akhir adalah pembuatan aplikasi serta pengujiand ari sistem yang telah dibuat. Hasil akhir dari penelitian ini adalah aplikasi penentu rute terpendek pariwisata Kota Malang menggunakan SIG berbasis WebGIS. Anggara (2011) meneliti tentang penyusunan prototype sistem informasi jaringan telekomunikasi PT. Telkom untuk penentuan rute optimal dalam penanganan gangguan berdasarkan algoritma Floyd-Warshall di Kabupaten Bantul. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menyusun basisdata spasial pelanggan dan komponen jaringan telepon PT. Telkom, kemudian
6
penyusunan sistem informasi yang memuat informasi mengenai lokasi pelangga dan komponen jaringan telepon beserta rute optimal untuk penanganan gangguan telepon PT. Telkom. Tujuan selanjutnya adalah pemrograman spasial untuk penentuan rute optimal dengan algoritma FloydWarshall dalam penanganan gangguan telepon PT. Telkom, penggunaan alat GPS navigasi untuk memudahkan pencarian lokasi gangguan dan membantu pergerakan teknisi jaringan dalam menuju lokasi yang mengalami gangguan telepon di lapangan. Metode yang digunakan adalah pencarian rute optimal berdasarkan Algoritma Floyd-Warshall dengan variabel impedansi waktu tempuh. Hasil akhir dari penelitian ini adalah basisdata jaringan telepon, jaringan jalan, dan sistem informasi rute optimal penanganan gangguan telepon daerah pelayanan Bantul (SIROTOL). Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian mengenai pembuatan rute alternatif sebelumnya. Penelitian ini memiliki tujuan menyusun basisdata spasial untuk menghasilkan rute alternatif menghindari kemacetan lalulintas berbasis Web-GIS di Kota Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah analisis data primer dan sekunder untuk menghasilkan rute dan aplikasi Web-GIS. Hasil akhir dari penelitian ini adalah suatu bentuk sistem informasi aplikasi Web-SIG(WebGIS) yang memuat informasi rute alternatif serta informasi spasial pendukung lainnya. Adanya integrasi informasi lalulintas yang diperoleh terkini akan membantu pengguna akhir dalam menghindari kemacetan lalulintas didaerah kajian.
7
Tabel 1.1 Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya Peneliti
Judul Penelitian
Lokasi Penelitian
Tujuan
Metode
Hasil
- Membuat sistem informasi rute optimal bagi mobil pemadam kebakaran memanfaatkan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih dan PC Network di Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta
Analisis data primer dan data sekunder dan menggunakan impedansi : penggunaan lahan, kepadatan bangunan, panjang jalan dan persimpangan dengan rel kereta
Sistem informasi penentuan rute optimal mobil pemadam kebakaran
Taufik Hery Pemodelan Spasial Kotamadya Purwanto Dengan Sistem Informasi Yogyakarta (2004) Geografis Untuk Analisis Jaringan Kemacetan Lalulintas Di Kotamadya Yogyakarta
- Membuat basisdata jaringan jalan untuk penelusuran rute pada data jaringan jalan agar diperoleh rute optimal mengurangi kemacetan lalulintas
Membangun topologi jaringan jalan agar data atribut terkait dengan data grafis.
Sistem informasi ruas dan analisa rute yang berbentuk peta tercetak serta digital
Muhammad Muttaqin (2009)
data Aplikasi Penentu - merancang dan membangun sebuah Analisis aplikasi SIG berbasis web (web-based kemudian dilakukan Rute Terpendek GIS) untuk menentukan rute terpendek perancangan sistem, Pariwisata Kota
Arif Arham Penentuan Rute Optimal (2002) Mobil Pemadam Kebakaran dengan Memanfaaatkan FU Pankromatik HP dan PC Network di Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta
Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta
Penentu Rute Terpendek Kota Malang Pariwisata Kota Malang Menggunakan GIS
8
Dengan Fungsi Shortest Path ASTAR
Ircham Habib Anggara (2011)
Penyusunan Prototipe Kabupaten Sistem Informasi Bantul Jaringan Telekomunikasi PT Telkom Untuk Penentuan Rute Optimal Dalam Penanganan Gangguan Berdasarkan Algoritma FloydWarshall
Muhammad Pembuatan Rute Kota Tangerang Iqnaul Haq Alternatif Untuk Selatan, Provinsi (2013) * Menghindari Kemacetan Banten Lalulintas Berbasis WebGIS Di Kota Tangerang Selatan
pariwisata di Kota Malang dengan evaluasi sistem, fungsi shortest path astar pembuatan aplikasi, pengujian sistem yang telah dibuat
Malang Menggunakan GIS berbasis WebGIS
- Penyusunan basis data spasial pelanggan dan komponen jaringan telepon PT.Telkom - Penyusunan Sistem Informasi - Pemrograman spasial untuk penentuan rute optimal dengan algoritma FloydWarshall - GPS navigasi untuk pencarian lokasi
Penentuan rute optimal didasarkan pada Algoritma FloydWarshall, variabel impedansi berupa waktu tempuh yang diturunkan dari panjang jalan dibagi dengan kecepatan ratarata kendaraan per ruas jalan.
Basisdata jaringan telepon, jaringan jalan, dan sistem informasi rute optimal penanganan gangguan telepon daerah pelayanan Bantul (SIROTOL)
- Membuat basisdata untuk pencarian rute alternatif yang menghindari kemacetan sesuai dengan informasi lalulintas yang ada. - Membuat aplikasi berbasis Web-GIS sebagai visualisasi rute alternatif.
Analisis data primer dan sekunder untuk topologi jaringan serta implementasi algoritma A-star dengan modifikasi
Web-GIS Rute Alternatif Kemacetan Lalulintas Kota Tangerang Selatan (Rencana Hasil)
* Peneliti
9
1.7
Tinjauan Pustaka
1.7.1 Kemacetan Lalulintas Kemacetan lalulintas merupakan suatu keadaan tersendatnya atau terhentinya pengguna lalulintas pada ruas jalan tertentu dan biasanya dapat dengan mudah terlihat dari adanya antrian kendaraan (Prayogi, 2011). Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia dijelaskan bahwa kemacetan lalulintas merupakan kondisi arus lalulintas pada ruas jalan telah melebihi kapasitas rencana ruas jalan tersebut, ketika arus lalulintas pada suatu ruas jalan mendekati nilai kapasitasnya atau derajat kejenuhan lebih dari 0,8 maka arus tersendat yang disebabkan oleh adanya kemacetan (MKJI, 1997) Kapasitas jalan merupakan arus maksimal yang dapat melalui suatu titik pada ruas jalan dan dipertahankan tiap-tiap satuan jam pada kondisi tertentu, pada umumnya dinyatakan dalam kend/jam atau smp/jam. Jalan yang memiliki dua lajur dan dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua-arah, namun pada jalan dengan banyak lajur, arus dibuat terpisah untuk tiap arah dan kapasitas ditentukan per lajur (MKJI, 1997). Volume lalulintas adalah nilai jumlah kendaraan yang melewati titik dalam ruas jalan dalam interval waktu tertentu. Arus dan volume lalulintas merupakan dua hal yang berbeda, karena arus lalulintas merupakan hasil perhitungan dari jumlah kendaraan dalam satu ruas pada satu interval waktu tertentu saja. (Hoobs, 1995). Hasil perhitungan volume kendaraan pada tiap ruas jalan dikombinasikan dengan nilai kapasitas jalan agar didapat tingkat pelayanan jalan. Tingkat pelayanan jalan merupakan nilai rasio antara volume lalulintas dengan kapasitas jalan (secara kuantitatif) dan dapat menggambarkan kondisi operasional pada tiap ruas jalan seperti kecepatan, waktu tempuh, kebebasan bergerak, kemanan, keselamatan, ketertiban, serta kelancaran arus laulintas (UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalulintas). Kemacetan lalulintas yang merupakan kondisi saat arus lalulintas meningkat pada suatu ruas jalan dan menyebabkan waktu tempuh menjadi bertambah (kecepatan menurun) sehingga pergerakan kendaraan menjadi tidak lancar (Bina Marga, 1997)
10
Kemacetan lalulintas telah menjadi suatu permasalahan utama dalam jaringan lalulintas. Jumlah kebutuhan perjalanan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan yang ada menjadi penyebab munculnya kemacetan lalulintas. Beragam cara terkait solusi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah kemacetan tersusun dalam beberapa tahapan antara lain seperti yang dijabarkan oleh Frazilla (2002) dalam Manurung (2008) : 1. Restrukturisasi tata ruang dimaksudkan untuk mengatur pola perjalanan penduduk 2. Optimalisasi pelayanan jaringan jalan dengan perbaikan manajemen lalulintas 3. Peningkatan ruang jalan dan perbaikan struktur jaringan jalan dan jaringan sistem transportasi dengan pembangunan infrastruktur 4. Penerapan moda angkutan umum masal 5. Pencegahan adanya penumpukan kendaraan pada satu ruas jalan dengan memanfaatkan alur rute terpendek. 1.7.1.2 Informasi Lalulintas Ketidakpastian dalam waktu perjalanan dapat saja disebabkan oleh adanya kecelakaan, cuaca yang buruh, kemacetan lalulintas, dan lainnya, informasi lalulintas terkini dan kombinasi dengan data lalulintas historik dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pembuatan rute dalam memperbaiki ongkos dan produktivitas. Dengan memanfaatkan kombinasi dari informasi lalulintas terkini dan data lalulintas historik dalam permasalahan pencarian rute terdekat stokastik dalam suatu sistem jaringan jalan, memunculkan beberapa pertanyaan dasar seperti:
Kapan seorang pengemudi dari kendaraan komersil sebaiknya tersedia untuk meninggalkan lokasi asalnya?
Setelah ditentukan, kapan sebenarnya pengemudi tersebut benar-benar berangkat?
Bagaimana sebaiknya kendaraan diatur rutenya dalam suatu jaringan jalan, berdasarkan informasi real-time lalulintas untuk mengurangi waktu dan biaya? (Kim, Lewis, dan White, 2004)
11
Informasi lalulintas yang diketahui sebelum pengguna lalulintas melakukan perjalanan dapat membantu pengguna lalulintas tersebut, karena ia dapat memilih dan menentukan rute perjalanan terbaik yang akan dilaluinya. Kemajuan teknologi pengamatan lalulintas menggunakan ATCS (AutomaticTraffic Control System) membuat kriteria lalulintas yang digunakan (V/C Ratio) lebih mudah didapatkan dan cepat (Suyuti, 2010). Kemajuan teknologi dalam jejaring sosial misalnya membuat penyadapan akan kayanya informasi yang dibagikan oleh banyak pengguna internet menjadi lebih mudah. Dalam menghadapi kemacetan misalnya, saat ini banyak orang yang memanfaatkan jejaring sosial untuk berbagi informasi mengenai lalulintas yang terjadi pada ruas jalan yang diketahuinya. Banyak cara kreatif untuk menghadapi kemacetan salah satunya dengan ekstraksi informasi public mengenai kemacetan atau kondisi lalulintas dari jejaring sosial misalnya Twitter. Sistem yang dibuat memberi hasil yang cukup akurat dengan beragam sumber data yang kemudian dapat divisualisasikan dalam peta (Kosala, Adi, dan Steven, 2012) 1.7.2 Sistem Informasi Geografis Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini meliputi berbagai macam disiplin ilmu dalam inovasi serta pemanfaatannya. Kemajuan teknologi informasi juga telah memberi peranan dan pengaruh cukup besar bagi ilmu pengetahuan. Burrough (1986) menyebutkan bahwa sistem informasi geografis dapat merepresentasikan objek dunia nyata ke dalam suatu bentuk posisi aslinya sesuai dengan sistem koordinat, data atribut yang belum tentu terkait dengan lokasi mutlaknya. Keterkaitan ini secara spasial memperlihatkan suatu objek saling terhubung, seperti diilustrasikan oleh Gambar 1.1 menggambarkan lapisan-lapisan dalam data spasial dibentuk dari dunia nyata.
12
Gambar 1.1. Representasi Objek Dunia Nyata dalam SIG (Kholladi. M, 2004) Sistem informasi geografis (SIG) dikatakan memiliki ciri yang unik jika dibandingkan dengan sistem lainnya, keunikan ini berkat adanya kemampuan dalam menghubungkan data spasial dengan data atribut yang biasanya bersifat tekstual (a-spasial) dari objek-objek di permukaan bumi (ESRI, 1990). Teknologi SIG memiliki fitur dalam manajemen data spasial yakni seluruh informasi geografis yang memiliki referensi letak absolut (sistem koordinat). Sistem informasi geografis dapat digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan dan menganalisa informasi yang berkaitan dengan permukaan bumi (DeMers, 1997). Integrasi dari beragam data spasial yang berupa titik, garis, dan area dengan macam atributnya masing-masing dapat dihimpun dan dianalisa untuk selanjutnya dibuat keluaran yang paling utama yakni dalam bentuk peta. Seiring dengan perkembangan zaman, keluaran dari SIG tidak hanya dalam bentuk peta, namun diseminasinya dapat dalam bentuk yang lain seperti web, tampilan animasi, ataupun sistem informasi yang berjalan sendiri. 1.7.2.1 Sub Sistem Dalam SIG Sistem Informasi Geografis (SIG) memiliki kemampuan dalam menangani data yang mengacu pada referensi geografis yakni masukan data, manajemen data, analisis serta manipulasi data hingga keluaran data seperti digambarkan pada Gambar 1.2. Berdasarkan kemampuan yang dimiliki Sistem Informasi Geografis (SIG), selanjutnya dapat dibagi menjadi empat subsistem, yakni : 1. Masukan Data (Data Input)
13
Subsistem masukan data memiliki peranan dalam pengumpulan serta persiapan data spasial (grafis dan atribut) dari beragam sumber akuisisi data. Dalam subsistem ini termasuk juga fungsi konversi serta transformasi beragam data ke dalam format data yang digunakan oleh SIG. 2. Manajemen Data (Data Management) Manajemen data merupakan subsistem yang memiliki fungsi dalam pengorganisasian data, data spasial dimasukkan ke dalam basisdata spasial agar data tersebut mudah untuk dicari, diperbarui ataupun melakukan koreksi. 3. Manipulasi Data dan Analisis (Data Manipulation and Analyst) Subsistem manipulasi dan analisis memiliki fungsi dalam menentukan informasi apa saja yang bisa dihasilkan dengan SIG, kemudian melakukan manipulasi serta pemodelan data agar informasi yang dituju dapat dihasilkan dengan baik. 4. Keluaran Data (Data Output) Pada subsistem ini dihasilkan data keluaran dari hasil pengolahan SIG, data yang dikeluarkan dapat seluruh atau hanya sebagian dari basisdata yang ada, bentuk penyajian dapat berupa softcopy ataupun hardcopy.
Gambar 1.2. Uraian Subsistem SIG (Sumber : Prahasta, 2001) 1.7.2.2 Pengolahan Basis Data Spasial Basisdata spasial adalah sebuah definisi basisdata yang memiliki tipe data yang spesial untuk objek-objek geometrik dan memiliki kemampuan untuk menyimpan data geometrik yang biasanya merupakan fitur-fitur geografis dalam tabel basisdata normal. Basisdata spasial menyediakan fungsi khusus seperti bahasa 14
untuk manipulasi data dalam basisdata (query) yang biasanya dikenal dengan istilah SQL (structured query language) (Obe, Hsu, 2011). Pengelolaan data spasial yang sesuai akan membuat proses memperoleh informasi yang diharapkan juga tepat. Data spasial beserta data atribut yang dihimpun dalam satu bentuk basis data spasial menjadi satu kesatuan sistem dalam SIG dapat mengantarkan pengguna ke dalam tujuan serta sasaran yang diharapkannya tercapai. Ragam informasi serta data yang diperoleh dari banyak metode pengumpulan data peta analog, tabel-tabel statistik, kumpulan data yang dimiliki institusi tertentu tentunya akan memiliki atribut yang banyak dan basis data spasial menghimpun seluruh data tersebut sesuai dengan lokasi spasial. Dalam data atribut yang menyimpan beragam informasi non-spasial biasanya berbentuk kumpulan tabel atau file. Didalam file inilah seluruh informasi terkait suatu data spasial tersimpan. Model data yang tersimpan dalam pengolahan data spasial ini antara lain model data hirarki, model data jaringan, dan model data relasional. Fungsi manipulasi data dalam basisdata spasial secara sederhana dapat menggunakan query dalam menjawab pertanyaan mengenai ruang dan objek dalam ruang. Fungsi spasial dalam basisdata membuka kesempatan bagi pengguna utnuk membuat atau memodifikasi objek dalam ruang, hal seperti ini biasanya dikenal sebagai istilah pemrosesan geometrik atau pemrosesan spasial (Obe, Hsu, 2011). Dalam pemodelan terdapat bentuk data dua dimensional yang merupakan bentuk standar dalam basisdata yakni titik, garis, dan area. Pada basisdata spasial objek yang lebih kompleks dapat muncul seperti multipoligon, multipoints, multilinestrings, geometry collections, dan kurva geometrik. Tahapan yang dapat dilakukan dalam data spasial ini meliputi perekaman, klasifikasi, penyusunan, perhitungan, penyusunan laporan, penyimpanan, pencarian, penggandaan, dan komunikasi (Suryantoro, 2008). Pengolahan basis data spasial secara terintegrasi akan membantu dalam penurunan informasi sesuai dengan kajian yang akan dilakukan.
15
1.7.3 Analisis Jaringan Struktur data jaringan merupakan salah satu bentuk representasi dalam SIG yang paling awal. Jaringan tersusun atas sekumpulan titik dan garis , dimana titik mewakili tempat atau dikenal istilah seperti nodes, junctions, intersections, terminals, vertices. Garis merupakan representasi dari interkonektifitas antara dua tempat yang dikenal dengan istilah route (links, arcs, sides, segments, branches, edges) kemudian rute (route) yang terhubung ke beberapa tempat disebut path (Kamal, 2010 dalam Anggara, 2011). Pemodelan spasial dapat dilakukan menggunakan jenis data jaringan. Jaringan memiliki beberapa ciri yang hampir mirip antara lain (Prahasta, 2001): o Adanya fenomena dimana terdapat objek atau sumberdaya yang bergerak dalam jaringan tersebut o Adanya fenomena perpindahan dari zona atau lokasi awal menuju suatu zona atau lokasi tujuan dari objek dalam jaringan yang memiliki keterkaitan hubungan (connected path).
Gambar 1.3 Konektivitas dalam topologi (Sumber: http://help.arcgis.com/en/arcgisdesktop, diakses tanggal 12 Juli 2013) DeMers(1997:17) mengatakan bahwa pemanfaatan analisa lanjut dalam SIG dengan memanfaatkan analisa jaringan sangat mungkin dilakukan dan bermanfaat, informasi yang tersimpan dalam suatu basisdata secara detil misalnya dalam keadaan darurthuntat data tersebut dapat tersambung dengan kepolisian, agar jika terjadi suatu tindakan kriminal dapat langsung menuju lokasi kejadian. Bentuk
16
keluaran dapat berupa peta rute yang menunjukkan rute tercepat menuju tempat tersebut dari tempat asal. Jaringan pada dasarnya memiliki tiga bentuk utama, yakni garis lurus contohnya jalan raya, garis bercabang yang menyerupai aliran sungai, dan sirkuit yang berbentuk seperti jalan dan memiliki arah putar seperti terlihat pada Gambar 1.4. Satu arus objek yang berhubungan dengan arus yang lain dalam satu jaringan dan membentuk sudut maka kemudian dapat terjadi perubahan arus. Seluruh jaringan secara umum memiliki ciri: 1) adanya obyek atau sumberdaya yang bergerak melalui jaringan tersebut, dan 2) adanya keterkaitan jalur antara titik awal dan tujuan.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.4 Jaringan terbagi atas: (a) jaringan garis lurus, (b) jaringan bercabang, dan (c) sirkuit (DeMers, 1997:198) Dalam pembuatan jalur menggunakan faktor berupa jarak tempuh saja sebenarnya sudah dapat dibuat sebuah jalur atau rute terpendek, kemudian jika mempertimbangkan adanya faktor hambatan/impedansi dapat dibuat suatu jalur yang efisien. Sebuah node dapat diberi kode yang menunjukkan lampu pengatur lalulintas misalnya dan berfungsi sebagai titik berhenti (stop), atau impedansi lainnya seperti belokan pada persimpangan. Penghalang yang dapat saja muncul dalam berlalulintas dapat ditambahkan, penghalang (barriers) yang dapat memperlambat kecepatan gerak kendaraan seperti adanya gangguan lalulintas seperti kemacetan, perbaikan jalan, kecelakaan lalulintas, dan hambatan lainnya. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan jalur dapat diperoleh dari informasi kondisi jalan seperti jarak tempuh, persimpangan, dan sebagainya (Arham, 2002)
17
Gambar 1.5 Elemen-elemen dalam suatu jaringan (Sumber: ESRI dengan modifikasi). Tabel 1.2 Keterangan Gambar Elemen dalam jaringan Keterangan Link merupakan tempat untuk bergerak (jalan, sungai, pipa) Barrier merupakan penghalang pergerakan antara dua Link Turn merupakan adanya kemungkinan belokan pada suatu persimpangan Stop merupakan tempat dalam suatu jalur untuk menaikkan atau menurunkan muatan (pemberhentian bus dan gudang) (Studi Pustaka, 2013)
Atribut Hambatan dua sisi (waktu dan lamanya arus) Jenis hambatan (gangguan lalulintas) Hambatan seperti waktu yang dibutuhkan saat berbelok, larangan belokan Muatan yang perlu diantar/diangkut. Catatan: Elemen ini tidak selalu dibutuhkan dalam rute
Analisis jaringan dapat dijalankan jika telah memenuhi salah satu syarat utama yakni tersedianya sebuah data jaringan yang terstruktur. Struktur data jaringan tentu harus dapat menyimpan titik/node dan edge/link yang merupakan pembentuk struktur data jaringan tersebut (Curtin, 2007). Unsur yang berperan penting lainnya dalam struktur ini adalah isi dari data atribut yang memberi
18
informasi terhadap tahapan analisis selanjutnya. Data jaringan berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi: 1.
Struktur data jaringan non-topologi: terdiri atas edge yang disimpan dalam basisdata, dimana tiap data yang disimpan memiliki titik awal dan titik akhir. Dalam struktur ini atribut data juga ikut tersimpan serta informasi topologi dari edge. Struktur ini memiliki kelebihan antara lain adalah kemudahan untuk dianalisis serta tampilan data dalam bentuk peta digital juga lebih mudah. Duplikasi pada data edge dapat sering terjadi, kemudian tidak adanya informasi topologi sering dianggap kurang efisien ketika akan menjalankan analisis jaringan menjadi kelemahan dari struktur ini.
2.
Struktur data jaringan topologi: informasi topologi merupakan salah satu unsur penting dalam menjalankan analisis jaringan. Keberadaan informasi ini memberi kemampuan lebih ketika menjalankan analisis yang tingkatannya lebih rumit, struktur data jaringan ini terkendala lebih sulit untuk dilakukan. Pembedaan oleh tiap edge terhadap adanya persimpangan dengan terowongan atau jembatan menjadi kendala yang sering muncul. Pemisahan antara tiap adanya persimpangan dengan data jaringan memberi peluang terjadi pengulangan saat melakukan pembuatan aturan akan mengakibatkan ukuran basisdata menjadi bertambah dan tentunya hal ini dapat menyebabkan terjadi kesalahan ketika menjalankan analisis jaringan.
3.
Struktur data jaringan murni: struktur data ini dianggap lebih realistis, representasi nyata keadaan jaringan seperti dunia nyata (Fohl et al 1996, dalam Curtin 2007). Dukungan terhadap adanya belokan serta pertimbangan arah menjadi kelebihan pada tipe struktur ini, kemudian dapat juga diberi nilai impedansi atau hambatan ketika menjalankan analisis atau pergerakan sepanjang jaringan.
1.7.3.1 Analisis Pencarian Rute Terpendek Analisis rute terpendek adalah penentuan rute dengan menggunakan hambatan kumulatif minimal di antara titik-titik pada suatu jaringan. Rute hanya dapat menghubungkan titik lokasi awal dengan lokasi tujuan. Adanya analisis rute
19
membantu pengguna lalulintas dalam menentukan rute perjalanannya (Aldino, 2011). Analisis rute terpendek menggunakan suatu matriks hambatan, dalam matriks tersebut terlihat nilai hambatan dari hubungan antar dua titik pada jaringan dan jumlah tak terbatas yang artinya tidak ada keterkaitan langsung. Analisis seperti ini dilanjutkan menggunakan algoritma, algoritma yang pertama kali dibuat dalam analisis rute terpendek adalah algoritma Dijkstra (1959). Algoritma Dijkstra ini hanya menghitung jarak secara rasional dan dipengaruhi oleh adanya faktor pembobot seperti panjang segmen jalan, waktu tempuh antar node, laju kendaraan, kepadatan lalulintas dan lainnya (Jakimavicus dan Macerinskiene, 2005). Ilustrasi skema sederhana algoritma Dijkstra dengan faktor pembobot ditunjukkan oleh Gambar 1.6 dibawah ini.
Gambar 1.6 Skema jaringan jalan dengan faktor pembobot (weight) (Sumber : Jakimavicus dan Macerinskiene, 2005) Gambar diatas menunjukkan penentuan pencarian rute optimal dari node y6 menuju node y5 menggunakan pilihan jalur dengan nilai tertimbang yang paling rendah. Terdapat dua jalur yang dapat dipilih dari Gambar 1.6 yakni : 1. Rute melewati s61, s12, s24, s45; 2. Rute melewati s61, s13, s34, s45 Algoritma ini membangun dua tahapan yang berisi verteks, dimana pada tahap pertama berisi verteks awal, dan tahap kedua berisi verteks-verteks yang lainnya. Ketika algoritma Dijkstra dimulai langkah pertama hanya berisi lokasi awal, selanjutnya berlangsung proses iterasi dalam algoritma tersebut, dimana sebuah verteks dari tahap kedua dihapus dan masuk ke dalam tahap pertama. Hal ini terus berlangsung hingga verteks terakhir yang seharusnya masuk dalam tahap kedua dan proses akan berhenti.
20
Dalam
perkembangannya
algoritma
pencarian
rute
mengalami
perkembangan. Terdapat beberapa algoritma baru dalam pencarian rute, salah satunya adalah algoritma A-Star (A*). Algoritma ini merupakan pengembangan dari algoritma Dijkstra, algoritma A-Star ditemukan pertama kali oleh Hart, Nilsson dan Raphael (1968). Algoritma ini bekerja dengan menggabungkan fungsi-fungsi heuristic dan uniformcost serta greedy search. Fungsi heuristik merupakan fungsi yang memperkirakan perhitungan jarak dari node awal menuju node tujuan. Algoritma A-star berprinsip pada fungsi heuristik dalam memprioritaskan node-node ke arah yang benar. Adanya fungsi heuristik menjadikan algoritma ini hanya memfokuskan pencarian pada node-node yang berada pada arah yang dekat dengan node tujuan, pencarian akan dihentikan pada waktu node tujuan diperiksa, sehingga jumlah node yang harus diperiksa menjadi lebih sedikit dan karena waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui jalur berbanding lurus dengan jumlah node yang harus diperiksa, secara otomatis waktu pencarian rute dapat lebih cepat (Muttaqin, 2009).
Gambar 1.7(a) Pencarian rute dengan Algoritma Dijkstra (Sumber: Patel, 2013)
Gambar 1.7(b) Pencarian rute dengan Algoritma best-search (Sumber: Patel, 2013)
21
Gambar 1.7(c) Pencarian rute dengan Algoritma A-star (Sumber: Patel, 2013) Gambar 1.7 menunjukkan ilustrasi bagaimana ketiga algoritma mencari rute dari lokasi awal (kotak berwarna merah) dan lokasi tujuan (kotak berwarna biru) dengan adanya sebuah penghalang (kotak-kotak berwarna abu-abu gelap). Gradasi warna di tiap kotak menunjukkan lokasi node yang diperhitungkan oleh tiap-tiap algoritma. Algoritma Dijkstra memperhitungkan seluruh node dan menghasilkan rute yang dapat dikatakan adalah rute terpendek paling baik. Algoritma best-search melakukan pekerjaan yang sedikit (node yang diperhitungkan lebih sedikit) namun rute yang dihasilkan tidak terlalu baik. Algoritma A-Star melakukan pemeriksaan node yang lebih sedikit, namun menghasilkan rute yang hampir sama dengan algoritma Dijkstra (Patel, 2013). 1.7.4 Web-SIG Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi cara distribusi sistem informasi terkait data spasial dalam hal ini dalam lingkup pengolahan sistem informasi geografis. Web-SIG merupakan integrasi antara teknologi Internet-GIS dengan Web geospasial. Web-Sistem Informasi Geografis (Web-SIG) merupakan salah satu bagian dari Internet GIS pengkhususan Web-SIG untuk kebutuhan tertentu secara spesifik jika dibandingkan dengan Internet GIS.
22
Gambar 1.8 Kedudukan dan hubungan SIG dengan Web-GIS (Sumber: Fu dan Sun, 2010) Integrasi basisdata spasial dalam Web-GIS akan memberikan kontribusi yang baik bagi visualisasi serta analisa data. Keberadaan beragam aplikasi serta banyaknya data spasial yang ada untuk membangun suatu Web-GIS diintegrasikan menggunakan beragam layanan yang sudah tersedia agar tercapai hasil yang diinginkan. Komponen dasar serta alur kerja dasar dari Web-GIS meliputi sistem basisdata spasial, basisdata website, kemudian jaringan internet sebagai jembatan penyampaian informasi menuju dunia luar yang dapat diakses oleh banyak orang tanpa terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu. Pengguna yang dapat mengakses (client) dengan penggunakan piranti yang beragam saat ini dapat menerima informasi berupa visualisasi serta analisa yang dapat dilakukan dalam Web Browser tanpa harus memiliki aplikasi piranti lunak SIG pada komputernya.
Gambar 1.9 Alur kerja dasar Web-SIG (Sumber: Fu dan Sun, 2010) Dalam aplikasi Web-GIS dikenal istilah penyedia layanan pemetaan (mapping servers) kegunaan utama dari layanan ini adalah melakukan render gambar kepada pengguna sesuai permintaan. Web konvensional hanya dapat
23
memperlihatkan gambar yang sifatnya statis, sementara mapping servers dapat dengan cepat menampilkan gambar yang sifatnya lebih dinamis (Obe, Hsu, 2011). Standar dalam penyedia layanan ini dikeluarkan oleh OGC (Open Geospatial Consortium) yakni WMS, WFS, WCS, CSW, OpenLS, dan WPS (OGC, 2011). Kemampuan WMS (Web Map Service) yang secara garis besar adalah layanan standar penampil peta dalam web, menggunakan format raster seperti JPEG, GIF, dan PNG. WFS (Web Feature Service) yang merupakan standar dalam menampilkan kenampakan geografis dalam web dalam format vector, format layanan ini memberikan fungsi lebih ke pengguna untuk melakukan penambahan, pemutakhiran, eliminasi, dan pencarian dengan aturan (syarat). Format layanan OpenLS (OpenGIS Location Service) adalah standar yang biasa digunakan untuk memperoleh lokasi dari pengguna, layanan ini memiliki fungsi layanan rute, layanan navigasi, petunjuk perjalanan, gateway service, location utility service dan presentation service (OGC, 2011)
Gambar 1.10 Integrasi sistem dalam Infrastruktur Data Spasial (Pramono dan Sofyan, 2009) 1.7.5 Kartografi Ilmu kartografi secara umum dikatakan sebagai ilmu membuat peta, bahasan mengenai simbolisasi peta, tata letak, visualisasi data spasial menjadi konsep dasar dalam pembuatan peta yang dapat dikaji dengan lebih mendalam. International Cartographic Association (ICA, 1973) mengatakan bahwa
24
€kartografi sebagai seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta, mencakup lingkup studi sebagai dokumen ilmiah dan suatu bentuk karya seni•. Kemajuan teknologi saat ini bermain peran penting dalam ilmu kartografi saat ini. Penggambaran peta yang dulunya dilakukan secara manual, saat ini dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dengan ragam bantuan aplikasi perangkat lunak yang ada. Bentuk representasi dunia nyata ke bidang datar atau biasa dikenal sebagai peta merupakan proses komunikasi dalam kartografi.
Gambar 1.11. Komunikasi Dalam Kartografi Penggambaran objek dunia nyata ke dalam peta tentu tidak dapat dilakukan secara sempurna, kompleksitas yang dimiliki objek nyata di muka bumi membuat proses penyampaian informasi spasial tidak sepenuhnya sama persis. Adanya seleksi serta klasifikasi oleh seorang kartografer akan menentukan penyampaian informasi spasial tersebut ke pengguna peta. Proses penting seperti klasifikasi dan generalisasi menjadi penting dilakukan oleh seorang kartografer agar informasi yang akan disampaikannya dapat dengan mudah diterima oleh pengguna peta. Proses ini tentu harus memperhatikan aspek pemetaan yang juga penting dalam representasi bentuk dunia nyata ke dalam media peta yakni skala peta. Skala peta merupakan perbandingan ukuran sebenarnya objek di lapangan dengan penggambaran di peta.
1.8 Kerangka Pemikiran Perkembangan perkotaan telah mempengaruhi daerah pinggiran serta kotakota penyangga kota besar. Transportasi merupakan suatu aspek integral pada kehidupan penduduk perkotaan, penduduk menggunakan sarana dan prasarana transportasi dalam melakukan mobilitas hariannya. Jumlah penduduk yang
25
meningkat tentunya mempengaruhi aktivitas penduduk tersebut dalam pemenuhan kebutuhannya. Sarana prasarana penunjang kebutuhan hidup penduduk ikut berkembang mengikuti perkembangan kota dan jumlah penduduk. Adanya permasalahan dalam bidang transportasi karena mobilitas penduduk membawa pengaruh volume dan arus kendaraan bermotor yang juga meningkat. Fenomena ini tidak didukung oleh kapasitas jalan yang memadai, sehingga pada waktu-waktu tertentu seringkali terdapat hambatan atau gangguan lalulintas yang dapat berujung pada kemacetan lalulintas. Informasi kondisi lalulintas perkotaan tersebar secara cepat melalui teknologi informasi. Penduduk perkotaan dapat berbagi dan mencari informasi mengenai kondisi lalulintas di daerahnya. Informasi ini menjadi berguna ketika penduduk ingin menentukan rute perjalanan dari lokasi awal menuju lokasi tujuannya yang dikehendaki. Jika informasi lalulintas dapat diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan, maka rute yang dipilih oleh penduduk dapat lebih optimal. Tiap penduduk atau pengguna lalulintas tentunya menginginkan rute perjalanannya yang memiliki jarak terdekat dan terhindar dari arus lalulintas yang padat ataupun gangguan lalulintas lainnya. Perkembangan teknologi sistem informasi geografis dan pencarian rute terpendek dengan dukungan terhadap beragam jenis masukan data membuat ekstraksi kenampakan geografis untuk keperluan analisis menjadi lebih mudah. Citra penginderaan jauh digunakan untuk ekstraksi kenampakan penggunaan lahan didaerah kajian. Peta rupabumi dan peta jaringan jalan dimanfaatkan untuk pembuatan basisdata jaringan jalan yang dilengkapi dengan data atribut untuk tiap ruas jalan. Data arus lalulintas beserta informasi lalulintas dapat diintegrasikan sehingga analisis jaringan untuk pencarian rute alternatif dapat dilaksanakan. Informasi arus lalulintas dapat diperoleh dari beragam sumber, baik yang sifatnya historikal melalui pengukuran oleh instansi terkait ataupun dari penyedia jasa layanan informasi. Rute alternatif dapat menjadi dinamis karena informasi yang diperoleh akan bervariasi tiap waktunya. Penyampaian rute alternatif ini akan lebih baik jika menggunakan aplikasi berbasis Web-GIS sehingga pengguna tidak perlu memiliki aplikasi pengolah data spasial didalam komputer atau peralatan lainnya.
26
Pengguna dapat membuka aplikasi Web-GIS yang pada dasarnya dibangun melalui protokol HTTP, dan memuat informasi yang berguna mengenai lalulintas yang terjadi, serta karakteristik ruas jalan daerah kajian.
Gambar 1.12. Diagram Kerangka Pemikiran
1.9 Batasan Operasional Algoritma adalah metode khusus yang tepat dan terdiri atas serangkaian langkah terstruktur dan dituliskan secara sistematis, yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan bantuan komputer (Sutedjo, 2000)
27
Analisis Jaringan adalah analisis yang dilakukan terhadap segmen atau garis yang terdiri dari sekumpulan garis yang saling terhubung (Verbyla, 2002 dalam Aldino, 2012) Basisdata adalah kumpulan data yang secara kolektif berhubungan dengan satu kategori umum Impedansi adalah atribut hambatan atau faktor pemberat dalam suatu jaringan, secara umum variabel impedansi yang digunakan adalah jarak tempuh tiap segmen (Kamal, 2006 dalam Aldino, 2012) Jalan adalah suatu ruang dimana gerakan transportasi dapat terjadi (Morlok, 1985) Jaringan adalah sekumpulan kenampakan garis (arc) yang saling berhubungan saling terkait tiap elemen penyusunnya dan didalamnya dapat terjadi pergerakan dari lokasi awal menuju lokasi akhir dalam sistem jaringan (Jensen, 1996 dalam Purwanto, 2004). Kemacetan adalah kondisi arus lalulintas yang lewat pada ruas jalan yang telah melebihi kapasitas rencana jalan tersebut, mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Penghalang adalah halangan dalam sistem jaringan yang membuat pergerakan pada tiap segmen menjadi terganggu Rute optimal adalah jalur yang dapat digunakan pengguna lalulintas dari lokasi awal menuju lokasi tujuan dalam waktu singkat. Sistem Informasi adalah sekumpulan prosedur dimana ketika dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dan untuk mengendalikan penggunanya. Proses ini memberi keterangan tentang permasalahan secara terstruktur (Utami, 2005)
28