BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, klien memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, psikologis dan spiritual. Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan kebutuhan lainnya pada saat seseorang sakit, spiritual dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman ketika klien sakit tersebut berserah diri kepada keadaannya. Tetapi berserah diri ini berbeda dengan putus asa. Dimana keputusasaan adalah suatu kondisi dimana biasanya klien mengalami penyakit terminal dan ia sudah tidak mengharapkan dan mengusahakan kesembuhannya. Maka dari itu kami akan membahas mengenai asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami keputusasaan sehingga semangat hidupnya kembali bangkit dan ia kembali berusaha untuk hidup dan sembuh.
1.2 Rumusan Masalah 1 Apa itu keputusasaan ? 2 Apa saja hal-hal penting mengenai keputusasaan? 3 Bagaimana faktor penyebab pada keputusasaan? 4 Bagaimana tanda dan gejala pada keputusasaan? 5 Bagaimana akibat keputusasaan ? 6 Bagaimana pencegahan keputusasaan? 7 Bagaimana penatalaksaan medis pada keputusasaan? 8 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami keputusasaan sehingga semangat untuk hidupnya meningkat ? 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat memahami konsep klien dengan keputusasaan dan perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami keputusasaan sehingga mahasiswa kelak dapat memberikan asuhan keperawatan spiritual pada klien yang mengalami keputusasaan dan meningkatkan/membangkitkan semangat hidupnya.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1
Definisi Keputusasaan adalah keadaan subjektif di mana seorang
individu
terlihat
memiliki
keterbatasan
atau
tidak
ada
alternatif atau pilihan – pilihan pribadi yang tersedia dan tidak mampu menggerakkan energi atas nama sendiri (Rosernberg dan Smith, 2010). Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah karena merasa tidak mampu, seolaholah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping baru serta yang tidak ada yang akan membantu (Riyadi dan Purwanto, 2009). Putus asa merupakan tanda dari individu yang mengalami putus harapan yang akan menyebabkan seseorang bunuh diri jika sudah dalam keadaan berat (Riyadi dan Purwanto, P.127, 2009). Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang tidak memiliki harapan
tidak
melihat
adanya
kemungkinan
untuk
memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan
harapan,
ketidakmampuan , keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 ) Menurut (Pharris, Resnick ,dan 1997),mengemukakan
bahwa
keputusasaan
kondisi yang dapat menguras energi.
ABlum,
merupakan
Keputusasaan
merupakan
status
emosional
yang
berkepanjangan dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Semangat adalah roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati, seluruh kehidupan batin manusia, isi dan maksud yg tersirat didalamnya ( KBBI) 2.2 Faktor Penyebab A. Rentang Respon (Beck, dkk., dalam Riyadi dan Purwanto, 2009) 1. Respon Adaptif (Harapan) a. Yakin b. Percaya c. Inspirasi d. Tetap hati 2. Respon Maladaptif (Putus Harapan) a. Tidak berdaya b. Putus asa c. Apatis d. Gagal dalam kehidupan e. Ragu – ragu f. Sedih g. Depresi h. Bunuh diri B. Proses terjadinya masalah Faktor yang terkait : 1. Pengabaian 2. Kondisi fisiologis yang memburuk 3. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual 4. Kehilangan kepercayaan pada nilai – nilai transenden 5. Stres jangka panjang 6. Pembatasan kegiatan berkepanjangan menciptakan isolasi (Rosernberg dan Smith, 2010). Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu : 1. Faktor kehilangan 2. Kegagalan yang terus menerus 3. Faktor Lingkungan 4. Orang terdekat ( keluarga )
5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) 6. Adanya tekanan hidup 7. Kurangnya iman 2.3 Tanda dan gejala A. Mayor Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam
,
berlebihan,
dan
berkepanjangan
dalam
merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan. 1. Fisiologis : a. Respon Terhadap Stimulus Melambat b. Tidak Ada Energi c. Tidur Bertambah 2. Emosional : a. Individu Yang Putus Asa Sering Sekali Kesulitan Mengungkapkan Perasaannya Tapi Dapat Merasakan b. Tidak Mampu Memperoleh Nasib Baik, Keberuntungan Dan Pertolongan Tuhan c. Tidak Memiliki Makna Atau Tujuan Dalam Hidup d. Hampa Dan Letih e. Perasaan Kehilangan Dan Tidak Memiliki Apa-Apa f. Tidak Berdaya,Tidak Mampu Dan Terperangkap. 3. Individu memperlihatkan : a. Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam b. c. d. e. f. g. h.
perawatan Penurunan verbalisasi Penurunan afek Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat. Ketidakmampuan mencapai sesuatu Hubungan interpersonal yang terganggu Proses pikir yang lambat Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
kehidupannya sendiri. 4. Kognitif : a. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat keputusan b. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini
c. Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir d. Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ) e. Tidak punya
kemampuan
berimagenasi
atau
berharap f. Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan g. Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan h. Tidak dapat mengenali sumber harapan i. Adanya pikiran untuk membunuh diri. B. Minor ( mungkin ada ) 1. Fisiologis a. Anoreksia b. BB menurun 2. Emosional a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan b. c. d. e.
orang lain Merasa berada diujung tanduk Tegang Muak ( merasa ia tidak bisa) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan
yang ia jalani f. Rapuh 3. Individu memperlihatkan a. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara b. Penurunan motivasi c. Keluh kesah d. Kemunduran e. Sikap pasrah f. Depresi 4. Kognitif a. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa b. c. d. e.
sekarang , masa datang Bingung Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif Distorsi proses pikir dan asosiasi Penilaian yang tidak logis
2.4 Akibat Keputusasaan Akibat yang dapat ditimbulkan dari terjadinya keputusasaan yaitu : 1. Stres 2. Depresi 3. Galau 4. Sakit 5. Pola hidup yang tidak teratur 6. Letih, Lesu, Lemah; disebabkan karena faktor psikis 7. Hilang kesempatan yang ada, karena ketika kesempatan itu datang ia sibuk dengan rasa putus asa yang ada. 8. Trauma; tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk melakukan hal yang sama karena takut akan mengalami rasa putus asa untuk yang kedua kalinya. 9. Gila; akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian orang 10. Sakit; diawali dengan makan yang tidak teratur, tidur terlalu larut, beban pikiran yang berlebihan. 11. Kematian; beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh
diri
dan
tidak
hanya
karena
sakit
yang
berkepanjangan namun juga karena faktor psikis yang berlebihan. 2.5 Pencegahan Di bawah ini ada beberapa cara mencegah timbulnya keputusasaanyaitu : 1. Berbaik sangkalah kepada ALLAH,Ingat bahwa setiap yang kita alami ada hikmahnya. Semua ini hanyalah sebuah cobaan dan bukti kecintaaan tuhan kepada kita. 2. Berpikir bahwa tidak ada kegagalan yang abadi, karena kita bisa mengubahnya dengan ber buat hal-hal baru. 3. Tetapkan tindakan kita dalam keadaan apapun kita tetap bisa memilih tindakan atau mengubah kebiasan lama dan mencari jalan untuk mengatasi masalah yg tengah kita hadapi.
4. Bersikap lebih fleksibel, kehidupan tidak selalu seperti yang di harapkan. Apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru maka ketegangan kita kan berkurang. 5. Kembangkan tindakan yang kreatif Tanyakan pada diri sendiri "kesempatan apa bagi saya di sini ? jalan mana yang terbuka bagi saya ?" 6. Evaluasi setiap situasi. Pikirkan segala tindakan sebelum bertindak agar bisa di dapatkan pemecah masalah yang baik. 7. Lihat sisi positifnya. Kegagalan memang
merupakan
pengalaman yang menyakitkan. Tapi daripada memikirkan kerugian yang kita alami, lebih baik fokuskan pada apa yang telah kita pelajari. 8. Bertanggung jawab. Jangan salah kan orang lain
jika
gagal,tapi perhatikan baik-baik masalah nya dan cobalah memahaminya. Tanyakan pada diri sendiri bagaimana mengatasinya. 9. Pelihara selera humor dan tertawa memang tidak segera memecahkan masalah,tetapi akan membantu kita melihat masalah secara perspektif. Hal itu bagaikan cahaya dalam kegelapan. 10. Ingatlah bahwa kegagalan adalah guru yang paling berharga kita bisa belajar tentang bagaimana kita bisa gagal dan bagaimana kita mengatasi sebuah kegagalan. 2.6 Penatalaksaan medis 1. Psikofarmaka Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan. 2. Psikoterapi Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah
baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya. Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
ulang
kesalahan
yang
pendidikan
maksudnya
di
waktu
memperbaiki
lalu,
psikoterapi
rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya. Psikoterapi
perilaku
dimaksudkan
untuk
memulihkan
gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu
menyesuaikan
dimaksudkan
untuk
diri,
psikoterapi
memulihkan
keluarga
penderita
dan
keluarganya. 3. Terapi Psikososial Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama
menjalani
terapi
psikososial
ini
hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka. 4. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita
gangguan
jiwa.
Dari
penelitian
didapatkan
kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini
berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb. 5. Rehabilitasi Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, kegiatan
menjalankan kesenian,
ibadah
terapi
fisik
keagamaan berupa
bersama,
olah
raga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Diagnosa Keperawatan Dx : Keputusasaan b.d keyakinan bahwa tidak ada yang peduli termasuk Tuhan
a. Tujuan umum : Klien mampu mampu mengekspresikan harapan positif tentang masa depan, mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan b. Tujuan khusus: klien mampu 1) Membina hubungan saling percaya 2) Mengenal masalah keputusasaan 3) Berpartisipasi dalam aktivitas 4) Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung 3.2 Intervensi Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya 1) Ucapkan salam 2) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai 3) Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Dengarkan klien dengan penuh perhatian 6) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya 2. Klien mengenal masalah keputusasaannya 1) Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan sedih/kesendirian/keputusasaannya 2) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien 3) Bantu klien mengidentifikasi mendukung
putus
abnormal/negative,
tinghkah asa:
menghindari
laku
yang
pembicaraan interaksi
dengan
kurnagnya partisipasi dalam aktivitas 4) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk atasi masalahnya, tanyakan manfaat dari cara yang digunakan 5) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh klien. 6) Beri alterbatif penyelesaian masalah atau solusi 7) Bantu klien identifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative 8) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko terbesar dalam ide untuk bunuh
diri): tanyakan tentang rencana, metode, dan cara bunuh diri. 3. Klien berpartisipasi dalam aktivitas 1) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (‘keluarga anda menelepon RS setiap hari untuk menanyakan keadaanmu”) 2) Dorong klien untuk berfikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa 3) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran dan perasaan positif 4) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha
klien
dalam
mencapai
tujuan,
memulai
perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktifitas 4. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: b. Ucapkan salam c. Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai d. Tanyakan nama keluarga, panggilan yang diisukai dan hubungan dengan klien e. Jelaskan tujuan pertemuan f. Buat kontrak pertemuan 1) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien 2) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi masalah dan bagaimana hasilnya 3) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya 4) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan: a. Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi b. Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping, akibat bila tidak patuh minum obat 3) Cara keluarga merawat klien c. Askes bantuan bila keluarga
tidak
mengatasi kondisi klien (puskesmas, RS)
dapat
3.2 Evaluasi Keperawatan 1. Mengekspresikan arti
positif
terhadap
situasi
dan
keberadaannya 2. Mengutarakan Harapan Masa Depan Yang Positif 3. Mengekspresikan Keyakinan 4. Mengutarakan Kehendak Untuk Hidup 5. Mengutarakan Alasan Untuk Hidup 6. Mengutarakan Makna Hidup 7. Menyatakan Optimisme 8. Mengungkapkan Keyakinan Diri 9. Mengutarakan Kepercayaan Lain 10. Mengutarakan Kedamaian Batin 11. Mengutarakan Rasa Kontrol Diri 12. Pameran Semangat Hidup 13. Menetapkan Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Lidiawati.
2012.
Asuhan
Keperawatan
Keputusasaan.
URL : https://www.scribd.com/doc/92790926/Keputusasaan#. Diakses pada tanggal 7 Mei 2015 jam 19.00 WIB. Riyadi S & Purwanto T, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.