BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Barang-barang primer seperti sandang, pangan, dan papan merupakan kebutuhan harian yang wajib dipenuhi oleh setiap orang. Barang-barang tersebut dapat diperoleh melalui transaksi jual-beli. Transaksi jula-beli umumnya dilakukan di sutu lokasi khusus seperti pasar. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, kini transaksi jual-beli tidak selalu dilakukan di pasar. Tetapi pasar tetap menjadi sarana paling efektif untuk melakukan transaksi jual beli. Berdasarkan sifat pasar, pasar dibedakan menajdi dua yakni pasar tradisional dan pasar modern. Di mana, pada pasar tradisonal pembeli dan penjual bertatap muka secara langsung untuk melakukan transaksi jual-beli. Transaksi jual-beli yang dilakukan antara pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar. Sehingga harga pada suatu barang dapat berubah sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pasar Beringharjo merupakan pasar tradisional terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasar Beringarjo mulai dibangun pada awal tahun 1920 dan selesai pada tahun 1925. Bangunan pasar ini terdiri dari 7 bangunan, yang tiap bangunan memiliki 3 lantai hanya bangunan A yang terdiri dari 1 lantai. Gedung pasar Beringharjo merupakan salah satu korban pada peristiwa gempa Yogyakarta tahun 2006, yang mengakibatkan banyak terjadi kerusakan. Kerusakan struktur menjadi salah satu kerusakan utamanya. Gedung pasar Beringharjo telah mendapatkan perbaikan pada beberapa segmen yang mengalami kerusakan. Tetapi setalah dilakukan perbaikan, gedung pasar Beringharjo mengalami kerusakan lagi. Hal tersebut diperkirakan karena tidak diikuti oleh perawatan berkala yang memadai pada gedung Pasar tersebut. Sejauh ini, perbaikan pasca gempa pada gedung pasar Beringharjo lebih banyak dilakukan pada perbaikan arsitektural bangunan. Sedangkan perbaikan struktural bangunan belum dilakukan dengan maksimal. Sehingga kerusakan
1
pada gedung Pasar Beringharjo masih terus terjadi. Sebagai contoh, terdapat kegagalan akibat captive column effect pada seluruh kamar mandi yang terdapat di gedung Pasar Beringharjo. Hal ini terjadi karena dinding kamar mandi tidak ditutupi penuh setinggi kolom penopangnya, melainkan diberikan void pada bagian atasnya. Ilustrasi kerusakan akibat captive column effect yang terjadi bangunan seperti terdapat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Ilustrasi kerusakan akibat captive column effect (Sumber : The Proffesional Journal of The Earthquake Engineering Research Institute)
Kerusakan strurktur lainnya yang terjadi pada gedung pasar Beringharjo adalah kebocoran pada plat atap. Sebagai contoh, kerusakan ini terjadi di gedung C Pasar Beringharjo pada plat atap lantai 3. Plat atap gedung ini mengalami kebocoran ketika hujan dan bahkan setelah hujan. Meski telah dilakukan perbaikan pada struktur plat atap, tetapi kerusakan masih tetap terjadi. Hal tersebut dikarenakan perbaikan yang dilakukan terhadap gedung kerusakan tersebut belum tepat pada penyebab kerusakannya. Selain kerusakan plat atap pada lantai 3 gedung C, kerusakan struktur lainnya juga terjadi pada tangga metro gedung B Pasar Beringharjo. Kerusakan pada tangga tersebut berupa getar. Tangga tersebut bergetar melebihi batas normal ketika ada beban yang melewatinya. Kemungkinan besar tangga tersebut tidak diperhitungkan kekuatannya terhadap gempa. Selain itu tangga ini tidak didukung denga struktur tangga yang memadai, seperti tidak adanya struktur yang menahan balok tangga. Selain itu tangga ini tidak didukung dengan
2
ketebalan plat induk tangga yang memadai. Di mana bentang tangganya yang panjang tidak diimbangi dengan ketebalan plat induk tangga tersebut. Sehingga kekakuan tangga tersebut berkurang, hal ini mengakibatkan tangga bergetar ketika dilewati beban. Kerusakan-kerusakan yang terjadi di gedung Pasar Beringharjo harus diperbaiki. Mengingat Pasar Beringharjo adalah salah satu fasilitas publik yang sangat krusial, sehingga perbaikan yang akan dilakukan perlu direncanakan secara detail. Perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan hasil investigasi kerusakan sebelumnya. Investigasi kerusakan yang dilakukan sebelumnya mengahasilkan informasi detail kerusakan yang terjadi di lapangan. Informasi detail kerusakan tersebut dituangkan dalam bentuk gambar detail kerusakan. Penggambaran detail kerusakan diperlukan untuk mengetahui volume kerusakan yang dialami pasar Beringharjo secara optimal, sehingga diperoleh data kerusakan yang lebih detail. Penggambaran detail selanjutnya digunakan untuk analisis Rencana Anggaran Biaya ( RAB ). Hasil analisis RAB digunakan untuk mengetahui besaran biaya dan kebutuhan bahan bangunan yang diperlukan pada setiap pekerjaan. Selain dari RAB dalam perencanaan perbaikan pasar Beringharjo dokumen penujang yang tidak kalah penting adalah Rencana Kerja dan Syarat – Syarat ( RKS ). RKS bertujuan untuk mengarahkan pelaksana pada jalur yang telah ditentukan, sehingga pekerjaan perbaikan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
1.2
Batasan Masalah 1. Hanya meninjau tentang perbaikan kerusakan struktur yang dialami gedung pasar Beringharjo gedung C, tidak termasuk perbaikan Mekanikal / Elektrikal. 2. Hanya membahas tentang detail kerusakan. Rencana anggaran biaya dan rencana kerja dan syarat – syarat hanya sebagai pelengkap. 3. Hanya meninjau tentang perbaikan tangga metro gedung B pasar Beringharjo.
3
1.3
Tujuan 1. Mengetahui tipe-tipe kerusakan pada gedung pasar Beringharjo. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan struktur gedung pasar Beringharjo dengan efektif dan efisien sesuai tipe kerusakan yang dialami. 3. Membuat Rencana Anggaran Biaya yang sesuai dengan rekomendasi perbaikan kerusakan. 4. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
1.4
Manfaat 1. Dengan mengetahui tipe-tipe kerusakan pada gedung pasar Beringharjo, maka tipe kerusakan dapat di klasifikasikan yang selanjutnya untuk memudahkan pemberian rekomendasi perbaikan. 2. Mendapatkan rekomendasi perbaikan yang tepat sasaran dengan harga yang efisien. 3. Mendapatkan Rencana Anggaran Biaya yang sesuai dengan perbaikan yang akan dilakukan 4. Mendapatkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang menjaga agar pelaksanaan perbaikan sesuai dengan yang diharapkan.
1.5
Sistematika Penulisan 1. BAB I Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat perencanaan perbaikan terhadap kerusakan pasar Beringharjo. Pada akhir bab ini diberikan garis besar isi Tugas Akhir dalam sistematika pembahasan 2. BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang dijadikan dasar dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, yang isinya mencakup rekomendasi teknis perbaikan pasar Beringharjo. 3. BAB III Tinjauan Umum Gedung C dan Tangga Metro Gedung B Pasar Beringharjo
4
Menjelaskan tentang gambaran umum pasar Beringharjo yang menjadi sumber data dalam penulisan Tugas Akhir. 4. BAB IV Perencanaan Perbaikan Gedung C Pasar Beringharjo Berisi tentang perencanaan dan analisis dari kerusakan yang dialami pasar Beringharjo dengan dilanjutkan rekomendasi teknis, kemudian penggambaran detail kerusakan yang sesuai dengan keadaan lapangan untuk didapatkan volume yang riil untuk digunakan dalam RAB dan RKS. 5. Bab V Perkuatan Struktur Tangga Metro Gedung B Pasar Beringharjo Pada bab ini menjelaskan tentang kerusakan struktur yang dialami oleh tangga metro gedung B pasar Beringharjo dan rekomendasi perkuatan struktur tangga tersebut. 6. BAB VI Kesimpulan dan Saran Menjelaskan tentang kesimpulan – kesimpulan dari penanganan kerusakan secara teknis, dan saran yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan yang efektif dan efisien.
5