BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, komunikasi antarkaryawan merupakan hal yang sangat penting karena dengan komunikasi, hubungan antar anggota organisasi akan terjalin. Hubungan yang terjalin dengan baik akan membawa dampak yang positif terhadap kelancaran perusahaan. Saat ini kebutuhan informasi dan komunikasi dalam perusahaan telah berkembang dari kebutuhan pelayanan informasi, ke arah informasi untuk pelayanan yang lebih interaktif. Informasi dan komunikasi organisasi tidak hanya satu arah, tetapi dua arah. Informasi tidak hanya menjadi informasi belaka, tetapi dapat langsung ditanggapi oleh seluruh anggota organisasi. Menjawab tantangan perkembangan kebutuhan tersebut, intranet sebagai media baru dengan kemampuan interaktif, kini tampil menjadi sebuah wadah atau media bagi perusahaan untuk menjembatani komunikasi di dalam organisasi. Intranet banyak dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai forum virtual karyawan, tempat dimana karyawan dan semua anggota organisasi dapat bertukar informasi, cerita, dan berpendapat. Komunikasi yang terjalin diantara karyawan dapat menjadikan pekerjaan terlaksana dengan baik dan memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan perusahaan. PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, sebagai perusahaan BUMN pemasok kebutuhan energi terbesar di Indonesia, adalah salah satu perusahaan yang konsisten menggunakan intranet sebagai media komunikasi perusahaan yang berupa forum komunikasi karyawan bernama Media GOSIP (Gagasan Opini Saran Informasi Pendapat). Media GOSIP dibuat dengan tujuan untuk menampung kritik, ide, dan saran yang membangun. Tak hanya itu, Media GOSIP juga menjadi tempat bagi karyawan untuk berkomunikasi. Karyawan dapat memposting informasi apapun, baik yang bersifat formal maupun informal (hiburan), atau ucapan-ucapan tertentu, yang dapat direspon langsung oleh karyawan lain.
1
Karyawan menjadi khalayak aktif yang dapat menentukan sendiri apa yang akan dilakukan di dalam media GOSIP, misalnya hanya memposting suatu informasi, menanggapi suatu informasi, atau mungkin hanya ingin melihat apa yang sedang menjadi perbincangan hangat di dalamnya. Media GOSIP tumbuh menjadi media yang aktif di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, baik jika dilihat dari jumlah posting per bulannya, jumlah pembaca di setiap postingnya, atau jumlah komentar di setiap postingnya. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang ada di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2008 sampai tahun 2012 rata-rata jumlah posting adalah 129 posting per bulan, rata-rata pembaca adalah 589 orang karyawan di setiap postingnya–atau hampir lima puluh persen dari jumlah keseluruhan karyawan di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap–, dan rata-rata jumlah komentar adalah 10 di setiap posting. Nampak bahwa Media GOSIP menjadi media yang digemari oleh karyawan dan karyawan sangat aktif menggunakan Media GOSIP. Dari gambaran tersebut, peneliti tertarik untuk melihat apa sebenarnya motif karyawan dalam menggunakan Media GOSIP, selain itu peneliti juga ingin melihat bagaimana kepuasan yang mereka peroleh dari motif-motif mereka tersebut. Penggunaan media baru, dalam hal ini Media GOSIP, juga menjadi salah satu hal yang ingin peneliti lihat, bagaimana penggunaannya dan apa saja yang ddilakukan di dalam Media GOSIP. Penelitian tentang motif dan kepuasan dalam menggunakan media bukanlah suatu penelitian yang baru, tetapi penelitian tentang motif dan kepuasan penggunaan media baru sebagai media komunikasi organisasi masih jarang diteliti. Penelitian ini akan melihat bagaimana motif dan kepuasan karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam penggunaan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana motif dan kepuasan karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam penggunaan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi?
2
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui motif karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam menggunakan Media GOSIP. 2. Untuk mengetahui kepuasan karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam menggunakan Media GOSIP. 3. Untuk mengetahui penggunaan Media GOSIP yang dilakukan oleh karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
1.4 Manfaat Penelitian Bagi akademisi Meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang penggunaan teknologi komunikasi dan media baru, dalam hal ini adalah Intranet, sebagai media komunikasi dalam perusahaan. Bagi perusahaan Memberikan bahan pertimbangan dan masukan yang bermanfaat bagi pihak PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap mengenai motif dan kepuasan karyawan dalam menggunakan media komunikasi intranet. 1.5 Obyek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah karyawan tetap di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Karyawan tetap di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap menjadi objek penelitian karena mereka adalah user aktif dari Media GOSIP. PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dipilih karena merupakan pelopor penggunaan intranet sebagai media komunikasi interaktif di seluruh PT Pertamina (Persero) yang ada di Indonesia. Selain itu PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap juga merupakan salah satu perusahaan yang menjadikan intranet sebagai media vital dalam komunikasi organisasi. Dari penelitian terhadap karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap maka akan dapat dilihat motif apa saja yang mendasari karyawan dalam menggunakan Media GOSIP, sejauh mana kepuasan karyawan terhadap Media
3
GOSIP, dan bagaimana penggunaan Media GOSIP yang dilakukan oleh karyawan.
1.6 Kerangka Pemikiran 1.6.1
Komunikasi Organisasi Komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian,
penerimaan, dan pengolahan pesan antara dua orang; atau kepada khalayak ramai, dan dilakukan sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan organisasi, maka akan tampak bahwa komunikasi berperan sangat penting dalam sebuah organisasi karena organisasi merupakan sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya jika komunikasi di dalam organisasi tidak berjalan dengan baik maka kehidupan organisasi tidak berjalan dengan baik pula. Secara umum, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, baik itu komunikasi eksternal maupun komunikasi internal. Penelitian ini sendiri memandang komunikasi organisasi sebagai komunikasi internal. Merujuk pada Lawrence D. Brennan (Dalam Effendy, 2006:122), komunikasi internal adalah pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi manajemen). Komunikasi di dalam organisasi tidak hanya sebatas komunikasi antara atasan dengan bawahan saja. Lebih dari itu, komunikasi organisasi dapat dilihat dari berbagai sisi, yaitu komunikasi upward, komunikasi downward, komunikasi horizontal (komunikasi antarkaryawan), keterampilan berkomunikasi (berbicara, mendengar, menulis), dan juga komunikasi evaluasi program (Muhammad, 2009: 65). Dari berbagai sisi yang ada di dalam komunikasi organisasi tersebut,
4
penelitian ini akan melihat lebih jauh tentang komunikasi organisasi dari sisi komunikasi horizontal atau komunikasi antarkaryawan. Karyawan merupakan bagian yang sangat penting dalam organisasi, tanpa adanya karyawan, tidak akan ada organisasi, dan jika komunikasi diantara karyawan tidak berjalan dengan baik maka komunikasi di dalam organisasi juga tidak akan berjalan dengan baik. Komunikasi antarkaryawan merupakan bentuk dan aliran informasi yang paling kritis di dalam perusahaan karena pada dasarnya semua kontak aliran kerja secara langsung melibatkan komunikasi antarkaryawan (Masmuh, 2008: 13). Pertukaran informasi antabagian dan antarkaryawan di dalam perusahaan sangat membantu dalam menjalin dan mempertalikan atau mengikat suatu organisasi perusahaan menjadi satu kesatuan yang utuh. Selain itu, komunikasi
antarkaryawan
berfungsi
sebagai
alat
utama
untuk
mengkoordinasikan dan mempersatukan semua bagain yang ada dalam struktur organisasi perusahaan. Komunikasi antarkaryawan awalnya merupakan kegiatan yang dipandang sebelah mata oleh perusahaan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan mulai memahami bahwa komunikasi antarkaryawan bukanlah masalah yang sepele. Komunikasi antarkaryawan merupakan ‘alat’ yang sama dengan analisis keuangan perusahaan (Mounter, 2005:40). Komunikasi antarkaryawan dianggap mempunyai peran yang penting dalam pencapaian misi perusahaan. Komunikasi antarkaryawan yang baik menjadikan setiap pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, sehingga pada akhirnya akan mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Sejalan dengan hal tersebut, Grunig (1992) berpendapat bahwa komunikasi antarkaryawan menjadi salah satu kontributor penting di dalam keefektivitasan organisasi, dengan membuat jaringan diantara organisasi dan karyawan menggunakan berbagai macam media komunikasi, seperti interpersonal dan komunikasi kelompok kecil, komunikasi cetak tradisional, komunikasi elektronik, dan komunikasi online. 1.6.2
Media Komunikasi Organisasi Di dalam komunikasi organisasi, pesan-pesan dikirim melalui sebuah
media. Media dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk
5
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media komunikasi di dalam organisasi disebut dengan media internal. Media internal adalah salah satu media komunikasi yang dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan publikasi atau sebagai sarana komunikasi yang ditujukan pada kalangan terbatas, seperti karyawan (Soemirat, 2008). Media internal dibuat dan diterbitkan sebagai salah satu alat komunikasi internal sehingga para karyawan bisa menyalurkan pendapatnya dan dapat pula mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Dengan
demikian
hubungan
antara
karyawan
dengan
pimpinan
dan
antarakaryawan dapat menjadi baik dan harmonis. Media internal yang biasa digunakan dalam organisasi adalah house journal (majalah bulanan, buletin, dan tabloid), printed materials (booklets, pamphlet, leaflets, dan memo), papan pengumuman, surat, dan telepon. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi di dalam perusahaan telah bertransformasi
menggunakan
teknologi
CMC
(Computer
Mediated
Communication) dengan menggunakan jaringan intranet, seperti surat elektronik (e-mail), video conferencing, voice messaging, faksimil, dan papan buletin komputer (computer bulletin board). Saat ini, inovasi teknologi muncul secara radikal dan mulai diperkenalkan di banyak perusahaan. Perubahan teknologi merupakan salah satu aspek mayor yang memengaruhi pendekatan komunikasi di dalam organisasi, terutama praktek teknologi komunikasi baru dalam komunikasi karyawan. Di era teknologi komunikasi dan informasi ini, Computer Mediated Communication (CMC) merupakan infrastruktur dasar yang melengkapi kebutuhan organisasi. Dengan mengadopsi perangkat lunak komunikasi, dapat membantu aliran komunikasi diantara organisasi dan karyawannya. Penggunaan CMC mengubah komunikasi organisasi dan komunikasi antarkaryawan secara signifikan. “The major developments in technology have found communication being mediated in a number of revolutionary new ways…communication was transformed in some way by enabling mass publication and far greater speed and distance” (Thurlow, Lengel & Tomic, 2005:26). Miller (2009) menyatakan bahwa beberapa teknologi
6
diperkenalkan ke perusahaan beberapa tahun terakhir berdampak pada komunikasi organisasi. Salah satu definisi klasik CMC berasal dari Susan Herring (Dalam Thurlow, Lengel & Tomic, 2005:15) yang menyatakan bahwa CMC adalah komunikasi yang terjadi antara manusia melalui perantara komputer. Definisi lain berasal dari Walther: “Computer Mediated Communication is synchronous or asynchronous electronic mail and computer conferencing, by which senders encode in text messages that are relayed from senders’ computer to receiver’s” (Papacharissi dan Rubin, 2000:175). CMC merupakan tipe komunikasi yang mengizinkan orang untuk menggabungkan beberapa media dalam satu pesan ketika berbicara (conversing). 1.6.3
Penggunaan Media Baru dalam Komunikasi Organisasi Seiring dengan berkembangnya teknologi di dunia, kebutuhan akan
informasi dan komunikasi menjadi meningkat, termasuk di dalam perusahaan. Media baru mulai digunakan di dalam perusahaan walaupun tidak berarti bahwa media lama ditinggalkan sepenuhnya. Merebaknya internet menjadikan hampir seluruh perusahaan besar di dunia dan di Indonesia membuat website perusahaan sebagai sarana untuk mengomunikasikan visi misi perusahaan dan juga sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan publik eksternalnya. Namun tak hanya itu, beberapa tahun terakhir ini perusahaan-perusahaan modern beranggapan bahwa komunikasi dengan publik internal perusahaan sama pentingnya dengan komunikasi ekternal. Perusahaan-perusahaan modern mulai melihat bahwa website
akan
lebih
baik
jika
digunakan
untuk
berkomunikasi
dan
mendistribusikan informasi-informasi privat perusahaan di dalam perusahaan, sehingga terciptalah sebuah media baru di dalam komunikasi internal organisasi yang biasa disebut dengan intranet. Robbins (2008: 19) menyatakan bahwa Intranet adalah jaringan informasi suatu organisasi yang terpisah dan terlihat serta berfungsi seperti situs Web, tetapi hanya orang-orang dalam organisasi itu yang memiliki akses terhadapnya. Intranet adalah versi kecil dan privat dari World Wide Web. Jadi dapat dikatakan bahwa Intranet adalah berinternet di dalam perusahaan.
7
Saat ini kebutuhan informasi dalam organisasi bisnis telah berkembang dari kebutuhan pelayanan informasi ke arah informasi untuk pelayanan yang lebih interaktif. Informasi organisasi tidak hanya satu arah, tetapi dua arah. Informasi tidak hanya menjadi informasi belaka, tetapi dapat langsung ditanggapi oleh seluruh anggota organisasi. Selain itu informasi tidak hanya berasal dari atasan kepada bawahan, tetapi semua anggota organisasi dapat memberikan informasi. Maka dari itu intranet digunakan dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Intranet dianggap sebagai suatu media informasi dan komunikasi yang lebih efektif dibanding media lainnya karena akses informasinya dapat lebih cepat, murah, dan lebih baik. Selain itu, intranet dapat mengatasi persoalanpersoalan komunikasi di dalam organisasi, seperti jarak yang jauh (geografis), waktu, biaya, dan struktural organisasi. Penggunaan media komunikasi baru memungkinkan perubahan bagi anggota organisasi pada pemanfaatannya. Bila dilihat secara historis pada awal kemunculannya, intranet masih dipandang semata-mata sebagai teknologi. Sementara itu pemanfaatan fungsi intranet masih pada level yang paling sederhana yakni untuk menyediakan akses bagi penggunanya untuk memeroleh informasi yang berkaitan dengan kebijakan, prosedur organisasi, katalog dan manual produk, serta publikasi mengenai organisasi. Dengan demikian fokus awal pengembangan intranet masih pada kemampuannya menyediakan informasi yang statis. Seperti yang dijelaskan oleh Turban, McLean, Wheterbe (Dalam Kusumaningtyas, 2013): “Intranet is a corporate network that functions with internet technologies, such as browsers and search engine, using internet protocols”. Perangkat lunak intranet yang pertama hanyalah website statis yang simpel yang memungkinkan karyawan untuk mengakses informasi di lokasi pusat, dengan
hanya
menggunakan
web
browser.
Namun
seiring
dengan
perkembangannya, intranet mengalami evolusi. Popularitas world wide web mendorong perubahan besar dalam bagaimana perangkat lunak intranet digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Produk perangkat lunak intranet berevolusi untuk
8
beroperasi sebagai portal web, yang sangat mempermudah instalasi dan manajemen organisasi, karena satu-satunya perangkat lunak klien diperlukan adalah web browser yang umum. Evolusi dari klien-server untuk solusi berbasis web mengurangi biaya pengembangan dan implementasi produk intranet. Intranet kini bukan hanya dikenal sebagai sekadar teknologi yang digunakan untuk menyediakan akses customer inventory information atau laporan penjualan saja. Kini intranet didesain untuk mempercepat distribusi informasi dan mempermudah komunikasi antar divisi di dalam organisasi. Intranet kini telah berubah menjadi media yang lebih interaktif yang dapat menghubungkan karyawan dan meningkatkan kolaborasi. Intranet adalah alat yang ampuh untuk komunikasi organisasi, proyek kolaborasi, dan pembentukan komunitas dalam skala yang bisa dikelola. Salah satu evolusi intranet adalah pemanfaatannya sebagai penyedia fitur sosial, yaitu forum virtual bagi para anggota organisasi atau karyawan. Forum virtual tersebut berupa forum diskusi antarkaryawan yang memungkinkan karyawan saling memberikan informasi, pendapat, ataupun kolaborasi dalam pekerjaan. Informasi yang disampaikan dapat langsung di respon oleh karyawan lain yang terhubung dalam jaringan Intranet. Forum virtual dalam intranet ini kemudian menjadi sebuah media interaktif di dalam perusahaan. Beberapa perusahaan global sudah memanfaatkan intranet sebagai media interaktif antarkaryawan (dan juga para eksekutif) untuk saling memberikan informasi dan ide. Sebagai contoh, yaitu kelompok asuransi global Aviva yang memanfaatkan intranet sebagai sebuah forum karyawan aktif dimana setiap staf dapat
memberikan
pendapat
dan
saling
menanggapi
(www.corpcommsmagazine.co.uk). Bagi perusahaan, pemanfaatan ini tentu saja membantu dalam komunikasi internal. Perusahaan dapat mengetahui perkembangan bisnisnya melalui informasi-informasi yang ada di dalam forum virtual karyawan. Ini juga merupakan salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan loyalitas dan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan.
9
Di sisi lain, bagi karyawan, forum virtual merupakan wadah dimana mereka dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan karyawan lain, karyawan dapat membagikan informasi yang mereka ketahui, dan juga dapat dengan bebas memberikan ide; pendapat; saran; dan kritik terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Media interaktif di dalam intranet bersifat bebas, dalam arti bahwa tidak ada moderator atau semacam koordinator yang menyaring pesan-pesan atau informasi yang masuk. Hal itu menjadikan intranet sebagai media yang tidak terbatas, informasi atau berita apapun dapat dilakukan melalui intranet. 1.6.4
Motif Penggunaan Media Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu.
Menurut Gerungan (dalam Ardianto, 2007: 93), motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata lain motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau mendapat kepuasan. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dalam definisi tersebut, jika motif dihubungkan dengan konsumsi atau penggunaan media berarti dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut menggunakan media dengan tujuan tertentu. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Membahas motif dan penggunaan media tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan sebuah teori tentang motif penggunaan media, yaitu Teori Uses & Gratification (Teori Kegunaan dan Gratifikasi). Teori ini berfokus pada asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan
10
pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, termasuk juga yang tidak diinginkan (Rakhmat, 2001:205). Teori Kegunaan dan Gratifikasi menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan (atau hasil) tertentu. 1.6.4.1 Teori Uses & Gratification pada Media Konvensional Pada awal kemunculannya, Teori Kegunaan dan Gratifikasi digunakan untuk melihat motif individu dalam penggunaan media massa seperti surat kabar, radio dan televisi. Beberapa peneliti menciptakan tipologi yang mewakili semua alasan yang dimiliki orang untuk menggunakan media-media tersebut. Salah satu tipologi motif penggunaan media yang paling terkenal adalah milik Dennis McQuail (2002:388), yaitu motif informasi, motif hiburan, motif intergrasi dan iteraksi sosial, dan motif identitas pribadi. Selain itu ada pula penelitian dari Allan Rubin yang menemukan bahwa motivasi orang menggunakan media dapat dikelompokkan kedalam sejumlah kategori yaitu untuk menghabiskan waktu, sebagai teman, memenuhi ketertarikan, pelarian, kesenangan, interaksi sosial, memperoleh informasi dan untuk mempelajari konten media tertentu (Morissan, 2010:270). Selain itu, masih banyak peneliti lain yang mengkategorikan motifmotif orang dalam menggunakan media massa. 1.6.4.2 Teori Uses & Gratification pada Media Baru Perkembangan teknologi memunculkan apa yang disebut dengan media baru (Internet). Kemunculan media baru tersebut membuat para peneliti mulai meneliti tentang motif individu dalam menggunakan media baru. Penelitian mengenai motif khalayak menggunakan media baru menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan dengan motif khalayak dalam menggunakan media massa, seperti televisi atau radio. Barbara Kaye dan Thomas Johansson (Dalam West & Turner, 2008:113) mengatakan bahwa pertumbuhan media baru menghasilkan renaissance dalam tradisi Kegunaan dan Gratifikasi ketika ilmuwan semakin tertarik untuk lebih dari sekedar mengetahui siapa yang menggunakan media baru menjadi mengapa mereka menggunakan media baru itu. Beberapa penelitian Uses & Gratification pada media baru (Internet) ditunjukkan dalam tabel berikut:
11
Peneliti Kaye, 1998
Media
Motif Penggunaan Media
Internet
Entertainment,
Social
Interaction, passing time, information, dan website preference Papacharissi dan Rubin,
Internet
Interpersonal
Utility,
pass time, information,
2000
seeking, convenience, dan entertainment Charney dan Greenberg,
Internet
Keep Informed, diversion and entertainment, peer
2001
identity, good feelings, communication,
sights
and sounds, dan career and coolness Stafford,
Stafford
&
Internet
Searching,
gathering,
information,
Schkade, 2004
communication,
dan
socialization Tabel 1.1 Motif Penggunaan Media pada Media Baru Sumber: Diolah dari berbagai sumber
1.6.5
Kepuasan Penggunaan Media Penelitian Uses & Gratification telah mengalami perkembangan. Salah
satu perkembangan yang paling signifikan dan sampai saat ini dijadikan acuan dalam penelitian Uses & Gratification adalah riset dari Philip Palmgreen. Palmgreen membuat konsep-konsep baru dalam Teori Uses & Gratification. Konsep-konsep tersebut menggunakan dasar yang sama yaitu khalayak menggunakan media didorong oleh motif tertentu, tetapi konsep yang diteliti oleh model Palmgreen tidak terhenti disitu, yaitu dengan menanyakan apakah motif-
12
motif khalayak itu dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep kepuasan tersebut melihat dua hal: 1. Gratifications Sought adalah kepuasan yang dicari atau yang diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu media tertentu “Motif”. 2. Gratifications Obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media tertentu “Kepuasan”. Operasionalisasi dari konsep tersebut adalah dengan mencari kesenjangan kepuasan antara GS dan GO. Kesenjangan kepuasan adalah perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengonsumsi media tertentu. Semakin kecil
kesenjangannya, semakin memuaskan media tersebut. Namun
untuk memperjelas konsep yang ada, dalam penelitian ini istilah “Gratification Sought” akan disebut dengan “Motif” dan istilah “Gratification Obatined” akan disebut dengan “Kepuasan”, agar mencegah kerancuan. Penggunaan konsep-konsep baru itu memunculkan model yang merupakan varian dari teori uses & gratifications, yaitu Expectancy Values Model (nilai pengharapan). Menurut Model Nilai Pengharapan, orang mengarahkan diri pada dunia (misalnya media) berdasarkan pada kepercayaan dan evaluasi-evaluasi mereka tentang dunia tersebut. Model Nilai Pengharapan dapat dilihat pada gambar berikut (Kriyantono, 2007: 208): Kepecayaankepercayaan
Evaluasievaluasi
Gratification Sought (MOTIF)
Konsumsi Media
Gratification Obtained (KEPUASAN)
Gambar 1.1 Model Expectancy-Values
13
1.7 Kerangka Konsep Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan motif dan kepuasan karyawan di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam penggunaan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi. Berdasarkan Teori Uses & Gratification dari Palmgreen, Motif disebut dengan Gratification Sought, yang dipahami sebagai motif atau ‘kepuasan yang dicari dan diinginkan’ oleh karyawan ketika menggunakan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi. Sedangkan Kepuasan disebut dengan Gratification Obtained yang dipahami sebagai ‘kepuasan nyata yang diperoleh’ oleh karyawan setelah menggunakan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi. Namun agar tidak menjadi rancu, untuk selanjutnya hanya akan digunakan istilah “Motif” dan “Kepuasan” dalam penelitian ini. Indikator motif dan kepuasan yang akan digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari beberapa penelitian terdahulu. Terdapat tujuh indikator yang akan digunakan untuk mengukur motif dan kepuasan karyawan dalam menggunakan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi, yaitu information seeking, entertainment, communication, career, habit, escape, dan self expressions. Indikator-indikator tersebut dipilih berdasarkan tujuan dibuatnya Media GOSIP dan juga beberapa aktivitas yang biasanya terjadi di Media GOSIP. Terdapat satu poin penting lagi di dalam teori ini, yaitu Penggunaan Media. Penggunaan Media dipahami sebagai pola konsumsi media karyawan yang selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi media yang mereka gunakan. Motif, Penggunaan Media, dan Kepuasan merupakan tiga poin penting untuk menjelaskan motif dan kepuasan karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dalam penggunaan Media GOSIP. Di dalam poin Motif, akan dijelaskan tentang alasan karyawan menggunakan Media GOSIP, deskripsi motif, dan motif tertinggi. Dalam poin Penggunaan Media terdapat tiga hal yang dilihat, yaitu frekuensi penggunaan media, durasi penggunaan media, dan aktivitas yang dilakukan di dalam media. Pada Kepuasan, terdapat dua hal yang dilihat, yaitu deskripsi kepuasan dan kepuasan tertinggi karyawan. Namun ketiga hal tersebut dirasa belum cukup untuk mendeskripsikan motif dan kepuasan karyawan dalam
14
menggunakan Media GOSIP sebagai media komunikasi organisasi. Media GOSIP adalah media komunikasi organisasi, sehingga membahas tentang media komunikasi organisasi berarti membahas pula tentang komunikasi organisasi. Untuk melihat lebih detail tentang hubungan Motif, Penggunaan Media, dan Kepuasan penggunaan Media GOSIP dengan komunikasi organisasi yang ada di dalam PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap maka akan dilihat hubungan tiga konsep tersebut dengan komunikasi organisasi, yang dalam hal ini dihubungkan dengan karyawan sebagai pelaku komunikasi organisasi. Karyawan terbagi atas dua hal, yaitu jenis kelamin dan section head (bagian). Berikut merupakan gambaran dari konsep penelitian ini:
PENGGUNAAN MEDIA
MOTIF Alasan menggunakan Media GOSIP Deskripsi motif Motif tertinggi
Frekuensi penggunaan media Durasi penggunaan media Aktivitas di dalam media
KEPUASAN Deskripsi kepuasan Kepuasan tertinggi
KOMUNIKASI ORGANISASI Jenis kelamin karyawan Section head (bagian) karyawan
MOTIF DAN KEPUASAN KARYAWAN DI DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Gambar 1.2 Kerangka Konsep
Keterangan: : dihubungkan dengan : menghasilkan
15
1.8 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pemberian arti dari konsep-konsep yang dipakai dengan memberikan peluang untuk pengukuran dan kategorisasi. Definisi operasional variabel berfungsi untuk membantu peneliti dalam memperjelas data yang dicari dan membantu orang lain mengerti maksud konsep yang akan peneliti pakai dalam penelitian. 1.8.1
Motif Karyawan Menggunakan Media GOSIP sebagai Media Komunikasi Organisasi (Gratification Sought) Teori Uses & Gratification erat kaitannya dengan teori-teori psikologi
sosial. Walaupun berbagai teori di bawah label tersebut agak berbeda dalam penekanannya, semua pandangan baik perilaku, niat perilaku, atau sikap (atau ketiganya) sebagai fungsi dari (1) keyakinan (beliefs) yaitu, probabilitas bahwa objek sikap memiliki atribut tertentu atau bahwa perilaku akan memiliki konsekuensi tertentu, dan (2) evaluasi (evaluations) yaitu, tingkat memengaruhi, positif atau negatif, terhadap atribut atau hasil perilaku. Dalam hal menyangkut gratification sought, dianggap tidak ada perbedaan antara bentuk dan jenis media yang satu dengan yang lainnya. Gratification sought
lebih
banyak
dipengaruhi
oleh
harapan-harapan
audiens
yang
diabstraksikan dari pengalamannya dengan berbagai bentuk dan jenis media. Gratification sought merupakan harapan pemuasan kebutuhan dari terpaan media yang diubah menjadi keterlibatan aktif pada saat terpaan media dengan tujuan untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu. Dari penjelasan tersebut berarti Gratification Sought atau Motif dalam penelitian ini adalah keyakinan-keyakinan serta evaluasi-evaluasi karyawan bahwa Media GOSIP adalah media yang mampu memenuhi salah satu motif mereka dalam bermedia. Motif-motif yang diukur dalam penelitian ini diadaptasi dari beberapa penelitian terdahulu dan dipilih berdasarkan tujuan dibuatnya Media GOSIP, serta aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan karyawan di dalam Media GOSIP. Motifmotif tersebut, yaitu:
16
Peneliti Terdahulu Papacharissi & Rubin (2000)
Charney & Greenberg (2001)
Motif yang Diukur Information Seeking Entertainment Communication Career Habit
Lin (2005) Lin (2005) Kim & Haridakis (2009) Schaedel & Clement (2010)
Escape Self Expressions
Tabel 1.2 Motif yang Diukur dan Peneliti Terdahulu
Ketujuh motif tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.8.1.1 Motif Information Seeking Information Seeking berarti mencari informasi. Karyawan yang memiliki motif ini percaya bahwa Media GOSIP mampu memberikan informasi kepada mereka, dan mereka menggunakan Media GOSIP untuk kebutuhan mencari informasi, baik itu yang berhubungan dengan pekerjaan, maupun di luar pekerjaan. 1.8.1.2 Motif Entertainment Motif Entertainment adalah motif yang meliputi kebutuhan hiburan. Karyawan dikatakan memiliki motif entertainment apabila mereka ingin mendapatkan hiburan dari Media GOSIP dan merasa senang jika menggunakan Media GOSIP. 1.8.1.3 Motif Communication Motif Communication merupakan motif dimana karyawan menggunakan Media GOSIP untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan lain. Sebagai media baru yang mempunyai sifat interaktif, Media GOSIP dipercaya
mampu
memenuhi
kebutuhan
komunikasi
karyawan.
Komunikasi tidak hanya satu arah, tetapi dua arah. 1.8.1.4 Motif Career Motif Career adalah motif dimana dengan bermedia diharapkan karir seseorang akan menjadi lebih baik. Karyawan yang memiliki motif career
17
adalah karyawan yang percaya dan merasa bahwa dengan menggunakan Media GOSIP, akan meningkatkan karirn dan juga membuat mereka lebih terarah dalam menjalani karir mereka. 1.8.1.5 Motif Habit Habit adalah kebiasaan. Karyawan dikatakan memiliki motif ini jika mereka sudah menilai bahwa mengunjungi Media GOSIP merupakan kebiasaan dan rutinitas mereka.
1.8.1.6 Motif Escape Motif Escape adalah motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari tekanan dan rasa penat. Karyawan yang memiliki motif ini yaitu karyawan yang menggunakan Media GOSIP untuk escape atau melarikan diri sejenak dari suatu permasalahan atau beban pekerjaan. 1.8.1.7 Motif Self Expressions Motif Self Expressions mengarah kepada keinginan karyawan untuk menunjukkan dirinya dan mencitrakan dirinya melalui Media GOSIP. Dengan Media GOSIP pula karyawan dapat menilai karyawan lain.
1.8.2
Penggunaan Media Penggunaan media didefinisikan sebagai konsumsi Media GOSIP oleh
para karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Penggunaan media meliputi frekuensi menggunakan media dalam sehari, durasi menggunakan media dalam sehari, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan di dalam Media GOSIP. 1.8.2.1 Frekuensi penggunaan media dalam sehari, yaitu berapa kali karyawan menggunakan Media GOSIP dalam satu hari. 1.8.2.2 Durasi penggunaan media GOSIP dalam sehari, yaitu waktu yang dihabiskan oleh karyawan untuk menggunakan Media GOSIP dalam sehari. 1.8.2.3 Aktivitas di dalam Media GOSIP, yaitu aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan oleh karyawan dalam menggunakan Media GOSIP.
18
1.8.3
Kepuasan Karyawan Menggunakan Media GOSIP sebagai Media Komunikasi Organisasi (Gratification Obtained) Gratification Obtained didefinisikan sebagai kepuasan nyata yang
diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu media tertentu. Dalam penelitian ini, GO karyawan adalah kepuasan nyata yang dirasakan atau diperoleh karyawan setelah mengonsumsi Media GOSIP. Kepuasan diukur berdasarkan terpenuhinya motif awal (gratification sought) yang mendasari karyawan menggunakan Media GOSIP. Kepuasan yang diperoleh dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut: 1.8.3.1 Kepuasan Information Seeking Kepuasan Information Seeking berarti karyawan yang kebutuhan pencarian infromasinya sudah terpenuhi. Karyawan dapat menemukan informasi-informasi yang dia cari, baik itu yang berhubungan dengan pekerjaan, maupun di luar pekerjaan. 1.8.3.2 Kepuasan Entertainment Kepuasan Entertainment adalah kepuasan akan terpenuhinya kebutuhan hiburan. Karyawan dikatakan puas terhadap motif entertainment apabila mereka mendapatkan hiburan dari Media GOSIP dan merasa senang jika menggunakan Media GOSIP. 1.8.3.3 Kepuasan Communication Kepuasan Communication merupakan kepuasan dimana karyawan dapat menggunakan Media GOSIP untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan lain. Karyawan dapat berkomunikasi dua arah dan saling menanggapi dengan karyawan lain. 1.8.3.4 Kepuasan Career Kepuasan Career akan dirasakan oleh karyawan ketika dengan menggunakan Media GOSIP karirnya menjadi lebih baik. Karyawan yang mendapatkan kepuasan dari motif career merasa bahwa Media GOSIP telah meningkatkan karir dan juga membuat mereka lebih terarah dalam menjalani karir mereka. 1.8.3.5 Kepuasan Habit
19
Kepuasan Habit adalah akan dirasakan oleh karyawan jika mereka merasa bahwa mengunjungi Media GOSIP sudah kebiasaan dan rutinitas mereka. 1.8.3.6 Kepuasan Escape Kepuasan Escape adalah kepuasan yang meliputi kepuasan untuk melepaskan diri dari tekanan dan rasa penat. Karyawan telah merasa bahwa Media GOSIP dapat memenuhi kebutuhannya untuk escape atau melarikan diri sejenak dari suatu permasalahan atau beban pekerjaan. 1.8.3.7 Kepuasan Self Expressions Kepuasan Self Expressions mengarah kepada kepuasan karyawan dalam menunjukkan dirinya dan mencitrakan dirinya melalui Media GOSIP. Dengan Media GOSIP karyawan dapat pula menilai karyawan lain.
1.9 Operasionalisasi Konsep Variabel
Dimensi Jenis Kelamin
Deskripsi Responden
Section Head (Bagian)
Information Seeking Motif Penggunaan Media
Indikator Laki-laki / Perempuan Oil Movement, Fire and Insurance, Facility Engineering, LOC III, Suply Chain & Distribution, Contract Office, LOC II, Security, Inventory Control, Laboratory, Process Engineering, dan Human Resource Karyawan ingin dapat menemukan informasiinformasi baik tentang pekerjaan atau di luar pekerjaan
Skala Nominal
Nominal
Ordinal
Communication
Karyawan ingin berkomunikasi dengan karyawan lain yang dia kenal maupun tidak
Ordinal
Entertainment
Karyawan ingin mendapatkan hiburan
Ordinal
20
Career Habit
Escape
Penggunaan Media
Kepuasan Penggunaan Media
Karyawan ingin meningkatkan karirnya Menggunakan Media GOSIP sudah merupakan kebiasaan bagi karyawan Karyawan ingin mencoba melupakan hal-hal buruk yang terjadi padanya
Karyawan ingin Self Expressions mengekspresikan apapun yang dia rasakan atau dia ketahui Seberapa sering Frekuensi menggunakan Media GOSIP dalam sehari Seberapa lama Durasi menggunakan Media GOSIP dalam sehari Membaca posting-posting di Media GOSIP Memposting sesuatu tentang perusahaan Memposting sesuatu tentang pekerjaan Memposting informasi di luar dunia kerja Aktivitas di Memposting sesuatu yang Media GOSIP bersifat hiburan Memberikan pendapat, saran, dan kritik tentang perusahaan Memberikan pendapat, saran, dan kritik tentang pekerjaan Ucapan selamat atau bela sungkawa
Ordinal Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
Ordinal Ordinal
Entertainment
Karyawan hiburan
mendapatkan
Ordinal
Communication
Karyawan dapat berkomunikasi dengan karyawan lain yang dia kenal maupun tidak
Ordinal
21
Information Seeking Career Habit
Karyawan dapat menemukan informasiinformasi baik tentang pekerjaan atau di luar pekerjaan Karir karyawan meningkat Menggunakan Media GOSIP sudah merupakan kebiasaan bagi karyawan
Ordinal
Ordinal Ordinal
Karyawan dapat melupakan hal-hal buruk yang terjadi padanya
Ordinal
Karyawan dapat mengekspresikan apapun Self Expressions yang dia rasakan atau dia ketahui
Ordinal
Escape
Tabel 1.3 Operasionalisasi Konsep
1.10
Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif ini bermaksud untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana dari variabel yang diteliti. Penelitian bersifat deskriptif yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa. Suatu permasalahan yang bekenaan dengan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan (Silalahi, 2003). Penelitian ini menganalisis hanya pada taraf deskripsi, yaitu menganalisa dan menyajikan fakta secara sistemik sehingga lebih mudah dipahami. Metode yang akan digunakan adalah metode survei. Menurut Singarimbun (2011: 3) penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dengan menggunakan metode survei memungkinkan peneliti melakukan generalisasi suatu gejala sosial atau variabel sosial tertentu kepada gejala sosial atau variabel sosial dengan populasi yang lebih besar (Bungin, 2005). Metode penelitian survei digunakan untuk mengetahui hal apa yang diketahui dan 22
dipikirkan, dimiliki, dilakukan, dan telah dilakukan dan direncanakan orang atau responden. Selain itu, penelitian survei juga dipakai untuk mengetahui sikap, perasaan, prasangka, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki orang (Prajarto, 2010: 30).
1.10.1 Populasi Populasi dari penelitian ini adalah karyawan tetap di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang secara resmi mempunyai otoritas untuk menggunakan Media GOSIP. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan per September tahun 2013, jumlah karyawan tetap di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap adalah 1.388 orang.
1.10.2 Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan formula Slovin, N n= 1 + N (e)2
1388 n= 1 + 1388 (0,1) 2
1388 n= 14,88 n = 93,27957 ≈ 94
Keterangan: n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
23
e = Presentase
kelonggaran
ketidaktelitian
karena
kesalahan
(batas
kesalahan) pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini batas kesalahan adalah 10%.
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan sampel sebanyak 93,27957 yang dibulatkan menjadi 94 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 94 karyawan PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Dalam pemilihan responden, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang termasuk dalam kelompok non-probability sampling. Nonprobability
sampling
merupakan
teknik
pengambilan
sampel
dengan
menempatkan sebagian anggota kelompok dalam populasi guna memeroleh kesempatan yang lebih besar untuk mewakili populasinya dibandingkan dengan kelompok yang lain (Prajarto, 2010: 97). Teknik purposive sampling digunakan untuk menghasilkan sejumlah responden berdasar pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan kepentingan dan tujuan penelitian. Teknik pengambilan sampel ini digunakan untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data dikarenakan sejumlah kesulitan operasional untuk mendapatkan responden tertentu. Di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap terdapat 56 section head atau bagian, dimana seluruh karyawan tersebar di dalamnya. Dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mendapat kewenangan untuk menyebarkan kuesioner kepada seluruh section head, maka 94 sampel pada penelitian ini akan disebarkan kepada section head yang diijinkan oleh PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, dimana section head yang terpilih diasumsikan sebagai section head yang aktif menggunakan Media GOSIP.
1.10.3 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang akan dikumpulkan peneliti secara langsung melalui objek penelitian dan juga data sekunder. Data primer diperoleh dari pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dengan skala Likert (Likert Scale) yang akan disebar kepada sampel yang telah ditetapkan
24
dan juga wawancara kepada pihak PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap terkait komunikasi dan media komunikasi di dalam organisasi. Isi dari kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang terformat dan berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data ordinal yang didapat kemudian akan diubah dalam bentuk rasio guna memudahkan dalam pengolahan data pada program SPSS. Data sekunder didapat melalui kepustakaan yang digunakan untuk mendapat data-data dari sumber tertulis seperti buku, jurnal, dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.10.4 Teknik Pengolahan Data Data dalam penelitian kuantitatif merupakan hasil pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel. Variabel yang diukur merupakan gejala yang menjadi sasaran pengamatan penelitian. Pengolahan data adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel penelitian yang siap dianalisis. Pengolahan data meliputi kegiatan pengeditan data, koding data, pemberian skor atau nilai, dan tabulasi data. 1.10.4.1
Pengeditan Data (Editing)
Editing adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai kebutuhan. Pengeditan dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data mentah. 1.10.4.2
Koding Data (Coding)
Koding atau pengkodean data adalah pemberian kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Dalam penelitian ini, kode yang diberikan juga sekaligus memiliki makna sebagai data kuantitatif yaitu skor atau nilai data. 1.10.4.3
Tabulasi Data
25
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel tabel tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan n analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk: a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi berfungsi sebagai arsip. b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu dan tujuan tertentu. c. Tabel analisis, adalah tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisa.
1.10.5 Teknik Analisis Data Dalam
melakukan
pengolahan
dan
analisis
data,
peneliti
akan
menggunakan bantuan program SPSS for Windows version 18 SPSS dinilai mampu untuk menganalisis data sekaligus memberikan hasil yang tepat. Penelitian ini mempertimbangkan penggunaan beberapa teknik, teknik, yaitu: distribusi frekuensi, tabulasi silang, uji korelasi Pearson Product Moment, uji statistik cronbach’s alpha,, Pearson chi-square, uji Mann Whitney.. Adapun tahap pengolahan data yang dilakukan adalah:
1.10.5.1
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur mengukur kevalidan suatu kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang akan diukur. Adapun langkah yang harus dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan pada kuesioner adalah dengan mencari r hitung (angka kore korelasi Pearson), dengan rumus sebagai berikut:
26
Keterangan: r
= Pearson Product Moment Correlation
n
= jumlah sampel (responden penelitian)
X
= skor tiap item
Y
= skor total
Uji validitas menggunakan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan sebesar n-2, karena jumlah sampel pengujian(n) adalah 20 responden maka n-2 adalah 18. Sehingga daerah penolakan (r tabel) adalah 0,378. Hasil uji validitas akan ditampilkan pada bab IV.
1.10.5.2
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner akan dinyatakan reliabel apabila jawaban sampel terhadap pertanyaan bersifat konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabel juga dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan dimana instrumen penelitian tersebut akan tetap menghasilkan data yang sama meskipun disebarkan pada sampel yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik cronbach’s alpha ( ) dengan ketentuan bahwa variabel yang diteliti dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha ( ) di atas 0,6. Adapun rumus reliabilitas:
Keterangan: = koefisien reliabilitas cronbach’s alpha K
= jumlah item pertanyaan yang diuji
∑
= jumlah varian skor item 2
SX
= varian skor-skor tes (seluruh item K)
Hasil uji reliabilitas akan ditampilkan pada bab IV.
27
1.10.5.3
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang menarik untuk dibaca. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi kepada peneliti mengenai karakteristik variabel yang digunakan dalam penelitian. Melalui program SPSS for Windows version 18, metode statistik deskriptif dapat menghasilkan gambaran data berupa tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Selain itu akan dilakukan analisis mean untuk mengetahui perbedaan mean skor motif dan kepuasan penggunaan media. Adapun tahapan analisis data penelitian ini sebagai berikut: 1. Masing-masing pernyataan dari variabel yang ada, baik motif, penggunaan media, dan kepuasan dibuat skor dengan cara menghitung mean dari masing-masing pernyataan di setiap kategori Motif/ Penggunaan Media/ Kepuasan. 2. Mencari Motif tertinggi dan juga Kepuasan tertinggi. Untuk mencari Motif/Kepuasan tertinggi, akan ambil mean terbesar dari masing-masing pernyataan di setiap kategori Motif/Kepuasan, lalu dilihat mean yang paling tinggi. 3. Mencari hubungan antara Motif/Penggunaan Media/Kepuasan dengan jenis
kelamin
dan
juga
hubungan
antara
Motif/Penggunaan
Media/Kepuasan dengan section head. untuk melihat hubungan tersebut, akan dilakukan crosstab mean antara Motif/Penggunaan Media/Kepuasan dengan jenis kelamin dan dengan section head (bagian). 4. Mencari perbandingan Motif dan Kepuasan Penggunaan Media GOSIP. Perbandingan Motif dan Kepuasan dilakukan dengan membandingkan skor (mean) Motif dan skor Kepuasan pada setiap kategori. Jika jumlah skor Motif (GS) lebih besar daripada jumlah skor Kepuasan (GO) (GS > GO) maka dapat dikatakan keinginan atau kebutuhan yang ada tidak terpuaskan. Namun jika jumlah skor Motif (GS) lebih kecil daripada jumlah skor Kepuasan (GO) (GS < GO; GS = GO) maka kebutuhan yang ada sudah terpenuhi atau terpuaskan.
28