BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan saling terhubung. Berkomunikasi pada umumnya melibatkan dua orang atau lebih yang dapat disebut sebagai ‘pengirim’ dan ‘penerima’ pesan. Tjiptadi dan Negoro, (1983:1) mengemukakan bahwa” Bahasa ialah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain. Dengan demikian, bahasa terjadi antara dua belah pihak yaitu pihak yang menyampaikan pikiran dan perasaan itu” Jadi dari pengertian itu dapat dilihat bahwa bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan berkomunikasi manusia. Komunikasi merupakan cara agar manusia dapat mengerti apa yang manusia lain sampaikan. Dalam setiap komunikasi manusia saling bertukar informasi, maksud, gagasan, dan perasaan secara langsung. Agar tercapainya kelancaran dalam berkomunikasi haruslah dimulai dengan tindak tutur yang tepat. Tanpa tindak tutur yang tepat, makna yang ingin disampaikan oleh seorang penutur kepada orang lain tidak akan diterima dengan benar. Dalam menyampaikan tindak tutur yang tepat perlu pula disampaikan dengan intonasi yang tepat, penggunaan kata yang tepat juga gesture yang tepat yang dapat mendukung tercapainya arti yang benar.
1
2
Tidak jarang orang yang salah mengerti dengan apa yang orang lain sampaikan. Kesalahan penangkapan maksud dari kata-kata yang disampaikan penutur itu terjadi karena penggunaan kata yang kurang tepat. Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka pendengar wajib memperhatikan intonasi penutur dan jika mungkin, gesture atau gerak tubuh sang penutur. Tindak
tutur
adalah
sifat
psikologis
seorang
manusia
dalam
menyampaikan kata-katanya atau pikirannya dalam bentuk tulisan maupun lisan dalam situasi tertentu. Dalam tindak tutur sendiri lebih melihat pada makna atau arti tindakan yang dilakukan atau dituturkannya. Kata ‘ya kamu lucu sekali’ dalam memiliki makna beragam, dapat berarti sebuah cemoohan ataupun sebuah pujian.Tergantung pada bagaimana seseorang menyampaikannya. Teori tindak tutur ini pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956) seorang ahli filsafat bahasa berkebangsaan Britania Raya. Menurut Austin semua tuturan adalah performatif dalam arti bahwa semua tuturan merupakan sebuah bentuk tindakan dan tidak sekadar mengatakan sesuatu. Geoffrey Neil Leech dikenal sebagai salah seorang pengembang subdisiplin pragmatika pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Leech (1994: 4) menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang mencakup: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sbg produk tindak verbal. Searle dalam bukunya Act: An Essay in the Philoshopy of Language mengemukakan bahwa secara pragmatis ada tiga jenis tindakan yang dapat
3
diwujudkan oleh seorang penutur (dlm Rohmadi 2004: 30) yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak tutur perlokusi (perlocutionary act). Sehubungan dengan pengertian tindak tutur di atas, tindak tutur digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle (Rohmadi, 2004:32; Rustono, 1999: 39). Kelima jenis itu adalah tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk meneliti dialog yang berisi kalimat deklaratif dalam film ‘the fault in our stars’ karya John Green. The Fault in Our Stars adalah novel karya penulis John Green, diterbitkan pada bulan Januari 2012. Kisah ini menceritakan tentang pasien kanker berusia enam belas tahun bernama Hazel Lancaster, yang dipaksa oleh orang tuanya untuk menghadiri kelompok pendukung (sekumpulan penderita kanker yang berusaha untuk memberikan semangat satu sama lain) di mana dia kemudian bertemu dan jatuh cinta dengan Augustus Waters yang berusia tujuh belas tahun, mantan pemain basket dan diamputasi. Penulis memilih topik ini untuk menjelaskan jenis tindak tutur deklaratif apa saja yang ada dalm film ini dan mencoba untuk menjelaskannya, agar tidak ada salah paham dalam mengartikan ucapan atau kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicara.
4
1.2 Identifikasi masalah Penelitian ini akan dibatasi pada tindak tutur Ilokusi khususnya pada kalimat Deklaratif. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis deklaratif apa saja yang terdapat dalam film ‘the fault in our stars’ karya John Green? 2. Kalimat manakah yang menjadikan dialog tersebut sebagai tipe dari kalimat deklaratif tertentu?
1.3 Batasan Masalah Untuk membatasi teori penulis membuat batasan-batasan dari objek penelitian. Objek yang diteliti adalah kalimat Deklaratif dalam dialog film ‘the fault in our starts’ karya John Green. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengacu pada teori Austin (1956) , Searle (1969) dan Leech (1994).
1.4 Tujuan dan manfaat penelitian Suatu penelitian dilakukan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi jenis kalimat deklaratif dalam dialog film ‘the fault in our stars’. 2. Menunjukan kalimat yang menjadikan kalimat tersebut kalimat deklaratif tertentu
5
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Membantu mengembangkan pengetahuan dalam bidang bahasa. 2. Memperkarya ilmu pengetahuan bahasa dari segi tindak tutur. 3. Membantu agar lebih memahami tindak tutur Ilokusi dan kalimat Deklaratif.
1.5 Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Punaji Setyosari menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun katakata. Sumber data dalam penelitian ini adalah dialog dalam film adaptasi dari novel karya John Green yang berjudul The Fault in Our Stars. Adapun langkah langkah penelitian yang dilakukan adalah menonton seluruh film “the fault in our stars”, kemudian mencetak seluruh naskah dialog yang terdapat dalam film TFOS, dan kemudian mengelompokannya ke dalam kategori tindak tutr deklaratif manakah dialog tersebut. Untuk memperjelas situasi dalam dialog tersebut, penulis juga menambahkan beberapa potongan adegan dan dialog film yang kemudian dikategorikan ke dalam tindak tutur deklaratif.