BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan. Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada stadium lanjut) adalah perdarahan di luar masa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan pada masa menopause (setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau nanah serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul, gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil. Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO), dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS. Berdasarkan AOGIN (2010) Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,89% sejak tahun 2008. Di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh kanker leher rahim menempati urutan kedua dari k anker pada wanita. Angka estimasi insiden rate kanker leher rahim di kota Solok terbilang cukup banyak. Kota Solok memiliki 4 puskesmas yang aktif, dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok untuk lima tahun sebanyak 9.878 wanita yang tinggal diwilayah Kota Solok mengikuti pemeriksaan deteksi dini IVA, dan target satu tahunnya sebanyak 1.975 wanita. Sementara pada
1
tahun 2010 hanya 84% wanita saja yang sudah melakukan pemeriksaan dini, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 382 (19%) wanita. Berdasarkan luas wilayah, jumlah sasaran, dan perbandingan persentase sasaran yang telah melakukan pemeriksaan IVA tahun 2014 di puskesmas Nan Balimo adalah sebesar 26,5 %. Selain kaitan antara HPV dan penyakit kanker, ada bukti yang terus
berkembang bahwa penderita HPV yang melakukan hubungan melalui anal dapat lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih (squamous cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual, sekitar 60% yang tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV, sementara hampir 95% yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-pria tersebut terbukti membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya jenis 16 dan 18) yang menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya, perempuan dengan infeksi aktif dapat menyebarkan virus tersebut kepada bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical). Pada saat melahirkan yang dapat menyebabkan virus papilloma pada bayi baru lahir dan kemungkinan terjadi laryngeal papilomatosis. Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi, seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus, infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan. Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih dari 40% perempuan tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif. Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan tersebut masih membawa virus tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian tersebut, infeksi yang berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang ganas dan terkait dengan kanker. Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear, bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA memang
2
belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di Indonesia yang merealisasikannya. Salah satu kota yang telah merealisasikannya adalah Kota solok. Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang rendahnya cakupan wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di Kota Solok khususnya wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.
1.2 Tujuan a Tujuan Umum 1 Mengetahui tentang menejemen Puskesmas 2 Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas 3 Mengetahui tentang program–program di Puskesmas b
Tujuan Khusus 1 Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah 2
diberikan intervensi. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan
3
intervensi. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan wanita untuk melakukan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan
4
intervensi. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan pemeriksaan dini
5
IVA setelah dilakukan intervensi Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap wanita terhadap kanker serviks dan pemeriksaan dini IVA setelah dilakukan intervensi
1.3 Manfaat 1 Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derjat kesehatan wanita usia subur.
3
2
Dapat menyusun rencana usulan kegiatan program pencegahan dan pemberansan penyakit tahun berikutnya.
1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai gambaran manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) tentang Rendahnya Kepedulian masyarakat untuk melakukan Pemeriksaan Iva di Wilayah Kerja Tanah Garam.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
1 1
Kanker Servik Definisi Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia
epitel di daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 2
Faktor-faktor risiko kanker leher rahim Penelitian epidemiologi telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang
berperan nyata terhadap pertumbuhan CIN (Cervical Intraepithelia Neoplasia), suatu pertanda awal kanker leher rahim seperti terlihat pada tabel 2.1. Baik jenis maupun pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor utama yang menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat perilaku yang santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya, jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat banyak, dan masing-masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak pasangan. Sehingga pola kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HPV.
Tabel 2.1. Faktor-faktor Risiko Kanker Leher Rahim
FAKTOR RISIKO
5
Kegiatan Seksual (Usia <20 tahun) Banyak pasangan seksual Paparan terhadap IMS Ibu ata saudara perempuan yang mengidap kanker leher rahim Tes pap sebelumnya yang abnormal Merokok Penurunan kekebalan tubuh : HIV/AIDS Penggunaan kortikosteroid kronis (asthma dan lupus) Sumber : Buku Panduan Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Payudara untuk Fasilitas dengan Sumber Daya Terbatas Faktor risiko lain adalah adanya hubungan darah keluarga (ibu atau saudara perempuan) yang menderita kanker leher rahim. Magnusson, Sparren and Gyllensten (1999) membandingkan munculnya displasia dan CIS (Carsinoma In Situ) pada keluarga perempuan yang menderita penyakit kanker dan dalam kontrol usia. Mereka menemukan adanya kluster yang signifikan dalam keluarga biologis, bukan adopsi. Pada ibu biologis dibandingkan dengan kasus kontrol, risiko relatifnya adalah 1,8 sementara pada adopsi risiko relatifnya tidak jauh berbeda dengan kontrol (1,1). Pada saudara perempuan biologis, risiko relatifnya bahkan lebih tinggi (1,9), dibandingkan 1,1 pada saudara perempuan nonbiologis. Data tersebut memberikan bukti epidemiologi yang kuat mengenai kaitan antara timbulnya kanker leher rahim dan penyebab awalnya. Penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV juga menjadi faktor risiko yang penting karena dapat membuat sel-sel yang berada disaluran genital bawah (vulva, vagina dan serviks/leher rahim) lebih mudah terinfeksi oleh tipe HPV yang mendorong timbulnya kanker. Kondisi yang tidak umum lainnya yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh termasuk kondisi yang membutuhkan pengobatan kortikosteroid kronis, seperti asthma atau lupus. Para perempuan juga dapat meningkatkan risiko terkena CIN bila menerapkan beberapa perilaku yang diketahui dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Perilaku tersebut antara lain penggunaan obat-obat rekreasional,
6
alkohol dan rokok. Perilaku yang disebutkan terkahir terutama penting karena walaupun sudah ada penurunan jumlah pria yang merokok, jumlah perempuan yang merokok telah meningkat secara dramatis beberapa tahun terakhirnya khususnya pada remaja putri. Nikotin dan hasil sampingan dari rokok dianggap dapat meningkatkan risiko relatif perempuan terkena kanker leher rahim dengan berpusat pada mukosa leher rahim dan mengurangi daya kekebalan sel-sel langerhans untuk melindungi jaringan ikat pada leher rahim dari faktor onkogenik yang bersifat invasif, seperti infeksi HPV. 3
Pencegahan Kanker Leher Rahim Sebagaimana telah disebutkan diatas, HPV adalah infeksi menular seksual
yang paling banyak terjadi di dunia. Walaupun kondom dan praktik-praktik seks yang aman melindungi dari berbagai IMS, termasuk HIV/AIDS, alat-alat tersebut masih kurang efektif dalam mencegah penularan HPV. Hal ini karena virus papiloma tinggal di sel-sel kulit (pipih/squamous) yang menutupi daerah pubis (vulva atau penis) serta sel-sel sebelah dalam sepanjang vagina dan leher rahim pada perempuan, serta uretra dan anus pada kedua jenis kelamin. Kondom tidak menutupi seluruh batang penis, dan juga tidak membatasi kontak dengan kulit pubis. Oleh karena itu, pada saat senggama bahkan dengan memakai kondom, selsel kulit yang mengandung HPV bisa bersentuhan dengan vulva atau vagina, sehingga memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Selain itu, friksi yang terjadi ketika berhubungan seksual dipercaya dapat menyebabkan sobeknya dinding vagina dalam ukuran mikroskopis yang semakin memungkinkan terjadinya penularan. Lebih dari itu, bahkan sel-sel mati yang terlepas saat berhubungan dapat mengandung HPV dan tetap dapat menular sampai beberapa hari (Roben, Lowy and Schiller 1997).
a
Pencegahan Primer Menurut sumber, cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher
rahim dan kanker genital lain dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan
7
imunisasi sejak usia dini sebelum mereka aktif secara seksual. Manfaat dari vaksin tersebut terutama nyata di Negara yang sedang berkembang, dimana pelayanan kesehatan untuk perempuan sangat sedikit. Tetapi, pemberian vaksin tidak mudah karena respon kekebalan tubuh seseorang tampaknya tergantung pada tipe/jenis HPV. Sebagai contoh, seseorang yang dilindungi dari 16 tetap berisiko terinfeksi tipe lain yang dapat menyebabkan kanker, seperti tipe 18 atau 33. Lebih lanjut, tampaknya ada beberapa sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan mungkin juga pada tipe-tipe lainnya. Terakhir, seperti telah disebutkan, tipe HPV yang terkait dengan penyakit kanker berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis. Dengan meningkatnya perjalanan internasional, berbagai tipe karsinogen akan segera menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu, sebuah vaksin yang mengandung campuran beberapa tipe harus diciptakan (Groopman 1999, Stewart et al. 1996). Terlepas dari masalah tersebut, saat ini sedang dilakukan pengujian keamanan dari dua vaksin yang dapat melindungi perempuan dari virus papiloma yang terkait dengan kanker leher rahim. Namun, vaksin tersebut diperkirakan baru tersedia beberapa tahun lagi, dan butuh beberapa tahun lagi sebelum akhirnya dapat terjangkau di negara-negara yang sedang berkembang. Blumenthal (2002) membahas kompleksitas penerapan program vaksinasi dan perlunya melanjutkan program pencegahan sekunder sementara waktu, dan menekankan perbedaan antara sebuah vaksin dan sebuah program vaksinasi. Memang benar bahwa suatu vaksin tidak akan efektif kecuali ada program yang berhasil yang dapat menjamin ketersediaan, akses dan penerimaan/akseptabilitas. Terakhir, ada pula beberapa upaya untuk menghasilkan vaksin penyembuhan akan meningkatkan system kekebalan tubuh seseorang yang telah terinfeksi dan menyebabkan kanker mengecil atau bahkan menghilang. Vaksin seperti ini ditargetkan untuk menonaktifkan protein E6 dan E7, yaitu protein viral yang menghambat kerja protein yang mengatur pertumbuhan sel (Rb dan p53) (Massimi dan Banks 1997). Uji coba klinis telah dilakukan pada penelitian efektifitas kedua vaksin baik vaksin penyembuhan maupun vaksin profilaksis untuk HPV. Schreckenberger dan
8
Kaufman (2004) menyimpulkan bahwa walaupun vaksin profilaksis untuk HPV yang berhasil telah sampai pada uji coba klinis yang lebih besar, vaksin penyembuhan HPV, walaupun terjadi induksi sel T, kurang berhasil karena kemampuan tumor dalam membuat kekebalan untuk melawan vaksin tersebut. Akibatnya, ajuvan (komponen yang meningkatkan respons kekebalan tubuh) bagi modulasi kekebalan tubuh sistemik dan local diwajibkan agar terapi/pengobatan dapat efektif. Roden, Ling dan Wu (2004) menunjukan kemajuan pengembangan vaksin pencegahan. Vaksin pencegahan menargetkan protein yang terhubung dengan kapsul virus dan memaksa produksi antibody penetralisir. Walaupun vaksin pengobatan menghadapi banyak tantangan, berbagai bentuk vaksin sedang diuji coba untuk menargetkan HPV-16 E6 dan E7 dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Koutsky et al. (2002), partikel yang menyerupai virus HPV-16 digunakan sebagai vaksin dan menghasilkan 100% keampuhan pada 768 perempuan. Tetapi, penulis hanya menilai satu sub tipe dari HPV dan mungkin diperlukan banyak vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Terakhir, vaksin yang saat ini diuji membutuhkan pendingin, yang kadang bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan akses di negara-negara sedang berkembang. Sampai sebuah vaksin pelindung tersedia dan mudah didapat secara luas, pencegahan primer harus memfokuskan untuk terus merubah praktik seksual dan perilaku lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, dan programprogram pencegahan sekunder harus terus menapis dan menangani perempuan yang menderita pra-kanker dan kanker. Sama seperti perang melawan HIV/AIDS, konseling untuk mengurangi risiko yang terkait dengan faktor risiko yang telah disebutkan diatas (Tabel 2.1) harus diterapkan di semua sistem pelayanan kesehatan, khususnya fasilitas yang menangani remaja. Pesan-pesan tersebut harus memperingatkan para remaja bahwa praktek-praktek yang dibuat untuk meminimalkan risiko terpapar HIV/AIDS dan IMS lainnya (mis., penggunaan kondom pria dan perempuan) tidak efektif dalam mencegah penularan HPV. Selain itu, berbagai upaya keras untuk mengurangi minat remaja, khususnya
9
remaja putri, untuk mencoba merokok dan melakukan aktivitas seksual harus disebarluaskan secara terus menerus. b
Pencegahan Sekunder Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi
HPV sulit dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk segera :
Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra-kanker awal dan mudah
diobati, dan Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi berkembang menjadi kanker
2.2 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks 2.2.1 Metode Papsmear 1
Definisi Pap smear berasal dari kata papanicolaou, yaitu seorang ahli dokter Yunani
bernama George N. Papanicolaou, yang merancang metode mewarnai pulasan sampel sel-sel untuk diperiksa. Dokter ini yang merancang metode tes Pap smear sekitar 50 tahun yang lalu pada tahun 1943. Dasar pemeriksaan ini adalah mempelajari sel-sel yang terlepas dari selaput lendir leher rahim. Papsmear mudah dilakukan dan tidak menimbulkan rasa sakit Tingkat Keberhasilan Papsmear dalam mendeteksi dini kanker rahim yaitu 65-95 %. Pap Smear hanya bisa dilakukan oleh ahli patologi atau si-toteknisi yang mampu melihat sel-sel kanker lewat mikroskop setelah objek glass berisi sel- sel epitel leher rehim dikirim ke laboratorium oleh yang memeriksa baik dokter, bidan maupun tenaga yang sudah terlatih.
2
Sasaran Pap Smear dapat dilakukan pada WUS yang sudah menikah atau yang
sudah melakukan senggama. Sasarannya ditujukan kepada WUS dan wanita dengan faktor risiko.
10
3
Waktu pelaksanaan Pap Smear Pap Smear dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali hasil pemeriksaan
normal, pemeriksaan dapat dijarangkan, misalnya setiap dua tahun. Pada perempuan kelompok risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter (Smart, 2010). Pap Smear dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh suami. Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil dari dilakukannya metode papsmear berkisar antara 4 hari sampai 2 minggu tergantung jarak tempat dilakukannya pemeriksaan papsmear dan dari laboratorium pemeriksaan specimen lendir mulut rahim. Untuk mengetahui apakah hasilnya positif atau negatif maka diperlukan tenaga khusus laboratorium yang dapat membaca hasil mikroskop. Jadi selama rentan waktu itulah wanita pasangan usia subur mengalami kecemasan terhadap hasil dari pemeriksaan pap smear. 4
Biaya Papsmear Biaya yang dikeluarkan dalam pemeriksaan papsmear berkisar antara
Rp.50.000,00 sampai Rp.150.000,00. Mengingat biaya untuk transportasi pengiriman bahan ke laboratoium dan pengiriman kembali specimen ke tempat pemeriksaan, serta biaya jasa laboratorium. 5
Manfaat Pap smear Pemeriksaan pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining)
dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah. Pap smear mampu mendeteksi lesi precursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif. Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut: 1
Diagnosa dini keganasan
11
Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus 2
endometrium, keganasan tuba falopi, dan mungkin keganasan ovarium. Perawatan ikutan dari keganasan Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
3
mendapat kemoterapi dan radiasi Interpetasi hormonal wanita Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
4
ovulasi,
menentukan
maturitas
kehamilan,
dan
menentukan
kemungkinan keguguran pada hamil muda. Menentukan proses peradangan Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada
berbagai
infeksi bakteri dan jamur. 2.2.2 Metode IVA 1. Pengertian IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan informasi hasilnya langsung. Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih. Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi, prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus. Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu 60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam
12
waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker. 2. Keunggulan Test IVA a. Hasil segera diketahui saat itu juga b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang memeriksa, dan praktis c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih 3. Sasaran Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49 tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun, frekwensinya masih meningkat sampai kira – kira golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks. 4. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1 tahun, kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat, tidak dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh suami. Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode IVA adalah 1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut rahim
13
maka ada kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim. Hasil dari pemeriksaan IVA dapat dibaca oleh dokter, Bidan maupun petugas kesehatan yang terlatih saat itu juga, sehingga mengurangi kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur. Jika hasil yang di dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan dilakukan di Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta diberikannya obat antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek swasta maka akan langsung diberikan antibiotik dan analgesik serta rujukan ke Rumah Sakit untuk melakukan kryoterapi. 5
Biaya Test IVA Biaya yang dikeluarkan dalam pemeriksaan IVA sangat bervariasi mulai
dari Rp.5000,00 sampai harga tertinggi Rp 50.000,00 atau tergantung dari tempat pemeriksaan. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk pemeriksaan ini digunakan untuk mengganti jasa pelayanan pemreiksaan IVA, namun tidak jarang pula ada yang memungut biaya sebagai pengganti penggunaan alat dan bahan untuk pemeriksaan IVA. 6
Prosedur dalam pemeriksaan IVA
Peralatan dan bahan lain : IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana berikut ini: a
Meja periksa Meja periksa harus membuat petugas dapat memasukkan spekulum dan melihat serviks.
b
Sumber cahaya/lampu Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat serviks, maka gunakan sumber cahaya, seperti lampu leher angsa atau senter, jika tersedia. Cahaya harus cukup kuat agar petugas dapat melihat ujung vagina dimana serviks berada. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika tidak cukup cahaya untuk melihat seluruh serviks. Penting juga untuk menjaga 14
agar sumber cahaya tidak terlalu panas. Lampu yang terlalu panas bisa membuat ibu/pasien dan petugas tidak nyaman. Senter berkualitas tinggi dapat memberi cukup cahaya tanpa menghasilkan banyak panas. Selain itu, senter tidak memerlukan sumber listrik, dapat dibawa-bawa dan c
ditempatkan ddalam posisi apapun agar serviks dapat dengan jelas. Bivalved speculum Bivalve speculum lebih dianjurkan karena lebih efektif dalam memperlihatkan serviks, tetapi baik Cusco atau Graves dapat diatur dan dibiarkan terbuka saat serviks sedang diperiksa. Hal ini membuat tangan petugas bebas mengoles serviks, mengatur sumber cahaya dan memanipulasi serviks dan spekulum agar dapat melihat serviks sepenuhnya. Speculum Simms tidak dianjurkan karena hanya mempunyai satu bilah (blade) dan harus dipegang oleh seorang asisten. Selain itu, jika krioterapi akan diberikan bersama dengan tes IVA,
d
pearalatan yang diperlukan untuk krioterapi harus siap dan tersedia. Rak atau wadah peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia ditempat : 1 Kapas lidi untuk swab Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran keputihan dari serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke serviks. Kapas lidi terebut harus tertutup rata dengan kapas sehingga dapat mengoleskan asem asetat secara merata dan tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas lidi tidak harus steril. Bahan katun wall yang dibentuk seperti bola dan 2
dioleskan pada serviks juga dapat diterima. Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah digunakan, harus sudah di dekontaminasi, dibersihkan dan di DTT setiap kali selesai digunakan. Sarung tangan steril tidak diperlukan. Gunakan sepasang
3
sarung tangan baru untuk setiap ibu. Spatula dari kayu dan atau kondom Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol melalui bilas speculum. Gunakan spatula baru untuk tiap perempuan. Cara lain, kondom dengan ujung yang dipotong dapat
15
dipasang pada bilas-bilas speculum untuk mencegah agar dinding vagina tidak menekan kecelah diantara bilas speculum dan menghalangi 4
pandangan arah ke serviks. Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat digunakan ) Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat 3-5%. Di sebagian Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang dijual dipasar adalah mengganti cuka sebenarnya adalah asam asetat. Jika asam asetat tidak tersedia, ahli farmasi atau pemasok kimia setempat dapat mengencerkan larutan asam asetat dengan rumus dibawah ini : Total bagian (TB )air =
5
% konsentrasi % Larutan Larutan klorin 0,5% untuk dekontanminasi peralatan dan sarung tangan Larutan klorin 0,5% digunakan untuk mendekontaminasi speculum dan sarung tangan bedah tiap kali selesai dipakai. Setelah dekontaminasi, speculum baki atau wadah peralatan dan sarung tangan harus dicuci
6
dengan air sabun, bilas sampai bersih, di DTT atau sterilisasi. Formulir catatan untuk mencatat penemuan
Tindakan umum : Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada serviks. Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi serviks dengan menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudaian asam asetat dioleskan secara merata pada serviks, setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling jika diperlukan dan tersedia. Klasifikasi hasil
16
Temuan assesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku sebagaimana terangkum dalam tabel 2.2. Tabel 2.2. klasifikasi IVA sesuai dengan temuan klinis KLASIFIKASI IVA
TEMUAN KLINIS
Hasil tes positif Hasil tes negative
Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu;ektropion,polip,servisitis,inflamasi,kist a nabotian Masa mirip kembang kola tau ulkus
Kanker
BAB III HASIL KEGIATAN 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanah Garam 3.1.1 Profil Puskesmas Tanah Garam Puskesmas Tanah Garam berdiri tahun 1975, terletak di kelurahan VI Suku, kecamatan Lubuk Sikarah. Rencana pembangunan awal Puskesmas Tanah Garam adalah di Kelurahan Tanah
Garam, namun adanya tanah hibah dari
masyarakat kelurahan VI Suku, maka dibangunlah Puskesmas di Kelurahan VI Suku, tetapi nama tetap Puskesmas Tanah Garam. Puskesmas Tanah Garam dibangun dengan luas tanah 1010 m2.
17
Topografi kota Solok, yaitu sungai Batang Lembang, sungai Batang Gawan dan sungai Batang Air Binguang. Suhu udara berkisar 26,1⁰C sampai 28,9⁰C. Dilihat dari jenis tanah 21,76 tanah di kota Solok merupakan tanah sawah dan sisanya 78,24% berupa tanah kering. Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2008 tercetat sebanyak 59.172 jiwa, terdiri atas 28.989 laki-laki dan 30.173 perempuan, dengan sex ratio sebesar 0,96. Ini berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki. Dengan luas wilayah 5.764 km2, kepadatan penduduk Kota Solok adalah sebanyak 1.026 jiwa/km2. Kecamatan Tanjung Harapan adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.223 jiwa/km2. Batas wilayah Puskesmas Tanah Garam adalah Utara Kecamatan Nagari Tanjuang Bingkuang, Aripan dan Kuncir Kabupaten Solok. Tingkat pendidikan yang paling besar adalah universitas 9,68%, SLTA 33,64%, SLTP 18,94% dan tamat SD/MI 15,78%. Masih ada 16,68% penduduk tidak/belum tamat SD. Sementara iyu, penduduk kota Solok dihuni oleh suku Minang, Jawa Batak, tetapi yang lebih dominan adalah suku Minang. Upacara-upacara keagamaan di kota Solok masih ada, seperti acara tolak bala, adat dalam kematian, dan upacara adat perkawinan Solok. 3.1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam
18
Gambar 3.1: Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam 3.1.3 Visi dan Misi Puskesmas a. Visi Terwujudnya Puskesmas Tanah Garam yang informatif dengan pelayanan pada masyarakat secara profesional dan bermutu dibidang pelayanan kesehatan dasar dalam rangka menuju Puskesmas terbaik di Indonesia tahun 2020.
b. Misi 1. Memperlancar kegiatan proses pelayanan kesehatan dasar yang bermutu bagi perorangan (Private Goods) serta pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods). 2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan dasar di Puskesmas melalui perbaikan yang berkesinambungan. 3. Memastikan akurasi data pasien dan pelanggan melalui sistem pendokumentasian yang divalidasi dan abdating data. 4. Menghasilkan produk-produk layanan kesehatan dasar yang berinovasi.
19
5. Menyosialisasikan tentang kegiatan layanan kesehatan prima dan kepuasan pelanggan. 6. Meningkatkan pemberdayaan potensi sumber daya organisasi. 7. Merencanakan dan melaksanakan setiap program dengan bersumber pada evidence base (data berdasarkan fakta). 1.1.4 Sarana dan Prasarana serta Keadaan Tenaga 1. Fasilitas Puskesmas a. Gedung Puskesmas Satu buah gedung Puskesmas Tanah Garam yang terletak di Kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. Data sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Tanah Garam tahun 2015 : - Rekam Medik - Poli Umum - Poli Gigi - UGD 24 jam - Laboratorium Klinik - Farmasi - Klinik Gizi - Klinik Sanitasi - Klinik TB, VCT, dan IMS - Poli Ibu - Poli Anak - Poli KB - Poli Imunisasi - Klinik PKPR - Klinik Tumbuh Kembang - Rawatan Ibu dan Anak - Rawatan Dewasa b. Puskesmas Pembantu dan Poskeskel Puskesmas Tanah Garam mempunyai lima Puskesmas Pembantu dan tiga Poskeskel, yaitu : 1) Pustu Payo 2) Pustu Bandar Pandung 3) Pustu Gurun Bagan 4) Pustu Sawah Piai 5) Pustu Bancah 6) Poskeskel Tanah Garam 7) Poskeskel Gurun Bagan 8) Poskeskel Sinapa Piliang c. Transportasi Puskesmas Tanah Garam Transportasi Puskesmas Tanah Garam berupa : 20
1) Kendaraan roda 4 : 2 unit 2) Kendaraan roda 2 : 21 unit d. Keadaan Tenaga Puskesmas
Tabel 3.1 : SDM Puskesmas Tanah Garam NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
JENIS TENAGA S2 Kesehatan Masyarakat Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat S1 Keperawatan Dokter Spesialis Anak D3 Bidan D3 Kesling D3 Gizi D3 Labor D3 Gigi D3 Apikes D3 Refraksi D3 Fisiotherapi D3 Atem D1 Kebidanan Perawat SPK Perawat Gigi Asisten Apoteker Analis Labor SMF D3 Perawat Sopir Petugas Jaga Malam Kebersihan Radiologi JUMLAH
JUMLAH 1 5 1 5 2 1 32 2 5 2 1 1 1 2 1 5 2 1 3 1 2 33 5 5 5 1 126
KETERANGAN
2. Sarana Pendukung di Luar Puskesmas a. Sarana Pendidikan Sarjana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam adalah PAUD, 4 taman kanak-kanak, 2 SLB Autis, 13 Sekolah Dasar, 3 SLTP/MTsN, 4 SMU/SMK, dan 1 Akper. b. Sarana Kesehatan
21
Tabel 3.2 : Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam No 1 2 3 4
JENIS SARANA Poliklinik Swasta Bidan Praktek Swasta Dokter Prakter Swasta Apotik
3. Sasaran a. Data Kependudukan Jumlah penduduk Jumlah Bulin Jumlah Buteki Jumlah Bayi Jumlah Anak Balita Jumlah PUS Jumlah Bumil Jumlah WUS Jumlah Anak Remaja Sekolah b. Peran serta Masyarakat Jumlah Posyandu Jumlah Kader Posyandu Jumlah TOGA Jumlah Posyandu Lansia Jumlah Kelompok Dana Sehat Jumlah UKK Jumlah KK Miskin 3.2 Gambaran
Umum
JUMLAH 1 10 3 1
: 21.942 orang : 415 orang : 396 orang : 4.383 orang : 1.206 orang : 3.628 orang : 458 orang : 5.114 orang : 3.444 orang : 25 buah : 92 orang : 3 kelurahan : 10 buah : - buah : - buah : 644 KK
Program-program
Kesehatan
Masyarakat
di
Puskesmas Tanah Garam Dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Tanah Garam terdapat 2 program Puskesmas yaitu program wajib dan program pengembangan, dimana pencapaian target pada masing-masing program wajib di tahun 2015 adalah : 1. Promosi Kesehatan Kegiatan : 1. Promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas Tanah Garam. 2. Promosi kesehatan di luar gedung, berupa : a. Usaha Kesehatan Sekolah - Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA - Pembinaan sekolah sehat
22
- Pelatihan dokter kecil/kader kesehatan/PKPR b. Pembinaan kelurahan model PHBS dan KTR (kawasan tanpa c. d. e. f.
rokok) Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan) Penyuluhan Posyandu Pelaksanaan kegiatan kelurahan siaga Saka Bakti Husada
Tabel 3.3 : Hasil Kegiatan Penyuluhan Promosi Kesehatan Januari-Desember 2015 No. 1 2
Kegiatan Penyuluhan di dalam gedung UKS : - Pembinaan UKS serta -
3 4 5
pelatihan dokter kecil Skrining siswa baru masuk
Penyuluhan di Posyandu Penyuluhan Keliling Penyuluhan di Kantor Camat Lubuk
Pencapaian 8 kali 27 kali (100%) 1 kali dalam setahun 36 kali 10 kali 2 Kali
Sikarah 2. KIA dan KB Kegiatan Program Kesehatan Ibu : a. Kelas Ibu Hamil b. Pelayanan ANC c. Kunjungan Bumil Resti d. Kunjungan Nifas e. Pemantauan Stiker P4K/ANC Berkualitas f. Otopsi verbal g. Pembinaan BPJS h. Pembinaan GSI Kegiatan Program Kesehatan Anak a. DDTK b. Kelas Ibu Balita c. Kunjungan rumah balita bermasalah d. LBI Kegiatan Keluarga Berencana (KB) a. Pelayanan dan konseling b. Penanganan komplikasi ringan
23
Tabel 3.4 : Hasil Kegiatan Program KIA Januari-Desember 2015 No Program 1
Ibu
Pencapaian
Kegiatan
(%)
K1 K4 Persalinan oleh tenaga
91% 68%
kesehatan Kunjungan Nifas Deteksi resiko tinggi ibu hamil oleh tenaga
hamil oleh masyarakat Kematian ibu hamil atau Anak
56%
Target
Sept
2015
(%) 75% 71% 67,5%
(%) 100% 95%
67,5% 60%
90%
35%
kesehatan Deteksi resiko tinggi ibu
2
71%
Target
bersalin atau nifas Jumlah KN 1 Jumlah KN Lengkap DDTK 4 kali/tahun Pelayanan bayi DDTK 2 kali/tahun Yankes anak balita Jumlah kematian neonatus Jumlah kematian bayi Jumlah kematian balita
1%
80% 60%
80%
-
64,3% 62,2% 60% 61,1% 60% 70,7% 1
90%
67,5% 67,5% 67,5% 65% 63% 62% -
90% 90% 90% 87% 85% 83% -
Tabel 3.5 : Hasil Kegiatan PUS KB Januari-Desember 2015 No
Kegiatan
Pencapaian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah PUS Peserta KB Baru Peserta KB Aktif DO KB paska salin PUS Gakin KB aktif gakin
6,3% 70,7% 7,4% 0,3% 22,1%
Target
Target 2015
Sept (%) 52,5% 52,5%
(%) 3670 70% 70%
24
3. Perbaikan Gizi Masyarakat Kegiatan : a. Penimbangan masal dan pemberian vitamin A (bulan Februari dan b. c. d. e.
Agustus) Pengukuran status gizi murid TK/PAUD Pengukuran status gizi siswa SLTP dan SLTA Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS Kunjungan rumah balita gizi kurang dan gizi buruk serta Bumil
f. g. h. i. j. k. l. m.
KEK Pemantauan Posyandu Pemberian PMT pemulihan TFC Pengambilan sampel garam RT untuk survey GAKI Kelas gizi Pemberian vitamin A Pemberian tablet Fe Pemantauan pertumbuhan balita
Tabel 3.6 : Hasil Kegiatan Tahunan Perbaikan Gizi Masyarakat No.
Indikator Kerja 2012 0,7 5,8 100
Pencapaian (%) 2013 2014 0,6 0,4 4,6 3,8 100 100
Target
1 2 3
Persentase balita dengan gizi buruk Persentase balita dengan gizi kurang Persentase balita gizi buruk yang
1,9% 16 % 100%
4
mendapatkan perawatan Persentasi bayi usia 0-6 bulan
74,18
88,7
84,3
80%
5
mendapatkan ASI ekslusif Cakupan rumah tangga yang
90,1
91,1
100
90%
6
menkonsumsi garam beryodium Persentase anak umur 6-59 bulan
88,5
88,7
87,9
85%
7
yang mendapatkan kapsul vitamin A Persentase ibu hamil mendapatkan Fe
95
95,9
98
85%
8 9
90 Tablet Persentase survailance gizi Persentase balita ditimbang berat
100 67,7
100 57,6
100 59,5
100% 85%
10
badannya (D/S) Persentase penyediaan bufferstok
100
100
100
100%
MP-ASI untuk daerah bencana
25
No.
Tabel 3.7 : Hasil Kegiatan Pelayanan Gizi Januari-Desember Tahun 2015 Indikator Kerja Pencapaian Target per
1 2 3
Persentase balita dengan gizi buruk Persentase balita dengan gizi kurang Persentase balita gizi buruk yang
(%) 0,83 3,07 100
Tahun 2015 1,8% 15% 100%
4
mendapatkan perawatan Persentasi bayi usia 0-6 bulan
74,99
85%
5
mendapatkan ASI ekslusif Cakupan rumah tangga yang
95,56%
95%
6
mengonsumsi garam beryodium Persentase anak umur 6-59 bulan
83,8%
87%
7
yang mendapatkan kapsul vitamin A Persentase ibu hamil mendapatkan Fe
74%
89%
8 9
90 Tablet Persentase survailance gizi Persentase balita ditimbang berat
100% 52,8%
100% 90%
badannya (D/S) 4. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kegiatan : Tabel 3.7 : Program P2M No 1
Program Imunisasi
2
P2M
3
TB
4
Rabies
a. b. c. d. e. a. b. c. d.
Kegiatan Pelayanan imunisasi BIAS TT WUS Sweeping Pelacakan KIPI Sosialisasi P2PM dan Surveilans Survey dan pemetaan wilayah TB Penyegaran kader TB Penyuluhan HIV/AIDS, IMS dan
TB untuk pemuda e. PTM f. Posbindu a. Pelacakan kasus kontak b. PMO Pelacakan kasus
26
5
DBD
6 7 8
Pneumonia Kusta HIV/AIDS dan
a. Sosialisasi DBD b. Pemantauan jentik c. PE Penemuan dan penanganan kasus Penemuan dan penanganan kasus Penjaringan
IMS Hasil kegiatan : Tabel 3.8 : Hasil Kegiatan P2M Februari-Desember 2015 Progra
Kegiatan
m
Penemuan kasus BTA (+)
P2M
triwulan II Angka bebas jentik (ABJ) Penemuan kasus pneumonia Pengobatan diare Penanganan kasus DBD Penemuan kasus kusta Penemuan kasus ISPA Rabies : kasus gigitan Pemberian VAR/SAR IVA : (yang diperiksa) HIV/AIDS : kunjungan AFP
Imunisas i
Kegiatan
Imunisasi lengkap HB 0 BCG Polio 1 DPT + HB + HiB 1 Polio 2 DPT + Hb + HiB 2 Polio 3 DPT + HB + HiB 3 Polio 4 Campak Campak (booster)
Target
3 orang
9 orang
28 orang 681 orang 20 orang 2373 orang 36 orang 15 orang 818 orang 262
95% 212 orang 682 orang 86 orang -
-
HIV (+) Program
Penemuan Kasus
2/100.000 x jmlh pddk <15 th
2
-
Pencapaian
Target
63,1% 77,7% 77,7% 77,2% 75,55% 67,9% 63,1% 71,6% 64,8% 58,3% 64,4% 23,9%
60% 66,6% 66,6% 66,6% 66,6% 60% 60% 60% 60% 60% 60% 60%
27
49,5%
DPT + HB + HiB (booster)
60%
5. Kesehatan Lingkungan Kegiatan : 1. Dalam gedung a. Klinik sanitasi b. Pengawasan limbah medis 2. Luar gedung a. Kunjungan rumah b. Pengawasan kualitas air minum c. Inspeksi sanitasi d. Pengawasan kualitas air e. Pengawasan dan pembinaan TTU (tempat-tempat umum) : SD, SMP,
SMA,
PT,
PAUD/TK,
Masjid/musholla,
dan
Salon/pangkas rambut. f. Pengawasan hygiene sanitasi tempat pengolahan makanan g. h. i. j.
(TPM) : Rumah makan/ampere Makanan jajanan Penyuluhan kesehatan di sekolah Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Hasil kegiatan : Tabel 3.9 : Hasil Kegiatan Kesling Triwulan II Tahun 2015 No 1
Program Akses Air
TG 100
VI SUKU 100
SNP 100
Pencapaian 100
Target (%) 100
2
Bersih Jamban
67,91
85,75
100
84,6
100
3
Keluarga Pengel.
57,16
56,92
57,69
57,12
100
4
Limbah Pengel.
57,86
55,19
52,56
56,53
100
5 6 7 8
Sampah Rumah Sehat TTU TPM Klinik Sanitasi
69,55 -
80,98 -
83.65 -
74,55 100 86,67 1,1
95 80 85 10
6. Program Pengembangan
28
Upaya pengembangan yang dilakukan di Puskesmas Tanah Garam adalah sebagai berikut. Tabel 3.10 : Program Pengembangan di Puskesmas Tanah Garam 1 2 3
4
5
Kesehatan Jiwa a. Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa b. Rujukan kasus jiwa Kesehatan Indra Mata dan Telinga a. Penemuan dan penanganan kasus b. Rujukan PKPR a. Pelatihan kader PKPR b. Penyuluhan dan konsultasi remaja c. Penyulluhan dan konsultasi ke sekolah Kesehatan Lansia a. Pelayanan di dalam dan luar gedung b. Pembinaan kelompok lansia c. Senam lansia d. Penyuluhan kesehatan lansia e. Deteksi dini kesehatan lansia Kesehatan Gigi dan Mulut a. Dalam gedung e. Pelayanan kedaruratan gigi f. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar g. Pelayanan medik gigi dasar b. Luar gedung h. UKGS i. UKGM
3.3 Fokus Kajian Program Kesehatan Masyarakat 3.3.1 Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, laporan, dan wawancara dengan penanggung jawab program di puskesmas. Beberapa masalah di Puskesmas Tanah Garam tahun 2015
29
90 80 70 60 50 tanah garam 40
VI suku
30
sinapa piliang puskesmas
20 10 0
Diagram Cakupan N/D wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Januaridesember 2015
30
3.3.2 Penetapan Prioritas Masalah Tabel 3.15 : Penetapan Prioritas Masalah
N
MASALA H
O
MASALA
MASALA
MASALA
MASAL
MASAL
H (1)
H (2)
H (3)
AH (4)
AH (5)
Penemuan
Rendahny
Rendahny
Rumah
Cakupan
a
a
tanpa
imunisasi
BTA (+)
Kepedulia
Pencapaia
jamban
pentaval
Rendah
n
n target
en dan
terhadap
cakupan
boster
pemeriksa
N/D di
sangat
posyandu
rendah
kasus
an IVA
KRITERI A 1
Tingkat
3
2
3
2
4
4
4
4
3
4
3
2
3
2
3
36
16
36
12
48
Urgensi (U) 2
Tingkat Keseriuas an (S)
3
Tingkat Perkemba ngan (G)
U X S X G
31
3.3.3 Penetapan Penyebab Masalah Berdasarkan Penelitian Prioritas diatas, kami menganggap perlunya modifikasi, analisis, dan upaya pemecahan mengenai Peran Posyandu dalam Upaya Pemantauan Perkembangan Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Tahun 2015. Berdasarkan data dan hasil kegiatan program pelayanan Gizi di atas di tambah hasil wawancara dan diskusi dengan pemegang program pelayanan gizi dan penanggung jawab program didapatkan beberapa penyebab masalah rendahnya cakupan D/S diwilayah kerja tanah garam tahun 2015, yakni :
32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Pembahasan Masalah Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan rendahnya
cakupan pemeriksaan IVA diwilayah kerja tanah garam. Adapula upaya langsung yang dilakukan dengan melakukan penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang
pentingnya
pemeriksaan IVA, untuk deteksi dini kanker serviks kepada masyarakat. hal ini dimaksud agar program pencegahan dan pemberantasan penyakit dipiskesmas tanah garam dapat tercapai. Dari hasil data yang didapat bahwa masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan IVA dari 5114 orang wanita usia subur, dengan target hanya 16% pertahun maka
diharapkan
ada
818
orang
yang
melakukan
pemeriksaan IVA Pertahun tapi hasilnya hanya didapatkan 81 orang saja yang melakukan pemeriksaan IVA hal ini jauh dari standar. Jika di persenkan 100% maka hasil yang didapat hanya 10 % didapat dari 818 orang dan hanya 81 orang yang melakukan pemeriksaan IVA. Hal ini mungkin dapat disebabkan dari rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat,
ekonomi
keluarga
yang
masih
lemah,dan pemikiran bahwa kalau belum terjadigejala yang berarti mereka tidak akan datang berobat, dan kurangnya dukungan dari keluarga seperti suaminya. 4.2 Pembahasan dan Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah N
Variabel masalah 33
o
Faktor
1
penyebab Manusia
Penyebab masalah
Masih rendahnya pengetahuan Wanita Usia
Alternatif Pemecahan masalah
Subur
(WUS)
yang
Memberikan penyuluhan kepada
sudah
pengetahuan Wanita Usia Subur
melakukan hubungan seksual tentang
(WUS) yang sudah melakukan
pemeriksaan IVA Tidak adanya kader khusus untuk
hubungan
mengajak masyakat untuk dilakukan
pemeriksaan IVA Menjelaskan kepada Wanita Usia Subur
(WUS)
(WUS) yang sudah melakukan hubungan
tentang pentingnya pemeriksaan
seksual untuk pemeriksaan IVA
IVA Membentuk kader khusus untuk
melakukan
mengajak Metode
3
Money
tentang
pemeriksaan IVA Kurangnya motivasi Wanita Usia Subur
2
seksual
Kurangnya sosialisasi / penyuluhan pada
yang
hubungan
sudah seksual
masyakat
untuk
dilakukan pemeriksaan IVA Mengadakan penyuluhan/
Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah
konsultasi tentang pemeriksaan
melakukan hubungan seksual tentang
IVA Membuat format pelaporan yang
pemeriksaan IVA Kurangnya pelaporan dari praktek dokter
jelas kepada dokter/bidan praktek
swasta dan bidan swasta yang melakukan
swasta
pemeriksaan IVA Dana APBD untuk pembentukan
pemeriksaan IVA Menyediakaan APBD
kader/ petugas IVA Kurangnya dana yang tersedia
untuk
untuk
masyarakat
pembuatan
kader/
melakukan
petugas
khusus yang
bertugas mengajak dan merekrut
beberapa
media komunikasi seperti Poster, brosur, dan pamflet.
yang
untuk
ikut
dalam
pemeriksaan IVA Mengatur sedemikian hingga penggunaan dana pertahun yang diberikan oleh pusat untuk media komunikasi yang akan digunakan. Disamping itu, dapat juga diatasi dengan cara mencari donatur lain 34
yang dapat bekerja sama dalam 4
5
Sarana
Lingkungan
Dana APBD untuk pengadaan sarana dan
pemenuhan dana tersebut. Menyediakan APBD
prasarana khusus pemeriksaan IVA
pengadaan sarana dan prasarana
Kurangnya dukungan
dari Keluarga
(suami)
khusus untuk pemeriksaan IVA Meningkatkan peranan dan dukungan dari keluarga (suami)
3.7 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah 1. Man Rendahnya pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan hubungan seksual mengenai bahaya kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks serta masih rendahnya pemahaman suami tentang pemeriksaan IVA. Kegiatan : Penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan hubungan seksual mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker Tujuan
serviks
serta
memberikan
pemahaman
terhadap suami mengenai pemeriksaan IVA : Meningkatkan pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan hubungan seksual serta
Sasaran Lokasi Volume Kegiatan Pelaksanaan
2
untuk
memberikan
pemahaman
terhadap
suami
mengenai pemeriksaan IVA : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan Seksual, Suami : Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu : Sekali setahun : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan pemeriksaan IVA
Method
35
Program khusus
dari
Puskesmas
mengenai
kanker serviks
dan
pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks secara berkala Kegiatan I
:
Kegiatan
: Jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA gratis melalui program puskesmas keliling secara berkala sebagai
deteksi dini kanker serviks ( Safari IVA ) Tujuan : Meningkatkan angka cangkupan pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah berhubungan seksual Lokasi : Puskesmas Keliling Volume Kegiatan : Sekali setahun Pelaksana : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan pemeriksaan IVA Kegiatan II Kegiatan
: Pembentukaan kader-kader khusus untuk pemeriksaan IVA disetiap wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Tujuan
: - Mengajak dan menghimbau Wanita Usia Subur (WUS) agar datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA di puskesmas. a
Mendata dan mengunjungi Wanita Usia Subur (WUS) yang tidak datang pada penyuluhan dan pemeriksaan
b
IVA Memberikan pengertian pada suami-suami yang tidak menyetujui untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA pada istrinya.
8
Plan of Action
No
Kegiatan
1.
Penyuluha
Tujuan Meningkatkan
Sasaran Wanita Usia
Lokasi
Volume
kegiatan Puskesmas, Sekali
Pelaksanaan Dokter dan
36
n kepada
pengetahuan
Subur
Puskesmas
Wanita
Wanita Usia
(WUS) yang
Pembantu,
mendapatkan
Usia Subur
Subur (WUS)
sudah
Posyandu
pelatihan
(WUS)
yang sudah
melakukan
pemeriksaan
yang sudah
melakukan
melakukan
hubungan
seksual,
IVA
hubungan
seksual serta
seksual
memberikan
setahun
petugas yang
suami
pemahaman terhadap suami mengenai pemeriksaan 2.
Jadwal
IVA Meningkatkan
Wanita Usia
Puskesmas
Sekali
Dokter dan
khusus
angka cakupan
Subur
Keliling
setahun
petugas yang
untuk
pemeriksaan
(WUS) yang
mendapatkan
pemeriksaa
IVA
sudah
pelatihan
berhubungan
pemeriksaan
seksual
IVA
n IVA gratis melalui program puskesmas kelliling secara 3.
berkala Pembentuk
Mengajak dan
WUS yang
Puskesmas
Sekali
Petugas yang
an kader-
menghimbau
telah
keliling
setahun
bertanggung
kader
WUS agar
berhubungan
dan
jawab
khusus
datang pada
seksual
Posyandu
terhadap IVA
untuk
penyuluhan dan
pemeriksaa
pemeriksaan
n IVA
IVA
37
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke puskesmas untuk pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks diwilayah kerja tanah garam tahun 2015. Dari hasil data yang didapat bahwa masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan IVA dari 5114 orang wanita usia subur, dengan target hanya 16% pertahun maka diharapkan ada 818 orang yang melakukan pemeriksaan IVA Pertahun tapi hasilnya hanya didapatkan 81 orang saja yang melakukan pemeriksaan IVA hal ini jauh dari standar. Jika di persenkan 100% maka hasil yang didapat hanya 10 % didapat dari 818 orang dan hanya 81 orang yang melakukan pemeriksaan IVA Dari data yang ada rendahnya kunjungan masyarakat ke Puskesmas Tanah Garam tahun 2015 sekitar 90% tidak pernah memeriksakan diri ke puskesmas, hal ini disebakan karena pengetahuan masyarakat yang masih kurang terhadap pemeriksaan IVA, dimana masyarakat hanya mengetahui sedikit saja tentang kanker serviks ini, maka untuk itu akan sering dilakukan penyuluhan ke kelurahan-kelurahan disekitar tanah garam untuk meningkatkan kunjungan untuk melakukan pemeriksaan IVA. 4.2. Saran 1 Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk beberapa orang kader yang akan melakukan
monitoring kegiatan
2
setiap bulan. Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas
3
sector / lintas program. Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan
4
tentang pemeriksaan IVA kepada masyarakat. Memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/ fasilitas kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini kanker leher rahim yang berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik
38
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker 2. 3. 4. 5.
Payudara. Jakarta : DEPKES RI Hacker. 2001. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC:
2004 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014. http://sinforeg.litbang.depkes.go.id. 7. Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto 8. Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika 9. Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books 10. Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : Sagung Seto
39