BAB Hi METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan metode perkembangan (Developmental Research). Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu. Untuk itu ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Riau dengan pemilihan lokasi secara Multistages
cluster sampling
di wiiayah pengembangan perkebunan kelapa
sawit. Dari data wiiayah pengembangan perkebunan kelapa sawit, maka daerah terpilih adalah Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, dan Kabupaten Pelalawan. Alasan pemilihan kedua kabupaten tersebut, antara lain: 1) dalam rencana tata ruang wiiayah (RTRW) propinsi Riau, daerah tersebut merupakan bahagian dari pusat pengembangan perkebunan khususnya kelapa sawit (Pemda Riau, 1994); 2) umur kelapa sawit pada kedua daerah tersebut pada usia produksl optimum yaitu umur 10 sampai 16 tahun (baik produksi T B S , minyak sawit, dan inti sawit); 3) pada daerah Kabupaten Kampar dan Rokan
Hulu
dikembangkan
perkebunan
plasma
kelapa
sawit
dengan
perusahaan B U M N sebagai inti, di daerah Kabupaten Pelalawan dikembangkan perkebunan kelapa sawit dengan perusahaan swasta sebagai inti; 4) di sekitar pengembangan perkebunan kelapa sawit kedua kabupaten tersebut banyak masyarakat tempatan melalukan usahatani kelapa sawit secara swadaya; dan 5) dari ketiga kabupaten tersebut mempunyai produktivitas kebun yang berbeda (untuk T B S Kabupaten Rokan Hulu 3,56 ton/ha, Kabupaten Kampar 3,00 ton/ha, dan Kabupaten Pelalawan 2,68 ton/ha).
Lembaga Penelitian Universitas Riau
19
(PengemBangan Industri Jfilir(Ber6asis T(plapa Sawit untuli
3.2 Metode Penarikan Sampel Sampel dlambil dari masyarakat di daerah penelitian yang terpilih, yaitu Kabupaten
Rokan Hulu, Kabupaten
Kampar, dan Kabupaten Pelalawan.
Rumus untuk ukuran sampel adalah (Cochran. William G , 1991):
1.1 Keterangan: n adalah ukuran sampel; P merupakan proporsi dari masingmasing kelompok sampel (plasma dan swadaya) pada kelas yang terpilih; sedangkan Q = 1 - P. N adalah ukuran populasi; Z adalah nilai deviasi normal terhadap
probabilitas
keyakinan yang diinginkan, dan d = standar
error.
Penelitian ini menggunakan batas probabilitas keyakinan sebesar 95 persen. Pada
masing-masing
cluster
yang
terpilih,
diambil
dua
macam
responden, yaitu responden dari peserta plasma kelapa sawit (BUMN atau perusahaan swasta) dan responden dari daerah sekitarnya
(masyarakat
tempatan) yang melakukan kegiatan usahatani kelapa sawit (swadaya murni). Dari masing-masing daerah terpilih sebagai sampel, ditentukan proporsi (P) dari masing-masing kelompok sampel yaitu petani plasma dan petani swadaya. Hasil perhitungan tersebut disajikan pada Tabel 1.
l a b e l 1. Jumlah Petani Kelapa Sawit Tahun 2002 Kabupaten
Petani Kelapa Sawit (KK) Plasma
Kampar Rokan Hulu Pelalawan Jumlah
pada Daerah Sampel
Swadaya
Jumlah
33.156
13.050
46.206
9.335
32.559
41.894
15.972
3.039
19.011
58.463
48.648
107.111
54,6 %
45,4 %
100%
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi F^iau, 2003
Lembaga Penelitian Universitas Riau
20
(PengmBangan Industri Jfitir (BerSasis X^tapa Smuit untu^
Tingkat keyakinan penelitian ini adalah 95 % (a = 5 %), dan diasumsikan datanya berdistribusi normal, sehingga diperoleh nilai z sebesar 1,96. Dengan menggunakan
rumus
Cochran,
maka
ukuran
sampelnya
sebesar
380
responden (Tabel2).
Tabel 2. Ukuran Sampel pada Masing-masing Daerah Terpilih Ukuran Sampel Plasma Swadaya
p
Q
d
Z
n
75%
25%
5%
1,96
380
271
109
Kabupaten Kampar
183
154
29
Kabupaten Rokan Hulu
115
43
72
82
74
8
Kabupaten Pelalawan Sumber: Hasil olahan
3.3 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Data primer yang diperlukan diperoleh langsung dari petani dan pemuka masyarakat. Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait mencakup kependudukan, investasi perkebunan, jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit, tenaga kerja, P D R B , luas lahan perkebunan (baik perkebunan besar swasta/BUMN maupun rakyat),
produksi kelapa sawit, data ekspor C P O , ekspor komoditi unggulan
perkebunan, dan kelembagaan sosial ekonomi. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
menggunakan
daftar
pertanyaan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan penelitian. Kuesioner berperan sebagai pedoman umum untuk mengingatkan peneliti agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
3.4 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.4.1 Pengujian hipotesis pertama (Hi) Untuk menganalisis apakah terdapat distorsi harga atau perbedaan pendapatan antara petani plasma dengan petani swadaya murni dilakukan uji-t dua kelompok. Apabila kedua kelompok sampel relatif homogen, maka diuji
Lembaga Penelitian Universitas Riau
21
(PengemSangan Industri JfilircBerSasis 1(phpa Sawit untuljJPercepatan (PmSangunan 'Elipnomi(Pedesaan
dengan rumus t, tetapi jika kedua kelompok sampel tersebut heterogen maka dilakukan dengan uji t' (Walpole, Ronald E., 1997). X, 1
1
atau
Si
— + —
2 J
-
X
+
n2
J
dimana;
dan
5-^
_{n,-\)Sl + (n,-\)S, =
rin-\) adalah harga atau pendapatan rata-rata petani plasma kelapa sawit; X^ adalah harga atau pendapatan rata-rata petani kelapa sawit swadaya; ni merupakan ukuran sampel petani plasma; n2 merupakan ukuran sampel petani swadaya murni; Sj merupakan standar deviasi masing-masing
kelompok
sampel; dan S adalah standar deviasi gabungan kedua kelompok sampel. Guna mengetahui apakah kedua kelompok sampel itu homogen atau tidak, dilakukan uji kesamaan, dengan menggunakan uji F (Rahman Ritonga, A , 1977), yaitu:
si Keterangan: S] adalah varian terbesar dan Sl
adalah varian terkecil pada
kelompok sampel. Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabei maka kedua kelompok itu heterogen maka digunakan rumus t', dan jika Fhitung lebih kecil dari Ftabei maka kedua kelompok itu relatif homogen, digunakan rumus t. Hasil perhitungan nilai t dibandingkan dengan nilai t-tabel, jika thitung lebih besar dari nilai ttabei pada tingkat keyakinan 95 %, maka secara statistik kedua kelompok itu menunjukkan pendapatan yang berbeda.
3.4.2 Pengujian hipotesis kedua (H2) Untuk mengukur ketimpangan pendapatan dalam masyarakat dilakukan analisis Gini Rasio, dimana Koefisien Gini membandingkan antara persentase
Lembaga Penelitian Universitas Riau
22
PengemSangan Industri JCi[ir(Ber6asis %flapa Sawit untuli
pendapatan diantara kelompok-kelompok pendapatan masyarakat
yang ada
dengan formula sebagai berikut (Tulus T . H . Tambunan., 2001a): n
G R = 1 - 5 : f i ( Y i + YM) Keterangan: G R adalah Angka Gini Ratio; fj adalah proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i; Yi adalah proporsi jumlah pendapatan rumah tangga komulatif dalam kelas i. Untuk mengetahui perhitungan angka G R berkisar antara 0 dan 1. Apabila angka G R sama dengan 0 berarti terdapat pemerataan pendapatan mutlak, dan jika sama dengan 1 terjadi ketimpangan mutlak dalam pemerataan pendapatan masyarakat. Guna mengetahui disparitas spasial atau regional Inequality antara kabupaten/kota di Riau digunakan Indek Williamson yang rumusnya adalah (Siti Sutriah Nurzaman, 2002):
dimana: Vw adalah nilai disparitas spasial atau regional; fj merupakan jumlah penduduk di masing-masing kabupaten/kota; n adalah jumlah penduduk Riau; Yi adalah pendapatan per kapita di masing-masing kabupaten/kota; dan Y merupakan
pendapatan perkapita Riau
Semakin besar nilai Indeks Williamson berarti semakin besar juga disparitas antar daerah (disparitas spasial). Nilai indeks disparitas tersebut dicari dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2001. Pada hasil analisis disajikan dalam bentuk dua kriteria, yaitu memasukkan sektor industri pengolahan dan tanpa memasukan sektor industri pengolahan.
3.4.3 Pengujian hipotesis ketiga (H3) Pendekatan penciptaan multiplier effect pada kegiatan industri
hilir
kelapa sawit tersebut digunakan formula sebagai berikut (Tiebout dalam Tulus T.H. Tambunan, 2001b). Lembaga Penelitian Universitas Riau
23
(PengemSangan Industri MRr(BerSasis 'KfCxpa Sawit untuliJPercepatan PemSangunan 'Eljpnomifpedesaan (Paerafi 'Rjau
1 K= 1 - (MPC X PSY)
Keterangan: K adalah pengaruh ekonomi wiiayah {multiplier effect); M P C merupakan proporsi pendapatan petani yang dibelanjakan di daerah tersebut; dan
P S Y adalah
bagian
dari
pengeluaran
petani
yang
menghasilkan
pendapatan di daerah tersebut atau persen kebutuhan kegiatan perkebunan kelapa sawit yang dapat dipenuhi oleh wiiayah setempat. Semakin tinggi angka multiplier effect kegiatan perkebunan kelapa sawit (K) maka semakin tinggi pula perputaran uang di daerah pedesaan. Guna
mengetahui
tingkat
kemakmuran
dan tingkat
kesejahteraan
masyarakat pedesaan terutama di sekitar pengembangan perkebunan kelapa sawit dilakukan pengujian dengan rumus sebagai berikut (Todaro, Michael P, 2000): G = wi g i + W 2 g 2 +
G
adalah
indek pertumbuhan
+Wigi
kesejahteraan sosial; gy
adalah tingkat
pertumbuhan sosial quantile ke i; dan Wi merupakan bobot kesejahteraan kelompok quantile ke i. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan sebagai akibat dari pembangunan perkebunan kelapa sawit di daerah Riau ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai indek pertumbuhan kesejahteraan (G) dari periode ke periode.
3.4.4 Pengujian hipotesis keempat (IHI4) Analisis daya dukung wiiayah dilakukan untuk mengetahui kemampuan wiiayah daerah Riau dalam menyediakan bahan baku untuk industri kelapa sawit yaitu berupa tandan buah segas (TBS). Secara matematis daya dukung wiiayah terhadap industri kelapa sawit adalah (Senen, 1996): LiXPi DDW = KBB
Lembaga Penelitian Universitas Riau
24
(PengmBangan Industri Hi(ir(BerBasis XfCapa Sawit untuljjPercepatan (PemBangunan 'Eljpnomi (Pedesaan
D D W merupakan daya dukung wiiayah
dalam pengembangan industri hilir
kelapa sawit, Lj adalah luas perkebunan kelapa sawit di daerah Riau, Pi adalah produktivitas
perkebunan kelapa sawit per hektar, dan K B B merupakan
kebutuhan bahan baku industri hilir kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar. Apabila hasil perhitungan menunjukan rasionya > 1, maka daya dukung wiiayah dalam pengembangan industri hilir kelapa sawit cukup kuat, dan sebaliknya apabila rasionya < 1, daya dukung wiiayah sangat lemah untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit.
Lembaga Penelitian Universitas Riau
25