BAB 5
RINGKASAN
Bakufu Tokugawa yang berhasil menguasai negeri selama 267 tahun akhirnya jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri untuk mempertahankan pemerintahannya. Apa sebenarnya faktor utama yang menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa. Keluarga Tokugawa menjadi penguasa dalam pemerintahan bakufu setelah mengalahkan keluarga Toyomi dalam pertempuran Sekigahara pada tahun 1600. Kemenangannya ini membawa keluarga Tokugawa muncul sebagai penguasa baru, yang mengontrol seluruh daimyo di seluruh Jepang. Setelah berakhirnya perang Sekigahara, Tokugawa Ieyasu diangkat menjadi Jenderal berkuasa penuh ( Seiitai Shogun ) oleh kaisar Jepang ( tenno ). Tokugawa Ieyasu mendirikan markas pemerintahannya di Edo yang kemudian dikenal dengan nama Edo Bakufu pada tahun 1603. Tokugawa dengan kedudukan sebagai shogun adalah sebagai wakil tenno dan kepala kelas militer di Jepang. Untuk mengontrol para daimyo, Ieyasu mengeluarkan peraturan yang dikenal dengan nama Buke Shohatto pada tahun 1615, yakni suatu ketentuan – ketentuan khusus yang harus dipatuhi oleh para daimyo. Isi ketentuan ini antara lain: para daimyo tidak diperbolehkan membangun atau memperbaharui benteng – benteng tanpa melaporkannya terlebih dahulu pada pemerintahan pusat di Edo; semua daimyo, apakah itu tozama atau fudai tidak diperkenankan untuk beraliansi atau bergabung
satu
sama
lain;
daimyo
47
–
daimyo
kaya
tidak
48 diperkenankan menikah dengan anggota keluarga kaisar, dan para daimyo yang tidak mematuhi peraturan ini akan dicabut nama keluarganya. Peraturan lain yang ditetapkan pada masa pemerintahan Tokugawa Iemitsu adalah peraturan Sankin Kotai. Sistem Sankin Kotai adalah sebagai alat pengawasan terhadap gerak – gerik para penguasa daerah, di mana para penguasa daerah ( daimyo ) atau bangsawan feodal diharuskan datang ke istana Shogun secara berkala dengan meninggalkan anak isteri mereka sebagai jaminan di kota Edo, sedangkan mereka tinggal di daerah mereka sendiri. Seluruh biaya perjalanan pulang pergi han – Edo ditanggung sendiri oleh para daimyo. Selain biaya untuk perjalanan yang sudah dirasakan berat, para daimyo harus menanggung biaya pembangunan khusus ( pembangunan jalan – jalan raya seperti yang disebutkan di atas ) di seluruh negeri. Karena itulah perekonomian daimyo sangat
susah
dan
tidak
memungkinkannya
menghimpun
kekuatan
untuk
menggulingkan kekuasaan pemerintah pusat walaupun ia sangat menderita akibat peraturan ini. Bakufu Tokugawa menetapkan kebijakan penutupan negeri ( sakoku ) sejak tahun 1639 karena mempunyai kecurigaan bahwa orang asing yang masuk ke Jepang, entah itu pedagang atau misionaris hanyalah sebagai kedok. Sebenarnya mereka mempunyai maksud untuk mematai – matai negeri Jepang dan kemudian menguasainya. Jepang di bawah pemerintahan Tokugawa adalah negara agraris. Pertanian merupakan satu – satunya sumber produksi negara sehingga menjadi pilar negara. Ini berarti sumber pendapatan utama
adalah dari sektor pertanian. Ini juga berarti
aktivitas petani adalah sumber pendapatan negeri Jepang. Tidaklah heran jika petani
49 mendapat lebih banyak aturan – aturan oleh Tokugawa daripada kelas tukang dan pedagang yang berada di bawahnya. Bakufu mengeluarkan peraturan – peraturan lain untuk mengontrol para petani. Di antaranya adalah: petani dilarang berpindah tempat tinggal, dilarang menjual sawah atau ladangnya, dilarang pindah pekerjaan; dilarang menanami sawah atau ladang dengan tanam – tanaman lain kecuali tanaman yang ditetapkan bakufu; wajib menyetor pajak yang jumlahnya telah ditentukan; dan yang terpenting adalah petani diwajibkan berhemat. Mereka dipaksa bangun pagi – pagi sekali, tidak minum teh atau sake, tidak menghisap rokok, namun makan biji – bijian yang keras, bahkan harus menceraikan istrinya yang minum teh. Hasil dari kelas petani hampir semuanya diperuntukkan bagi pemerintah pusat atau daerah ( han ). Tokugawa Ieyasu sebagai shogun pertama pernah berkata: “ Pungutlah pajak dari petani supaya mereka tidak hidup dan juga tidak mati.” Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa penyebab kejatuhan Tokugawa bukanlah dari dalam negeri Jepang sendiri. Karena dapat dilihat meskipun Tokugawa menetapkan pearturan – pearturan yang membuat rakyat dan pejabatnya susah, negeri Jepang tetap berhasil dikuasai oleh Tokugawa selama lebih dari 250 tahun tanpa adanya pemberontakan – pemberontakan yang berarti yang hendak menentang kekuasaan Tokugawa ataupun pemberontakan – pemberontakan yang bisa menjatuhkan Tokugawa. Bakufu Tokugawa menetapkan kebijakan penutupan negeri ( sakoku ) sejak tahun 1639 karena mempunyai kecurigaan bahwa orang asing yang masuk ke Jepang, entah itu pedagang atau misionaris hanyalah sebagai kedok. Sebenarnya mereka mempunyai maksud untuk mematai – matai negeri Jepang dan kemudian menguasainya.
50 Penutupan negeri Jepang selama lebih dari 200 tahun telah membuat teknologi Jepang ketinggalan dari negara – negara Barat. Ini mengakibatkan ketidakberdayaan Jepang ketika Commodore Matthew Perry datang ke Jepang dan meminta ( permintaan yang terkesan dan memaksa ) supaya Jepang dibuka. Jepang sadar peralatan teknologinya masih jauh dibanding kepunyaan Barat dan menolak permintaan Amerika berarti perang akan meletus. Sedangkan Jepang tidak memiliki teknologi semaju yang dimiliki negara Barat. Karena itu pada akhirnya Jepang mau menandatangani perjanjian dagang yang tidak seimbang dengan Amerika walaupun ditentang banyak pihak termasuk kaisar Jepang sendiri. Perjanjian ini dikuti dengan perjanjian dengan negara lain, yaitu Perancis, Inggris, dan Rusia. Akibat dari perjanjian ini timbul kekacauan ekonomi dan politik dalam negeri Jepang. Ini mengakibatkan kerusuhan dan perjarahan di kota – kota besar. Timbul kelompok – kelompok yang semakin tidak menyukai bakufu dan ingin mengusir orang asing keluar Jepang. Di tengah semua kekacauan ini, pada November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan kepada kaisar Meiji. Dengan demikian berakhirlah Edo bakufu yang telah dipimpin shogun Tokugawa selama 267 tahun. Tokugawa jatuh dikarenakan faktor luar negeri. Kedatangan bangsa asing telah mengacaukan negeri Jepang sendiri. Bakufu yang merasa tidak mampu melawan negara – negara Barat akhirnya setuju memenuhi semua permintaan mereka dan menandatangani perjanjian dagang yang isinya lebih banyak merugikan Jepang. Perjanjian tidak seimbang yang ditandatangani bakufu dengan negara – negara Barat mendatangkan reaksi keras dari orang Jepang. Mereka menyesalkan tindakan bakufu yang tidak mendengarkan larangan kaisar atas masuknya orang
51 asing. Bakufu dinilai pengecut karena tidak berani menentang permintaan negara – negara barat dan bakufu dinilai tidak menghormati kaisar yang dianggap sebagai pemegang tertinggi kekuasaan di Jepang. Akibatnya terjadilah koalisi di antara daimyo untuk bekerja sama menjatuhkan bakufu dan menyelenggarakan pemerintahan baru yang berpusat pada kaisar. Masing – masing, yaitu bakufu dan kedua han ( Satsuma dan Choshu ) saling berperang dan mendekati negara – negara Barat untuk menata persenjataan mereka agar bisa memenangkan pertempuran. Namun penyerangan ini mengakibtkan kekalahan di pihak bakufu. Melihat hal ini, bangsawan – bangsawan yang ingin menjatuhkan bakufu melanjutkan rencana untuk menjatuhkan bakufu dengan kekuatan militer. Di kala kekacauan politik ini terjadi, kekacauan ekonomi juga terjadi sebagai akibat diselenggarakannya perjanjian dagang dengan orang asing. Dengan penandatanganan perjanjian – perjanjian dagang dan pembukaan perdagangan, Jepang mulai mengimpor barang – barang wol dan katun serta senjata – senjata. Di samping itu Jepang juga mengekspor sutra dan teh dalam jumlah besar karena permintaan yang terus meningkat dari barat. Jumlah ekspor yang besar menyebabkan kekurangan sutra mentah di Jepang dan di daerah Kanto Utara. Karena barang persediaan dalam negeri tidak cukup, maka harga barang pun naik dan perekonomian menjadi kacau. Karena itu, tingkat kehidupan rakyat semakin susah Ditambah lagi impor mesin murah pembuat katun dalam jumlah besar semakin mempersulit kelangsungan hidup bagi industri – industri katun tenunan tangan yang telah berkembang di desa – desa pertanian. Dengan perekonomian negara yang buruk, bakufu membuat pajak yang harus dibayar oleh petani semakin berat. Petani mengalami kesulitan dalam kehidupannya
52 mendesak penguasa han dan pegawai pemerintah untuk meringankan pajak tahunan. Permintaan tersebut tidak didengar, akibatnya mereka mulai menggunakan kekerasan ( pemberontakan hyakushoiki ). Kerusuhan demi kerusuhan terjadi di mana – mana. Di tengah – tengah semua kekacauan ini, Tokugawa Yoshinobu meletakkan jabatannya dan mengembalikannya kepada kaisar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa kedatangan orang asing lah yang telah mengakibatkan kekacauan dalam negeri Jepang yang seperti telah disebutkan di atas. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedatangan orang asing lah ( faktor luar negeri ) yang mengakibatkan jatuhnya Tokugawa.