1
BAB 4 TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN Setelah melakukan proses pencarian data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan pengumpulan secondary data, ditemukan gambaran mengenai segmentasi pasar yang dimiliki Wedding Organizer, Issue dari keystakeholder, dan tentu saja menghasilkan insight yang lebih jelas dari konsumen pengguna Wedding Organizer maupun non-user. Hasil dari analisa ini akan dituangkan lebih dalam ke suatu analisis mengenai bisnis dari Wedding Organizer, untuk membantu perusahaan khususnya Rina Gunawan Wedding Organizer yang dipilih sebagai sample data dan tolak ukur penelitian sehingga perusahaan dapat memasuki pasar dengan strategi yang lebih terarah.
1.1 Segmentasi 1.1.1 Segmentasi pengguna Wedding Organizer Untuk mencapai sebuah strategi pemasaran yang mencapai sasaran, maka men-segmentasi calon konsumen adalah salah satu proses yang tidak boleh terlewatkan. Definisi segmentasi adalah suatu proses membagi pemasaran produk berdasarkan sasaran pelanggan dimana segmentasi bertujuan untuk membagi-bagi pasar sehingga pemasaran dapat memusatkan pada target tersebut yang pemasaran dapat mengenai sasaran keinginan konsumen targetnya. Didalam bisnis Wedding Organizer segmentasi mengarah kepada suatu status sosial tertentu yang memiliki perbedaan karakteristik. Segmentasi
2
pengguna jasa Wedding Organizer secara keseluruhan berdasarkan kelompok masyarakat menengah keatas dengan kategori seperti dibawah ini:
1.1.1.1 The Wedding Dream
Gambar 1.1.1.1-1 Pernikahan Asraff Sinclair dan Bunga Citra Lestari
Gambar 1.1.1.1-2 Rina Gunawan sebagai WO dari pernikahan Asraff dan Bunga
Pada tipe konsumen “The Wedding Dream”, ide, bayangan, dan keinginan bentuk acara sudah dimiliki konsumen secara detail
3
dan
jelas.
Bahkan
ada
beberapa
konsumen
yang
telah
membayangkan pesta pernikahan idamannya sedari kecil. Keputusan untuk
menggunakan
sebuah
WO
biasanya
sudah
melalui
perbincangan panjang lebar dengan kedua belah pihak keluarga inti, dan kedua belah pihak keluarga besar. Foto diatas menerangkan bahwa salah satu contoh segmen dari The Wedding Dream adalah Asraff dan Bunga, dimana mereka benar-benar memberikan segala usaha untuk dapat mewujudkan pernikahan sesuai dengan keinginannya. Bahkan biaya pun tidak dijadikan batasan selama dapat memberikan kepuasan hasil dari pernikahannya. Dan dalam memilih sebuah WO mereka saling mendiskusikan kelebihan dan kekurangan WO – WO tersebut, mereka juga rajin mencari info dan mengadakan dengar pendapat dengan orang – orang yang sudah terlebih dahulu menggunakan sebuah WO, Jadi bisa dipastikan bahwa
meskipun sudah
menyerahkan pada sebuah WO tetapi mereka tidak tinggal diam, dan menyerahkan seluruh detil rencana pernikahan begitu saja kepada WO, tetapi mereka selalu memberikan masukan – masukan dan menceritakan keinginan – keinginannya secara jelas dan terperinci kepada pihak WO, seperti yang disampaikan pihak Rina Gunawan Berikut ini, “Yah ada enaknya juga sih, kita jadi tau banget apa yang mereka pengen, karena mereka ngejelasinnya detail buanget, tapi ya namanya WO ya musti siap sedia ditelponin sama mereka barang
4
setengah jam sekali karena tiba-tiba mereka punya ide lagi untuk nambah ini dan itu, katanya sih biar semakin unik”. 1.1.1.2 The Socialite
Gambar 1.1.1.2-1 Pernikahan Adinda Bakrie dan Seng Hoo Ong
Konsumen yang termasuk ke dalam tipe ini, adalah golongan masyarakat yang memiliki anggaran lebih pada sektor keuangan pribadinya melebihi batas normal masyarakat pada umumnya, konsumen pada tipe ini biasanya tidak mementingkan masalah anggaran yang dibutuhkan ataupun besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk sebuah perhelatan pernikahan yang sudah barang tentu diselenggarakan dengan sangat mewah dan elegan. Seperti kutipan pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Rina Gunawan Wedding Organizer berikut ini, “Kalo Mimi KD (Krisdayanti) mah enak, biasanya dia bilang gini “Yah, terserah teteh ajalah, baiknya gimana, aku mah nurut ajah, yang penting bagus””.
5
Ada beberapa keunikan yang umumnya dijumpai oleh konsumen pada tipe ini, misalnya meskipun sudah menyewa WO tetap saja mereka membuat panitia tersendiri, yang terdiri dari keluarga besarnya, teman-teman sejawatnya dikantor atau bahkan teman paguyuban golfnya, yang tentu saja kadangkala panitia itu seringkali menjadi tidak berguna, dan bahkan membuat kinerja WO menjadi sering terhambat. Salah satu keunikan yang paling menonjol adalah, tipe konsumen ini biasanya memiliki “Kaki Tangan” / Pengawal / Asisten dengan jumlah yang tidak sedikit, dan biasanya mereka menyerahkan segala urusan menyangkut pernikahan kepada mereka kepada asisten tersebut sehingga WO lebih banyak bekerja dan berhubungan langsung dengan mereka dibandingkan dengan Pemangku Hajat nya sendiri. Hal tersebut tercermin dari petikan wawancara dengan Mbak Kartika Sari Dewi dari Pihak Rina Gunawan, “Mereka mah udah gak sempet ngurusin deh sama hal-hal printil kayak gitu, paling mereka serahin semuanya sama asistennya, lagian mereka juga udah percaya banget sama kita. Lha ini, yang cerewet bukan pemangku hajatnya, tapi malah assistan-asistennya, bikin ribet aja deh” 1.1.1.3 The Workaholic couples Tipe Konsumen ini banyak terdapat di kota-kota besar, umumnya mereka adalah masyarakat dengan usia produktif dan sedang dalam tahap giat mencari uang, oleh karenanya mereka termasuk individu yang banyak menghabiskan waktunya di kantor,
6
mereka biasa masuk kerja pada pukul 9 pagi dan pulang pukul 5 sore, kemacetan lalu lintas di kota – kota besar menyebabkan mereka harus berangkat lebih pagi dan pulang sangat terlambat, Setelah itu mereka tidak punya pilihan aktifitas lain selain beristirahat karena kelelahan bekerja. Mereka juga tidak memiliki banyak waktu untuk mencari informasi – informasi penting seputar pernikahan. Seperti misalnya: gedung yang baik, catering yang enak, tim dokumentasi yang bonafit, rias pengantin yang anggun, dsb. Oleh karenanya menggunakan sebuah WO adalah sebuah alternatif yang baik bagi mereka, sehingga mereka tetap bisa fokus terhadap pekerjaan masing-masing namun rencana pernikahan mereka pun bisa terselenggara dengan baik dan sukses, serta sesuai dengan keinginan mereka. Mereka hanya perlu mengajukan hal – hal yang mereka inginkan pada pihak WO kemudian pihak WO mengajukan beberapa alternatif – alternatif yang kira-kira akan disukai
dan kemudian
dipilih oleh calon pengantin, hingga pada akhirnya bisa terwujud sebuah pesta pernikahan yang memuaskan seluruh pihak. Seperti pernyataan yang dilontarkan oleh salah satu pemilik WO di Jakarta berikut ini, “Kebanyakan yang menyewa kita sih eksekutif – eksekutif muda, biasanya mereka udah repot banget sama kerjaannya, sebenernya mereka pengennya yang simple aja, tapi biasa deh orang tua kan gak bisa dengan yang simple – simple, makanya yang ribet –
7
ribet kayak gitu diserahin ke kita, mereka tau beres aja, kita kirim report tiap minggu” 1.1.1.4 The ”No Idea at all” Kekhawatiran adalah salah satu factor utama yang membuat mereka memutuskan untuk menggunakan jasa Wedding Organizer. Kekhawatiran tersebut timbul karena mereka tidak tahu apa-apa mengenai detil pernikahan, hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak factor misalnya tidak memiliki banyak saudara untuk membantu, tidak memiliki banyak rekan yang bisa dimintai saran dan pertimbangan, baru saja pindah dari kota kecil ke kota besar, dan factor – factor lainnya. Oleh karena itu, ketika mereka mengetahui bahwa ada pihak – pihak yang bisa membantu mereka, mereka akan lebih memilih alternatif tersebut dibandingkan jika mereka harus bersusah payah mencari segala sesuatunya di tengah minimnya informasi yang mereka miliki. Belum lagi adat istiadat dan budaya di Indonesia yang beragam, yang tentu saja tidak terlalu dipahami oleh sebagian besar orang, tetapi sepertinya masih wajib dilakukan, sehingga mereka harus bersama orang yang tepat apabila tidak mau dianggap salah atau melanggar adat istiadat dan budaya tersebut. Seperti kutipan dari Ira salah satu pengguna jasa Wedding Organizer, ”ya aku sih mikirnya dari pada ngurus ini itu yang aku juga sebenernya gak ngerti, ditambah lagi aku gak pede ngelakuinnya sendiri, takutnya hasilnya gak sesuai bayangan lagi. Mendingan pake
Wedding
Organizer
aja
deh
berpengalaman. Kan jadinya lebih pede”.
yang
jelas-jelas
udah
8
1.1.1.5 The Wishy Washy The Wishy Washy atau konsumen plin plan menurut pihak Rina Gunawan, tipe konsumen pada golongan ini adalah konsumen yang seringkali membuat kru mereka agak sedikit kewalahan, dikarenakan mereka tidak mampu mendeskripsikan keinginannya sendiri secara baik dan tepat, sehingga terkadang Kru Rina Gunawan menjadi
lebih
bingung
untuk
mewujudkan
dan
mengimplementasikannya pada acara pernikahan. Mereka juga kerapkali merubah segala macam detil yang sudah disepakati, Hal itu terjadi dikarenakan mereka terpengaruh oleh media – media yang ada disekitarnya misalnya : Majalah, website, tabloid, TV, dll atau juga berdasarkan berbagai macam masukan dari orang lain. Pihak Rina Gunawan juga kerap kali dibuat tidak berdaya dengan
perubahan-perubahan
signifikan
yang
terjadi
karena
pemangku hajat sering mendapatkan inspirasi mendadak setelah melihat pesta pernikahan orang lain. Hal tersebut tergambar dalam pernyataan dari salah satu sumber dari Rina Gunawan Wedding Organizer, “Wah kadang-kadang pusing, ada-ada aja deh yang berubah misalnya kemaren abis liat bajunya Hengky Kurniawan waktu di resepsi, tiba – tiba dia telepon pengen baju yang kayak gitu juga, padahal jelas-jelas konsepnya beskap bukan duta besar,haduh kalo udah gitu mah kita bisanya cuma, oh iya iya aja sambil senyumsenyum basi di telepon gitu deh”.
9
1.1.1.6 The Familiar faces Mereka adalah konsumen yang sudah sangat tahu tentang seluk beluk WO tersebut, misalnya saja, keluarga besar mereka sudah turun temurun menggunakan WO tersebut, dan terbukti selalu sukses dalam penyelenggarannya, Jadi keputusan mereka untuk menggunakan WO lebih dikarenakan adanya pengaruh yang sangat besar dari orang – orang terdekatnya. Mereka tidak terlalu terlibat dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan, karena mereka sudah sangat yakin bahwa hasilnya pasti sempurna seperti yang sudah mereka ketahui pada perhelatan – perhelatan sebelumnya. Seperti kalimat yang dikutip dari pernyataan seorang pemilik WO berikut ini, “Dari kakaknya yang nomer satu juga udah sama kita, sampai dia si bontot juga masih sama kita, mungkin karena keluarga mereka udah tau performance kita, makanya mereka jadi santai aja buat ngejalanin semuanya, orang udah kita beresin semua kok, pokoknya mereka tinggal santai duduk dipelaminan aja deh” 1.1.1.7 The Uncle Scrooge Konsumen yang termasuk ke golongan ini sangat berhati-hati dalam mengatur budget pernikahannya, Meskipun mereka sangat terikat dan tergantung dengan minimnya budget yang miliki, tetapi mereka juga menyadari akan adanya kebutuhan untuk menggunakan sebuah WO, karena itu mereka akan menghitung dengan cermat segala pengeluaran, mulai dari membuat budget sendiri hingga
10
mencari vendor – vendor yang sesuai dengan budgetnya sendiri, sehingga bagi pihak Rina Gunawan mereka hanya diminta untuk menyusun acara dan mengkoordinasi vendor – vendor tersebut. Seperti petikan pernyataan dari pihak Rina Gunawan berikut ini, “Ada juga yang menggunakan RG untuk masalah koordinasi saja, jadi mereka depend on budget banget, apa-apa mereka siapin sendiri apa – apa mereka cari sendiri kayak vendor-vendor gitu, yang sesuai dengan budget mereka deh pokoknya, sampe kotak seserahan juga mereka nyari sendiri, katanya sih biar masuk sama anggaran”.
Setelah melakukan penelitian dengan penilaian secara kualitatif dari berbagai macam tipe karakterisik pengguna jasa Wedding Organizer, maka muncullah beberapa tipe yang sangat menonjol pada konsumen Rina Gunawan Wedding Organizer. Konsumen The wedding dream merupakan konsumen terbesar dan konsumen The Socialite adalah kedua terbesar dimana hampir rata-rata konsumen tersebutlah yang datang dan meminta jasa dari Rina Gunawan Wedding Organizer. Secara proporsi keseluruhan dari karakteristik konsumen dapat dilihat dengan estimasi perbandingan besarnya keseluruhan segmen sebagai berikut:
11
5% 10% 30% 10%
20% 25%
30% untuk The Wedding Couple 25% untuk Worcaholic Couple 20% untuk The Socialitte Couple Masing-masing 10 % untuk Wishy – washy dan No Idea At All Couple 5% terakhir untuk Uncle scrooge Couple
Gambar 1.1.1.7-1 Estimasi perbandingan besarnya tiap segmentasi
1.1.2 Segmentasi konsumen yang tidak menggunakan Wedding Organizer (Non-User) Sebagai perbandingan antara konsumen pengguna jasa Wedding Organizer dan yang tidak menggunakan jasa Wedding Organizer, dibawah ini
dijabarkan
secara
umum
karakteristik
konsumen
yang
tidak
menggunakan jasa Wedding Organizer. Dimana status sosial tidak berpengaruh karena konsumen ini datang dari berbagai macam status sosial.
12
1.1.2.1 The Perfectionist Konsumen perfeksionis adalah tipikal konsumen yang seringkali tidak puas bila tidak mengerjakan segala sesuatunya sendiri, apalagi untuk event besar dan berlangsung hanya sekali dalam seumur hidupnya. Mereka tidak akan rela menyerahkan begitu saja detil dan perencanaannya pada orang lain. Tipe konsumen ini umumnya sudah mengetahui secara jelas apa yang sebenarnya mereka inginkan, bagaimana bentuknya, bagaimana
detailnya,
dan
mengumpulkan
banyak
informasi
mengenai acara pernikahan yang diinginkannya. Untuk itu mereka rela bersusah payah untuk mendapatkan segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan mereka, karena mereka ingin tampil sempurna pada hari pernikahannya. Alasan mereka yang lain adalah, menurut mereka penglihatan orang lain pasti berbeda satu sama lain, apa yang menurut orang lain indah, bagus dan anggun belum tentu terlihat serupa di mata mereka, sehingga lebih puas apabila dilakukan sendiri agar sesuai dengan harapannya. Ada pula kecenderungan terjadinya konflik apabila mereka menemukan ketidaksesuaian disana. Seperti petikan wawancara dengan salah seorang nara sumber dibawah ini, “Gw tu orangnya perfeksionis, ya gak percaya aja kalo dikerjain sama orang lain, apalagi kalo orang lain yang ngerjain udah gitu hasilnya gak sesuai sama yang gw mau, wah bisa badmood seharian gw”
13
1.1.2.2 The ”Over Information” Pada tipe konsumen ini pada umumnya mereka sangat paham mengenai tata cata dan detail sebuah perhelatan pernikahan. Mereka memiliki berbagai macam informasi yang sangat lengkap dan memiliki gambaran yang jelasuntuk bisa menyelenggarakan pesta pernikahan sendiri tanpa bantuan sebuah Wedding Organizer. Informasi tersebut mereka dapatkan pada umumnya melalui, media – media yang ada di lingkungan sekitarnya, misalnya dari majalah, website maupun televisi. Konsumen pada tipe ini juga sudah memiliki pengalaman yang terbilang cukup banyak dalam menangani sebuah pesta pernikahan, Hal itu disebabkan karena mereka sudah cukup sering di daulat untuk menjadi panitia sebuah pesta pernikahan, atau menjadi petugas among tamu, Berdasarkan pengalaman itulah mereka jadi kaya akan informasi – informasi penting yang mungkin saja mereka butuhkan pada saat mereka akan melaksankan pasta pernikahan nantinya. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan seorang calon pengantin berikut ini, “Nyokap bokap gw udah sering di minta jadi panitia ato jadi among tamu, jadi mereka dah terbiasa ngurusin pernikahan, gak jarang pemangku hajat meminta saran dan nasihat mereka“. 1.1.2.3 The Famous couples Banyak teman dan kerabat adalah salah satu alasan mengapa mereka menolak untuk menggunakan jasa Wedding Organizer dalam merencanakan pesta pernikahan mereka, Tawaran bantuan yang diberikan oleh keluarga besar, rekan sejawat dan teman-temannya
14
membuat
mereka
merasa
yakin
dan
percaya
diri
untuk
menyelenggarakan pesta pernikahan tanpa bantuan dari WO. Biasanya mereka akan membentuk panitia yang terdiri dari teman, kerabat dan keluarga besar, seperti kalimat dibawah ini : “Sayang juga ya mahal – mahal nyewa WO, orang banyak banget yang bersedia bantuin, kita berdua tuh berasal dari keluarga yang sangat besar jadi semakin banyak bala tentaranya, dari pada buat WO mending buat seneng – seneng rame – rame bareng keluarga aja” 1.1.2.4 The Underestimate Lain lagi dengan konsumen meragukan pihak WO, mereka pernah
mendengar
ketidak
puasan
menggunakan
WO
dari
lingkungan sekitar atau bahkan mungkin sudah pernah memiliki pengalaman
yang
kurang
menyenangkan
berkaitan
dengan
penggunaan sebuah Wedding Organizer. Sebagai contoh pada saat saudara
kandungnya
menikah
dan
menggunakan
Wedding
Organizer, pada saat itu mereka menemukan adanya ketidaksesuaian antara kesepakatan yang sudah disetujui bersama dengan kenyataan pada pelaksanaannya. Karena itu pada akhirnya mereka menilai bahwa menggunakan sebuah Wedding Organizer adalah sebuah keputusan yang kurang tepat. Hal tersebut tergambar dari sebuah pernyataan dari seorang calon pengantin pria dibawah ini, “Dulu waktu kakak gw merit pake WO, tapi hasilnya malah berantakan soalnya apa yang diminta kakak gw gak bisa mereka sajikan di pesta, padahal mereka udah setuju dengan budget yang
15
kita punya dan keinginan-keinginan kakak gw, wah ntar kalo gw merit gk lagi-lagi deh pake WO” 1.1.2.5 The Adventurer Konsumen pada tipe petualang adalah termasuk mereka yang suka tantangan. Dalam hal merencanakan pernikahan, mereka suka mengurus segala sesuatunya sendiri, mereka senang dengan adanya kesulitan – kesulitan kecil yang mereka hadapi pada saat mereka mempersiapkan segalanya. Mereka menganggap pernikahan adalah momen yang hanya berlangsung sekali seumur hidup, dan menurut mereka juga falsafah pernikahan tidak hanya berkaitan dengan euphoria senang – senang dan hura-hura pada saat resepsi pernikahan, tetapi menurut mereka juga hakiki pernikahan baru akan mereka rasakan setelah menikah, dimana mereka tidak hanya merasakan suka tetapi juga dukanya, oleh karena itu mereka ingin sama – sama belajar untuk menghadapi suka dan dukanya bersama. Hal itu dapat dilihat pada pernyataan yang mereka lontarkan berikut ini, “Kurang seru kali ya, kalo nikahan aja di urusin orang lain apalagi WO, asikkan kalo ngerjain semuanya berdua susah seneng kita – kita juga yang ngerasain, malahan kalo ada ribut – ribut kecil gitu menuntut kita untuk nyelesein berdua juga, jadi bikin kita tambah dewasa, dan akhirannya malah bikin kita makin akrab”
16
1.1.3 Tipe – tipe Wedding Organizer di Indonesia
Selain melakukan segmentasi terhadap calon pasangan pengatin, juga dilakukan segmentasi terhadap Wedding Organizer, hal ini perlu dilakukan agar supaya Wedding Organizer bisa menempatkan dirinya di segmentasi yang paling tepat, sehingga mereka bisa memfokuskan diri pada pasar yang paling sesuai untuk mereka. Segmentasi dilakukan pada setiap tipe Wedding Organizer yang ada di Indonesia.
1.1.3.1 Duduk Manis Wedding Organizer
Yang termasuk kedalam tipe Wedding Organizer ini adalah, Wedding Organizer yang melaksanakan seluruh rangkaian acara dalam sebuah perhelatan pernikahan, dimulai dari perencanaan konsep sebuah pesta pernikahan, persiapan , pelaksanaan hingga rapat penutupan panitia. Tipe Wedding Organizer ini mengemas seluruh detail acara itu sendiri, mereka tidak hanya bertugas mencari vendor – vendor terbaik yang sesuai dan diinginkan oleh calon pasangan pengantin yang menjadi konsumennya, tetapi juga membantu calon pasangan pengantin dalam mengatur budget untuk pesta pernikahan mereka, sehingga calon pasangan pengantin tidak perlu membuang – buang uang untuk keperluan pesta pernikahan yang sebenarnya tidak perlu, selain itu tipe Wedding Organizer ini juga membantu calon pasangan pengantin dalam melaksanakan
17
rapat panitia, memberikan konsultasi – konsultasi penting seputar pesta pernikahan, menemani calon pasangan pengantin dalam mempersiapkan segala detil pesta pernikahannya (misalnya : menemani dan member masukan kepada calon pasangan pengantin ketika mereka akan membeli seragam untuk panitia, menemani calon pasangan pengantin ketika mereka melakukan pemotretan prawedding, menemani konsumen ketika mereka melakukan ritual dan do’a bersama, hingga menjadi tempat curahan hati dan mediasi bagi kedua calon pasangan pengantin ketika mereka sedang mengalami masalah), Tipe Wedding Organizer ini juga membuat sebuah buku panduan lengkap berisi detil maupun rangkuman seluruh acara pernikahan mereka. Dengan kata lain, Wedding Organizer dengan tipe ini memudahkan calon pasangan pengantin melaksanakan pesta pernikahannya dengan mudah, mereka juga membuat calon pasangan pengantin tetap makan enak, tidur tenang, duduk manis dan terus bersenangsenang tanpa harus “pusing tujuh keliling” dalam menghadapi seluruh rangkaian pesta pernikahannya. Sehingga pada”The Big Day” , baik pengantin wanita maupun penganti pria dan seluruh keluarganya dapat tampil segar,bugar, ceria dan bahagia.
1.1.3.2 Vendor Collection Wedding Organizer
18
Selain dari tipe Wedding Organizer diatas, tipe Wedding Organizer lain di Indonesia adalah Vendor Collector Wedding Organizer. Berbeda dengan tipe Wedding Organizer diatas, Tipe Wedding Organizer menjalankan fungsinya sebagai pengumpul vendor saja, kebanyakan Wedding Organizer dengan tipe ini hanya menawarkan “Paket Pernikahan” dengan budget tertentu. Tipe Wedding Organizer ini memiliki banyak relasi dan jaringan dengan banyak vendor – vendor pernikahan, dengan beragam range harga, sehingga mereka bisa menyesuaikan vendor dengan budget yang dimiliki oleh calon pasangan pengantin memiliki budget yang tidak terlalu besar maka mereka akan menghubungi vendor yang memiliki penawaran harga yang tidak terlalu tinggi, dan sebaliknya apabila calon pasangan pengantin memiliki budget yang tinggi maka mereka akan mencarikan vendor yang sesuai dengan budget yang dimiliki calon pasangan pengantin tersebut Biasanya kontak hanya dilakukan pada saat calon pasangan pengantin menghubungi mereka, melihat portolio setiap vendor yang bekerjasama dengan mereka, kemudian melakukan negosiasi harga, hingga pada akhirnya menemui satu kesepakatan harga tertentu. Kebanyakan dari Tipe Wedding Organizer ini timbul karena pada awalnya mereka adalah pemilik sebuah vendor tertentu. Sebagai contoh, ketika mereka memiliki sebuah perusahaan yang menyediakan layanan makanan dan minuman untuk sebuah pesta
19
pernikahan (catering) , kemudian mereka menjumpai vendor lain yang kebetulan juga menjadi vendor pada sebuah pesta pernikahan yang sama, hingga kemudian terjadilah sebuah kerjasama tertentu diantara mereka, hingga kemudian mereka mencari banyak rekanan vendor lain sebagai pelengkap. Tipe Wedding Organizer ini hanya hadir pada saat persiapan sebuah pesta pernikahan (paling tidak sekitar 3 atau 2 hari sebelum acara ) dan pada hari H, tugas mereka diantaranya mengkoordiniir dan memastikan bahwa vendor – vendor yang menjadi rekanan mereka pada saat itu hadir tepat waktu dan membawa pesanan sesuai dengan spesifikasi yang sudah disetujui bersama. Selain itu Tipe Wedding Organizer ini juga memastikan bahwa vendor – vendor tersebut bekerja sesuai dengan kontrak.
1.1.4 Segmentasi berdasarkan tipe Wedding Organizer di Indonesia 1.1.4.1 Duduk Manis Wedding Organizer
1.1.4.1.1 24 Hours Wedding Organizer Wedding Organizer yang termasuk kedalam segementasi ini adalah Wedding Organizer yang memberikan waktunya selama 24 jam penuh dalam sehari untuk memberikan pelayanan extra dan konsultasi kepada calon pasangan pengantin, pelayanan extra yang dimaksud, contohnya adalah, seringkali calon pasangan pengantin mendapatkan ide unik mengenai pesta pernikahannya, ide unik tersebut kadangkala muncul menjelang mereka tidur di malam hari,
20
biasanya mereka akan segera menghubungi 24 hours Wedding Organizer untuk mengutarakan ide yang tiba-tiba muncul tersebut. Malam hari menjelang upacara akad nikah dan pengucapan ijab Kabul adalah merupakan suatu malam yang bisa dibilang sangat mencemaskan bagi calon pasangan pengantin khususnya, sehingga untuk meredamnya tak jarang mereka menghubungi wedding organizer untuk sekedar mencari ketenangan.
1.1.4.1.2 Protokoler Wedding Organizer Wedding Organizer ini kebanyakan berasal dari sebuah organisasi tertentu, kebanyakan dari instansi pemerintahan, mereka yang termasuk kedalamnya adalah orang – orang internal organisasi tersebut yang sudah hapal betul mengenai tata cara pernikahan yang sesuai dengan budaya organisasi mereka. Sebagai contoh, apabila salah satu dari pasangan pengantin berasal dari satuan kepolisian, dalam perhelatan pernikahannya biasanya akan digelar sebuah ritual bernama “Pedang Pora” dan pihak yang mempersiapkan serta melaksanakan pedang pora merupakan pihak yang sudah paham betul mengenai tata cara “Pedang Pora” . Seringkali seluruh rangkaian acara dan detil pernikahan sudah dibuat dan disusun oleh pihak terkait tersebut.
21
1.1.4.2 Vendor Collector Wedding Organizer
1.1.4.2.1 Kindly Wedding Organizer Segmentasi ini mencakupi Wedding Organizer yang memiliki jaringan sangat luas dengan banyak vendor – vendor, mereka tidak hanya merangkul vendor – vendor yang berkelas tinggi tetapi juga vendor kelas menengah dan kelas bawah. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi mereka, karena mereka dapat dengan mudah melayani permintaan dan pemesanan dari beragam jenis lapisan masyarakat, dengan merangkul banyak sekali jenis vendor, mereka dapat dengan mudah memperluas cakupan pasarnya.
1.1.4.2.2 All you can eat Wedding Organizer Segmentasi ini adalah Wedding Organizer yang sudah memiliki sendiri vendor – vendor yang menjadi langganannya, sehingga ketika sepasang calon pasangan pengantin dating kepada mereka, Wedding Organizer ini cukup menyodorkan sejumlah penawaran standart yang mereka miliki, berikut vendor – vendor yang menjadi sudah menjadi rekanan mereka, sehingga dengan memilih salah satu dari penawaran tersebut dan tentu saja dengan standarisasi harga yang ada, calon pengantin sudah dapat menikmati kenyamanan dalam menggunakan sebuah Wedding Organizer.
22
Salah satu hal yang unik dari Wedding Organizer ini adalah , diibaratkan kita dating ke sebuah restoran yang menawarkan menu “all you can eat” dimana kita cukup memesan sebuah paket tertentu, dengan harga tertentu kemudian kita bisa menikmati semua makanan yang mereka sajikan dalam sebuah buffee dengan sesuka hati, hal semacam itulah yang ditawarkan oleh Wedding Organizer, cukup dengan satu harga , semua yang diperlukan bisa terpenuhi.
1.1.4.2.3 One Stop Wedding Organizer
Serba ada, mungkin itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan Wedding Organizer ini, dimana cukup dengan mendatangi Wedding Organizer ini, calon pasangan pengantin akan dengan mudah berkonsultasi mengenai pesta pernikahannya, mereka lebih menekankan kepada “consumer customization”, sehingga mereka akan sebaik mungkin mencarikan vendor yang sesuai dengan budget yang dimiliki oleh calon konsumennya, tetapi tetap mengedepankan kualitas.
23
1.2 Proses dan Peranan WO Konsumen
memiliki
tahapan
dalam
pengambilan
keputusan.
Ia
memerlukan berbagai macam pertimbangan sebelum akhirnya mengambil keputusan tersebut. Apalagi keputusan tersebut berhubungan dengan pembelian suatu pelayanan jasa yang memiliki nilai tinggi bagi konsumen tersebut. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 mengenai teori high involvement, ”ketika sebuah keputusan memiliki high value yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula high involvement yang harus bisa diberikan oleh perusahaan, dalam hal ini konteksnya adalah karyawan/pegawai perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena konsumen harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mendapatkan service/produk tersebut, dan tentu saja service/produk tersebut memiliki value yang tinggi bagi konsumen tersebut”. 1.2.1 High Involvement Begitu pula peranan suatu Wedding Organizer bagi konsumen yang akan menggelar acara pernikahannya. Pengambilan keputusan untuk merencanakan acara yang akan digelar sekali seumur hidup dalam rangka meresmikan hubungan dengan pasangan dalam ikatan pernikahan bukanlah keputusan yang mudah. Hal ini merupakan high involvement dari berbagai pihak yang berhubungan dengan berjalannya acara dan high value bagi konsumen dimana biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit. Sehingga pengambilan keputusan melewati berbagai macam tahapan pertimbangan. Dilihat dari pendekatan AIDA, ada beberapa tahapan yang akan dilewati oleh konsumen dalam mengambil suatu keputusan yang memiliki
24
nilai tinggi bagi konsumen tersebut. Ada 4 tahapan yang harus dilewati adalah yaitu: •
Awareness, dimana pada tahap ini konsumen ”tahu dan sadar” akan adanya produk tersebut. Dalam hal ini konsumen mengetahui adanya pelayanan jasa yaitu Wedding Organizer yang dapat membantu
mereka
dalam
merencanakan
pernikahannya.
Berdasarkan penelitian, awareness dari konsumen mengenai Wedding Organizer sudah cukup baik dan merata karena sudah banyak penawaran produk serupa dimasyarakat dengan berbagai kualitas penawaran produk tersebut. •
Tahapan
selanjutnya
adalah
Interest,
yaitu
ketertarikan.
Ketertarikan konsumen akan Wedding Organizer berdasarkan penelitian terlihat semakin banyak, seperti yang diutarakan oleh Orina salah satu konsumen non-user, “sebenernya gw udah mikir pengen juga make WO untuk kawinan, tapi nyokap gw gak mau soalnya dia mikir pasti mahal kalo make WO, padahal gw yakin kalo make WO pasti acara jadi lebih teratur dan rapih. Gw jg ngerasa ribet bgt ngurus semuanya sendirian”. Walaupun konsumen tersebut akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan, tetapi Orina merupakan salah satu pontensial konsumen bagi Wedding Organizer. Setelah ketertarikan akan produk tersebut, konsumen akan memiliki keinginan untuk mendapatkan produknya. Tahapan ini disebut juga Desire. Keinginan konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Karena Wedding Organizer merupakan pelayanan
25
jasa yang sangat High Involvement dan High Value, maka konsumen akan melewati proses pemilihan yang panjang dan lama. Apabila suatu konsumen sudah mencapai tahap desire, maka seharusnya perusahaan dapat memiliki peluang besar untuk mengambil konsumen tersebut. Disinilah tahap dimana perusahaan harus memiliki strategi memasarkan produknya dengan tepat guna, dan mencuri perhatian konsumennya. •
Untuk sampai akhirnya konsumen mencapai tahapan akhir yaitu Action dimana konsumen memutuskan untuk menggunakan jasa pelayanan tersebut, perusahaan haruslah melakukan strategi yang tepat guna ditiap tahapan dimana konsumen tersebut berada.
1.2.2 Proses pengambilan keputusan Untuk mendapatkan gambaran framework AIDA lebih jelas, dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan bagi seorang calon pengantin sampai akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan jasa Wedding Organizer. Tahapan tersebut dapat diterapkan kedalam framework AIDA karena konsumen memiliki karakteristik pengambilan keputusan yang hampir sama satu dan lainnya. Proses pengambilan keputusan ini memiliki tahapan yang dapat diidentifikasi berdasarkan wawancara dari responden yang memutuskan untuk menggunakan Wedding Organizer dengan melihat sample Hanum dan Matt pada waktu proses kegiatan pengantin. Dan diketahui, titik penting bagi Wedding Organizer yaitu pada waktu konsumen merencanakan pernikahan dan menentukan vendor yang begitu banyak dan
26
mulai merasa kerepotan dengan pilihan tersebut. Sample yang cukup mewakili akan dijelaskan dengan bagan dibawah ini:
Tabel 1.1.4.2-1 Proses kegiatan pengantin
27
28
Berdasarkan pernyataan dari Hanum dan Matt konsumen pengguna Wedding Organizer, pemilihan Wedding Organizer terjadi pada saat awal pelaksanaan perencanaan pernikahan. Apabila dicocokan dengan framework AIDA, konsumen sudah tahu dengan keberadaan Wedding Organizer dan mulai tertarik disaat pencarian data mengenai pernikahan. Dan dengan presentasi dari pihak Wedding Organizer sehingga dapat meyakinkan Eyang Putri untuk menggunakan pelayanan jasa dari pihak Wedding Organizer tersebut. Dapat diambil kesimpulan, apabila konsumen telah mengetahui produk dari Wedding Organizer dan mulai tertarik, dibutuhkan adanya strategi marketing yang baik dan jelas sehingga akhirnya konsumen pun mengambil keputusan untuk menggunakan produk tersebut.
1.2.3 Peranan Wedding Organizer Pernikahan di Indonesia cukup rumit dan berbelit-belit dimana berbagai macam adat istiadat yang berbeda memiliki cara dan ritual yang berbeda pula. Sehingga dibutuhkan adanya pengetahuan yang luas dan informasi yang akurat bagi Wedding Organizer agar tidak menyalahi aturan adat istiadat maupun melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sebagai contoh perkawinan adat Jawa memiliki beberapa tahapan seperti pengajian, siraman, midodareni, akad nikah dan akhirnya resepsi. Terlihat betapa panjangnya acara yang akan dijalani dan membutuhkan pengetahuan budaya yang luas untuk suatu Wedding Organizer yang akan mengerjakan proses pernikahan tersebut.
29
Wedding Organizer memiliki peranan penting dalam merencanakan dan mengatur acara pernikahan selama proses berlangsung. Beberapa perusahaan Wedding Organizer yang cukup terkenal menawarkan sistem paket dalam menjual bisnisnya. Seperti contoh pernikahan Jawa diatas, konsumen bisa saja memilih menggunakan jasa Wedding Organizer diprosesi tertentu saja. Seperti akad nikah dan resepsi. Sedangkan acara lain yang menyertai hanya dilakukan oleh pihak keluarga saja. Tetapi ada pula konsumen yang menggunakan jasa Wedding Organizer di setiap acara yang akan dilaksanakan. Tentu saja paket-paket tersebut memiliki harga dan peranan tersendiri bagi konsumen dan pihak Wedding Organizer. Selain menentukan vendor dan melakukan perencanaan bersama-sama dengan pihak keluarga penyelenggara pernikahan Wedding Organizer juga harus memastikan acara berlangsung dengan tertib dan sukses. Perusahaan Rina Gunawan memiliki standar job description bagi setiap krunya sebagai panduan selama pelaksanaan acara berlangsung. Untuk melihat daftar dari Job Description kru yang lebih detail dapat dilihat pada halaman lampiran. Job description tersebut merupakan jabaran apa saja tanggung jawab pihak Wedding Organizer selama acara berlangsung. Dari penjabaran job description terlihat bahwa peranan Wedding Organizer tidak saja hanya penentuan vendor tetapi juga membantu dan memastikan acara berlangsung dengan baik dan sukses. Bahkan ada juga hal-hal diluar dari tanggung jawab pihak Wedding Organizer tetapi hal ini cukup penting bagi calon pengantin. Seperti kutipan wawancara antara penulis dan Rina Gunawan, ”kita bahkan memanggil ustad untuk ceramah kepada calon pengantin agar diberikan
30
wawasan tentang agama perihal pernikahan”. Hal ini merupakan poin lebih bagi suatu perusahaan Wedding Organizer dimana perusahaan tidak hanya mengurus tanggung jawabnya sebagai pegawai tetapi tanggung jawab moral untuk menawarkan siraman rohani bagi pihak calon pengantin.
1.3 Analisa Data Primer dan Sekunder Wedding Organizer adalah salah satu jenis usaha yang sangat dekat dan erat kaitannya dengan konsumen. Sering kali dikatakan demikian karena sebuah Wedding Organizer harus mempu menghadirkan setiap keinginan dan impian calon pasangan pengantin pada pesta pernikahan, meskipun harus tetap dalam koridor sebuah perjanjian (kontrak) yang sudah disepakati bersama. Wedding Organizer juga harus bisa memberikan pelayanan dan rasa aman serta nyaman terhadap calon pasangan pengantin yang sering kali merasa sangat tertekan, frustasi, dan gelisah dalam menghadapi hari besar di sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, calon pasangan pengantin meminjamkan sejenak segala “panca indera”nya kepada Wedding Organizer dan menyerahkan segala pilihan yang dianggap terbaik kepada pihak Wedding Organizer karena calon pasangan pengantin menganggap Wedding Organizer adalah pihak yang tepat dan sudah berpengalaman dalam mempersiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan rencana pesta pernikahan mereka. Mengacu pada istilah “meminjamkan panca indra”, bisa diartikan bahwa sebagai seorang calon pasangan pengantin yang dengan berbagai alasan memutuskan untuk menggunakan sebuah Wedding Organizer untuk membantu mereka
31
mengurus pesta pernikahan mereka, menyerahkan segenap kepercayaan dan memberikan wewenang kepada pihak Wedding Organizer untuk mengatur dan merencanakan pernikahannya kepada pihak Wedding Organizer. Karena dengan kepercayaan yang sangat besar itulah Wedding Organizer harus mampu
memposisikan
dirinya
sebagai
sebuah
fasilitator
untuk
berkomunikasi bagi calon pasangan pengantin tersebut dan mengetahui dengan baik apa yang sebenarnya mereka inginkan dan impikan meskipun tidak jarang calon pasangan pengantin adalah individu – individu yang kurang pandai mendeskripsikan keinginan dan impiannya secara jelas. Dari penyelaman
“Consumer Insight” yang dilakukan pada
konsumen pengguna jasa Rina Gunawan Wedding Organizer, konsumen pengguna jasa Wedding Organizer lain, dan konsumen bukan pengguna jasa Wedding Organizer, serta ditambahkan dari sumber – sumber lain baik itu dari data primer maupun data sekunder ditemukan beberapa fakta penting mengenai “Insight” calon pasangan pengantin , Fakta-fakta tersebut terangkum di dalam Mind Mapping di bawah ini, berikut dengan penjelasannya secara mendetail.
32
1.3.1 Key Stakeholder Wedding Organizer
Gambar 1.1.4.2-1 key Stakeholder Wedding Organizer
33
Untuk memasuki bisnis Wedding Organizer, mengetahui “Consumer Insight” dari calon pasangan pengantin yang menjadi kliennya, adalah menjadi sebuah syarat mutlak. Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata penyelaman “Consumer Insight” tidak hanya harus dilakukan terhadap calon pengantin wanita dan calon pengantin pria, Tetapi juga pihak- pihak yang termasuk didalamnya, seperti Orang tua, keluarga inti, saudara (diluar keluarga inti), media, dan vendor-vendor terkait. Dan kesemua pihak – pihak tersebut dinamakan sebagai Key Stakeholder. Pesta pernikahan di Indonesia bisa dikatakan sebuah “simbol” dari sebuah kemenangan dan pencapaian tertinggi bagi orang tua dan keluarga besar beserta kolega. Karena sebuah pesta pernikahan di Indonesia akan dihadiri oleh paling tidak sedikitnya 300 s/d 2000 tamu undangan. Dengan jumlah tamu undangan yang datang dan memberikan ucapan selamat, maka secara tidak langsung penyelenggaraan pernikahan tidak sekedar selamatan atas pernikahan sepasang kekasih saja tetapi juga memberikan suatu penilaian terhadap pesta pernikahan tersebut. Dan disitulah akan diketahui bagaimana posisi keluarga tersebut di tengah – tengah masyarakat. Berdasarkan hal itu calon pasangan pengantin dan orang tua pasti menginginkan penilaian dan posisi yang baik dimata para undangannya, sehingga mereka akan mengerahkan beragam cara dan usaha untuk mempersembahkan sebuah pesta pernikahan yang sempurna. Dan kewajiban sebuah Wedding Organizer untuk bisa memberikan pelayanan yang maksimal terhadap kepentingan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
34
1.3.1.1 Analisa Key Stakeholder dan Issues dari Wedding Organizer
Gambar 1.3.1.1-1 Analisa Key Stakeholder & Issues dari Wedding Organizer
35
Penjelasan : Calon Pengantin Wanita •
Biasanya calon pengantin wanita adalah pihak yang sangat bersemangat dalam mengurus serangkaian detail pesta pernikahannya, Karena rata-rata mereka merasakan bahwa pernikahan adalah “Her Big Day” dimana pada hari itu semuanya harus terlihat sempurna. Sehingga mereka banyak mencari ke berbagai sumber apa yang terbaik bagi dirinya, apa yang sebaiknya mereka lakukan, dan apa saja yang tidak boleh mereka lakukan, dimana mereka bisa mencari vendor – vendor terbaik dan sesuai dengan keinginan mereka, dimana sajakah letak-letak gedung yang strategis, dan masih banyak lagi informasi yang dengan sangat gencar mereka kumpulkan dari berbagai sumber.
•
Berdasarkan beberapa adat budaya di Indonesia yang menempatkan pihak wanita sebagai “Pemangku Hajat” sehingga tak jarang calon pengantin wanita merasa lebih berhak untuk mengambil semua keputusan berkaitan dengan pesta pernikahan mereka.
•
Meskipun banyak hal dan impian yang mereka miliki, tetapi kebanyakan calon pengantin wanita, tidak terlalu pandai dalam mengutarakannya secara jelas, mereka cenderung menceritakannya dengan gaya bahasa yang bertele-tele panjang lebar dan sulit dimengerti. Namun mereka juga sering merasa kesal apabila apa yang diberikan pada akhirnya tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan.
•
Kebiasaan kaum feminis yang biasa memikirkan segala sesuatu berdasarkan aspek emosionalnya, hal itupun sering terlihat pada saat mereka melaksanakan pesta pernikahan.
•
Dan sebuah titik yang mendekati kesempurnaan, adalah menjadi keinginan mutlak bagi kebanyakan calon pengantin wanita, sehingga kadangkala mereka sering melakukan hal-hal di luar batas kewajaran demi mendapatkannya seperti melakukan olahraga selama 4 jam setiap hari dalam seminggu, demi untuk mendapatkan tubuh yang ideal di hari besarnya.
36
Calon Pengantin Pria •
Meskipun untuk hari besar dalam sejarah hidupnya, Kebanyakan calon pengantin pria tidak terlalu ingin turut campur di dalamnya, mereka bersikap lebih legowo dan menyerahkan segalanya kepada calon pengantin wanita, selain karena mereka merasa bahwa yang terpenting adalah agaimana melafalkan janji pernikahan dengan baik dan benar mereka juga menganggap hal – hal mendetail seputar persiapan pesta pernikahan adalah ‘urusan wanita’.
•
Kesibukan yang teramat sangat, adalah satu hal yang membuat calon pengantin pria, terkesan tidak peduli terhadap pesta pernikahannya, karena sebagian besar calon pengantin pria menganggap kehidupan setelah pesta pernikahan adalah sesuatu hal yang lebih penting lagi untuk dipikirkan dan dikhawatirkan.
•
Bila
ditilik
lebih
lanjut,
Kebanyakan
calon
pengantin
pria,
menginginkan pesta pernikahan yang lebih sederhana dan apa adanya, Bahkan tidak sedikit dari mereka yang seandainya bisa memilih lebih menginginkan untuk melakukan upacara janji nikah saja, sehingga pesta pernikahannya dan lain- lain tidak perlu mereka lakukan. Dan masih menurut mereka dana yang ada lebih baik digunakan untuk membeli paket perjalanan untuk berbulan madu atau sebagai uang muka untuk membeli rumah atau kendaraan. •
Meskipun sebagai pihak yang lebih banyak diam dan ‘nrimo’, tetapi calon pengantin pria merupakan pihak yang paling tertekan, dilain pihak mereka harus bisa menerima apapun yang menjadi keinginan calon pengantin wanita, tetapi mereka juga harus dihadapkan pada tekanan kedua orang tua dan keluarga besarnya sendiri, belum lagi tuntutan-tuntutan lain dari kedua orang tua calon pengantin wanita yang semuanya diarahkan kepadanya.
37
Orangtua •
Presentasi pembagian anggaran menjadi sebuah hal yang sensitif bagi orang tua kedua belah pihak. Karena dalam budaya Indonsia, berdasarkan presentasi pembagian tersebut akan dapat ditentukan banyak sekali hal, misalnya saja pembagian undangan bagi para tamu yang akan diundang, pembagian jumlah anpau, kado dan sumbangan, selain itu adalah siapa pihak yang akan disalami terlebih dahulu oleh para tamu.
•
Rata-rata kebanyakan tipikal orang tua di Indonesia
masih
merupakan orang – orang yang sangat memperhatikan adat, Mereka rela mengeluarkan dana extra untuk memastikan bahwa semua adat istiadat yang ada dan seharusnya dilakukan sudah dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan aturannya. •
Orang tua juga sangat memeprhatikan detail, Apalagi bagi orang tua yang menanggung semua biaya pernikahan, Dimana bisa dipastikan bahwa orang-orang yang hadir pasti berasal dari kalangan teman, kerabat atau koleganya, Oleh sebab itu mereka akan sangat teliti dan sedikit ‘cerewet’ dalam hal detail. Detail – detail yang dimaksud adalah bagaimana mereka memastikan bahwa semua yang akan ditampilkan bisa cocok dan dapat dinikmati oleh semua pihak, dan tidak ada pelanggaran terhadap batas-batas dan norma kesopanan.
•
Seperti sudah disinggung diatas, bahwa biaya pernikahan menjadi salah satu hal yang penting dan sensitive, terkadang karena merasa mengeluarkan uang, Orang tua seringkali tidak terlalu peduli terhadap apa yang sebenarnya diinginkan oleh calon pasangan pengantin. Mereka lebih banyak mengedepankan aspek apa yang menurut mereka bagus dan apa menurut mereka cocok dan indah, tanpa memlihat dan menanyakan terlebih dahulu kepada calon pasangan pengantin, apakah mereka akan setuju atau tidak.
38
Keluarga Inti •
Yang termasuk keluarga inti dalam hal ini adalah saudara kandung (adik ataupun kakak) bisa juga adik ataupun kakak ipar. Apabila mereka tinggal satu atap dengan calon pasangan pengantin, dapat dipastikan mereka adalah pihak – pihak yang sangat dekat hubungannya dengan kedua calon pasangan pengantin, mereka adalah pihak yang akan memberikan saran – saran dan masukan – masukan yang sangat berguna bagi calon pasangan pengantin, Dan bisa saja saran tersebut adalah masukan yang terbaik bagi calon pasangan pengantin
•
Karena pesta pernikahan berhubungan dengan nama baik dan persepsi seseorang terhadap keluarga yang melaksanakan perhelatan tersebut, Oleh sebab itu mereka akan dengan senang hati menjadi sumber pengumpul informasi apapun yang diperlukan oleh calon pasangan pengantin.
Saudara •
Salah satu kebiasaan dan watak sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bekerjasama dan bergotong royong, Hal tersebut bisa dibuktikan pada saat seseorang akan menggelar sebuah acara pesta pernikahan, pada saat itu pasti akan banyak sekali pihak keluarga dan saudara yang dengan senang hati membantu, baik moril, material, maupun sumbangsih saran, ide, inspirasi dan masukan. Namun hal itu terkadang membuat mereka terlihat seperti turut campur terlalu jauh, yang seringkali menimbulkan perasaan tidak nyaman dalam diri calon pasangan pengantin, dan bahkan tidak jarang menimbulkan konflik kecil dalam keluarga.
•
Karena menganggap sebagai bagian dari keluarga besar, dan merasa diberikan sebuah tugas dan tanggung jawab dari pemangku hajat, mereka jadi merasa bahwa diri mereka juga harus dipentingkan, sehingga kemudian hal itu membuat perilaku mereka menjadi berlebihan dan sering kali tidak pada tempatnya, Misalnya saja turut
39
memberikan perintah kepada pihak lain, yang sangat sering mereka ucapkan dengan kata-kata yang kurang sopan, dsb •
Selain itu mereka juga kerap kali ingin diperlakukan istimewa, seperti ingin selalu duduk di lokasi VIP dan VVIP padahal sebenarnya tanpa bermaksud untuk mengecilkan arti mereka tetapi pemangku hajat membuat lokasi VIP dan VVIP karena ada tamu-tamu penting yang harus dijamu dengan lebih spesial. Contoh lainnya adalah saudarasaudara yang merasa wajib untuk berfoto di pelaminan secepat mungkin, hal tersebut dimaksudkan agar dandanan mereka masih dalam kondisi sempurna luntur dan baju mereka yang belum kusut.
40
1.3.1.2 Issues dari Key Stakeholder : Orangtua
Gambar 1.3.1.2-1 Issues dari Key Stakeholder : Orangtua
41
Penjelasan : •
Penentukan biaya pengeluaran merupakan hal yang cukup krusial. Hal ini pun sering memicu pertengkaran. Berdasarkan adat dan budaya tertentu, penentuan biaya pernikahan terkadang berat sebelah. Ada budaya yang menentukan keluarga prialah yang mengeluarkan biaya, ada pula budaya dan adat istiadat yang menentukan keluarga wanita yang mengeluarkan biaya. Tetapi semakin berkembangnya jaman, biaya disepakati untuk ditanggung kedua belah pihak keluarga. Walaupun sudah ditentukan ditanggung berdua, tetap saja biaya sering memicu pertengkaran.
•
Selain dari penentuan biaya pengeluaran, masalah juga kerap muncul dalam menentukan pembagian hadiah perkawinan atau yang biasa disebut dengan angpao. Ada keluarga yang memberikan angpao kepada pihak keluarga yang mengeluarkan biaya pernikahan, ada pula dibagi rata. Terkadang masalah muncul selain antar keluarga, juga antara keluarga dengan calon pengantin.
•
Sehubungan
dengan
penentuan
biaya
pernikahan,
presentase
pembagian jumlah undangan bagi para tamu yang akan hadir juga merupakan isu. Karena jumlah undangan menentukan jumlah makanan yang tersedia. Sehingga tamu yang diundangpun memiliki jumlah yang sudah disepakati. Tapi sering kali muncul masalah seperti pembagian berapa banyak jumlah tamu dari pihak calon pengantin pria dan berapa banyak tamu dari pihak calon pengantin pria. •
Komposisi makanan buffet atau gubuk, ternyata menjadi masalah dilihat dari banyaknya keluhan dari responden. Buffet biasanya digemari orang tua, sedangkan gubuk sedang menjadi tren saat ini. Penentuan jumlah inilah yang sering kali menimbulkan masalah.
•
Dan yang paling susah ditentukan adalah, siapa pihak keluarga yang berhak mendapatkan tempat duduk yang duluan disalami oleh tamu. Tempat duduk yang pertama kali disalami oleh tamu, telah menjadi simbol dalam pernikahan di Indonesia, dimana dapat diartikan bahwa keluarga tersebutlah yang menjadi penyelenggara pesta pernikahan itu.
42
Hal ini merupakan kehormatan bagi pihak keluarga yang mendapatkan kesempatan tersebut. Idealnya, keluarga yang disalami duluan merupakan keluarga yang mengeluarkan biaya pernikahan terbesar. Tapi ada juga adat yang menentukan bahwa keluarga yang disalami duluan adalah keluar wanita atau pria dan tidak mempertimbangkan siapa yang mengeluarkan biaya pernikahan tersebut. •
Kebanyakan calon pengantin menyerahkan segala sesuatu ke kepada kedua orang tua mereka.Karena umumnya perhelatan pernikahan di Indonesia masih dibiayai oleh kedua orang tua. Keputusan tersebut menyangkut keputusan untuk memilih wedding organizer atau tidak.
•
Pelayanan yang optimal dari sebuah Wedding Organizer bahkan saat pertama kali mereka berkunjung ke kantor, adalah sebuah syarat mutlak bagi orang tua untuk menjadikannya sebuah pertimbangan utama. Karena Wedding Organizer adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Maka pelayanan adalah sebuah titik berat yang dianggap paling penting bagi orang tua. Bersama Wedding Organizer yang dipilihnyalah, orang tua akan menghabiskan waktu selama beberapa bulan kedepan untuk memastikan segala sesuatu yang menyangkut urusan pernikahan putra – putrinya berjalan dengan baik
•
Sering kali orang tua ikut andil dalam penentuan tetek bengek pernikahan. Biasanya orang tua akan sangat dominan, apabila biaya pernikahan dibantu sepenuhnya oleh orang tua. Sehingga konsep pernikahan yang diinginkan oleh calon pengantin tidak diutamakan apabila bertentangan dengan keinginan orang tua. Sebagai contoh; tamu yang diundang sebagian besar adalah teman dan kerabat dari orang tua dan teman dari calon pengantin hanya sebagian kecil saja.
43
1.3.1.3 Issues dari Key Stakeholder: Keluarga Inti
Gambar 1.3.1.3-1 Issues dari Key Stakeholder : Keluarga inti
44
Penjelasan : •
Keluarga inti, dalam hal ini adalah adik atau kakak kedua calon pengantin, memiliki pengaruh yang cukup besar di dalam pemilihan sebuah wedding organizer, Keinginan yang kuat yang ada didalam diri mereka untuk bisa membantu saudara mereka menyelenggarakan pernikahan yang indah dan sempurna, membuat mereka giat mencari dan mengumpulkan informasi mengenai hal – hal seputar pernikahan, termasuk mengenai wedding organizer. Mereka mencari banyak informasi pada media, seperti : Majalah, membuka website, dan bertanya pada teman – temannya yang sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan pernikahan. Apakah keuntungan dan kerugian yang diperoleh dengan menggunakan wedding organizer dan apakah keuntungan maupun kerugian yang diperoleh dengan mempersiapkan dan menyelenggarakan segalanya sendiri.
•
Dalam hal keputusan untuk memilih wedding organizer dalam membantu calon pasangan pengantin mempersiapkan perhelatan pernikahan, Saudara, panitia atau pihak – pihak yang diberikan kepercayaan langsung oleh pemangku hajat untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai rencana, Kadangkala mereka sering berlaku seolah – olah mereka adalah pemangku hajat itu sendiri, sehingga perilaku mereka terkadang dinilai kurang wajar, ditandai dengan adanya perilaku dan ucapan yang dinilai kurang baik dan kurang sopan kepada pihak – pihak lain yang terkait di dalamnya, wedding organizer termasuk di dalamnya, Oleh karena itu seperti yang dikatakan oleh Ibu Rina Gunawan selaku Pimpinan Rina Gunawan Wedding Organizer, dan juga Ibu Dewi Sartika sebagai Supervisor Rina Gunawan Wedding Organizer, bahwa untuk menjadi wedding organizer yang baik, seseorang yang terlibat di dalamnya harus memiliki 5 jiwa dengan kata lain mereka harus memiliki tingkat kesabaran yang sangat tinggi, pantang menyerah, tidak gampang putus asa dan bisa tetap berlaku sopan dengan siapapun juga dalam keadaan apapun juga.
45
1.3.1.4 Issues dari Key Stakeholder : Saudara
Gambar 1.3.1.4-1 Issues dari Key Stakeholder : Saudara
46
Penjelasan : •
Saudara atau keluarga dekat dalam keystakeholder ini merupakan keluarga diluar keluarga inti (ayah, ibu, kakak dan atau adik).
•
Sering kali saudara dekat dari keluarga merasa penting dan ingin diperlakukan istimewa. Padahal belum tentu keluarga memberikan hak tersebut kepada seluruh saudaranya. Contoh permasalahan; saudara ingin ikut dalam daftar make-up, tetapi ternyata namanya tidak tercantum. Hal ini dapat memicu permasalahan.
•
Ruang VIP biasanya disediakan untuk tamu-tamu penting dari pihak keluarga. Saudara merasa berhak untuk duduk dan makan di ruang tersebut, padahal bagi pihak keluarga, saudara tersebut tidak berhak.
•
Hal lain yang kerap memicu perselisihan antara keluarga kedua belah pihak adalah penentuan pihak manakah yang akan membawa kunci tempat angpao hasil sumbangan dari para tamu, selanjutnya kendaraan siapakah yang akan membawa tempat angpao yang berisi sumbangan dari para tamu tersebut, apakah kendaraan dari pihak calon pengantin pria atau kendaraan dari calon pengantin wanita.
•
Keluarga juga seringkali turut merasa perlu untuk menilai segala sesuatu yang akan dipilih oleh kedua calon pengantin, sehingga terkadang mereka ikut dalam segala aktifitas kedua calon pengantin dalam merencanakan pernikahan, misalkan saja mereka turut serta dalam kegiatan testfood untuk memilih vendor catering, melihat setting dekorasi, melihat performa band, melihat tim dokumentasi, dan lain sebagainya.
•
Adanya intervensi mendadak yang kerap kali dilontarkan pihak keluarga kepada kedua calon pengantin sehingga sering membuat calon pengantin bingung. Seperti testimonial dari Ima & Iwan salah satu responden yang menggunakan WO Ninik Salon, ”Saudara sering kali turut campur dalam menentukan acara adat apa yang akan diikut sertakan dalam acara. Tetapi mereka tidak memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan. Sehingga hal ini memicu perdebatan antar keluarga”
47
•
Pendistribusian undangan yang diserahkan kepada keluarga tetapi tidak berjalan dengan baik, karena undangan tidak tersebar secara benar dan adanya keterlambatan pengantaran undangan, sehingga undangan baru tiba sehari sebelum hari pernikahan dilangsungkan
48
1.3.1.5 Issues dari Key Stakeholder : Media
Gambar 1.3.1.5-1 Issues dari Key Stakeholder : Media
49
Penjelasan : •
Banyak inspirasi mengenai pernikahan yang dimuat di dalam media, sehingga memudahkan bagi para calon pengantin untuk menjadikan informasi tersebut sebagai referensi pesta pernikahannya.
•
Terdapat berbagai macam informasi dan foto mengenai dekorasi, menu makanan, bentuk undangan, bentuk souvenir, rangkaian bunga, desain baju, yang banyak dimunculkan di media, yang seringkali dijadikan contoh atau gambaran bagi calon pengantin untuk mempersiapkan pesta pernikahannya.
•
Saat ini media banyak memuat review testimonial dari pengantin yang sudah terlebih dahulu menikah, sehingga testimonial tersebut membuat para calon pasangan pengantin mengetahui lebih banyak informasi yang berguna seputar persiapan pernikahan.
•
Media juga menyediakan beragam tips menarik dan rumor – rumor yang unik seputar pernikahan, mulai dari bagaimana mendapatkan berat badan yang ideal bagi calon pengantin wanita di hari bersejarahnya hingga pilihan bulan madu yang sarat makna.
50
1.3.1.6 Issues dari Key Stakeholder : Calon pengantin Wanita (CPW)
Gambar 1.3.1.6-1 Issues dari Key Stakeholder : Calon pengantin Wanita
51
Penjelasan: •
Muncul perdebatan antar calon pengantin dikarenakan saling membela keluarga masing-masing. Isu ini muncul dipicu oleh perbedaan pendapat antar keluarga. Baik itu masalah biaya, penentuan tetek bengek pernikahan bahkan hal kecilpun dapat memicu pertengkaran. Dan sering kali diantara calon pengantin menjadi tidak akur karena tidak dapat menengahkan kedua keluarga tersebut.
•
Pernikahan Adat di Indonesia, biasanya lebih dominan keluarga wanita. Bahkan biaya pernikahan untuk sebagian budaya di Indonesia dikeluarkan oleh keluarga wanita. Oleh karena biaya dikeluarkan oleh keluarga wanita, maka dalam pengambilan keputusan pun membuat keluarga wanita lebih dominan dan berkuasa atas tetek bengek pernikahan.
•
Persiapan yang terlalu lama dan merepotkan sering kali menyebabkan pertengkaran – pertengkaran kecil diantara CPP dan CPW. Dan terkadang pertengkaran mengarah menjadi pertengkaran yang lebih besar sampai melibatkan kedua belah pihak keluarga besar.
•
Kedua pengantin yang terlalu sibuk, sehingga susah untuk menyatukan ide – ide yang berbeda.
•
Dengan perkembangan jaman, pernikahan Indonesia cenderung tidak lagi memperhatikan adat – adat yang di anut oleh kedua orang tua dari calon pengantin (dengan koresponden berkisar 23-30 tahun), sebaliknya dengan kedua orang tua mereka, yang kebanyakan meskipun sudah berada pada jaman yang semakin modern, tetapi tetap mengutamakan nilai – nilai adat yang dianut.
•
Keinginan untuk membuat pesta pernikahan yang terpisah, antara pesta pernikahan yang dihadiri oleh keluarga dan relasi dari kedua orang tua mereka, dan pesta pernikahan yang khusus dibuat dan dihadiri oleh teman – teman kedua calon pengantin saja.
•
Kedua calon pengantin yang berada dalam masa persiapan pernikahan, menjadi lebih rajin untuk mengunjungi beragam pameran yang bertemakan pernikahan.
52
•
Selain mengunjungi pameran – pameran yang bertemakan pernikahan, mereka juga semakin giat mencari informasi, melalui berbagai macam media seperti : Majalah, menjadi anggota di dalam banyak forum - forum diskusi yang banyak membahas mengenai pernikahan, dsb. Kegiatan tersebut mereka lakukan di sela – sela kegiatan sehari - harinya
•
Calon pasangan pengantin juga kerap kali mengunjungi banyak gedung – gedung pertemuan, untuk mengetahui fasilitas – fasilitas yang tersedia, kapasitas tamu, akses jalan bagi para tamu yang akan hadir, dan tentu saja vendor – vendor manakah yang menjadi rekanan gedung tersebut, Untuk calon pasangan pengantin yang memilih untuk menggunakan jasa wedding organizer, memastikan vendor – vendor yang menjadi rekanan sebuah gedung tertentu adalah sebuah hal penting, karena biasanya wedding organizer memiliki vendor – vendor sendiri yang kadangkala vendor – vendor yang bekerjasama dengan wedding organizer tersebut tidak menjadi rekanan gedung yang menjadi pilihan penganten, Hal ini kerap kali menimbulkan masalah bagi pihak wedding organizer, calon pasangan dan pihak gedung. Dengan banyaknya informasi yang mereka dapatkan mengenai gedung – gedung pernikahan, Selanjutnya mereka melakukan pembandingan antara gedung yang satu dengan gedung yang lain. Mereka juga banyak bertanya pada teman – teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu menggunakan gedung tersebut apa saja kelemahan dan kelebihannya.
•
Calon pengantin pada masa kini adalah individu – individu yang sibuk, Kesibukan yang menyita banyak waktu tersebut membuat mereka semakin sulit untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan mereka sendiri. Oleh karenanya mereka membutuhkan pihak ketiga yang bisa membantu mereka memudahkan urusan mereka diseputar pernikahan. Meskipun sebenarnya mereka akan lebih merasa puas jika bisa mengurus segala sesuatunya sendiri, Setelah menggunakan pihak ketiga pun, tidak serta merta bisa menjadikan segalanya lebih mudah, khususnya bagi pihak wedding organizer, Kesibukan yang menyita waktu bagi calon pasangan pengantin, membuat mereka sulit sekali mematuhi jadwal yang
53
sudah di buat sedemikian rupa oleh pihak wedding organizer, sehingga banyak detail – detail menyangkut urusan pernikahan mereka, baru bisa terealisasi pada hari – hari terakhir menjelang hari – H. •
Kunci dan alasan kebanyakan pengantin untuk menyelenggarakan pesta pernikahannya sendiri adalah karena merasa lebih puas jika bisa merasakan kerepotan dan kesusahannya berdua dengan pasangan, Karena hal itu dapat membuat hubungan mereka terasa semakin dekat dan kian intim, segala persoalan yang mereka hadapi bisa didiskusikan berdua dengan pasangan
•
Calon pengantin wanita yang biasanya lebih memikirkan hingga ke bagian detail, Menyebabkan sering terjadi adanya kelebihan budget pernikahan yang pengelolaannya sudah diserahkan pada pihak wedding organizer (apabila mereka memilih untuk menggunakan jasa wedding organizer).
•
Wedding organizer biasanya sudah menyiapkan asisten khusus untuk calon pengantin wanita, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dan membantu calon pengantin wanita dalam mengurus segala hal menjelang pernikahan hingga “The Big Day” nya berakhir dengan sempurna.
54
1.3.1.7 Issues dari Key Stakeholder : Calon pengantin Pria (CPP)
Gambar 1.3.1.7-1 Issues dari Key Stakeholder : Calon Pengantin Pria (CPP)
55
Penjelasan: •
Muncul perdebatan antar calon pengantin dikarenakan saling membela keluarga masing-masing. Isu ini muncul dipicu oleh perbedaan pendapat antar keluarga. Baik itu masalah biaya, penentuan tetek bengek pernikahan bahkan hal kecilpun dapat memicu pertengkaran. Dan sering kali diantara calon pengantin menjadi tidak akur karena tidak dapat menengahkan kedua keluarga tersebut.
•
CPP biasanya cenderung berpendapat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membuat pesta mewah lebih baik digunakan untuk membeli keperluan lain, seperti : membeli rumah impian, kendaraan atau bahkan rencana bulan madu yang tidak terlupakan.
•
Persiapan yang terlalu lama dan merepotkan sering kali menyebabkan pertengkaran – pertengkaran kecil diantara CPP dan CPW. Dan terkadang pertengkaran mengarah menjadi pertengkaran yang lebih besar sampai melibatkan kedua belah pihak keluarga besar.
•
Kedua pengantin yang terlalu sibuk, sehingga susah untuk menyatukan ide – ide yang berbeda
•
Dengan perkembangan jaman, pernikahan Indonesia cenderung tidak lagi memperhatikan adat – adat yang di anut oleh kedua orang tua dari calon pengantin (dengan koresponden berkisar 23-30 tahun), sebaliknya dengan kedua orang tua mereka, yang kebanyakan meskipun sudah berada pada jaman yang semakin modern, tetapi tetap mengutamakan nilai – nilai adat yang dianut.
•
Keinginan untuk membuat pesta pernikahan yang terpisah, antara pesta pernikahan yang dihadiri oleh keluarga dan relasi dari kedua orang tua mereka, dan pesta pernikahan yang khusus dibuat dan dihadiri oleh teman – teman kedua calon pengantin saja.
•
Efek maskulinitas pada kaum pria, yang membuat kebanyakan calon pengantin pria terkesan tidak perduli terhadap segala hal, termasuk dalam persiapan pernikahannya sendiri, Seringkali mereka mengabaikan detail – detail pernikahan yang sudah direncanakan secara matang, Hal ini juga
56
merupakan salah satu sumber keributan yang kerap muncul diantara kedua calon pengantin •
Kedua calon pengantin yang berada dalam masa persiapan pernikahan, menjadi lebih rajin untuk mengunjungi beragam pameran yang bertemakan pernikahan.
•
Selain mengunjungi pameran – pameran yang bertemakan pernikahan, mereka juga semakin giat mencari informasi, melalui berbagai macam media seperti : Majalah, menjadi anggota di dalam banyak forum - forum diskusi yang banyak membahas mengenai pernikahan, dsb. Kegiatan tersebut mereka lakukan di sela – sela kegiatan sehari - harinya
•
Calon pasangan pengantin juga kerap kali mengunjungi banyak gedung – gedung pertemuan, untuk mengetahui fasilitas – fasilitas yang tersedia, kapasitas tamu, akses jalan bagi para tamu yang akan hadir, dan tentu saja vendor – vendor manakah yang menjadi rekanan gedung tersebut, Untuk calon pasangan pengantin yang memilih untuk menggunakan jasa wedding organizer, memastikan vendor – vendor yang menjadi rekanan sebuah gedung tertentu adalah sebuah hal penting, karena biasanya wedding organizer memiliki vendor – vendor sendiri yang kadangkala vendor – vendor yang bekerjasama dengan wedding organizer tersebut tidak menjadi rekanan gedung yang menjadi pilihan penganten, Hal ini kerap kali menimbulkan masalah bagi pihak wedding organizer, calon pasangan dan pihak gedung. Dengan banyaknya informasi yang mereka dapatkan mengenai gedung – gedung pernikahan, Selanjutnya mereka melakukan pembandingan antara gedung yang satu dengan gedung yang lain. Mereka juga banyak bertanya pada teman – teman atau kerabat yang sudah terlebih dahulu menggunakan gedung tersebut apa saja kelemahan dan kelebihannya.
•
Calon pengantin pada masa kini adalah individu – individu yang sibuk, Kesibukan yang menyita banyak waktu tersebut membuat mereka semakin sulit untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan mereka sendiri. Oleh karenanya mereka membutuhkan pihak ketiga yang bisa membantu mereka memudahkan urusan mereka diseputar
57
pernikahan. Meskipun sebenarnya mereka akan lebih merasa puas jika bisa mengurus segala sesuatunya sendiri, Setelah menggunakan pihak ketiga pun, tidak serta merta bisa menjadikan segalanya lebih mudah, khususnya bagi pihak wedding organizer, Kesibukan yang menyita waktu bagi calon pasangan pengantin, membuat mereka sulit sekali mematuhi jadwal yang sudah di buat sedemikian rupa oleh pihak wedding organizer, sehingga banyak detail – detail menyangkut urusan pernikahan mereka, baru bisa terealisasi pada hari – hari terakhir menjelang hari – H. •
Kunci dan alasan kebanyakan pengantin untuk menyelenggarakan pesta pernikahannya sendiri adalah karena merasa lebih puas jika bisa merasakan kerepotan dan kesusahannya berdua dengan pasangan, Karena hal itu dapat membuat hubungan mereka terasa semakin dekat dan kian intim, segala persoalan yang mereka hadapi bisa didiskusikan berdua dengan pasangan .
•
Calon pengantin pria cenderung untuk tidak mau merepotkan pihak lain, ingin sesuatunya sesederhana mungkin, dan sebenarnya lebih ingin memfokuskan diri pada pelaksanaan upacara pengikatan janji nikah ( akadnikah,pemberkatan,dll).
1.4 Analisa Keseluruhan 1.4.1 Analisa Bisnis Wedding Organizer Salah satu artikel yang cukup menarik yang diterbitkan oleh majalah Belladonna dengan judul “Menikahi Wedding Organizer” memberikan pandangan nyata bahwa dengan menggunakan jasa Wedding Organizer maka konsumen harus benar-benar saling “menyatukan” pikiran, pendapat, dan menjaga keharmonisan antara pihak Wedding Organizer dan pihak keluarga dari calon mempelai. Seperti pada kutipan wawancara yang dilakukan dengan Mita salah satu responden pengguna WO:
58
Pewawancara: “Suatu artikel “Menikahi Wedding Organizer” dimana isinya mengenai calon pengantin yang menggunakan jasa Wedding Organizer harus dapat memiliki keterdekatan secara hati dan pikiran antara konsumen dan jasa Wedding Organizer tersebut. Bagaimana pendapat anda tentang artikel tersebut berdasarkan pengalaman anda dalam menggunakan jasa WO”
Responden: “Iya setuju bgt!. Saya pernah punya pengalaman gak enak waktu menggunakan jasa WO. Waktu itu kakak saya menggunakan jasa WO untuk pernikahannya. Tapi entah kenapa antara keluarga dan pihak WO tidak bisa memiliki komunikasi yang lancar. Pihak WO tidak bisa mendengarkan permintaan kita dengan baik. Dan kita jadinya pun gak bisa ngungkapin keinginan dengan jelas. Jadinya acara hampir batal karena akhirnya kita banyak cek cok nya dengan pihak WO.
Dari wawancara diatas, dapat dilihat betapa besarnya keterlibatan pihak Wedding Organizer tidak hanya sebagai pihak yang mengatur vendorvendor tetapi juga dibutuhkan komunikasi yang lancar dan hubungan yang harmonis antar kedua belah pihak sehingga keberhasilan acara dapat sesuai harapan. Kerumitan dalam mengatur acara pernikahan membuat keterlibatan banyak pihak semakin tinggi dan tentu saja semakin tinggi pula nilai bagi semua pihak agar acara dapat berlangsung dengan baik. Apalagi tingkat profesionalisme dari sisi pengusaha Wedding Organizer belum sampai ketahap yang “bisa dipercaya” dikarenakan pekerjaannya sebagai penjual jasa belum dapat dipertanggung jawabkan. Kenapa adanya polemik rasa tidak percaya dimasyarakat? Hal ini dikarenakan adanya beberapa kasus yang menimpa konsumen pengguna jasa Wedding Organizer yang merasa tertipu.
59
Seperti yang ditulis pada kompas surat pembaca tanggal 2 Agustus 2008. Pasangan Cherry dan Ardy menggunakan jasa Fajar Wedding Organizer dan setuju untuk membayar 40 juta untuk jasa catering, foto wedding, pelaminan dan rias pengantin. Juga diikutsertakan beberapa bonus tambahan dari jasa Fajar Wedding Organizer tersebut. Setelah pembayaran dilakukan, muncul kecurigaan dikarenakan untuk pengecekan persiapan sangat sulit dilakukan karena nomor telepon yang diberikan tidak dapat dihubungi. Begitu pula alamat yang pernah diberikan ternyata sudah hengkang ke alamat lain. Seperti pernyataan ayah dari pengantin, “ternyata musibah benar-benar muncul saat pesta pernikahan putra putri kami. Pesta pernikahan benar-benar kacau balau. Dekorasi dan pelaminan sangat amburadul menu masakan yang dipesan tidak sesuai dengan perjanjian, hanya 50% dari jumlah yang disetujui. Yang namanya karpet merah pengantin diganti dengan karpet hijau untuk masjid. Putra putri kami hanya menangis. Hancur sudah harapan kami, hancur sudah kebahagiaan putra putri kami” Pernyataan diatas tentu saja sangat meresahkan bagi industri Wedding Organizer yang sedang tumbuh saat ini. Dimana seharusnya mereka memupuk rasa kepercayaan kepada masyarakat dalam menggunakan jasanya dan memberikan image yaitu meringankan beban dan membantu berjalannya acara menjadi lebih mudah, malah berujung semakin berkurangnya pasar pengguna Wedding Organizer. Apabila
dilihat
dari
sisi pengambilan
keputusan
konsumen
menggunakan framework AIDA, Wedding Organizer sendiri masih berada dalam posisi Awareness dan sedikit mendekati Interest. Yang dimaksud dari awareness adalah konsumen mulai mendengar suatu jasa perencanaan yang
60
sering kali disebut Event Organizer tetapi dikhususkan kepada Wedding Organizer yang hanya mengurus acara-acara pernikahan. Tetapi budaya Indonesia dalam membuat suatu acara yang sering kali dilakukan bergotong royong dengan keluarga besar, tetangga dan sanak saudara menyebabkan penggunaan jasa dari pihak lain hanyalah pengeluaran biaya tambahan saja. Walaupun penggunaan jasanya sudah mulai dipakai oleh lingkungan tertentu terutama tingkat sosial menengah keatas menyebabkan munculnya suatu anggapan bahwa dengan menggunakan jasa Wedding Organizer maka otomatis biaya yang keluar juga akan mahal. Lebih baik mencari vendor sendiri yang sudah pasti tidak ada biaya untuk pihak ketiga. Sehingga dibutuhkankan adanya suatu “alat pendongkrak” image dari Wedding Organizer di tengah-tengah masyarakat untuk menghapus persepsi mahal, kurang berguna dan tidak dapat dipercaya.
1.4.2 Analisa Bisnis Rina Gunawan Wedding Organizer Berdasarkan analisa segmentasi diatas, Rina Gunawan memiliki segmentasi pasar dari konsumen yang memiliki karakteristik The Wedding Dream, dimana konsumen ini sudah memiliki bayangan yang jelas mengenai pernikahan idamannya. Dan memiliki kecenderungan tidak terlalu mementingkan
budget
asal
pernikahannya
dapat
sesuai
dengan
keinginannnya. Selain dari the Wedding Dream, ada satu lagi karakteristik yang cukup menonjol yaitu The Socialite yang merupakan konsumen yang memberikan kepercayaan kepada Rina Gunawan untuk merencanakan pesta dan menyerahkan semuanya kepada Rina Gunawan. Tipe konsumen ini
61
tidak memiliki budget tertentu dan biasanya merupakan dari kalangan “jetset” atau orang terkemuka di Indonesia. Dilihat dari segmentasi ini, Rina Gunawan Wedding Organizer memiliki konsumen dengan karakteristik tidak terlalu bersimpangan antara satu dan lainnya, sehingga Rina Gunawan dapat mengambil beberapa segmen untuk dijadikan target pasarnya. Karakteristik ini memiliki anggapan sendiri mengenai image dari Rina Gunawan Wedding Organizer, sehingga mereka mempercayakan pernikahannya untuk dilaksanakan oleh tim Rina Gunawan Wedding Organizer, salah satunya adalah: •
Rina Gunawan merupakan public figure, dan memiliki referensi baik dari beberapa teman artis yang telah menggunakan jasanya.
•
Rina Gunawan dapat menjadi mediasi yang baik, antara pihak keluarga penyewa dengan tim Rina Gunawan, maupun konflik antara pihak keluarga itu sendiri
•
Berdasarkan hasil penelitian, konsumen pengguna Rina Gunawan hampir
keseluruhan
konsumen
Rina
Gunawan
Wedding
Organizer mendengar nama perusahaan ini dari lingkungan sekitar maupun referensi dari pihak lain. Rina Gunawan Wedding Organizer hampir tidak pernah terlihat memasarkan produknya di media. Sehingga pemasaran merupakan “word of mouth” saja.
Dilihat dari analisa bisnis diatas, Rina Gunawan Wedding Organizer memiliki kesempatan yang baik dalam mengembangkan bisnisnya dimana image yang dimiliki oleh Rina Gunawan Wedding Organizer sampai saat ini cukup baik dan semakin banyak masyarakat terkenal yang menggunakan
62
jasa Rina Gunawan Wedding Organizer. Rina Gunawan memasarkan produknya hanya berdasarkan “word of mouth”saja. Walaupun cara ini masih kurang dalam memasarkan suatu produk, tetapi Rina Gunawan menjaga nama baik dan kredibilitas profesinya sehingga hal ini menjadi nilai besar bagi perusahaannya. Ditambah lagi berdasarkan kesempatan yang ada, Indonesia masih kental dengan pendapat atau saran pihak lain dalam mengambil keputusan. Disinilah Word of mouth menjadi sangat berharga. Walaupun adanya penipuan yang dapat merusak citra suatu Wedding Organizer, hal ini tetap dapat membuat Rina Gunawan Wedding Organizer tetap tumbuh berjaya karena membuat orang justru ingin menggunakan jasanya. Karena Image dan nama baik yang sudah ada, dan sangat sedikit pesaing yang cukup dapat dipercaya dalam menjalankan bisnis Wedding Organizernya.
1.4.3 Analisa Service Marketing Seperti yang telah dijabarkan pada bab 2, dalam menganalisa suatu pelayanan jasa, dapat menggunakan pendekatan dari suatu produksi teater yang lebih dikenal dengan The Theater Methapor. Dalam penerapan pada pelayanan jasa Wedding Organizer framework The Theater Methapor dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Performance (performa) Wedding Organizer harus memiliki keterikatan yang harmonis antara pekerja dan konsumennya. Dimana komunikasi harus dari dua arah, terjalin dengan baik dan dapat saling mengkomunikasikan
63
keinginan dan harapannya. dimana konsumen yang menggunakan jasa Wedding Organizer cenderung kritis dan ingin sesempurna mungkin karena jasa yang ditawarkan merupakan nilai besar bagi konsumennya. Sering
kali
kesalahan
terjadi
apabila
muncul
ketidak
harmonisan antara konsumen dan aktor / pekerja dari pihak Wedding Organizer tersebut. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, konsumen harus dapat menikahi Wedding Organizernya, agar keinginan dan pikirannya dapat dijelaskan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Sebagai pihak dari Wedding Organizer, pekerja yang diturunkan untuk berhadapan langsung dengan konsumen harusnya seseorang yang memiliki sifat terbuka, easy going dan dapat berkomunikasi
dengan
lancar.
Karena
disini
dibutuhkan
communication skill yang tinggi. Begitu pula dengan penampilan maupun ekspresi nya. Penampilan harus disesuaikan untuk memberikan image yang meyakinkan. Penampilan cenderung merefleksikan personal value dan tentu saja merepresentasikan perusahaan tersebut. Ekspresi wajah pada waktu berkomunikasi harus dapat membuat rasa nyaman karena isi dari pembicaraan dalam mendiskusikan pernikahan merupakan suatu hal yang sentimentil dan memiliki aspek nilai yang sifatnya sangat pribadi bagi mempelai.
2. Performance Team (performa dari kelompok kerja) Semua kelompok pekerja dalam jasa Wedding Organizer diperlukan adanya koordinasi informasi yang sangat tertata rapih,
64
dikarenakan banyaknya data dan informasi yang bisa saja simpang siur dan dapat menimbulkan masalah. Karena banyak sekali urusan dalam pengaturan pernikahan, maka setiap pekerja harus memiliki deskripsi pekerjaan yang jelas dan tidak tumpang tindih. Dimana manajemen dalam pengaturan ini harus dapat dikomunikasikan dengan lancar, agar semua detail tidak ada yang terlupakan. Dalam bisnis Wedding Organizer, ketatnya waktu dan komunikasi dua arah yang “ramai” biasanya sering kali muncul ketegangan yang mengarah ke perdebatan sengit baik antar pekerja bahkan bisa juga dengan konsumen. Hal inilah dibutuhkan adanya pengaturan berperilaku pada wilayah depan dan belakang (frontstage dan backstage).
3. Setting Region (Pengaturan Wilayah dalam berperilaku) Wilayah depan atau disebut juga Frontstage adalah bagian dimana pekerja saling berkomunikasi dengan konsumen. Dalam hal ini, pada waktu konsumen mencurahkan dream wedding-nya, menawarkan vendor-vendor yang telah disesuaikan dengan harapan konsumen, dan pada waktu acara berlangsung dan pekerja saling mengatur
jalannya
acara.
Wilayah
depan
ini
diharapkan
memperlihatkan profesionalisme pekerja yang dapat memberikan ide penunjang dari keinginan mempelai. Profesionalisme dapat dilihat apabila seorang pekerja memberikan ide yang sekiranya sesuai dengan harapan konsumen tersebut. Bukan justru menimbulkan persepsi yang buruk terhadap perusahaan. Pekerja harus dapat mengerti dan menyelami karakteristik dari konsumennya. Dan pekerja dituntut untuk
65
sabar dan memberikan pelayanan eksklusif selama komunikasi dengan konsumen berlangsung. Wilayah belakang adalah tempat dimana kelompok pekerja mendiskusikan masalah, solusi dan kemajuan dari proyek yang sedang dikerjakan. Ada kalanya keluhan atau mungkin unsur negatif lain yang muncul apabila pekerja merasakan adanya tekanan selama proses berkomunikasi dengan konsumen berlangsung. Maka dari itu backstage berguna untuk memberikan solusi dan bantuan agar wilayah depan dapat mengerjakan bagiannya dengan baik.
4. Aktor dan Impression Management Impression
Management
dibutuhkan
untuk
memberikan
standar dari pelayanan yang dimiliki perusahaan tersebut atau biasa dikenal dengan Standard Operation Procedure (SOP). Melakukan pelayanan jasa tidaklah mudah, karena membentuk suatu aktor atau pekerja sesuai dengan keinginan perusahaan membutuhkan pelatihan. Dimana pekerja dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan deskripsi kerjanya, tetapi tak jarang pula pekerja bersikap sesuai dengan suasana hatinya pada saat itu. Hal inilah kunci utama dari keberhasilan suatu perusahaan jasa, dimana perilaku aktor merupakan nilai penting bagi konsumen. Dalam usaha penyedia jasa, konsumen sedapat mungkin dapat menyenangkan hati konsumennya, dalam hal ini adanya keselarasan antara penawaran jasa dan ekpektasi dari konsumen tersebut. Wedding Organizer harus memiliki pekerja yang kooperatif dan dapat menerima
66
masukan dan keluhan dengan terbuka dari konsumennya. Karena konsumen dari jasa Wedding Organizer memiliki kecenderungan kritis dan banyak maunya. Karena mereka ingin yang terbaik untuk pernikahannya. Maka dari itu suatu perusahaan jasa Wedding Organizer harus memiliki standar khusus bagaimana cara mendekati konsumen dan apa saja yang harus dipersiapkan agar hubungan dapat harmonis dan lancar.
5. Audience (penonton atau konsumen) Konsumen dari Wedding Organizer adalah orangtua dari calon mempelai, calon mempelai pria dan wanita, adik kakak dan sanak saudara. Diantara konsumen ini kadang memiliki keinginan dan pendapat yang berbeda. Pihak Wedding Organizer juga harus dapat menjadi mediator untuk meluruskan keinginan agar semuanya terpenuhi. Pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan memiliki proses yang panjang. Pihak Wedding Organizer harus dapat mengemukakan pendapat dan idenya, sehingga dapat mengarahkan pihak konsumen agar tidak keluar dari ”jalurnya”. Rata-rata karakteristik dari konsumen Wedding Organizer memiliki kecenderungan skeptis, mudah cemas, sangat berhati-hati dan memiliki banyak keinginan. Karena mereka disini tidak hanya membeli suatu jasa, tetapi ikut menyelami dalam proses pembuatan jasa sampai akhirnya jasa tersebut diberikan. Sehingga hubungan antara konsumen dan pihak Wedding Organizer bukanlah sebagai penjual dan pembeli tetapi lebih seperti penjual yang menawarkan
67
produknya sesuai dengan intruksi dan keinginan pembeli sampai akhirnya produk itu sampai ketangan konsumen. Maka dari itu hubungan ini memiliki keterikatan yang erat dan saling membutuhkan satu sama lain.
Gambar 1.3.1.7-1 Penerapan The Theater Methapor dalam bisnis Wedding Organizer
Berdasarkan penjabaran analisa service marketing diatas, proses suatu pengambilan keputusan dari konsumen memiliki proses panjang tetapi berpola tertentu yang dapat dibaca bagi perusahaan penjual jasa. Dengan penerapan performa yang baik dan terencana dari pekerja penjual jasa seperti ekspresi wajah, tutur bahasa dan mencoba menyelami konsumen sehingga dapat tepat sasaran, maka konsumen dapat merasakan nyaman dan tertarik dengan jasa yang ditawarkan tersebut. Selain dari performa pekerja, begitu pula dengan performa tim pendukung juga dibutuhkan adanya struktur kerja yang baik sehingga dapat membantu tiap individu pekerja tersebut. Dalam hal ini job description yang jelas sangat dibutuhkan sehingga pelayanan dirasakan memuaskan bagi konsumen. Penjabaran diatas memberikan penjelasan mengenai bagaimana suatu perusahaan yang
68
melayani jasa untuk berprilaku dan bekerja sehingga hasil yang dirasa konsumen dapat sesuai harapan dan diharap adanya kelanjutan konsumen dari post-purchasing dimana perilaku konsumen setelah penggunaan pelayanan jasa tersebut selesai. Hal ini dapat menguntungkan perusahaan apabila post-purchasing dapat dilanjutkan konsumen dengan menyebarkan nama baik dan memberikan referensi bagi lingkungan sekitarnya.
69