Handout MBS, Yusdin M.Ed 44
BAB 4 STRATEGI PEMBARUAN MENUJU MBS Standar Kompetensi Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis strategi pembaruan manuju MBS Kompetensi Dasar Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis Sumber Pembaharuan Manajemen Pendidikan, Strategi Pembaruan Manajemen Pendidikan dan Proses serta Model Pengembangan Manajemen Pendidikan
Pembahasan A. Sumber Pembaharuan Manajemen Pendidikan Pembaruan di bidang manajemen pendidikan yang menjadi sumber utama adalah faktor internal dan eksternal. Menurut Drucker (1985) menyatakan beberapa sumber terjadinya pembaruan, yaitu:
Kondisi yang tidak diharapkan (the unexpected)
Munculnya ketidak wajaran (inconngruity)
Inovasi yang muncul berbaisis pada kebutuhan dalam proses (innovation based on prosess need)
Perubahan pada struktur industri atau pasar (changes in industry structure or market structure)
Faktor demografis (demographics)
Perubahan persepsi, suasana dan makna (changes in perception mood and meaning) Ketujuh sumber inovasi tersebut relevan dipakai untuk menelaah masalah-masalah
inovasi dalam manajemen pendidikan, khususnya dalam MBS.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 45
Inovasi manajemen pendidikan dapat mengaplikasikan berbagai pendekatan. Konsep strategi inovasi dari Mc.Lure (1978) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pendekatan, seperti:
Proyek percontohan (pilot project)
Pendekatan kader (cadre approach)
Pendekatan paruhan (slice-of-the-system pattern).
Pendekatan yang dilakukan dengan menata ulang (rearranging the setting) Pendekatan diatas dapat dilakukan sebagai alternatif strategik inovasi manajemen
pendidikan menuju MBS dengan fokus substansi proses, substansi tugas dan substansi produk. Problematika Manajemen Sekolah Dalam berbagai literatur ditemukan berbagai problematika manajemen sekolah. Dalam tulisan ini penulis akan menyoroti aspek yang menyangkut team working sekolah, kinerja guru dan manajemen sekolah. Kondisi ini menjadi kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam rangka implementasi kapasitas manajemen berbasis sekolah. 1. Team Working Sekolah Menurut Syaiful Sagala (2007:35) kelemahan utama manajemen pendidikan adalah team working yang tidak solid. Pada berbagai institusi satuan pendidikan pimpinannya selalu memiliki orang-orang tertentu sebagai orang kepercayaan, meskipun orang itu menurut personal lainnya atas dasar pengalaman bekerja sama sesungguhnya tidak terlalu istimewa. Tetapi orang kepercayaan itu dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah sesuai dengan kehendaknya, meskipun pemahaman orang kepercayaannya itu terhadap sekolah tidak memadai, sehingga berbagai kebijakan dan keputusan adalah hasil rekayasa pimpinan dengan orang kepercayaanya. Sedangkan personal lainnya menjadi suatu kelompok yang berbeda dengan pimpinan dan orang kepercayaanya. Rekomendasi
dan pendapat dari
kelompok ini betapapun baiknya tidak mendapat perhatian dari pimpinan sehingga mereka mengambil sikap apatis dan kurang berpartisipasi penuh terhadap program sekolah. Kadangkala pergantian pimpinan budaya "orang kerpcayaan" selalu mempunyai pola yang sama dengan personal yang berbeda. Kondisi demikian merupakan budaya buruk bagi sebuah team working di sekolah, sehingga sukar membentuk team working yang solid,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 46
meskipun budaya tersebut tidak untuk semua sekolah. Beberapa sikap personal yang lahir dari budaya kerja demikian adalah bekerja demi kepuasan pimpinan,
muncul ambisi
pribadi, potensi personal tidak optimal, perlakukan diskriminatif, menurunnya semangat kerja dan pada akhirnya lemahnya manajeman institusi (sekolah). Visi, misi, tujuan dan target sekolah hanyalah sebagai statemen di atas kertas sehingga mutu pendidikan rendah.
2. Kinerja Guru Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan oleh Syaful Sagala (2007:38) disimpulkan kinerja guru kurang optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin dan kurang kreatifitas dan inovasi. Hasil penataran berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibandingkan kinerja guru yang tidak mengikuti penataran. Kurang atau tidak adanya kontrol terhadap hasil penataran, meskipun penataran itu telah menghabiskan biaya cukup besar. Institusi yang membina kinerja guru dan tenaga kependidikan tidak jelas, apakah menjadi kewenangan pemerintah, organisasi profesi guru atau tenaga kependidikan. Hasil pengamatan ini masih dapat dirasakan dalam kondisi kinerja guru-guru, khususnya guru-guru SMA di Jakarta. Walaupun demikian cukup banyak ditemukan guru melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan dan semangat serta dengan tanggung jawab yang tinggi.
3. Manajemen Sekolah Permasalahan yang selalu dihadapi oleh sekolah antara lain (1) team working sekolah yang lemah, yaitu sebagian personal pimpinan sekolah sulit berkoordinasi dengan para guru dan personal lainnya dalam melaksanakan strategi sekolah, (2) kurangnya partisipasi dalam mendukung program dan tujuan sekolah, (3) kurangnya fasilitas dan kelengkapan belajar di kelas sebagai akibat kemajuan teknologi media pembelajaran, dan (4) masih dijumpai rendahnya kesadaran orang tua siswa terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan kajian Bank Dunia tahun 1997 (Sagala. 2007: 39) menemukan tiga faktor yang menyebabkan manajemen tidak efektif, yaitu (1) umumnya kepala sekolah memiliki otonomi sangat terbatas dalam mengelola sekolah dan memutuskan pengelolaan sumber daya, (2) kepala sekolah diidentifikasi kurang memiliki keterampilan mengelola sekolah
Handout MBS, Yusdin M.Ed 47
dengan baik, dan (3) kecilnya peran serta masyarakat, khususnya para pengusaha dalam membantu pengelolaan sekolah, serta dukungan masyarakat merupakan bagian dari peran kepemimpinan sekolah. Keterampinan ini penting manakala fungsi-fungsi pendidikan atau sekolah didesentralisasikan. Faktor yang pertama setelah berbagai regulerisasi semenjak reformasi kurang relevan, namun faktor kedua dan ketiga masih relevan dalam saat ini di berbagai sekolah menegah di lingkungan DKI Jakarta. Seiring dengan tuntutan akan perubahan yang terus menerus dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan akan efektifitas dan mutu sekolah akan selalu mengiringinya. Namun demikian ada beberapa prinsip umum mengenai karakteristik sekolah yang efektif menurut hasil penelitian Purkey dan Smith (Sagala: 2007: 81), yaitu (1) fokus manajemen didasarkan pada sekolah (school based management), (2) kepemimpinan instruksional yang kuat (strong leadership), (3) stabilitas staf, (4) konsensus tujuan , (5) pengembangan dan pembinaan staf sekolah, (6) dukungan orang tua, (7) hasil akademik yang berkualitas, (8) penggunaan waktu yang efektif, (9) dukungan distrik (pemerintah daerah), (10) hubungan perencanaan dan kolegial, (11) komitmen organisasi, (12) tujuan yang jelas dan harapan yang tinggi di sekolah, dan (13) aturan yang baik dan kuat. Sekolah yang efektif adalah spesifikasi prosedur pengembangan organisasi yang konsisten secara aktual terhadap kebutuhan sekolah dan pembelajaran berpusat pada proses manajerial kepala sekolah, berfungsinya struktur organisasi sekolah, perfomansi guru, kesiapan belajar siswa dan perfomansi kerja personal non-guru sehingga tercapai tujuan dan target secara optimal.
Sekolah bekerja secara profesional dan otonom menyenggarakan
program layanan belajar bagi peserta didik dan masyarakat yang membutuhkan. Sekolah merupakan sarana mengembangkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan penuh tanggung jawab agar mampu mencapai tujuan . Tercapainya tujuan sekolah pada hakekatnya tergantung pada tingkat berfungsinya secara optimal komponen organisasi sekolah. B. Strategi Pembaruan Manajemen Pendidikan Sekolah harus menjadi sumber yang inovatif, mengalami metamorfosis menuju pembaruan secara terus menerus, sekaligus dipimpin oleh pimpinan yang inovatif pula. Ada
Handout MBS, Yusdin M.Ed 48
strategi yang khusus diterapkan, menurut Bennis, Bene & Chin (1974) mengemukan beberapa strategi perubahan yang inovatif, yaitu:
Tarional –Empirical Strategy Suatu inovasi harus dibuktikan secara rasional empiric yang dilahirkan melalui penelitian.
Normal-Reeducative Strategy Strategi melalui proses inovasi manajemen sekolah adalah pendidikan (education) dan pelatihan (training) bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung atau tidak langsung menurut satuan waktu tertentu.
Power – Coercive Strategy Pola kerja manajemen pendidikan dapat diatur seragam secara nasional, menjadikan sekolah menjadi mental ketergantungan dan memanjakan masyarakat yang berkepentingan dengan sekolah. Oleh sebab itu Kurt Almosk (1972) telah menidentifikasikan tujuh strategi yang dapat dipakai oleh agen perubahan (kelebihan dan kekurangannya), yaitu:
Fellowship Strategy yaitu model strategi yang mengedepankan interaksi sosial, dapat ,menghindari konflik , suasana santai dan serius.
Political strategy suatu pendekatan yang dilakukan dalam dunia politik.
Economic strategy berkaitan dengan masalah keuangan yang selalu makin menurun yang tercermin dalam penganggran.
Academic strategy mencoba pengelolaan yang mempengaruhi guru secara rasional, membatu perubahan ketika demonstrasi, mengetahui keadaan siswa dan sumber imformasi lain dapat digunakan untuk membahasa persoalan bersama.
Engineering Strategy, dengan dasar pemikiran penasehat dapat menciptakan perubahan lingkungan, orang-orang yang mengikutinya.
Militery strategy yaitu strategi yang mengandalkan kepada kemampuan perorangan atau lainnya, dapat digunakan dalam keadaan kerusakan organisasi.
Confrontation strategy, yaitu berperan sebagai pengelola pada kondisi tingkat konflik yang tinggi.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 49
Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Strategi utama yang perlu ditempuh dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah (Slamet. 2000) meliputi sosialisasi konsep, analisis situasi, merumuskan tujuan, identifikasi fungsional, analisis SWOT, langkah pemecahan masalah, melaksanakan program dan pemantauan terhadap proses. Konsep manajemen berbasis sekolah harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah (guru, siswa, wakil-wakil kepala sekolah , konselor, karyawan dan unsur terkait) melalui seminar, diskusi, forum ilmiah dan media massa. Analisa situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemennya. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen berbasis sekolah berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan, maka perlu diidentifikasi fungsi –fungsi mana yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah pengembangan kurikulum, pengembangan
tenaga
kependidikan
dan
nonkependidikan,
pengembangan
siswa,
pengembangan iklim akademik sekolah, pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat, pengembangan fasilitas dan fungsi lainnya. Dalam rangka menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dilakukan melalui analisis SWOT
agar mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan. Tingkat kesiapan harus memadai, artinya minimal memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan situasional, yang dinyatakan sebagai kekuatan, peluang, kemelahan dan ancaman. Pemilihan langkah-langkah dalam memecahkan masalah, pada hakaketnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan dan peluang, yaitu dengan memanfaatkan faktor yang bermakna kekuatan atau peluang. Berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah sekolah bersama dengan semua unsur-unsur membuat rencana untuk jangka pendek, menengah dan panjang berserta program-program untuk merealisasikan rencana tersebut.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 50
Dalam melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek semua input yang diperlukan untuk berlangsungnya proses
yang meliputi pengelolaaan
kelembagaan, pengelolaan program dan pengelolaan proses belajar dan mengajar. Pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil manajemen perlu dilakukan, hasilnya dapat digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan
dan pengukuran tingkat
ketercapaian tujuan situasional. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus sehingga proses dan hasilnya manajemen dapat dioptimalkan. Strategi-strategi yang harus dilalui untuk mengiplementasikan manajemen berbasiskan sekolah antara lain:
Sekolah harus memiliki otonom terhadap empat hal yaitu memiliki kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil.
Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non-instruksional.
Adanya
kepemimpinan
kepala
sekolah
yang
mampu
menggerakkan
dan
mendayagunakan setiap sumberdaya sekolah secara efektif.
Adanya proses pengambilan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif.
Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguhsungguh.
Adanya guidelines dari departemen terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai menjadi peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah.
Sekolah harus tranparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap tahunnya.
Penerapam manajemen berbasiskan sekolah harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya meningkatkan pencapaian belajar siswa. Konstribusi manajemen berbasis sekolah mempengaruhi output pendidikan, yaitu
meningkatnya efisiensi penggunaan sumber daya termasuk personal, mengingkatkan profesionalisme guru, implementasi reformasi kurikulum dan meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 51
C. Proses dan Model Pengembangan Manajemen Pedidikan Pembuatan keputusan adalah inti kegiatan manajemen pendidikan persekolahan, maka manajemen partisipatif yang dituntut oleh MBS yang berasal dari manusia secara melembaga dan untuk kepentingan manusia yang melembaga untuk mencapai suatu kepentingan lembaga itu. Inovasi dalam pengembangan manajemen pendidikan dilakukan dengan menempuh proses, yaitu:
Diawali dengan adanya masalah atau kebutuh untuk meningkatkan mutu manajemen sekolah secara baik. Inovasi akan berguna apabila dirasakan manfaatnya oleh pemakai invosi tersebut.
Penelitian (research) penelitian yang dilakuan dengan hati-hati, dimana perlu ada perobaan atau eksperimental riset.
Pengembangan (development), dimana kegiatan dilakukan atas dasar penelitian
Komersialisasi, yaitu kaidah-kaidah dalam manajemen bisnis dapat diadopsi, dimana tidakhanya kegiatan membelanjakan tapi juga bagaimana mendapatkannya melalui kemungkinan pelatih-pelatihan.
Keputusan untuk memulai divusi inovasi kepada adaptor potensial sehingga menjadi proses adapsi
Proses pengembangan inovasi Tabel Model Pembaruan Manajemen Sekolah
Kebutuhan/masalah Penelitian
Produktifitas rendah Sistem manajemen akademik
Kebijakan menyeluruh Terapan pada unit terbatas
Pengembangan
Aplikasi kebijakan Ke semua unit manajemen akademik Supervisi kepala Kebijakan Ke semua sekolah belum eksperimental sekolah / berjalan baik di tingkat wilayah sekolah atau wilayah
Difusi/Adopsi
Konsekwensi
Guru dan siswa
Mengubah tradisi kerja Pengadaan perangkat keras dan lunak Delegasi sebagian tugas administrasi
Petugas manajemen akademik Kepala sekolah
Pakar manajemen pendidikan menyimpulkan bahwa ragam pembaruan pendidikan tidak banyak bermanfaat jika lembaga pendidikan tidak dikelola denga format manajemen
Handout MBS, Yusdin M.Ed 52
yang efektif dan efesien. Kegiatan peneltiaan dan pengembangan (R & D) untuk menghasilkan kebijakan baru tampak harus sejalan dengan kegiatan penelitian pendidikan pada umumnya. F. Soal / Tugas Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Bagaimana sumber-sumber pembaharuan manajemen pendidikan dikreasikan dalam kehidupan riil dalam persekolahan? 2. Bagaimana strategi pembaharuan manajemen pendidikan diimplementasikan pada MBS? 3. bagaimana proses dan model dalam prakteknya bagi pembaharuan manajemen pendidikan?
Daftar Pustaka: Bafadal, I. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Bumu Aksara. Balitbang, Depdiknas. 2004. Informasi Awal pelaksanaan Dewan pendidikan dan Komite Sekolah: Kasus di beberapa Propinsi pada tahun 2003. David, Jane L. Synthesis of Research on School-based Management. . Educational Leadership. Volume 46. Number 8. May 1989. Endri. 2007. Konsep ”Corporate Social Responsibility dan Prakteknya di Indonesia. (dlm) Jurnal Ilmu dan Budaya. Vol. 28 No. 8. Oktober. Jakarta. Unas. Ghazali, Abbas. Dr. 2000. Sistem pendidikan di Jepang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 027, th-6-Nov. Hadiyanto dan Subijanto. 2003. Pengembalian kebebasan Guru untuk Mengkreasi Kelas dalam Manajemen berbasis Sekolah (MBS). (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. No. 40. th. 9. Januari. Http://www.ed.gov/databases/Eric Digestes/ed336845.html Handoko, Hani. 2000. Manajemen. Jokyakarta. BP-FE. Husin, Zulkifli dan Rahmat Nur Sasongko. 2003. Manata Manajemen Pendidikan, antara Perbaikan Kualitas dan Gaji Guru di Era Otonomi Daerah. (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. No. 43. th. 9 . Juli. Jones, Jeff. 2005. Management Skills in Schools. London. A SAGA Publications Company. Kurhami, S. Karim A. 2002. Mengubah Wawasan dan Peran Guru Dalam Era Kesejagatan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 035. Th. 8. Maret. Mariati. 2007. Menyoal Profil sekolah Bertaraf Internasional. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 67 – 13. Juli Miller, Mary Susan, Ph.D. 2006. Save Our School: 57 langkah menyelamatkan sekolah. Jokyakarta. Kanisius.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 53
Mulyasa, E. Dr., M.Ed. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Rosda. Sagala, Syaiful, Dr. M.Pd. 2007. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Penerbit Alfabeta. Schwarz, S. Marc & Carroll Archiv B. 2003. Corporate Social Responsibility : A three domain approach (in) Business Ethics Quarterly. Vo. 13. Issu 4. pp : 503-530 SMK Kian Manarik Perhatian. 2008. Jakarta. Republika. 4 Juni. Slamet PH. 2000. Manajemen Berbasis sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 027, tahun ke-6. November 2000. Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta. Renika Cipta. Suyatno, Thomas. 2004 Beberapa Faktor yang Menentukan Kualitas SMA. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 46. Th. 10. Januari. Takakura, Sho and Murata, Yokuo. 1997. Education in Jepan: Present System and Tasks/Curriculum and Instruction. Tokyo: Institute of Education, University of Tsukuba. Tilaar, HAR. 2006. Standar Pendidikan Nasional. Jakarta. Renika Cipta. Yazid, Abdullah. 2007. Halusinasi Mutu Pendidikan. Suara Karya. Jakarta. 18 May. Yuniarsih, Tjutju. 2004. Reformasi kepemimpinan Pendidikan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 47 . th. 10. Maret.