BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA
2.1
Economic Value Added
2.1.1 Pengertian Economic Value Added Salah satu metode baru dalam menilai kinerja perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan adalah Economic Value Added (EVA), yang di Indonesia dikenal dengan istilah Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI). Nilai tambah ekonomi atau EVA pertama kali diperkenalkan oleh Sterwart (dalam A.Sakir, 2009:151) yang mendefenisikan EVA sebagai berikut: “EVA adalah mengukur income residual dikurangi biaya modal dari hasil laba opersai dalam bisnis”. EVA akan meningkat seandainya laba operasi dapat tumbuh tanpa meningkatnya biaya modal. Jika laba baru diinvestasikan dalam proyek yang ada atau semua proyek yang memperoleh laba lebih daripada biaya modal keseluruhan, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa EVA merupakan cara mengukur sisa laba yang dihasilkan perusahaan dengan mengurangi laba opersai dengan biaya modal. Dalam hal ini, EVA akan meningkat jika pertumbuhan atau peningkatan laba operasi tidak diikuti oleh adanya peningkatan modal. Menurut Tully (dalam Sakir, 2009) EVA adalah suatu cara untuk mengukur laba riil yang merupakan juga kunci nyata dalam menciptakan kemakmuran. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Ruki dan Arifin (dalam Sakir, 2009), menyatakan bahwa EVA merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
konsep baru untuk menilai kinerja perusahaan independen dan sekaligus dapat mengukur kemampulabaan dan pertumbuhan. Model ini dapat juga digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan dari sisi kepentingan dan harapan penyandang dana (pemegang saham dan kreditur) yang selalu menuntut eksekutif perusahaan agar mampu menghasilkan nilai tambah dari kegiatan perusahaan. EVA merupakan keuntungan operasional setelah dikurangi pajak dengan biaya modal atau dengan kata lain EVA adalah pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Jadi, EVA ditentukan oleh dua hal itu yaitu keuntungan bersih operasi setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value di perusahaan, sedangkan biaya modal sendiri dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut. Hubungan antara EVA dan nilai perushaan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai perusahaan apabila perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa kini, tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA pada suatu tahun tertentu menunjukkan besarnya penciptaan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut (Young, 2001: 32): Nilai sekarang = Total modal yang diinvestasikan + EVA Persamaan di atas jelas menunjukkan bahwa EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan dimana penciptaan nilai tersebut
Universitas Sumatera Utara
akan tercemin pada harga saham yang lebih tinggi sebaliknya mungkin saja nilai perusahaan lebih rendah dari total modal yang diinvestasikan apabila total EVA yang dihasilkan perusahaan tersebut mempunyai nilai negatif. EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan dengan demikian sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat resiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut. Menurut Utama (1997) oleh penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
•
Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
•
Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
•
Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah. Sehingga hal tersebut diatas akan lebih mudah diterjemahkan sebagai
berikut: Nilai EVA EVA > 0
EVA = 0
EVA < 0
Laba Perusahaan
Pengertian Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya. Tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya. Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sebagimana nilai yang diharapkan ekspektasi harga saham tidak dapat tercapai.
Positif
Positif
Tidak dapat ditentukan, namun jika pun ada laba, tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai: •
Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
•
Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional ekonomisnya.
Universitas Sumatera Utara
•
Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
2.1.2 Model Economic Value Added Menurut Stewart III, 1991:139 (dalam A.Sakir), perhitungan Economic Value Added (EVA) dapat diformulasikan sebagai berikut: EVA = NOPAT – (c* x capital) Dimana:
NOPAT = Net Operating Profit After Tax Capital = Total modal yang diinvestasikan c*
= Tingkat biaya modal
Menurut Young (2001:32), EVA merupakan selisih antara Net Operatng After Tax (NOPAT) dengan biaya modal, yaitu: EVA = NOPAT – Biaya Modal EVA = NOPAT – (WACC x capital) Dimana: NOPAT = Laba bersih setelah pajak Capital = Modal yang diinvestasikan WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Averege Cost of Capital) Dari rumusan tersebut diatas maka perhitungan EVA dpat dilakukan dengan langkah sebagai berikut; a. Net Operating Profit After Tax
Universitas Sumatera Utara
Net operating Profit After Tax (NOPAT) adalah laba yang didapatkan dari opersi-operasi perubahan setelah pajak tetapi sebelum membiayai biaya-biaya dan noncash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan (Tunggal, 2001:5). Dengan demikian NOPAT dapat juga dartikan sebagai jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan. Menurut Young (2001:39), NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan setelah dikurangi pajak. NOPAT = EBITDA – Penyusutan dan Amortisasi – pajak Dimana: EBITDA = Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization Perhitungan NOPAT tidak mengikutsertakan faktor nonoperasioanl dan laba/rugi lain-lain yang sama sekali tidak berhubugan dengan kegiatan operasional rutin perusahan, dan tidak ada keterangan yang jelas dalam catatan atas laporan keuangan, tidak diikutsertakan dalam perhitungan NOPAT. b. Modal yang Dinvestasikan Menurut Young (2001:39), modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak mengandung bungan (non interest – bearing liabilities), seperti utang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages)
Universitas Sumatera Utara
dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya. Perhitungan capital menurut young (2001: 41) adalah Utang jangka pendek + utang jangka panjang (termasuk obligasi) + utang jangka panjang lainnya (pajak ditangguhkan dan provisi) + ekuitas pemegang saham (termasuk Bunga Minoritas) = modal yang diinvestasikan. c. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Young (2001:39) mendefinisikan bahwa biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau modal yang dipakai) dikalikan rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal – utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Perhitungan WACC menurut Young (2001:149) adalah :
WACC =
utang pembiayaan total
(biaya utang)(1 –T)+ ekuitas
(biaya ekuitas)
pembiayaan total
Dalam hal ini, Pembiayaan Total =Jumlah dari nilai pasar dari utang dan pembiayaan ekuitas; T = Tingkat pajak perusahaan; Biaya Utang = Tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada
Universitas Sumatera Utara
pemberi pinjaman; sedangkan Biaya Ekuitas = pengembalian yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan. Biaya ekuitas dapat dihitung dengan model penetapan harga aktiva
modal
(Capital
Asset
Pricing
Model/CAPM).
CAPM
dirumuskan sebagai berikut : E(R) = Rf + β [E(Rm) – Rf] dimana : E(R) = Harapan pengembalian dari aktiva berisiko manapun Rf = Pengembalian atas suatu aktiva bebas resiko (seperti obligasi pemerintah) E(Rm) = Harapan pengembalian atas pasar saham Selain itu terdapat langkah – langkah untuk menghitung EVA (Tunggal : 2001) yang lebih sederhana : 1. Menghitung NOPAT ( Net Operating After Tax) Rumus : NOPAT = Laba (Rugi) Usaha – Pajak Ket:
Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut.
2. Menghitung Invested Capital Rumus : Invested Capital = Total Hutang & Ekuitas – Hutang Jk. Pendek
Universitas Sumatera Utara
Ket: Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pandek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain. 3.
Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital) Rumus : WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)} Dimana :
Total Hutang Tingkat Modal (D) = —————————- x 100 % Total Hutang dan Ekuitas Beban bunga Cost of Debt (rd) = ———————– x 100 % Total Hutang Total Ekuitas Tingkat Modal dan Ekuitas (E) = ——————————- x 100 % Total Hutang dan Ekuitas Laba bersih setelah pajak Cost of Equity (re) = ———————————- x 100 % Total Ekuitas Beban pajak Tingkat Pajak (Tax) = ———————————– x 100 % Laba Bersih sebelum pajak 4. Menghitung Capital Charges
Universitas Sumatera Utara
Rumus : Capital Charges = WACC x Invested Capital 5. Menghitung Economic Value Added (EVA) Rumus : EVA = NOPAT – Capital charges Atau EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
2.1.3 Manfaat dan Kelemahan EVA EVA tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena EVA bukanlah suatu sistem, melainkan hanya sebuah indikator. EVA hanya menunjukkan sebuah nilai tambah murni dari sejumlah dana yang ditanamkan dalam suatu perusahaan. Sebaliknya, kinerja ditentukan oleh sistem dan praktik manajemen dalam perusahaan (Teuku Mirza, 1999:91). Namun, EVA memang telah dibuktikan secara empiris dapat memberikan manfaat (Tunggal, 2001) sebagai berikut: 1. EVA
memfokuskan
penilaiannya
pada
nilai
tambah
dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. 2. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisa yang lebih mendalam. 3. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau perusahaan lain sebagaimana
Universitas Sumatera Utara
konsep penilaian dengan menggunakan analisa ratio. Dalam prakteknya data pembanding ini, seringkali tidak tersedia.
Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan EVA (Tunggal:2001) antara lain:
1. Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini disebabkan dana untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya modal yang berbeda – beda dan bahkan biaya modal mungkin merupakan biaya peluang. 2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor – faktor lain terkadang justru lebih dominan. 3. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. 4. EVA jarang dipakai dalam praktik. 5. EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis.
Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan nilai. Perusahaan – perusahaan tersebut percaya bahwa
Universitas Sumatera Utara
penggunaan EVA akan membuat kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik modal. EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh suatu perusahaan karena berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi yang dilakukan.
Dengan diperhitungkannya biaya modal, EVA mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal. Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan.
2.2 Rasio Profitabilitas Ratio profitabilitas (profitability ratio) terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama-sama, rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Dalam hal ini, rasio dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Rasio
profitabilitas
dalam
kaitannya
dengan
investasi
menghubungkan laba dengan investasi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam menganalisis perubahan harga harga suatu saham adalah
Universitas Sumatera Utara
ROA (Return on Asset), ROE (Return in Equity), dan EPS (Earnings Per Share).
2.2.1 Return on Asset (ROA) Untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan melihat dan menganalisa laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Alat ukur financial yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah ROA. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang baik. ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran profitabilitas perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Perhitungan ROA diformulasikan sebagai berikut:
ROA =
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
Besarnya Return on Assets dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor (dalam Miera,2007), yaitu : 1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi. 2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam presentase penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Return on Equity (ROE) Pengukuran
ringkasan
lainnya
atas
kinerja
keseluruhan
perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas. ROE membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi deviden saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Perhitungan ROE dapat diformulasikan sebagai berikut:
ROE =
Laba bersih setelah pajak ekuitas pemegang saham
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi resiko yang berlebihan.
2.2.3 Earnings Per Share (EPS) Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
Universitas Sumatera Utara
pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001:241-242): EPS =
Laba bersih setelah bunga dan pajak jumlah saham beredar
Besarnya hasil perhitungan laba per lembar saham/EPS menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk setiap unit saham biasa yang digunakannya.
2.3 Harga Saham Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalahbagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis/intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih total
Universitas Sumatera Utara
aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual belisaham. Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham biasa.
2.3.1 Valuasi harga saham. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik(intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai berikut. a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka sahamtersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki; b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam kondisi seperti ini harus segera dijual; c. Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini maka saham tersebut dinyatakan dalam kondisi keseimbangan. Dari asumsi investor terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued inilah terjadi proses jual beli saham yang akan berakibat pada perubahan harga saham.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Pendekatan penilaian saham Untuk menentukan harga saham diperlukan adanya suatu model perhitungan yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana seharusnya dimasukkan dalam portofolio. Model perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variable perusahaan (misalnya penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan harga saham. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan harga saham yaitu: 1. Analisis Fundamental Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya yaitu dengan dua pendekatan: a. Pendekatan Deviden Deviden merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan tingkat pembayaran deviden dapat menjadi informasi yang kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab deviden jugadianggap sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun besarnya deviden yang dibagikan;
Universitas Sumatera Utara
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan.
2. Analisis Teknikal Analisis ini dimulai denga cara memperhatikan perubahan harga suatu saham dari waktu ke waktu. Model analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut, sehingga asumsi yang berlaku dalam model analisis ini adalah: a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand; b.
Supply dan demand dipengaruhi banyak faktor baik yang rasional maupun irasional;
c. Perubahan harga saham cenderung mengikuti tren tertentu; d. Tren tersebut dapat berubah mengikuti pergeseran supply dan demand; e. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram perilaku pasar; f. Pola–pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa yang akan dating.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Indeks Harga Saham Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian – kejadian ekonomi, bahkan kejadian non ekonomi seperti misalnya sosial, politik, dan keamanan.Dengan demikian IHS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu negara.
2.4 Peneliti Terdahulu Berikut ini beberapa peneliti terdahulu yang dijelaskan secara singkat dan jelas ke dalam bentuk tabel: Table 2.4.1 daftar peneliti terdahulu N o 1
2
Nama dan Judul tahun penelitian G. Bennett Perubahan MVA, Steward EVA dan Ukuran Umum Kinerja (1991) Perusahaan terhadap kinerja harga saham Lehn dan Hubungan EVA Makhija (1996) dan MVA terhadap Stock Return.
Variable
Hasil penelitian
MVA, EVA, EVA paling berkorelasi ROE, Growth in kuat diantara variabel yang Cach Flow dan diregres. Gowrth in Dividend
stock return, ROA, ROE, ROS serta EVA dan MVA.
seluruh variabel bebas memiliki hubungan yang positif dengan stock return dan EVA merupakan pengukur kinerja yang memiliki hubungan lebih tinggi dibandingkan yang lain (walaupun perbedaannya kecil).
Universitas Sumatera Utara
3
Asmara dan Ibrahim (2003)
Penagruh Economic Value Added (EVA) terhadap Harga Saham.
Dependen: harga saham Independen: EVA
4
A.Sakir (2009)
Dependen: Harga Saham
5
Lilik Sri Hariani (2010)
Pengaruh EVA terhadap Harga Saham Peruahaan yang Terdaftar di Jakarta isalamic Index Bursa Efek Indonesia. Analisis Pengaruh ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN Rasio Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham syariah
Terdapat hubungan positif antara EVA dan harga saham yang berarti setiap kenaikan EVA diikuti dengan kenaikan harga saham.
Hubungan antara harga saham dan nilai EVA perusahaanberpengaruh signifikan. Selain itu Independen: diketahui bahwa harga EVA saham dipengaruhi oleh nilai EVA perusahaan. Dependen: 1. ROA(X1), ROE (X2), Return saham EPS (X4) dan EVA (X4) secara serentak memiliki pengaruh Independen: ROA, ROE, signifikan terhadap return saham (Y). EPS, dan EVA 2. Hasil uji secara partial menunjukkan ROE dan EPS signifikan positif sedangakn ROE dan EVA berpengaruh sigifikan negatif. 3. EPS merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi return saham. 4. Economic Value Added (EVA) ternyata memiliki pengaruh signifikan Negative
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual Untuk memperjelas kerangka dari penelitian ini maka dibuatlah suatu kerangka konseptual sebagai berikut:
Return On Asset (ROA)
Return On Equity (ROE) Harga Saham Earnings Per Share (EPS)
Economic Value Added (EVA) Gambar 2.1 Keterangan a. ROA adalah variabel pertama yang akan diteliti untuk mengetahui apakah hasil dari nilai ROA pada perusahaan Jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berpengaruh terhadap harga saham di Bursa. Hasil ROA akan diketahui dengan membandingkan hasilkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Kemudian hasil ROA perusahaan-prusahaan jasa berpengaruh terhadap harga saham masing-masing perusahaan tersebut. Selain itu, tingkat profitabilitas baik atau buruknya suatu perusahaan akan diketahui
Universitas Sumatera Utara
dengan hasil tinggi dan rendahnya hasil ROA perusahaan tersebut. Semakin tinggi hasil ROA suatu perusahaan mencerminkan bahwa rendahnya suatu perusahaan menggunakan aset untuk menghasilkan nilai rupiah atau laba. b. ROE adalah variabel kedua yang akan diteliti untuk mengetahui apakah hasil dari nilai ROE berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di Bursa. Hasil ROE diketahui dengan membandingkan hasil laba bersih setelah pajak dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. c. EPS adalah variabel ketiga yang akan diteliti untuk mengetahui apakah hasil dari nilai EPS berpengaruh terhadap harga saham tiap perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. d. EVA adalah variabel keempat yang akan diteliti untuk mengetahui apakah hasil dari nilai EVA masing-masing perusahaan berpengaruh terhadap harga saham di Bursa. EVA merupakan alat ukur untuk menilai kinerja perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan. EVA merupakan hasil keuntungan operasional setelah dikurangi pajak dengan biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
penciptaan value di perusahaan, sedangkan biaya modal sendiri dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut.
2.6 Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya. Dari landasan teori dan kerangka konsep serta perumusan masalah dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berukut: H1 : EVA, ROA, ROE, dan EPS secara serentak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2 : EVA, ROA, ROE, dan EPS secara individual berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara