BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup
terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Dari tahun 2009 hingga tahun 2013 kunjungan wisatawan mengalami peningkatan jumlah kunjungan dengan tren yang cenderung naik. Tahun 2009 jumlah kunjungan sebesar 1.286.565 orang wisatawan nusantara, yang kemudian naik di tahun 2010 sebesar 1.304.137 orang. Tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 1.438.129 orang. Tahun 2012 jumlah kunjungan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan jumlah kunjungan sebesar 2.162.422 orang. Pada tahun 2013 melonjak cukup tinggi dengan jumlah kunjungan 2.602.422. Tren kunjungan cukup menjanjikan bagi pengembangan pariwisata di Yogyakarta. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah kunjungan rata – rata per-tahun mencapai 18,2%. Peningkatan jumlah kunjungan juga dialami dengan jumlah kunjungan wisatawan asing. Tahun 2009 sebesar 139.492 orang, tahun 2010 sebesar 152.843 orang, tahun 2011 sebesar 169.565 orang, tahun 2012 sebesar 197.751 orang dan pada tahun 2013 235.893 orang. (BPS Yogyakarta, 2013) Setiap pertumbuhan pariwisata, tidak selalu membawa dampak yang baik, namun ada pula dampak buruknya. Salah satu dampak yang kurang menyenangkan
akibat peningkatan
jumlah
kunjungan
wisatawan
adalah
kepadatan wisatwan yang terkonsentrasi hanya pada daya tarik wisata tertentu. Kawasan Malioboro masih pusat wisata dengan kepadatan tertinggi di Kota Yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta sudah mulai berupaya memecah kepadatan wisatawan yang terkonsentrasi di satu titik kawasan wisata. Salah satu upaya
1
yang telah dilakukan adalah dengan membangun daya tarik wisata baru berupa Pusat Seni dan Kerajinan Yogyakarta (XT-Square Yogyakarta). Dilatarbelakangi jumlah kunjungan wisatawan yang menembus hingga 2 juta wisatawan pada tahun 2010, Pemerintah Kota Yogyakarta membangun sebuah pusat kerajinan dengan harapan mampu memecah kepadatan wisatawan. Pemerintah menggangap bahwa selama berwisata di Yogyakarta aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah melakukan kegiatan belanja. Potensi ini menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta mulai terbangun image sebagai daerah tujuan wisata belanja. Pencitraan Yogyakarta sebagai tujuan wisata belanja merupakan peluang bagi pelaku usaha dalam mengembangkan wisata belanja di Kota Yogyakarta. XT-Square hadir di tengah masyarakat Kota Yogyakarta dan membuka begitu banyak peluang bagi pelaku usaha kerajinan, kuliner, souvenir, dan oleh-oleh khas Yogyakarta maupun kerajinan dari daerahdaerah di Indonesia untuk bersinergi menempati kawasan belanja di Kota Yogyakarta. (www.xt-square.co.id) Sebuah harapan dan konsep tentu tidak serta merta berjalan dengan lancar. Kondisi XT-Square sempat mangkrak selama 2 tahun tanpa ada kegiatan sejak pembangunan fisik selesai. Kemudian dibuka pada akhir 2012. Grand Openning yang seharusnya dapat memikat banyak pengunjung, ternyata tidak begitu menarik minat pengunjung. Sepinya tingkat kunjungan dikeluhkan oleh beberapa pedagang kerajinan yang sudah membuka lapaknya di XT Square. Menurut Hasto (direktur operasional xt-square), dari 200 penyewa kios kerajinan, sudah hampir 20% tidak membuka lapak. Alasan yang dikemukakan oleh para pedagang adalah kerena sepinya tingkat kunjungan pada XT Square. Upaya yang dilakukan oleh
2
pengelola XT Square dilakukan melalui berbagai cara, namun hingga saat ini belum menunjukan peningkatan yang signifikan. Hingga dua tahun resmi beroperasi, pihak XT-Square melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan kunjungan wisatawan. Diantaranya adalah kegiatan pasar pagi pada hari minggu pagi yang menjual aneka produk kerajinan dan kuliner, pasar ramadhan yang digelar pada sore hari menjelang waktu berbuka, serta berbagai pertunjukan seni. Dari berbagai macam kegiatan yang sudah diupayakan oleh pihak pengelola, menurut Wasio selaku pedagang di XTSquare ternyata masih banyak pedagang yang mengeluhkan masalah sepinya kunjungan dan menyebabkan sebagian besar pedagang merugi. (Harian Jogja, Rabu, 5 November 2014) Jumlah kunjungan yang ditargetkan oleh pengelola XT-Square cukup besar dengan jumlah 50.000 kunjungan per bulan. Menurut Hasto selaku manajer operasional, saat ini masih belum mencapai target yang diinginkan. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak pengelola adalah mengadakan shuttle bus yang berkeliling ke hotel – hotel untuk memberikan transportasi gratis kepada wisatawan yang ingin menuju XT-Square. Hal ini masih belum membawa hasil yang signifikan. Menurut Tri Harso Wibowo (Ketua Paguyuban Pedagang XT-Square), mengatakan bahwa memang shuttle bus sudah berhasil membawa wisatawan ke XT-Square, namun dengan jumlah yang tidak signifikan. Pada tahun 2014 pihak XT-Square membuat sebuah wahana untuk menarik minat wisatawan. Wahana tersebut adalah pameran gambar 3 dimensi dengan nama De Mata trik Eye. Wahana ini dibangun di area parkir basement dengan harapan tidak menggangu kondisi dan konsep eksisting XT-Square. Hal ini cukup berhasil menarik minat untuk mengunjungi XT-Square, namun hanya sebatas sampai wahana itu saja, selebihnya tidak.
3
Bagian lain yang merupakan konsep awal didirikannya XT-Square adalah zona kerajinan. Zona ini masih menjadi pekerjaan berat bagi pihak manajemen. Tidak berdampak positifnya pembukaan wahana baru terhadap zona kerajinan, mengakibatkan masih banyaknya zona kerajinan yang tutup dan tidak beroperasi. (KR Jogja, Jumat, 14 Maret 2014) Awal tahun 2015 pihak manajemen mengembangkan wahana baru lagi berupa museum patung dengan nama Museum De Arca. Berisi patung pahlawan nasional dan pahlawan fiktif dalam film kartun. Wahana ini dibangun di lantai 2 zona kerajinan. Hal ini diharapkan mampu membawa dampak positif bagi zona kerajinan yang berada di lantai bawah wahana tersebut. Dalam perencanaan sebuah destinasi wisata ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan yaitu atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Aksesibilitas menjadi salah satu komponen penting dalam suatu destinasi wisata. Aksesibilitas merupakan faktor kunci bagi wisatawan atau pengunjung menuju dan berada di destinasi wisata (Wahdiniwaty, 2011). Pendapat yang sama dikemukakan Butler dan Hall (2006) bahwa aksesibilitas adalah faktor kunci dalam konsumsi pada destinasi. Destinasi harus dapat diakses. Dalam pengertian ini, diakses tidak hanya mengacu pada keberadaan sarana dan prasarana transportasi, tetapi juga pertimbangan mobilitas perjalanan. Dari fenomena di atas dapat dilihat bahwa minat wisatawan dalam mengunjungi XT-Square Yogyakarta masih sedikit. Untuk dapat memahami minat wisatawan, dibutuhkan pengetahuan akan perilaku wisatawan dalam mengunjungi destinasi wisata. Untuk mengetahui perilaku wisatawan dalam mengunjungi XT-Square dapat didekati dengan pendekatan pemasaran (Assael, 1987). Ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan wisatawan, yaitu : (1) faktor individual, (2) pengaruh lingkungan, dan (3) strategi pemasaran. Strategi
4
pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh pemasar dalam memberi informasi dan mempengaruhi konsumen.
1.2.
Rumusan Masalah Dari uraian di atas memunculkan pandangan bahwa XT-Square
merupakan daya tarik wisata baru di Yogyakarta yang diupayakan pemerintah kota sebagai pemecah kepadatan wisatawan yang terkonsentrasi di satu titik kawasan wisata. Namun dalam perkembangannya upaya ini tidak berjalan dengan baik dan hampir gagal. Berbagai upaya dilakukan untuk menarik minat wisatawan mengunjungi XT-Square, tetapi upaya – upaya tersebut justru membuat rancu mengenai produk wisata apa yang sebenarnya ditawarkan oleh XT-Square Yogyakarta. Hal tersebut dapat mengakibatkan kebingungan pengunjung dalam menentukan keputusan untuk mengunjungi destinasi wisata XT-Square Yogyakarta.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian kondisi dan permasalahan di atas, maka ditarik pertanyaan penilitian sebagai berikut: 1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi minat wisatawan dalam mengunjungi XT-Square Yogyakarta dalam komponen Product, Price, Place, Promotion, dan Accessibility? 2. Bagaimana penilaian wisatawan atas komponen Product, Price, Place, Promotion, dan Accessibility di XT-Square Yogyakarta? 3. Apakah komponen Product, Price, Place, Promotion, dan Accessibility berpengaruh signifikan terhadap minat wisatawan dalam mengunjungi XT-Square Yogyakarta?
5
1.4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap minat wisatawan mengunjungi XT-Square dalam komponen Product, Price, Place, Promotion, Accessibility 2. Mengetahui penilaian wisatawan terhadap komponen Product, Price, Place, Promotion, dan Accessibility di XT-Square Yogyakarta. 3. Menganalisis pengaruh komponen Product, Price, Place, Promotion, dan Accessibility terhadap minat wisatawan dalam mengunjungi XT-Square Yogyakarta.
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan instansi, praktisi
maupun akademisi. Berikut manfaat yang didapatkan dari penelitian ini: 1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran evaluasi terhadap komponen produk, harga, tempat, promosi dan aksesibilitas XTSquare Yogyakarta. 2. Bagi
pengelola
dan
stakeholder
yang
berwenang
terhadap
pengembangan XT-Square, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dan rekomendasi dalam upaya meningkatkan minat wisatawan serta strategi pengembangan produk, pemasaran, serta jejaring wisata.
6
1.6.
Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang juga pernah membahas mengenai
penilaian terhadap komponen di destinasi wisata wisata: Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Penulis / Tahun Agus Rahayu / 2010
Epi Syahadat / 2005
Sakti Wikantara Pradipta / 2015
Judul / Lokus
Fokus
Pengaruh Atribut Produk Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan / Bandung Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Di Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP)
Mengetahui tingkat kepuasan pengunjung terhadap atribut wisata distro dan clothing Mengetahui faktor pelayanan, faktor sarana prasarana, faktor obyek dan daya tarik wisata alam, dan faktor keamanan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan
Pengaruh Faktor Produk, Harga, Tempat, Promosi, dan Aksesibilitas Terhadap Minat Wisatawan Dalam Mengunjungi Objek Wisata XT-Square Yogyakarta.
Menganalisis faktor produk, harga, tempat, promosi, dan aksesibilitas terhadap minat wsatawan dalam mengunjungi XTSquare Yogyakarta. Mendapatkan program pengembangan produk & Pemasaran yang tepat untuk XTSquare
Metode Penelitian Descriptive survey dan explanatory survey
Hasil Penelitian
Kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda
Deskriptive Qualitative & Quantitative Regresion
atribut produk wisata belanja, distro dan clothing, berpengaruh tehadap kepuasan wisatawan sebesar 80.20%. faktor pelayanan, faktor sarana prasarana, faktor obyek dan daya tarik wisata alam, dan faktor keamanan secara simultan memilik pengaruh terhadap jumlah kunjungan, tetapi tidak signifikan jika dibandingkan secara parsial. Penilaian wisatawan terhadap komponen produk, harga, tempat, promosi, dan aksesibiltas di XTSquare belum mencapai pada penilaian “baik”. Dari kelima komponen, faktor yang paling berpengaruh secara signifikan adalah faktor produk, harga, dan tempat.
Sumber: Penulis, 2015
7