BAB 1 1.
Pendahuluan PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya (Megawati, 2009:1). Menurut Kurniati, (2011:18), beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk sedangkan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2007:19). Karena mengacu pada tujuan dasar tersebut banyak perusahaan yang lupa atau lalai untuk memperhatikan dampak yang timbul dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen harus mempunyai suatu konsep atau program dimana perusahaan tetap bisa mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan perusahaan dengan tidak merugikan pihak eksternal seperti masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Ermayanti (2009) mendefinisikan kinerja keuangan sebagai penentuan ukuranukuran tertentu yang dapat mengukur suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara perusahaan dengan pusat pertanggung jawaban. Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih perusahaan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan melakukan analisis terhadap data-data keuangan yang
1
tercermin pada laporan keuangan. Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang sangat baik. (Munawir, 1995:85) Analisis kinerja keuangan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang digunakan sebagai perbandingan kinerja perusahaan dan perusahaan lain yang dievaluasi posisinya sepanjang waktu. Bringham dan Houston (dalam Januarti dan Apriyanti, 2005) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Menurut Megawati (2009:5), Tanggung Jawab Sosial atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu topik yang belakangan ini sedang banyak dibicarakan dan mulai diterapkan oleh beberapa perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Beban Tanggung Jawab Sosial sendiri merupakan suatu konsep atau program yang dimiliki suatu perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut berdiri. Tanggung jawab sosial yang berarti bahwa dalam setiap pengambilan keputusan,
manajemen perusahaan harus mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi yang akan terjadi (Handoko, 2007). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri merupakan konsep yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga mampu meningkatkan harga saham (Kiroyan, 2006). Berdasarkan hasil penelitian (Kurnianto, 2011) menyatakan dalam proses investasi, investor memasukkan variabel yang berkaitan dengan masalah sosial dan kelestarian lingkungan. Investor cenderung memilih berinvestasi pada perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik, praktek terhadap karyawan yang baik, peduli terhadap dampak lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan dengan para stakeholder. Eipstein dan Freedman (dalam Anggraini, 2006) juga mengemukakan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan perusahaan dalam laporan tahunannya. Jadi Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan istilah laporan keuangan berkelanjutan atau sustainability reporting.
Sustainability
reporting
sendiri
merupakan
praktek
pengukuran,
pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan
kepada
stakeholder
internal
maupun
eksternal.
Sustainability reporting/laporan berkelanjutan merupakan sinonim atau istilah lain yang menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial (GRI Reports, 2006).
Tanggung jawab perusahaan harus terpaku pada konsep triple bottom line, dimana konsep tersebut diwujudkan dalam triple bottom line reporting yang merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan dari sebuah entitas. Apabila prinsip triple bottom line reporting dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan bahwa akuntabilitas perusahan tidak hanya untuk pelaksanaan kegiatan ekonomi saja, tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan (Deegan, 2004:43). Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985:34). Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan hidup di Indonesia sudah mulai berkembang. Hal ini di tunjukkan dengan adanya peraturan yang mengatur hal tersebut dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Th 2007 yang diberlakukan mulai tanggal 16 agustus 2007. Undang-undang ini mengatur perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang atau yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Agar dapat berkesinambungan perusahaan sangat perlu mempertimbangkan lingkungan sosialnya dalam melakukan pengambilan keputusan. Adanya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah telah mempertegas tentang pentingnya pengungkapan CSR oleh perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya aktivitas perusahaan yang merugikan masyarakat banyak seperti kasus TPST Bojong di
Bogor, kasus PT Newmont di Buyat, kasus PT Freeport Indonesia di Papua dan kasus PT Lapindo Brantas di Sidoarjo (Indonesian Corp Watch, 2008). Dengan adanya pengungkapan CSR diharapkan perusahaan lebih memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial sekitar demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dan masyarakat sekitar. Kewajiban melaksanakan CSR juga diberlakukan bagi perusahaan yang melakukan penanaman modal di Indonesia sebagaimana diatur Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 pasal 15 dinyatakan bahwa: “Setiap penanaman modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan,
membuat
laporan
tentang
kegiatan
penanaman
modal
dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, serta mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejumlah penilitian terdahulu mengenai CSR telah dilakukan seperti penelitian Budiarsi (2005:127) yang menemukan bahwa aktivitas CSR, secara finansial dapat meningkatkan kinerja keuangan (Improve Financial), mengurangi biaya operasional (reduced operating cost), dan memudahkan dalam perolehan dana (accsess to capital). Beberapa penelitian lain seperti diungkap bisnis Indonesia (2007) menunjukkan bahwa CSR berdampak positif terhadap profitabilitas perusahaan maupun imbal hasil saham Penelitian ini menggunakan sektor perusahaan Otomotif disebabkan karena perusahaan Otomotif dapat menimbulkan efek lingkungan dalam proses produksinya
seperti pencemaran limbah, sehingga perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal balik kepada lingkungan disekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kinerja keuangan yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan, profit margin, return on assets, dan return on equity secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 2. Apakah kinerja keuangan yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan, profit margin, return on assets, dan return on equity dan rasio beban tanggung jawab sosial dengan penjualan secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji pengaruh secara parsial kinerja keuangan yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan, profit margin, return on assets, dan return on equity berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. 2. Untuk menguji secara simultan kinerja keuangan yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan, profit margin, return on assets, return on equity, dan rasio
beban tanggung jawab sosial perusahaan dengan pengungkapan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
1.4 Manfaat Penelitian Dalam menyusun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat serta dorongan atau motivasi bagi : 1. Kontribusi teoritis a. Dapat menambah pengetahuan serta penerapan konsep dan teori-teori akademik berkaitan dengan pertanggung jawaban sosial perusahaan yang telah didapat dalam perkuliahan terhadap masalah-masalah yang ada di lapangan atau dalam sebuah perusahaan. b. Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan referensi bagi peneliti sejenis pada penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Kontribusi praktis Bagi perusahaan, sebagai pertimbangan dan pendorong dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan tanggung jawab sosial serta untuk memotivasi perusahaan dalam mengungkapkan informasi pertanggung jawaban sosial.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kajian dan pembahasan mengenai penerapan laporan pertanggung jawaban sosial perusahaan, beban tanggung jawab sosial perusahaan dan
kinerja keuangan pada beberapa perusahaan yang tercakup dalam kelompok industri perusahaan Otomotif pada tahun 2009 sampai tahun 2013.