BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya
dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175) laba menjadi tolok ukur yang penting atas efektivitas dan efisiensi, namun perolehan laba tidak menjamin perusahaan mampu beroperasi dalam jangka panjang. Perusahaan diharapkan dapat beroperasi dalam waktu cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Menurut Belkaoui (2006:271) hal ini sesuai dengan dalil kelangsungan usaha (going concern postulate) yang mengasumsikan bahwa entitas tidak diharapkan akan dilikuidasi pada masa depan atau bahwa entitas akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang berlanjut sampai sekarang berdampak pada perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia. Perekonomian dan bisnis di Indonesia mengalami keterpurukan, banyak perusahaan di Indonesia yang gulung tikar dan tidak bisa meneruskan usaha karena krisis ekonomi dan politik yang terjadi sehingga mendatangkan banyak kendala bisnis. Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik ini tidak hanya dirasakan oleh perusahaan kecil tetapi perusahaan besarpun tidak sedikit yang collapse dan tidak bisa meneruskan usahanya. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang mendapatkan opini audit qualified going concern dan disclaimer pada tahun 1998.
1
2
Menurut Arens et al. (2008:65) permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor dan dimasukan dalam opini auditnya pada saat opini audit tersebut diterbitkan. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan audit menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Tujuan utama auditor menyusun laporan audit adalah untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) Boynton et al. (2002:30). Para pemakai laporan keuangan, dalam hal ini adalah investor terkadang tidak dapat memahami makna yang terkandung dalam laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Investor akan lebih mudah membaca serta lebih mempercayai laporan keuangan auditan. Laporan auditor independen yang memuat opini atas laporan keuangan perusahaan akan digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi investor untuk menentukan investasi yang akan ditanam. Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberi opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha yang digunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktis akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai
3
apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan akuntansi tersebut. Jika pembatasan terhadap lingkup audit tidak memungkinkan auditor untuk memberikan pendapat mengenai kesesuaian tersebut maka pengecualian semestinya dilakukan dalam laporan auditnya SPAP (2011:410.1). Berdasarkan pernyataan ini, dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang di tampakan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat hal-hal lain seperti: masalah eksistensi dan kontinuitas entitas sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan secara cermat adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu entitas (going concern) untuk suatu periode, sehingga opini yang dihasilkan menjadi berkualitas. Para auditor disyaratkan untuk memodifikasi laporan audit untuk ketidakpastian-ketidakpastian yang mungkin mempengaruhi kemampuan klien untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.
Auditor harus mengungkap
ketidakpastian yang demikian di dalam alinea penjelas mengikuti alinea opini. Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern adalah sebagai berikut SPAP (2001:341.3): 1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif. 2. Petunjuk
lain
kemungkinan
kesulitan
keuangan,
misalnya
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen.
4
3. Masalah Intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu proyek. 4. Masalah keluarnya
extern,
misalnya
undang-undang
pengaduan yang
gugatan
pengadilan,
mengancam
keberadaan
perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, bencana yang tidak diasuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama. Going concern merupakan salah satu asumsi dasar yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan. Asumsi ini mengharuskan perusahaan secara operasional memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan akan melanjutkan usahanya pada masa depan. Oleh karena itu, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004). Kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan mengalami permasalahan keuangan (financial distress), maka akan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini tentu akan mempengaruhi opini yang diberikan oleh auditor. Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh perusahaan, berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan kedepan.
5
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan mampu meningkatkan volume penjualan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penjualan yang meningkat menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya. Sebuah perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang positif mempunyai kecenderungan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Kasus yang pertama yang terkait dengan going concern beberapa tahun belakangan yaitu Batavia Air tidak bisa membayar hutang sebesar $4,68 Juta yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012, karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, pihak kreditor mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air. Dimana saat sebelum Batavia Air mengalami kebangkrutan, laporan keuangannya menunjukan kemampuan membayar kewajiban jangka pendek serta jangka panjang, dan arus kas dalam kondisi baik. Laporan keuangan pun mendapatkan opini audit yang wajar tanpa pengecualian dan tidak menerima kualifikasi going concern pada tahun 2011. Namun ternyata Batavia Air justru tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga mengalami kebangrutan. Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan mengapa perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian tiba-tiba berhenti beroperasi. Faktor yang mendorong auditor mengeluarkan opini audit going concern penting untuk diketahui. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam menerbitkan opini audit going concern karena opini ini dapat dijadikan
6
referensi investor berkaitan yang investasinya. Mutchler (1985) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria bagi perusahaan yang akan menerima opini audit going concern, antara lain perusahaan-perusahaan yang memiliki masalah dengan pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern tahun sebelumnya, sedang dalam proses likuidasi, memiliki pendapatan bersih yang negatif, arus kas negatif, pendapatan kerja negatif, modal kerja negatif, mengalami kerugian selama 2 hingga 3 tahun berturut-turut dan jumlah laba ditahan yang negatif. Kasus kedua yaitu pada perusahaan Ades Waters Indonesia, perusahaan ini pada bulan Februari 2008 mempublikasikan Laporan Auditor Independen yang dikeluarkan oleh kantor Akuntan Publik (KAP) Siddharta Siddharta & Widjaja. Satu bulan sebelum perusahaan mempublikasikan Laporan Auditor Independen yaitu pada bulan Februari 2008 harga penutupan saham di bursa untuk perusahaan tersebut adalah Rp 1.410. Sementara pada bulan Maret 2008 yaitu saat perusahaan mempublikasikan Laporan Auditor Independen, harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan drastis yaitu sebesar Rp 1.390. Harga tersebut terus menurun pada bulan-bulan berikutnya hingga mencapai harga Rp 1.110 pada bulan juni 2008. Selain terjadi penurunan harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidak percayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan tersebut akan memberikan dampak yang signifikan dalam berkelanjutan bisnis perusahaan di masa yang akan datang. Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari kreditur
7
akan menyulitkan perusahaan dalam hal tambahan biaya guna oprasional usahanya.
Begitu
juga
dengan
pelanggan,
hilangnya
pelanggan
akan
mengakibatkan terhentinya bisnis perusahaan. Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi. Namun fenomena yang terjadi di lapangan menunjukan banyak dari perusahaan yang go public menerima opini audit going concern dari auditor, yaitu keadaan perusahaan yang tidak sehat namun menerima pendapat unqualified. Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. Pihak yang berkepentingan dalam Laporan Keuangan tersebut sudah tentu akan mengambil tindakan/kebijakan yang salah pula. Hal ini berarti, menuntut auditor agar lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Inilah alasan mengapa auditor bertanggungjawab atas kelangsungan hidup suatu entitas meskipun dalam batas waktu tertentu yaitu satu tahun sejak tanggal penebitan laporan auditor (SPAP, 2011:341.1). Kasus ketiga terjadi pada perusahaan Enron. Akibat dari manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan Enron tersebut banyak investor yang terjebak atas laporan keuangan yang disajikan. Dimana saat sebelum Enron mengalami kebangkrutan, investor memperoleh keyakinan untuk melakukan investasi berdasarkan laporan keuangan. Enron yang mendapatkan unqualifed opinion dan tidak menerima kualifikasi going concern. Namun Enron justru tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya hingga mengalami
8
kebangkrutan. Fenomena tersebut kemudian memunculkan pertanyaan mengapa perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) justru tidak dapat dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Banyaknya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan yang menyebabkan kebangkrutan
perusahaan,
menimbulkan
banyak
pertanyaan
dikalangan
masyarakat mengapa perusahaan-perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian
justru
tidak
dapat
mempertahankan
kelangsungan
hidup
perusahaannya dan bangkrut. Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang
berjudul
“PENGARUH
PROFITABILITAS,
OPINI
RASIO
AUDIT
LIKUIDITAS,
TAHUN
LEVERAGE,
SEBELUMNYA
DAN
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN” (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012).
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang
akan dibahas dan diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana secara parsial rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio
profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
9
2. Bagaimana secara simultan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufatur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah secara parsial rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. b. Untuk mengetahui apakah secara simultan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan dikalangan akademisi secara teoritis mengenai Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage,
Profitabilitas,
Opini
Audit
Tahun
10
Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2012 dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Program Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. 2. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi perusahaan untuk lebih mencermati kelangsungan hidup entitasnya yang berkaitan dengan penerimaan opini auditor. 3. Bagi praktisi akuntan publik Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan terutama bagi auditor dalam memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangungan hidup (going concern) satuan usaha yang akan datang. 4. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pengetahuan yang dapat menambah wawasan dan menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya dan bagi penulis-penulis lain.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan memanfaatkan data perusahaan-
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012 melalui Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Bandung dan
11
website www.idx.co.id. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan September 2013 hingga penelitian selesai dilaksanakan.