BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajer mempunyai kewajiban untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders) melalui laporan keuangan. Laporan keuangan adalah susatu gambaran mengenai posisi keuangan yang dicapai oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu. Laporan keuangan disusun untuk menyajikan informasi yang berguna bagi keputusan bisnis. Informasi yang umumnya digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan adalah informasi laba. Laba merupakan bagian integral dari kontrak formal maupun informal perusahaan dimana manajemen dan investor sebagai pemangku kepentingan terlibat dalam pengambilan keputusan (Watts, 1978). Dalam mengevaluasi performa manajemen, laba menjadi salah satu fokus pemangku kepentingan. Beberapa kontrak menjadikan laba sebagai indikator keberhasilan, misalnya terkait dengan distribusi dividen. Selain itu pemberian bonus dan insentif kepada pihak manajemen juga berdasarkan jumlah laba yang diperoleh. Manajer memiliki tendensi yang kuat untuk melakukan manajemen laba (Pratiwi, 2015). Manajemen laba menjadi isu penting dalam bidang akuntansi, baik bagi akademisi maupun praktisi. Manajemen laba merupakan pilihan yang dapat dilakukan manajer dengan memanfaatkan kebijakan akuntansi untuk mencapai pelaporan laba tertentu (Scott, 1999). Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer (Scott, 1999). Herawaty ( 2008 ) menyatakan bahwa tujuan dari earnings management adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
1 Universitas Sumatera Utara
pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan. Isnugrahadi dan Kusuma (2009) Menyatakan bahwa manajer juga dapat menggunakan manajemen laba untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan menurunkan pajak dan mengurangi regulatory cost. Menurut pratiwi (2015) manajemen laba menjadi permasalahan karena aktivitas ini dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba pada suatu tahun tanpa diimbangi dengan kenaikan profitabilitas ekonomis jangka panjang. Penelitian manajemen laba mengalami perkembangan yang pesat sejak munculnya berbagai skandal yang melibatkan manajemen yang terjadi pada awal abad ke-21. Beberapa skandal misalnya yang
terjadi atas Enron Corporation, World Com, Xerox, dan Vivendi
Universal yang merupakan perusahaan-perusahaan raksasa Amerika Serikat. Kasus manajemen laba juga terjadi di Indonesia, salah satunya skandal yang dilakukan PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2002. Manajemen PT Kimia Farma melakukan penggelembungan (mark up) laba yang dilaporkan pada laporan keuangan tahun 2001 sebesar Rp 32,6 milyar (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Studi komparatif internasional tentang manajemen laba di beberapa negara yang dilakukan oleh Utami (2005), menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling besar tingkat manajemen labanya. Pemilik perusahaan membutuhkan manajer yang cakap, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer yang memiliki kecakapan tinggi dipandang memiliki keahlian memadai di bidang yang menjadi tanggung jawabnya (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009). Manajer tersebut dianggap lebih mampu mengestimasi kebijakan yang diambil terhadap perusahaan. Isnugrahadi dan Kusuma (2009) juga menyatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan sebuah
2 Universitas Sumatera Utara
perusahaan adalah adanya manajer yang berhasil mendisaign proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. Manajer adalah pelaku utama managemen laba. Oleh karena itu kecakapan manajer menjadi faktor penting dalam praktek manajemen laba. Manager berbagai perusahaan dalam penelitian tentang managemen laba pada umumnya diasumsikan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama dalam melakukan praktik managemen laba. Asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar karena manajer memiliki kesempatan dan kemampuan yang berbeda. Hal ini telah diungkapkan pada beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya Isnugrahadi dan Kusuma (2009) dan Utami . Manajemen laba pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya yaitu manipulasi akrual (Roychowdhury, 2006). Akrual merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan labarugi. Laporan keuangan disusun dengan dasar akrual, sehingga angka-angka laporan keuangan akan mengandung komponen akrual, baik akrual yang bersifat diskresioner maupun yang bukan diskresioner (Rahman dan Hutagaol, 2008). Dasar akrual merupakan dasar yang dipergunakan dalam akuntansi sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan dalam bentuk laba. Pentingnya informasi laba mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba. Hal lain yang mendorong pihak manajemen melakukan manajemen laba adalah adanya ketidaksejajaran kepentingan antara pemilik/pemegang saham dengan manajer (masalah keagenan). Kedua pihak memiliki kecenderungan untuk memaksimalkan kepentingan sendiri. Masalah keagenan ini mengakibatkan adanya usaha manajemen untuk memaksimumkan keuntungan pribadinya dengan melaporkan laba secara oportunistik. Tindakan oportunis ini biasa dilakukan oleh manajer-manajer yang tidak memiliki keahlian lebih dalam mengatur dan mengelola perusahaan sehingga laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan (Herlyna 3 Universitas Sumatera Utara
2015). Selain itu tidakan opertunistik juga dapat dilakukan oleh manajer yang memiliki kecakapan yang tinggi untuk memaksimumkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Manajer yang memiliki kecakapan yang tinggi memiliki kemampuan lebih untuk mengolah informasi, dan menentukan kebijakan tertentu sehingga lebih mudah untuk melakukan manajemen laba. Manajer merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan pelaporan keuangan, dengan mengetahui tingkat efisiensi manajer maka dapat disimpulkan apakah tingkat
kecakapan
seorang
manajer yang
tingg iakan
berartimanajer tersebut
tidak
melakukan manajemenlaba atau sebaliknya (Isnugrahadi dan Kusuma , 2009). Agency theory memberikan gambaran bahwa masalah earnings management dapat dieliminasi dengan pengawasan sendiri melalui Good Corporate Governance (Iqbal dan Fachriah, 2007 ). Corporate Governance adalah suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan diantara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (Maksum, 2005). Manajemen adalah salah satu pihak yang terkait dengan penerapan Corporate Governance. Oleh karena itu dengan penerapan Corporate Governance manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba, karena adanya kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang sesuai dengan berbagai aturan dan prinsip yang berlaku. Penerapan prinsip
Good Corporate Governance
secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan (Midiastuti dan Machfoedz,2003). Herawati, 2008 menjelaskan bagaimana
4 Universitas Sumatera Utara
perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen dapat diselaraskan utuk meminimalaisasi praktik manajemen laba antara lain dengan : 1. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. 2. Peningkatan jumlah saham perusahaan yang dimilki olehmanajemen akan mensejajarkan kepentingan antara pemegangsaham dengan manajer. Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah kecenderungan manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen laba. 3. Kepemilikan saham oleh institusional karena mereka dianggapsebagai sophisticated investor
dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor
manajemen sehinggaberdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. 4. Peran monitoring yang dilakukan komisaris independen. 5. Kualitas auditor . Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh implementasi corporate governance
terhadap
manajemen
laba.Namun
penelitian
yang
menunjukkanCorporate
Governance yang memoderasi hubungan antara kecakapan manajerial dan manajemen laba sepanjang pengetahuan penulis masih sangat terbatas dan belum menunjukkan hasil signifikan. Penelitian ini berfokus pada pengaruh dari kecakapan manajerialsuatu perusahaan terhadap tingkat manajemen laba. Penelitian ini menempatkan Good Corporate Governance sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul:
5 Universitas Sumatera Utara
“PENGARUH
KECAKAPAN
MANAJERIAL
TERHADAP
PRAKTIK
MANAJEMEN LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012 – 2014)”
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba ? 2. Apakah corporate governance berperan dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajamen laba ? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba. 2.Untuk memberikan bukti empiris peran proporsi dewan komisaris independen dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba. 3. Untuk memberikan bukti empiris peran kepemilkan institusional dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba. 4.Untuk memberikan bukti empiris peran kepemilikan manajerial dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba.
6 Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Akademisi Penelitian ini diharapakan mampu memberikan pengetahuan tambahan dalam dunia akademi, khususnya yang berkaitan dengan kecakapan manajerial, praktik manajemen laba dan struktur corporate governance. 2. Pembaca dan peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan corporate governancesebagai variabel pemoderasi yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya. 3. Pemakai laporan keuangan dan praktisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana alternatif bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami dan menganalisa
kecakapan
manajerial
dan
struktur
corporate
governance
untuk
meminimalisir praktik manajemen laba. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti mengenai kecakapan manajerial dan pengaruhnya terhadap manajemen laba, serta mengetahui peran corporate governance dalam memoderasi hubungan kedua variabel.
7 Universitas Sumatera Utara