Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang selalu hidup berdampingan
dengan sesamanya. Setiap orang akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat, yang merupakan sekelompok orang dalam sebuah sistem yang berupa interaksi antar individunya. Di dalam masyarakat, orang dapat mempelajari berbagai hal yang tidak akan ditemui dalam kehidupan pribadinya. Pada awalnya, kehidupan bermasyarakat seseorang dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan seiringnya waktu berjalan seseorang akan memasuki masa sekolah dan kehidupan bermasyarakat di luar lingkungan keluarga pun mulai dijalankan. Sekolah merupakan komunitas kecil dari lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan sekolah seseorang belajar untuk bersosialisasi dengan teman-temannya dan semua anggota sekolah. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi dan kehidupan bermasyarakat, tuntutan di dalam lingkungan sekolah semakin tinggi. Tuntutan terhadap mereka yang masih belajar pun semakin meningkat sehingga mereka harus belajar dengan giat demi masa depan mereka. Dengan adanya tuntutan yang tinggi tersebut, tekanan yang berat pun muncul sehingga menyebabkan banyaknya penyimpangan yang terjadi seperti ijime, hikikomori, otakuzoku, toukoukyouhi, dan lainlainnya (Janti, 2006: 188) Hikikomori merupakan salah satu fenomena yang sedang terjadi di Jepang. Penderita hikikomori di Jepang sudah melebihi satu juta orang dan akan terus bertambah. Menurut Kusahira (2007) dan Murakami (2000), Hikikomori adalah sebuah tindakan penarikkan 1
diri dari dunia luar dengan mengurung diri di dalam kamar selama lebih dari enam bulan dan tidak bersosialisasi dengan masyarakat. Kehidupan seorang hikikomori sangat berbeda dengan kehidupan manusia normal. Mereka selalu terjaga pada malam hari dan tertidur pada siang hari. Penderita hikikomori juga sangat suka mengoleksi DVD atau game. Pada umumnya, penderita hikikomori berusia tiga belas tahun sampai lima belas tahun. Tetapi, hikikomori bisa juga terjadi pada orang dewasa. Biasanya penderita hikikomori adalah pria, tetapi ada juga penderita hikikomori yang wanita dengan jumlah yang sedikit. Menurut pandangan Hattori (2005: 189) penyebab hikikomori yang paling banyak terjadi adalah ijime (dianiaya). Korban mengalami tindakan ijime karena malu atau berbeda dengan teman-teman yang lainnya seperti mempunyai kelebihan dalam bidang olahraga dan musik atau mempunyai kekurangan yang membuat mereka berbeda dengan komunitasnya. Mereka juga mengalami tindakan ijime oleh teman-teman mereka dengan alasan tertentu. Dziensinski (2004: 9) menambahkan bahwa sekumpulan populasi yang mempunyai kelebihan atau kekurangan akan mengalami hikikomori yang memerlukan perawatan medis, dan jika hal tersebut terjadi maka orang yang normal akan menjadi alasan terjadinya hal tersebut. Menurut pandangan Kusahira (2007:1) perilaku ijime dapat berupa tindakan dan ucapan. Ijime juga merupakan sebuah gangguan yang berisi ejekan, penganiayaan, perendahan martabat dan lain-lainnya (Roychansyah, 2006). Selain itu juga ada penyebab lain yang menimbulkan terjadinya hikikomori pada seseorang yaitu penyebab internal yang berupa depresi yang sudah di derita oleh penderita hikikomori sebelumnya dan penyebab eksternalnya adalah pengaruh orang tua, pengaruh audio visual, dan kamar pribadi (Janti, 2006: 193)
2
Fenomena hikikomori dalam masyarakat Jepang dapat kita temui dalam film, novel, anime dan lain-lainnya. Novel Tanin No Kao karya Kobo Abe adalah salah satu karya sastra yang menggambarkan kehidupan hikikomori. Novel Tanin No Kao menceritakan tentang kehidupan seorang professor yang mengalami kecelakaan dalam penelitiaannya sehingga wajahnya menjadi rusak dan membuat dirinya menjadi dijauhi oleh lingkungan sekitarnya, kolega dan juga istrinya. Selain itu, masyarakat sekitarnya juga selalu merendahkan dirinya hanya karena tidak mempunyai wajah. Karena hal tersebut dia memutuskan untuk hidup seorang diri di sebuah apartemen tanpa berhubungan dengan masyarakat lain. Dia mulai menutup dirinya, menghindari keramaian, dan lebih menyukai kegelapan yang membuat dirinya merasa nyaman dan terbebas dari tekanan. Tidak hanya itu saja, sejak ia mendapatkan kecelakaan dan wajahnya menjadi terluka ia juga terkena depresi. Dari sisi inilah penulis tertarik untuk meneliti penyebab hikikomori yang ada pada tokoh utama.
1.1.2
Kobo Abe
Kobo Abe adalah nama pena dari Abe Kimifusa yang lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Kita, Tokyo, besar di Mukden, Manchuria, tempat ayahnya yang seorang dokter menjadi staf pengajar di akademi kesehatan. Abe kembali ke Jepang pada tahun 1941, dan mulai kuliah jurusan kedokteran di Tokyo Imperial University. Novel pertamanya berjudul Owarishi michi no shirube ni yang terbit pada tahun 1948, kemudian Daiyon Kampyoki (1959), Tanin no kao (1964) yang berhasil membuatnya menjadi seorang penulis utama Jepang. Selain itu, beliau juga merupakan seorang tokoh teater terkemuka di Jepang.
3
Pada tahun 1952 beliau memenangkan Akutagawa Prize, anugerah sastra paling terkemuka Jepang, untuk novelnya S. Karuma-shi no hanzai. Di tahun 1960, Beliau memenangkan Yomiuri Prize untuk novel Suna no Onna. Pada tahun 1963 Beliau bekerja sama dengan sutradara Hiroshi Teshigahara memngadaptasi novel tersebut sebagai Women in the Dunes dan memenangkan Festival Film Cannes. Lebih dari sepuluh karya Kobo Abe diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. salah satu dari diantara karyanya yang menonjol adalah Tanin no kao (The Face of Another). Karyanya sering mengangkat mengenai tema kesendirian, keterasingan, dan kegilaan dengan corak eksperimental yang kuat. Kobo Abe meninggal dunia pada 22 Januari 1993.
1.2.
Rumusan Permasalahan
Penderita hikikomori sudah makin bertambah dan hikikomori sudah menjadi sebuah fenomena di Jepang. Pada penelitian kali ini, penulis akan menganalisis penyebab hikikomori yang ada di Jepang.
1.3.
Ruang Lingkup Permasalahan
Dalam penelitian ini, penulis membatasi analisis penyebab hikikomori secara eksternal yang akan dibagi menjadi tiga sisi yaitu istri, masyarakat dan kolega. Dan penyebab internal yang dilihat dari tindakan tokoh “Aku” pada novel Tanin no Kao karya Kobo Abe.
4
1.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri tindakan dan penyebab hikikomori yang terjadi pada tokoh “Aku” dalam novel Tanin No Kao karya Kobo Abe. Manfaat penelitian ini adalah agar pembaca dapat memahami lebih dalam lagi kehidupan hikikomori yang sudah menjadi fenomena di Jepang.
1.5.
Metode Penelitian
Penulis akan menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan data yang akan digunakan. Untuk mengkaji data tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu mengelola data dengan memaparkan data-data secara sistematis, factual, dan akurat.
1.6.
Sistematika Penelitian
Bab1 berisi Pendahuluan. Dalam pendahuluan berisi penjelasan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika penulisan. Dalam bab 2 akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan yaitu konsep hikikomori yang akan memaparkan arti, ciri, dan penyebab terjadinya hikikomori. Selain itu, juga ada teori pendukung yang akan digunakan untuk menganalisis. Bab 3 akan memaparkan analisis data fenomena hikikomori dalam novel Tanin No Kao karya Kobo Abe. Penulis akan memaparkan bukti penyebab hikikomori pada tokoh “Aku”.
5
Bab 4 menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan dan saran kepada penulis berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama. Bab 5 berisi uraian singkat dari penulisan skripsi, latar belakang, rumusan permasalahan, serta hasil dari penelitian yang telah dilakukan penulis.
6