1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pada dasarnya, di lingkungan hidup manusia dibutuhkan informasi yang sifatnya
melengkapi kelangsungan hidup manusia. Informasi yang dibutuhkan bersifat aktual. Media merupakan saluran untuk sebaran informasi oleh pengiklan. Dalam era globalisasi yang terjadi dewasa ini berbagai informasi yang terjadi di seluruh dunia dapat diperoleh melalui berbagai media massa. Berdasarkan jenisnya, media massa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Media cetak, misalnya surat kabar, majalah atau buku. 2. Media elektronika, misalnya televisi, radio, komputer, telepon, fax, internet, satelit komunikasi, dsb. Majalah adalah produk pers yang didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini. Karakteristik majalah harus disesuaikan dengan selera pasar. (http://duamata.blogspot.com).
2
Pemasaran adalah peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam-macam strategi dirancang perusahaan supaya produk atau mereknya bisa menjadi nomor satu dibenak konsumen dan persepsi seseorang mempengaruhi perilaku belinya (Prasetijo, 2005). Pembaca menilai sebuah majalah melalui sampul depan. Cantik dan berkualitas itu yang akan menarik perhatian. Jika penghias sampul depan itu popular atau diminati, sudah tentu ada pembaca yang akan membeli. Tajuk-tajuk utama yang dipaparkan pada sampul depan juga memainkan peranan penting. Tajuk tersebut harus catchy, sesuatu yang baru atau lain dari yang lain. Perasaan ingin tahu tentang apa yang dikupas di balik tajuk-tajuk utama yang dipaparkan pada sampul depan, mempengaruhi mereka untuk membeli. Penilaian tidak akan terhenti pada sampul depan. Selepas membeli, pembaca akan menilai juga setiap isi yang terkandung di dalam majalah. Penilaian yang terbaik apabila penggunaan gambar-gambar di dalam majalah adalah cantik dan berkualitas selain tata letak yang kreatif. Penulisan rencana atau kupasan isu yang berkualitas dan menarik memberi persamaan kepada ungkapan beauty with brain. Jika kesemuanya memenuhi citarasa pembaca, majalah itu akan dibeli lagi dan akan ditawarkan kepada yang lain. Bukan mudah untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dan bermutu.
Total product quality is multidimensional and includes customer acceptance as well as the mutual qualitative elements for conformance, performance and reliability (Marlin, 1999, vol.2). Apalagi apabila akan menjadikan sebuah produk itu laris di pasaran serta peningkatan jumlah pembeli yang menggunakan produk tersebut secara berterusan. Begitu juga penerbitan sebuah majalah. Ide dan kreatifitas itu penting untuk menghasilkan yang terbaik serta tampil berbeda dari yang lain. CITACINTA lahir dari pemikiran Femina-Group. Femina dapat dikatakan mempelopori majalah perempuan dengan mottonya dari wanita, untuk wanita, dan oleh wanita ketika lahir
3
18 September 1972. Selama ini Femina Group dikenal fokus ke majalah-majalah gaya hidup dan wanita. Lihat saja produknya seperti Femina, Dewi, fit, Pesona, Ayahbunda, Gadis dan CITACINTA. Menyusul kemudian majalah lisensi seperti Parenting, Seventeen, PC Magazine, Men's Healt Indonesia dan Reader's Digest Indonesia. Karena pemikiran itu akhirnya CITACINTA terbit pertama kali pada tanggal 25 Maret 2000. CITACINTA merupakan bacaan untuk wanita single usia 20-30 tahun agar menjadi pribadi mandiri dan modern, namun tetap menghargai tradisi. CITACINTA juga solusi memantapkan identitas diri pembacanya. Hadir dua minggu sekali, dikemas dalam bahasa akrab dan tampilan segar. Adapun isi majalah tersebut adalah seperti cerita kampus, pemilihan wajah kampus, gaya dan cantik, solusi karier, dan sebagainya. Kebutuhan akan membaca bagi mahasiswa sangatlah diperlukan untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan yang up to date. Untuk itu Penulis tertarik untuk meneliti pada mahasiswi jurusan manajemen, BINUS UNIVERSITY, angkatan tahun 2003-2005. Selain itu, majalah CITACINTA juga banyak dijual disekitar BINUS UNiVERSITY. Mulai tanggal 30 Agustus 2004 CITACINTA tampil lebih praktis dalam ukuran majalah yang didesain handy (bisa di bawa ke mana-mana dan masuk dalam tas) dengan isi dan informasi yang makin padat. CITACINTA melihat saat ini banyak merek majalah yang beredar seperti SPICE, CHICK dan masih banyak lagi merek-merek majalah sejenis yang menawarkan keunggulannya masing-masing. . Majalah CITACINTA sudah memiliki pangsa pasar yang cukup luas, hampir di setiap wilayah-wilayah besar di Indonesia menjadi target pasarnya. Secara
umum,
persentase
pembaca
majalah
CITACINTA
paling
besar
di
Jabodetabek. Dilihat dari jumlah majalah yang beredar setiap kali terbit per Januari 2006 mencapai 70.000 eksemplar dan terus berkembang, di tahun 2007 mencapai 82.500 eksemplar dan di tahun 2008 mencapai 90.000 eksemplar.
4
Kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Sejalan dengan itu, peran media cetak semakin tergeser oleh media elektronik. Media elektronik merupakan alat penyampaian informasi yang paling cepat, efektif dan efisien dengan cakupan yang sangat luas. Salah satu media elektronik yang dapat menyampaikan berbagai informasi yang berkembang di dunia adalah melalui situs internet. Untuk
itu,
CITACINTA
juga
mengulas
isi
majalahnya
melalui
website-nya
WWW.CITACINTA.COM. Jadi untuk para pembaca bisa dengan mudah mendapatkan isi bacaan dalam bentuk majalah atau dari website-nya. Melalui
internet,
informasi
apapun
bisa
kita
dapatkan.
Menurut
website
www.pintunet.com , CITACINTA mendapatkan rating 4,08 dengan 5 sebagai rating maksimumnya yang dinilai oleh beberapa pembaca. Tabel 1.1 Opini Konsumen terhadap Majalah CITACINTA
Cita Cinta (Majalah Wanita)
Sangat Disarankan Nilai Overall=4.08)
Nilai Overall
4.1
Kualitas jurnalistik
3.8
Sampul, Tampilan dan Tata letak
3.8
Kualitas isi & informasi
3.8
Apakah menarik untuk dibaca?
4.2
Harga yang dibayarkan
3.8
sumber : www.pintunet.com
Dari tabel 1.1 dapat kita lihat dari beberapa perwakilan pembaca yang mengomentari tentang nilai keseluruhan tampilan majalah CITACINTA. Ada beberapa opini yang mengomentari tentang kualitas produk majalah CITACINTA, sebagian besar mengatakan bahwa mutu kertas kurang bagus jika beberapa kali dibaca dan isinya terlalu
5
banyak iklan. Hal ini cukup menjadi perhatian bagi perusahaan agar ke depannya kualitas majalah CITACINTA lebih baik lagi dan konsumennya tetap bertahan. Untuk dapat meraih pangsa pasar yang seluas-luasnya, perusahaan harus menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Keputusan pembelian akan tercapai jika produk atau pelayanan telah sesuai atau bahkan melebihi kebutuhan atau harapan konsumen. Untuk itu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengenai ”Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA”.
1.2
Identifikasi Masalah 1. Berapa besar pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA? 2. Berapa besar pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan pembelian majalah CITACINTA? 3. Berapa besar pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
6
1.4
Manfaat Penelitian a) Bagi Perusahaan. Hasil penelitian tentang “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen
terhadap
Proses
Keputusan
Pembelian
Majalah
CITACINTA”,
diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi perusahaan agar CITACINTA terus bertahan di pasarnya dan lebih maju lagi untuk kedepannya.
b) Bagi Penulis. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori yang telah diterima selama perkuliahan, khususnya bidang Manajemen Pemasaran, sehingga penulis dapat menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan menambah kemampuan dalam membuat tulisan ilmiah khususnya mengenai Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA.
7
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2007, p6), Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen Pemasaran terjadi bila sekurang – kurangnya satu pihak pelaku pertukaran potensial berpikir tentang sarana – sarana untuk melaksanakan tanggapan yang diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain. Menurut Stanton (Umar, 2005, p31), Pemasaran adalah keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang – barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Menurut David (2006, p179), Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Durianto, et al (2004, p3), pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.
8
Menurut Ries dan Trout (Prasetijo, 2005, p67), Pemasaran adalah peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen, terhadap produk yang kita tawarkan. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam-macam strategi dirancang perusahaan supaya produk atau mereknya bisa menjadi nomor satu di benak konsumen dan mempengaruhi perilaku belinya. Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran (http://hadisugito.fadla.or.id).
2.1.2
Konsep Pemasaran kebutuhan , keinginan, permintaan
Produk
Pasar
Nilai, Kepuasan pertukaran, transaksi, kemitraan
Nilai Kepuasan
Sumber : Simamora (2003, p 2)
Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran
9
1. Kebutuhan , Keinginan dan Permintaan Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada dan terukir dalam hayati kondisi manusia. keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan institusi sosial. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya. Keinginan menjadi permintaan bila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan; kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh pelanggan yang dituju. 2. Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepelikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya. Oleh karena itu dalam membuat produk harus memperhatikan produk fisik dan jasa yang diberikan produk tersebut. 3. Nilai, Biaya dan Kepuasan Nilai adalah perkiraan pelanggan tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi pelanggan akan memilih produk mana yang akan memberi kepuasan total paling tinggi. Nilai setiap produk sebenarnya tergantung dari seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal, dalam ini termasuk harga. 4. Pertukaran, Transaksi dan Hubungan Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak cukup untuk menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat orang memutuskan untuk memenuhi
10
kebutuhan serta keinginannya dengan pertukaran. Pertukaran adalah salah satu cara mendapatkan suatu produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran merupakan proses dan bukan kejadian sesaat. Masing-masing pihak disebut berada dalam suatu pertukaran bila mereka berunding dan mengarah pada suatu persetujuan. Jika persetujuan tercapai maka disebut transaksi. Transaksi merupakan pertukaran nilai antara dua pihak. Untuk kelancaran dari transaksi, maka hubungan yang baik dan saling percaya antara pelanggan, distributor, penyalur dan pemasok akan membangun suatu ikatan ekonomi, teknis dan sosial yang kuat dengan mitranya. Sehingga transaksi tidak perlu dinegosiasikan setiap kali, tetapi sudah menjadi hal yang rutin. Hal ini dapat dicapai dengan menjanjikan serta menyerahkan mutu produk, pelayanan dan harga yang wajar secara kesinambungan. 5. Pasar Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Istilah pasar untuk menunjukan pada sejumlah pembeli dan penjual melakukan transaksi pada suatu produk. 6. Pemasaran dan Pemasar Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar, pemasaran maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau satu pihak lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli (http://hadisugito.fadla.or.id).
11
2.1.3
Bauran Pemasaran Menurut Kotler & Keller (2007, p23), Bauran Pemasaran telah didefinisikan sebagai
perangkat
alat
pemasaran
yang
digunakan
perusahaan
untuk
mengejar
tujuan
pemasarannya. McCarthy mengklasifikasikan alat – alat ini menjadi empat kelompok besar, yang disebut empat P tentang pemasaran : produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). Keputusan bauran pemasaran harus dibuat untuk mempengaruhi saluran dagang dan juga konsumen akhir. 1. Produk ( Product ) Menurut Umar (2005, p31), Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Yang termasuk dalam produk selain berbentuk fisik juga jasa atau layanan. Produk dapat dibeda – bedakan kedalam beberapa macam. Untuk produk barang, misalnya dalam bentuk seperti mutu, ciri dan desain. Mutu produk menunjukan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaaan dengan produk pesaing, sedangkan desain dapat menyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta coraknya. 2. Harga ( Price ) Menurut Umar (2005, p32), Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.
12
3. Distribusi ( Place ) Menurut David (2006, p182), Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjual partai besar, dan peritel. Menurut Umar (2005, p34), Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. 4. Promosi ( Promotion ) Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan ujung – ujungnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk ini perlu disusun strategi Bauran Promosi yang terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan perorangan (personal selling). (Umar, 2005, p35).
2.1.4
Produk Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p166), Produk adalah barang atau jasa
yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2006, p7), Product is anything that can be offered to
a market for attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want or need. artinya bahwa produk merupakan sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Mc. Carty (Simamora, 2003, p139), Produk yaitu suatu tawaran dari sebuah perusahaan dari sebuah perusahaan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan.
13
Menurut Purnawarman (2004), Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan. Menurut Kotler (2002, p18), Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan dalam standar internasional, produk adalah barang atau jasa yang berarti : •
Hasil kegiatan atau proses (produk wujud dan terwujud, seperti jasa, program komputer, desain, petunjuk pemakaian).
•
Sesuatu kegiatan proses (seperti pemberian jasa atau pelaksanaan proses produksi). Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepemilikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya.
Menurut Angipora (2002, p26), Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Dapat disimpulkan bahwa produk itu bukan hanya berupa barang nyata tetapi bisa berupa jasa, maka produk dapat memberikan kepuasan yang berbeda sehingga perusahaaan dituntut untuk lebih kreatif dan berpandangan luas terhadap produk yang dihasilkan. Menurut Simamora (2003, p141), berdasarkan perilaku konsumen dalam membeli, selanjutnya produk konsumen terdiri dari : •
Convenience products adalah produk – produk yang pembeliannya sering, harus ada segera, dan usaha konsumen membanding-bandingkan produk sebelum memperoleh produk yang sesuai rendah. Biasanya, produk demikian harganya murah dan tersedia luas. Ada yang dibeli secara teratur, karena harus selalu ada. Misalnya, pasta gigi, kecap, dan garam. Ada juga yang pembeliannya bersifat spontan, tidak teratur dan tanpa terencana. Misalnya, permen, majalah (untuk yang tidak berlangganan).
14
•
Shopping
products
adalah
barang
yang
kalau
pembeliannya,
pembeli
membanding-bandingkan karakteristik produk dengan produk lain dalam hal harga, kualitas, desain dan gaya, sebelum mengambil keputusan. Contohnya, pakaian, perabotan, dan barang-barang elektronik. Shopping products dapat dibedakan menjadi produk homogen (kualitas produk sama, pembeli hanya untuk membandingkan harga) dan heterogen (fitur produk lebih penting dari pada harga). •
Specialty products adalah barang yang memiliki karakteristik unik atau yang pembeliannya diasosiasikan dengan grup pembeli yang eksklusif, misalnya mobil ferrari, mobil pajero, jam tangan rolex. Harga tidak menjadi masalah, bagi pembeli semakin langka produk semakin tinggi nilainya.
•
Unsought products merupakan barang-barang yang belum dikenal oleh pembeli atau yang sudah dikenal tetapi tidak pernah memikirkan untuk membelinya walaupun memilki kemampuan untuk membeli. Misalnya, produk-produk baru berupa laser anti maling untuk rumah, asuransi jiwa, atau pistol gas air mata.
Menurut Tunggal (2005, p90), Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada suatu pasar untuk perhatian, akuisisi, pemakaian, atau konsumsi untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Menurut Kotler (Tunggal, 2005, p91), mendefinisikan lima tingkatan untuk suatu produk, yaitu : •
Core product level
adalah kebutuhan atau keinginan dasar yang dapat
memuaskan konsumen dengan mengkonsumsi produk atau jasa tersebut. •
Generic product level adalah versi dasar dari produk yang memuat hanya atribut atau karakteristik yang secara mutlak diperlukan agar berfungsi tanpa membedakan fitur.
15
•
Expected product level
adalah sekumpulan atribut atau karakteristik, yang
pembeli biasanya harapkan atau setuju ketika mereka membeli suatu produk. •
Augmented product level, mencakup atribut produk tambahan, manfaat, atau jasa yang berkaitan yang membedakan produk dari pesaing.
•
Potential product level,
mencakup seluruh tambahan dan transformasi yang
dialami suatu produk pada akhirnya pada masa yang akan datang.
2.1.5
Kualitas Produk Pada masa sekarang, kualitas tidak hanya merupakan usaha untuk memenuhi
persyaratan spesifikasi yg telah ditentukan atau usaha untuk mengurangi produk yg rusak, tetapi lebih luas dari hal tersebut. Kualitas merupakan usaha menyeluruh yang meliputi setiap usaha perbaikan organisasi dalam memuaskan pelanggan (Bounds, 1994). Thomas Hugue (Hessel, 2003, p74), mengatakan : “what I call big for what others might call” total
quality involves more than product quality. quality has come to include level of service to the customer, responsiveness to the customer, delivery performance, competitive pricing, comprehension or anticipation of where the customer is going the market-place all the thing that define your worth in the mind of the customer”. Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat, bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Pengertian Kualitas menurut beberapa ahli (Yamit, 2005, p7): 1. W. Edwards Deming, kualitas dapat didefinisikan sebagai apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
16
2. Crosby, kualitas adalah nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. 3. Juran , mutu merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi. 4. Kotler, kualitas adalah total fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi keinginan yang dinyatakan atau yang tersirat. 5. Tjiptono, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. 6. Garin dan Davis, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan serta dapat mempengaruhi kinerja dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil nilai akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
2.1.5.1
Dimensi Kualitas Produk Menurut Durianto (2004, p38), Dimensi Kualitas Produk adalah : •
Kinerja adalah dimensi paling dasar dan berhubungan dengan fungsi utama suatu produk. Konsumen akan kecewa jika harapan mereka atas dimensi ini tidak terpenuhi.
17
•
Reliabilitas, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu.
•
Feature (karakteristik produk), dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Karena perkembangan feature ini hampir tidak terbatas sejalan dengan perkembangan teknologi, maka feature menjadi target para produsen untuk berinovasi dalam rangka memuaskan pelanggan.
•
Keawetan adalah dimensi kualitas produk keempat yang menunjukan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Produk disebut awet kalau bertahan setelah berulang kali digunakan atau sudah lama sekali digunakan.
•
Konsistensi. Dimensi ini menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu.
•
Desain adalah dimensi yang unik dan banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Menurut Juran (Nasution, 2004) Kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguanaan itu didasarkan atas 5 ciri utama berikut : -
teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
-
psikologis, yaitu citra rasa atau status
-
waktu, yaitu kehandalan
-
kontraktual, yaitu adanya jaminan
-
etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur
18
Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika bila digunakan. Kecocokan pengguanaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki 2 aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan. •
Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan Ciri-ciri produk berkualitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
•
Bebas dari kelemahan Suatu produk berkualitas tinggi apabila didalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada cacat sedikitpun.
Menurut Kotler dan Armstrong (2006, p299), Product quality is the ability of a
product to perform its function, it includes the product’s several durability, reliability, precision, easy of operation and repair, and other valued attributes. Dari pengertian diatas, mutu produk adalah kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu kegunaan dari produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan dan nilai-nilai yang lainnya. Dalam memasarkan suatu produk, kualitas harus diukur melalui sudut pandang konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri, sehingga selera konsumen disini sangat
19
berpengaruh. Oleh karena itu dalam mengelola kualitas suatu produk harus sesuai dengan kegunaan yang diinginkan oleh konsumen. Kualitas produk merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan di pasar. Kualitas produk dapat menciptakan suatu keunggulan bersaing pada suatu badan usaha. Setiap orang memilki cara pandang dan standar yang berbeda di dalam menilai barang atau jasa yang ditawarkan. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk dalam menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu pengertian gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atributatribut lainnya.
2.1.6
Persepsi Konsumen Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p136), individu bertindak dan bereaksi
berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi pemasar, persepsi konsumen jauh lebih penting dari pada pengetahuan mereka mengenai realitas yang obyektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya. Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu sekali memahami gagasan persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga mereka dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat menjelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”.
20
Menurut Prasetijo (2005, p67), dari definisi yang umum dapat dilihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Cara memandang dunia luar sudah pasti dipengaruhi oleh sesuatu dari dalam maupun luar orang itu. Media massa dengan segala bentuknya dapat membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal pemasaran, pengaruh iklan di media massa, kemasan produk, papan reklame, dan sebagainya mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu produk atau merek. Menurut Solomon (Prasetijo, 2005, p67), Persepsi sebagai proses di mana sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya diinterpretasikan. Sensasi datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera, yaitu mata, telinga, hidung, mulut dan kulit yang disebut juga sistem sensorik. Input sensorik atau sensasi yang diterima oleh sistem sensorik manusia disebut juga dengan stimulus. Menurut William J. Stanton dalam Setiadi (2003, p160) persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimulti (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan menurut Webster dalam Setiadi (2003, p160) persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh : 1. Karakteristik dari stimuli. 2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya. 3. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri. Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Kita merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma, dan rasa dari stimuli. Perilaku kita kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi fisik ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang sangat banyak. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen.
21
STIMULI
Sensasi
Pemberi Arti
− Penglihatan − Suara
Indera Penerima
− Bau
Perhatian
Interpretasi
− Rasa
PERSEPSI
Tanggapan
Sumber : Setiadi (2003, p161)
Gambar 2.2 Proses Perseptual
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas. Gambar 2.2 menjelaskan mengenai bagaimana stimuli ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian diproses oleh penerima stimulus (persepsi). Dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang. Faktor-faktor itu adalah : -
Faktor Internal •
Pengalaman
•
Kebutuhan saat itu
•
Nilai-nilai yang dianutnya
•
Ekspektasi atau harapan
22
-
Faktor Eksternal •
Tampakan produk
•
Sifat-sifat stimulus
•
Situasi lingkungan
2.1.6.1
Persepsi Subliminal Menurut Lefton (Prasetijo, 2005, p73), mengartikan persepsi subliminal sebagai
persepsi terhadap stimulus yang diberikan di bawah tingkat ambang rangsang sehingga penerima tidak sadar akan adanya stimulus itu. Pengaruh melalui persepsi subliminal tidak mudah dibuat karena pemasar tidak mau menanggung risiko yang terlalu besar.
2.1.6.2
Persepsi dan Selektivitas Persepsi adalah fenomena yang selektif. Karena kapasitas memori dalam otak
manusia terbatas, maka seseorang cenderung menyaring stimulus yang dihadapi, memilah dan memilih stimulus yang mana akan disimpan dalam memori. •
Selective
Exposure
:
Orang
cenderung
mengabaikan
stimulus
yang
menyebabkan kekuatiran, ketidaknyamanan dan yang tidak penat. Pada umumnya, orang hanya tertarik pada stimulus yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan (memenuhi kebutuhannya). -
Zipping : Memindah saluran pada saat iklan dalam interlude sebuah film atau secara kesayangan.
-
Zapping : Sama sekali tidak mau melihat iklan, misalnya pada waktu membaca majalah.
-
Muting : Mengecilkan atau mematikan volume (suara) televisi maupun radio pada waktu iklan.
23
•
Selective Attention : Orang cenderung selektif dalam perhatiannya pada atau keterlibatannya dengan stimulus-stimulus yang berbeda.
•
Selective Interpretation : Stimulus yang diterima akan diinterpretasikan secara aktif subyektif.
•
Selective Retention : Untuk efisiensi orang melupakan, menyaring atau gagal untuk menyimpan stimulus yang prioritasnya rendah atau tidak penting. Hal ini sering disebut juga perceptual defense dan atau perceptual blocking.
Perhatian juga selektif dalam hal cara konsumen merespon stimulus yang dihadapi, seperti bila konsumen berada di gerai dengan banyak kategori produk yang dipajang. Berikut ini adalah gambaran perilaku mereka. •
Evoked Set adalah urutan merek yang spesifik dalam suatu kategori produk tertentu yang dipertimbangkan oleh konsumen pada waktu memilih produk untuk dibeli. Merek yang berada di deretan paling depan, pastilah produk yang pernah dibeli dan memuaskan dan paling sering digunakan.
•
Input Set adalah merek-merek yang dikeluarkan dari pertimbangan konsumen.
•
Inert set
adalah merek-merek yang dianggap tidak menarik karena tidak
memiliki manfaat-manfaat tertentu.
2.1.6.3
Dinamika Persepsi •
Sifat-sifat stimulus Stimulus pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan kemasan, nama merek, iklan (termasuk model, jenis kelamin, ukuran iklan dan sebagainya) dan posisi iklan atau waktu tayangnya serta lingkungan editorialnya.
24
Faktor stimulus yang penting dalam persepsi konsumen adalah : -
Contrast, merupakan salah satu sifat stimulus yang paling dapat menarik perhatian,
menguatkan
persepsi
dengan
menonjolkan
perbedaan
intensitas stimulus itu. Jadi, konsumen menerima stimulus
yang
berhubungan dengan konteksnya. Hal ini mendasari prinsip sosok dan latar. -
Closure (pengutuhan), adalah kecenderungan orang untuk mengisi, secara persepsi, bagian yang hilang dari stimulus yang tidak lengkap.
-
Proximity (kedekatan), menurut prinsipnya, benda atau artikel yang berdekatan satu sama lain dalam wawasan waktu maupun ruang akan dipersepsi sebagai bagian-bagian yang berhubungan dari suatu pola atau konfigurasi.
-
Similarity (grouping). dalam suatu konglomerasi stimulus, orang akan mempersepsi obyek-obyek yang kelihatan sama menjadi satu kelompok.
-
Ukuran, warna, posisi dan usia dari stimulus itu. Ukuran, warna dan posisi produk dalam stimulus, atau dalam hal ini iklan, harus sesuai dengan positioning produk; sedangkan stimulus yang baru tentu saja akan lebih menarik perhatian dari pada yang sudah usang.
•
Expectation (harapan) Harapan ini dibentuk dari pengalaman sebelumnya, dari informasi yang dia peroleh melalui media massa dan dari kenalannya, atau juga dari apa yang dilihat, didengar dan diraba saat itu. Produk diberi kemasan dengan bahan, warna
dan
gambar
tertentu.
Semua
itu
merupakan
mengkondisikan prospek untuk membentuk ekspektasi.
sesuatu
yang
25
•
Motive Motif
adalah
dorongan
untuk
memenuhi
kebutuhan.
Orang
cenderung
memasukkan stimulus yang cocok dengan motifnya ke dalam persepsinya. Semakin kuat kebutuhannya, semakin besar kecenderungan untuk mengabaikan stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu.
2.1.6.4
Pengaruh yang Mendistorsi Persepsi •
Physical Appearance. Orang cenderung suka pada kualitas yang mereka asosiasikan dengan orang-orang tertentu yang mirip dengan mereka dalam halhal tertentu yang relevan (dipersepsi sebagai orang yang mirip dia).
•
Stereotype. Gambaran yang selalu ada dalam benak seseorang (stereotype) merupakan harapan orang tersebut akan terjadinya situasi-situasi khusus atau munculnya orang-orang tertentu atau kejadian-kejadian tertentu dalam suatu situasi.
•
Sumber-sumber yang dihormati biasanya memberi bobot persepsi yang lebih.
•
Irrelevant cues. Membeli produk dalam jumlah banyak karena tertarik pada hadiahnya yang imut.
•
First impression atau kesan pertama . Perkenalan produk adalah tahap sangat penting yang akan masuk dalam persepsi konsumen.
•
Jumping to Conclusions. Sering kali orang menyimpulkan, terutama dalam hal kinerja produk, sebelum melihat bukti-bukti yang relevan.
•
Halo Effect adalah kesan umum (jelek maupun baik) yang diberikan pada interpretasi stimulus yang tidak penat.
26
2.1.6.5
Kualitas yang Dipersepsi Pada umumnya, konsumen menentukan kualitas suatu produk berdasarkan pada
berbagai macam isyarat informasi yang dihubungkan dengan produk tersebut. •
Isyarat intrinsik – ukuran, warna, rasa, atau aroma. Isyarat ini dianggap lebih rasional dan obyektif karena atribut itu merupakan stimulus yang dapat diterima oleh panca indera.
•
Isyarat ekstrinsik - bersifat di luar (eksternal) produk seperti harga, citra toko atau citra produsennya. Di sinilah peran positioning menjadi penting sekali. Penelitian mengungkapkan bahwa konsumen sangat mempercayai harga sebagai indikator kualitas.
2.1.6.6
Resiko yang Dipersepsi Konsumen Resiko selalu mengikuti setiap pengambilan keputusan; demikian juga keputusan
beli. Resiko yang dipersepsikan konsumen mencakup; •
Functional risk atau performance risk, yaitu resiko bila produk tidak dapat memberikan kinerja seperti yang diharapkan. Resiko ini diatasi oleh penjual dengan memberikan after sales service, garansi, dan sebagainya.
•
Physical Risk, yaitu resiko pada diri sendiri atau orang lain yang mungkin akan diakibatkan oleh produk.
•
Financial risk, yaitu resiko bila produk tidak sesuai dengan harganya. dalam mengambil suatu program pendidikan, orang akan berpikir, sudah mahal-mahal membayar, susah belajarnya, apakah nanti mudah mendapatkan pekerjaan bila lulus.
•
Social Risk, yaitu resiko yang ditimbulkan bila ternyata produk yang dipilih malah menimbulkan penghinaan dan menyebabkan perasaan malu.
27
•
Psychological risk, yaitu resiko bila produk malah melukai ego konsumen.
•
Time risk, yaitu resiko bila waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan produk akan sia-sia karena kinerja produk tidak seperti yang diharapkan.
•
Resiko legal, yaitu resiko terjadinya tuntutan hukum oleh pihak ketiga.
Pengaruh dari resiko-resiko yang dipersepsikan oleh konsumen itu tidak boleh diabaikan pemasar. Bila motivasi untuk mendapatkan produk cukup besar, untuk menghilangkan ketegangan yang dialami mereka akan berusaha meyakinkan diri bahwa resiko itu tidak sedemikian perilaku-perilaku berikut ini. •
Konsumen mencari informasi. Informasi yang didapat akan digunakan untuk mempertimbangkan
penentuan
alternatif-alternatif
dan
akhirnya
dalam
mengambil keputusan. •
Brand Loyalty. Konsumen memilih produk berdasarkan pengalaman penggunaan atau konsumsi produk di waktu-waktu yang lalu, yang pernah memberi kepuasan.
•
Konsumen memilih berdasarkan brand image atau citra produk atau merek.
•
Konsumen membeli model yang paling mahal. Konsumen mempersepsi adanya korelasi positif antara harga dan kualitas. Jadi kualitas adalah faktor penting dalam pembelian.
•
Konsumen mencari jaminan, mencoba sebelum membeli dan sebagainya. Dalam hal ini peran opinion leaders (pemimpin pendapat) juga besar.
2.1.7
Konsep Perilaku Konsumen Menurut Engel et al, (Umar, 2005, p49), Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai
suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan
28
tersebut. Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli yang dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Setelah itu mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan dengan mengevaluasinya dalam penyeleksian. Selanjutnya adalah keputusan pembelian dan diakhiri dengan perilaku setelah pembelian di mana membeli lagi atau tidak tergantung dari tingkat kepuasan yang didapat dari produk atau jasa tersebut. Menurut David L.Loudon dan Albert J.Della Bitta (Simamora, 2003, p81), lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p136), individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi pemasar, persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan mereka mengenai realitas yang obyektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya. Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu sekali memahami gagasan persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga mereka dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen. Menurut Schiffman dan kanuk (2007, p485), Keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.
29
Menurut Kotler dan Keller (2007, p214), faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah : •
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
•
Sosial. Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
•
Pribadi. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan, keadaan ekonomi.
•
Psikologis. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan konsumen.
2.1.7.1
Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler & Keller (2007, p235), Proses pembelian dimulai saat pembeli
mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Menurut Simamora (2004, p15), suatu proses keputusan pembelian bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli : 1. Pemrakarsa ( Initiator ). Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.
30
2. Pemberi pengaruh ( Influencer ). Orang yang pandangannya atau nasehatnya diperhitungkan dalam pengambilan keputusan akhir. 3. Pengambil Keputusan ( Decider ). Seseorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau keseluruhan keputusan membeli, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli, atau di mana membeli. 4. Pembeli ( Buyer ). Orang yang melakukan pembelian nyata. 5. Pemakai ( User ). Orang yang mengkonsumsi atau memakai produk atau jasa.
31
Pengaruh Eksternal
M A S U K A N
Usaha Pemasaran perusahaan 1. 2. 3. 4.
Produk Promosi Harga Distribusi
Lingkungan Sosial Budaya 1. Keluarga 2. Sumber Informal 3. Sumber nonkomersial lain 4. Kelas sosial 5. Subbudaya dan budaya
Pengambilan Keputusan Konsumen
P R O S E S
Pengenalan Kebutuhan Penelitian sebelum pembelian
Bidang Psikologi 1. 2. 3. 4. 5.
Motivasi Persepsi Pengetahuan Kepribadian Sikap
Evaluasi alternatif Pengalaman
Perilaku Setelah Keputusan
K E L U A R A N
Pembelian 1. Percobaan
Evaluasi setelah pembelian
2. Pembelian ulang
Sumber : Schiffman dan Kanuk (2007, p493)
Gambar 2.3 Model Pengambilan Keputusan Konsumen
32
Model ini tidak dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kerumitan pengambilan keputusan konsumen. Sebaliknya, dirancang untuk menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan. Menjadi satu keseluruhan yang berati. Model tersebut memiliki tiga komponen utama yaitu, masukan, proses, keluaran. 1. Masukan Komponen masukan dalam pengambiilan keputusan konsumen memilki berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai – nilai, sikap, perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk. Yang utama dari berbagai masukan ini adalah : •
Masukan Pemasaran Kegiatan
memberikan
pemasaran informasi,
merupakan dan
usaha
membujuk
langsung
konsumen
untuk
untuk
mencapai,
membeli
dan
menggunakan produknya. Kegiatan strategi bauran pemasaran khusus yang terdiri dari produk itu sendiri (termasuk kemasan, ukuran, dan jaminannya): iklan di media massa, pemasaran langsung, penjualan personal dan berbagai usaha promosi lainnya; kebijakan harga, dan pemilihan saluran disribusi untuk memindahkan produk dari pabrikan kepada konsumen. Akhirnya, dampak berbagai usaha pemasaran suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap semua usaha ini. Jadi para pemasar harus senantiasa mewaspadai persepsi konsumen dengan mensponsori riset konsumen, daripada bergantung kepada dampak pesan-pesan pemasaran mereka yang diharapkan. •
Masukan Sosial budaya Tipe masukan yang kedua, lingkungan sosial budaya, juga mempunyai
pengaruh besar terhadap konsumen. Pengaruh kelas sosial, budaya, dan
33
subbudaya, walaupun kurang nyata merupakan faktor – faktor masukan penting yang dihayati dan diserap dan mempengaruhi bagaimana para konsumen menilai dan akhirnya menolak produk. Dampak kumulatif usaha pemasaran setiap perusahaan : pengaruh keluarga, teman – teman dan para tetangga; dan aturan perilaku masyarakat yang ada semuanya merupakan masukan yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli para konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli. 2. Proses Komponen proses dalam model ini berhubungan dengan cara konsumen mengambil
keputusan.
Untuk
memahami
proses
ini,
kita
harus
mempertimbangkan pengaruh berbagai konsep psikologis. Bidang psikologis mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen (apa yang mereka butuhkan, atau inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai pilihan produk, kegiatan mereka dalam pengumpulan informasi dan penilaian mereka mengenai berbagai alternatif). Tindakan pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yakni : •
Pengenalan kebutuhan Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p494), pengenalan kebutuhan
mungkin terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu ”masalah”. Di kalangan konsumen ada dua gaya pemahaman masalah atau pengenalan kebutuhan yang berbeda. Beberapa konsumen merupakan tipe keadaan yang sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Sebaliknya, konsumen lain
34
adalah tipe keadaan yang diinginkan, dimana bagi mereka keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat menggerakan proses keputusan. •
Penelitian sebelum pembelian Penelitian sebelum pembelian dimulai ketika konsumen merasakan adanya
kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ingatan kepada pengalaman yang lalu dapat memberikan informasi yang memadai kepada konsumen untuk melakukan pilihan sekarang ini. Sebaliknya, jika konsumen tidak mempunyai pengalaman sebelumnya, ia harus melakukan penelitian yang mendalam mengenai keadaan di luar dirinya untuk memperoleh informasi yang berguna sebagai dasar pemilihan. Konsumen biasanya mencoba mengingat sebelum mencari berbagai sumber informasi eksternal mengenai kebutuhan yang berhubungan dengan konsumsi tertentu. Pengalaman yang lalu dianggap sebagai sumber informasi internal. Semakin besar kaitannya dengan pengalaman yang lalu, semakin sedikit informasi luar yang mungkin dibutuhkan konsumen untuk mencapai keputusan. Banyak keputusan konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu dan informasi pemasaran dan nonkomersial. Tingkat risiko yang dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses pengambilan keputusan. Menurut
Kotler
&
Keller
(2007,
p235),
Konsumen
yang
tergugah
kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua tingkat. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian menguat. Pada tingkat itu sesorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk. Pada tingkat selanjutnya, orang itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi. Melalui pengumpulan informasi,
35
konsumen mengetahui tentang merek – merek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut. Dalam tahap pencarian informasi dalam proses keputusan pembelian, mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah, atau dengan cara mengaktifkan pengetahuan dari ingatan yaitu, Informasi Eksternal: a
Sumber atau informasi dari publik yaitu variasi tingkat produknya, harganya atau dikenal dengan laporan konsumen.
b
Dominasi pemasaran yaitu iklan, website perusahaan dan para pelaku pemasaran.
Informasi Internal: a
Menggunakan ingatannya kembali pengalaman dalam menggunakan merek atau produk tersebut.
b •
Merasa cukup puas dengan produk yang sering digunakan.
Penilaian Alternatif Rangkaian merek yang diminati. Dalam konteks pengambilan keputusan
konsumen, rangkaian merek yang diminati mengacu pada merek-merek khusus yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian dalam kategori produk tertentu. Rangkaian merek yang diminati seorang konsumen dibedakan dari rangkaian merek tidak layak yang terdiri dari berbagai merek yang dikeluarkan konsumen dari pertimbangan pembelian karena dirasa tidak dapat diterima dan dari rangkaian merek yang tidak aktif, yang terdiri dari berbagai merek yang tidak menarik perhatian konsumen karena dirasakan tidak mempunyai keuntungan khusus apapun. Terlepas dari jumlah merek dalam suatu kategori produk, rangkaian merek yang diminati seorang konsumen rata-
36
rata cenderung sangat kecil, sering hanya terdiri dari tiga sampai lima merek. Tetapi penelitian menunjukan bahwa rangkaian merek yang dipertimbangkan konsumen meningkat jumlahnya jika pengalaman dengan suatu golongan produk bertambah. Rangkaian merek yang diminati terdiri dari sedikit merek yang dikenal baik, diingat dan dirasakan dapat diterima oleh konsumen. Semua merek
Semua merek yang dikenal
Semua merek yang tidak dikenal
merek yang
merek yang tidak layak
merek yang inert
diminati Merek yang dapat diterima
Merek yang tidak dapat diterima
Merek yang dibeli
Merek yang dianggap biasa
Merek yang diabaikan
Merek yang tidak dibeli
Sumber : Schiffman & Kanuk (2007, p498)
Gambar 2.4 Rangkaian merek yang diminati sebagai bagian dari semua merek dalam kelas produk tertentu.
37
Kriteria yang digunakan untuk menilai merek. Kriteria yang digunakan para konsumen untuk menilai merek yang merupakan rangkaian merek yang mereka minati biasanya dinyatakan dari sudut sifat-sifat produk yang penting. Jika perusahaan mengatahui bahwa para konsumen akan menilai berbagai alternatif, mereka kadang-kadang mengiklankan dengan cara menganjurkan kriteria yang harus digunakan konsumen dalam menilai pilihan produk atau jasa. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p501), ada juga cara untuk memudahkan konsumen dalam pengambilan keputusan dengan memberikan garis pedoman atau menjadikannya kebiasaan yang dikenal dengan kaidah keputusan. Menurut Kotler & Keller (2007, p237), terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model – model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan nasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing – masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda – beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. 3. Keluaran Porsi keluaran dalam model pengambilan keputusan konsumen menyangkut dua kegiatan pasca – pembelian yang berhubungan erat yakni:
38
•
Perilaku Pembelian Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p506), Perilaku pembelian konsumen
mempunyai tiga tipe yaitu: o
Pembelian percobaan, yaitu ketika konsumen membeli suatu produk atau merek untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, jadi pembelian percobaan ini merupakan tahap perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.
o
Pembelian ulang, yaitu berdasarkan percobaan yang dirasakan lebih memuaskan atau lebih baik dari merek – merek lain. Pembelian ulang biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen bersedia untuk memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar.
o
Pembelian komitmen jangka panjang,
yaitu
pembelian
yang
dilakukan konsumen yang biasanya beralih secara langsung dari penilaian terhadap komitmen jangka panjang (melalui pembelian), tanpa kesempatan untuk percobaan yang sesungguhnya. Biasanya untuk barang – barang yang paling tahan lama. •
Penilaian Pasca pembelian Ketika konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian
percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan mereka. Ada tiga hasil penilaian yang mungkin timbul : (1) kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral ; (2) kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai pemenuhan harapan secara positif ; dan (3) kinerja dibawah harapan, yang
39
menimbulkan pemenuhan harapan secara negatif dan ketidak puasan. Untuk masing-masing hasil ini, harapan dan ketidakpuasan konsumen mempunyai hubungan erat; yaitu, konsumen cenderung menilai pengalaman mereka terhadap harapan-harapan mereka ketika melakukan penilaian pasca pembelian. Unsur penting dalam penilaian pasca pembelian adalah berkurangnya ketidak pastian atau keraguan konsumen mengenai pemilihan. Sebagai bagian dari analisis merupakan pemilihan yang bijaksana; jadi, mereka berusaha mengurangi ketidakcocokan kognitif pasca pembelian.
40
2.2
Kerangka Pemikiran MEDIA CETAK
FEMINA-GROUP - MAJALAH CITACINTA -
KUALITAS PRODUK
PERSEPSI KONSUMEN
(X1)
(X2)
•
kinerja
•
reliabilitas
•
keawetan
•
HARAPAN
•
desain
•
MOTIF
•
SIFAT-SIFAT STIMULUS
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y) •
PENGENALAN KEBUTUHAN
•
PENELITIAN SEBELUM PEMBELIAN
•
EVALUASI ALTERNATIF
•
PERILAKU PEMBELIAN
•
PENILAIAN PASCA PEMBELIAN
41
2.3
Hipotesis
T – 1 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. Ho
:Tidak
ada
pengaruh
Kualitas
Produk
terhadap
Proses
Keputusan
Pembelian majalah CITACINTA. Ha
: Ada pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
T – 2: Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. Ho
:Tidak ada pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ha
: Ada pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
T – 3
: Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ho
: Tidak ada pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ha
: Ada pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
42
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Desain penelitian yang dipergunakan adalah metode kausal. Menurut Umar (2005,
p105), Desain Kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Pada penelitian ini menggunakan time horison cross section. Cross section adalah informasi dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu, dapat dilakukan dalam beberapa hari bahkan beberapa minggu atau karena situasi. Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan
Jenis dan Metode
Unit Analisis
Time Horison
Penelitian T–1
Kausal - Survei
Individu Æ Responden
Cross Section
T–2
Kausal – Survei
Individu Æ Responden
Cross Section
T-3
Kausal - Survei
Individu Æ Responden
Cross Section
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian Definisi Operasional adalah penentuan construct
sehingga menjadi variabel yang
dapat diukur (Indriantoro, 2002, p69). Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.
43
Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006, p31). Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Skala Sub variabel
Variabel
-
Kinerja
-
Reliabilitas
-
Keawetan
Kualitas Produk (X1)
-
Desain
Indikator
Ukuran
Pengukuran
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
1. Bahasa mudah dimengerti 2. Memberitakan sesuai fakta yang ada 3. Content-nya berbobot 4. Terbit tepat waktu 5. Mudah didapat 6. Mutu kertas baik 7. Penjilidan rapih 8. Tata letak tulisan rapih 9. Penyelarasan warna yang catchy 1. Kontras
Persepsi
Sifat-sifat stimulus
Konsumen (X2) -
Harapan
2. Ukuran di desain
handy
sesuai 3. motto dengan isi 4. Beritanya up to
date
5. Desainnya menarik 6. Bisa inspirasi
menjadi
44
-
Motif
7. Informasinya lengkap
-
Pengenalan kebutuhan
1. Sadar akan adanya kebutuhan
-
Penelitian sebelum pembelian
-
Evaluasi alternatif
4. Sumber informasi eksternal 5. Rangkaian merek yang diminati
-
Perilaku pembelian
6. Harga terjangkau 7. Pembelian percobaan
Proses Keputusan Pembelian (Y)
2. Adanya masalah 3. Sumber informasi internal
-
Penilaian pasca pembelian
Ordinal
Likert
8. Pembelian kembali 9. Harapan 10. Merekomendasikan kepada orang lain
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
3.3
Jenis dan Sumber Data Penelitian Pada penelitian ini menggunakan sumber data primer. Menurut Umar (2005, p130),
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka atau data kualitatif yang dikuantitatifkan, yaitu hasil pengolahan kuesioner.
45
Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data Tujuan
Sumber Data
Jenis Data
T–1
Primer - Kuesioner
Kuantitatif
T–2
Primer – Kuesioner
Kuantitatif
T-3
Primer – Kuesioner
Kuantitatif
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
3.4
Teknik Pengumpulan Data Menurut Durianto, et al. (2004, p14), Data merupakan sejumlah informasi yang
dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Dalam penelitian ini memerlukan data dan berbagai informasi yang dapat diuji keabsahannya. Untuk itu dibutuhkan teknik pengumpulan data agar dapat membantu pencapaian hasil penelitian yang baik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Data Primer. Data Primer terdiri atas : Survei. Menurut
Indriantoro
(2002,
p152),
Metode
survei
merupakan
metode
pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan responden penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode survei, yaitu : a. Wawancara Menurut
Indriantoro
(2002,
p152),
Wawancara
merupakan
teknik
pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara
46
lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. o
Wawancara Tatap muka Menurut Indriantoro (2002, p153), Metode pengumpulan data primer
dapat dilakukan dengan cara komunikasi secara langsung (tatap muka) antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan. Wawancara tatap muka dapat dilakukan di tempat bekerja responden, di rumah responden, di pusat perbelanjaan, atau tempat lain. Teknik ini memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas menjelaskan maksud penelitian kepada responden. b. Kuesioner Menurut Indriantoro (2002, p154), Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. 2. Data Sekunder. Menurut Umar (2005, p101), Melakukan penelitian terhadap kajian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil kajian ini banyak dijumpai di jurnal – jurnal ilmiah, buku – buku dan lain – lain yang dapat dilihat di perpustakaan maupun di internet. Menurut Indriantoro (2002, p147), Metode penelitian yang umumnya menggunakan data sekunder adalah penelitian arsip yang memuat kejadian masa lalu. Data sekunder, meskipun demikian umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu. Peneliti, oleh karena itu sebelum menggunakan data sekunder harus
47
melakukan evaluasi apakah data sekunder yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan peneliti. Kepustakaan Menurut Indriantoro (2002, p150), Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder. Penelusuran data sekunder memerlukan cara agar penelitian data sekunder dapat dilakukan lebih cepat dan efisien. Untuk mencari data sekunder yang diperlukan dapat dimulai dengan penelusuran terhadap indeks
bibliographic, yaitu indeks mengenai judul artikel, penulis, nama dan jenis penerbitan atau data indeks yang lain sesuai dengan klasifikasi desain dan metode penelitian.
3.5
Teknik Pengambilan Sampel Menurut Simamora (2004, p36), Sampel adalah sebagian dari populasi yang
dianggap mewakili populasi. Menurut Sugiyono (2006, p73), Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling , tepatnya menggunakan metode Proportionate
Stratified Random Sampling . Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Peniliti mengambil sampel mahasiswi Jurusan Manajemen, BINUS UNIVERSITY angkatan tahun 2003-2005.
3.6
Teknik Pengolahan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin
(Kuncoro, 2007, p46) sebagai berikut:
n=
N N .d 2 + 1
48
Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) n=
671
_
(671) (0,05²)+1 = 250,6 = 251 orang.
n = _ 671__ 2,6775
Tabel 3.4 Proportionate stratified random sampling Angkatan
Anggota
Sampel
orang
2003
47
17,58
18
2004
214
80,05
80
2005
410
153,36
153
TOTAL
671
250,99
251
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
Contoh pengolahan sampel berdasarkan Proportionate stratified random sampling (Kuncoro, 2007, p46) : Angkatan 2003 = 47 : 671 x 251 = 17,58
= 18
Angkatan 2004 = 214 : 671 x 251 = 80,05
= 80
Angkatan 2005 = 410 : 671 x 251 = 153,36 = 153
3.7
Metode Analisis Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah
pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Dalam
49
pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan software SPSS 13.0 ( Statistical Product and Service Solution).
3.7.1
Metode skala pengukuran construct ( untuk variabel yang akan diukur) Menurut Indriantoro (2002, p97), Skala ordinal Æ skala pengukuran yang tidak
hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur. (cth ; penentuan dlm memilih kampus, dari pilihan ke 1 – pilihan ke 5 / pilihan akhir).
3.7.2
Metode skala pengukuran sikap Menurut Sugiyono (2006, p86), Likert Æ Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Tabel 3.5 Skala pengukuran sikap Jawaban
Skor
Sangat setuju (SS)
5
Setuju (S)
4
Netral (N)
3
Tidak setuju (TS)
2
Sangat tidak setuju (STS)
1
Sumber : Sugiyono (2006, p86)
3.7.3
Variabel Demografi Berikut ini merupakan profil responden yang terkait dengan beberapa variabel
demografi dari penelitian yang dilaksanakan tentang ”Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA” , yang akan
50
mengambil sampel Mahasiswi Jurusan Manajemen, BINUS UNIVERSITY angkatan tahun 2003-2005.
3.7.4
Uji Validitas Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa
yang ingin diukur. Pada penelitian ini dilakukan validitas konstruk, yaitu suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Dengan diketahuinya kerangka tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep tersebut. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli yang kompeten di bidang tersebut. Kemudian pendapat para ahli dan peneliti dicari kesamaannya. Uji validitas ini disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Pada uji validitas ini peneliti menggunakan Corrected Item-Total Correlation . Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis Ho= Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor H1= Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor 2. Menentukan nilai r tabel Untuk memperoleh r tabel dengan jumlah 30 orang, maka df=n-2= 30-2=28. Dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh r tabel sebesar 0.31 .
51
3. Mencari r hasil Masukkan data jawaban responden untuk diolah dengan software SPSS. Di sini r hasil untuk tiap item bisa dilihat pada kolom CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION dari tampilan software SPSS. 4. Mengambil keputusan Dasar pengambilan keputusan: -
Jika r hasil positif, dan r hasil>r tabel, maka butir tersebut Valid
-
Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir tersebut Tidak Valid.
Jika ada instrumen pertanyaan yang tidak valid, maka instrumen tersebut dibuang lalu diuji validitas kembali. Setelah pertanyaan dinyatakan semuanya valid, lalu dilakukan uji reliabilitas.
3.7.5
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Dalam program SPSS akan dibahas untuk uji yang sering digunakan penelitian adalah metode Alpha (Cronbach’s). Metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-4, 1-5). Langkah yang dilakukan untuk uji reliabilitas adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis Ho= Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya. H1= Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya.
52
2. Menentukan nilai r tabel Pada program SPSS, metode ini dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha, di mana suatu kuesioner dianggap reliable apabila Cronbach’s Alpha > 0.6 (Santosa, 2005, p251). 3. Mencari r hasil Di sini r hasil adalah angka ALPHA (terletak di akhir output) dari tampilan software SPSS. 4. Mengambil keputusan Dasar pengambilan keputusan: a. Jika r ALPHA positif, dan r ALPHA > r tabel, maka butir tersebut Reliabel b. Jika r ALPHA tidak positif, dan r ALPHA
Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20
Kurang Reliabel
>0,20 s.d 0,40
Agak Reliabel
>0,40 s.d 0,60
Cukup Reliabel
>0,60 s.d 0,80
Reliabel
>0,80 s.d 1,00
Sangat Reliabel
Sumber: Triton, 2006
53
3.7.6
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk data berskala ordinal, interval dan rasio. Jika analisis menggunakan metode statistik parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. SPSS menyajikan dua tabel sekaligus (Kolmogorov-smirnov dan Shapiro-wilk). Dalam pembahasan ini akan digunakan uji
kolmogorov-smirnov (karena datanya lebih dari 50, sedangkan Shapiro-Wilk lebih bagus jika datanya kurang dari 50) dengan menggunakan taraf signifikan 0.05. Data yang dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0.05 dan terdapat juga gambar kurva normal. Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar disekeliling garis.
3.7.7
Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi
adalah sama atau tidak. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (ANOVA) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.
3.7.8
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji asumsi klasik akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y)
pada persamaan regresi yang dihasilkan, berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Analisis regresi bukanlah analisis yang selalu mulus digunakan. Ada beberapa masalah serius yang dihadapi dalam
54
analisis regresi, yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan otokorelasi. Pada penelitian ini hanya digunakan uji multikolinearitas dan heteroskedastisitas, sedangkan uji otokorelasi sering timbul pada data runtut waktu (time series). Otokorelasi sering disebut juga korelasi serial.
3.7.8.1
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan, diantaranya 1) dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, 2) dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2), dan 3) dengan melihat nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilat varians inflation factor (VIF) pada model regresi. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
3.7.8.2
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam
spesifikasi model regresi, misalnya perubahan struktur ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat keakuratan data. Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian yang konstan. Gangguan heteroskedastisitas sering muncul dalam data cross section, tetapi juga bisa terjadi pada data runtut waktu (time series). Gangguan heteroskedastisitas dapat membawa kita pada galat bakun yang bias dan menjadikan uji statistik tidak tepat serta interval sehingga
55
keyakinan untuk estimasi parameter juga kurang tepat. Kita dapat mengonversi regresi dengan sistem kuadrat terkecil tertimbang (weighted least square) untuk menghilangkan gangguan heteroskedastisitas. Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar. Grafik tersebut merupakan diagram pencar residual, ^
yaitu selisih antara nilai Y prediksi dengan Y observasi. Jika diagram pencar yang ada membentuk
pola-pola
tertentu
yang
teratur
maka
regresi
mengalami
gangguan
heteroskedastisitas, tetapi jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
3.7.9
Transformasi data Ordinal menjadi Interval Mentransformasi data ordinal menjadi data interval berguna untuk memenuhi
sebagian dari syarat analisis statistik parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Teknik transformasi yang paling sederhana dengan menggunakan MSI ( Method of
Successive Interval). Langkah-langkah transformasi data ordinal menjadi interval sebagai berikut : -
Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;
-
Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang disebut sebagai frekuensi;
-
Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi;
-
Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.
-
Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.
56
-
Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel Tinggi Densitas);
-
Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus: NS =
-
(Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)
Tentukan nilai transformasi dengan rumus : Y = NS + [1+( NS
min )]
3.7.10 Korelasi Menurut Kuncoro (2007, p61), Korelasi Pearson Product Moment (PPM) kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Teknik analisis Korelasi PPM termasuk teknik statistik parametrik yang digunakan data interval dan ratio. Rumus Korelasi sederhana sebagai berikut;
rxy =
n(∑ XY ) − (∑ X )( . ∑Y )
{n.∑ X
2
}{
− (∑ X ) . n.∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
Dimana : = Koefisien korelasi
rxy
∑X ∑Y i
n
i
= Jumlah skor item = Jumlah skor total (seluruh item) = Jumlah responden
Korelasi pearson product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabila r = - 1 artinya korelasinya negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
57
Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien
Tingakat Hubungan
0,80 – 1,00
Sangat Kuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,40 – 0,599
Cukup Kuat
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Sumber: Kuncoro (2007, p62)
Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan sebagai berikut: KP = r2 x 100% Dimana: KP = Nilai koefisien diterminan r = Nilai koefisien korelasi Pengujian signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi pearson product
moment tersebut diuji dengan uji signifikansi sebagai berikut. Hipotesis: Ha : Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y Ho : Variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y Dasar pengambilan keputusan: 1.
Jika nilai probabilitas 0,05 < Sig, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
2. Jika nilai probabilitas 0,05 > Sig, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
58
Rumus Korelasi Ganda:
R X 1. X 2.Y =
r 2 X 1Y + r 2 X 2Y − 2(rX 1Y )( . rX 2Y )( . rX 1 X 2 ) 2 1 − r X 1X 2
Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi Korelasi Ganda bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig sebagai berikut: Hipotesis: Ha : Variabel X1 dan X2 berhubungan secara simultan dan signifikan dengan variabel Y Ho : Variabel X1 dan X2 tidak berhubungan secara simultan dan signifikan dengan variabel Y Dasar pengambilan keputusan: 1. Jika nilai probabilitas 0,05 < Sig, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. 2. Jika nilai probabilitas 0,05 > Sig, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
3.7.11 Regresi Menurut Koncoro (2007, p83), Regresi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. •
T-1 dan T-2, menggunakan Regresi linear sederhana. Menurut Umar (2005, p294), Persamaan umum regresi linier sederhana rumusnya adalah: Y=a+bX
59
a=
∑ Y − b.∑ X n.
b=
n.∑ XY − .∑ X .∑ Y n.∑ X − (∑ Y ) 2
2
Dimana: Y = variabel tidak bebas X = variabel bebas a = nilai intercept (konstan). b = koefisien arah regresi
•
T-3, menggunakan rumus regresi linier berganda. Menurut Umar (2005, p307) rumus regresi linier berganda adalah Y = a + b X1 + c X2 +.... + k Xk
3.8
Rancangan Uji Hipotesis Menurut Sugiyono (2006, p51), Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah
ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Untuk dapat diuji, suatu hipotesis haruslah dinyatakan secara kuantitatif. Pengujian hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji. Variabel: X1
= kualitas produk
X2
= persepsi konsumen
Y
= proses keputusan pembelian
60
Terdapat tiga hipotesis yang perlu diuji. Hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Kualitas Produk berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian. 2. Persepsi
Konsumen
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
proses
keputusan
pembelian. 3. Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian. Dari ketiga hipotesis diatas, hipotesis no. 1 dan 2 diuji dengan menggunakan uji t, hipotesis no. 3 diuji dengan menggunakan uji F.
3.8.1 Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (x) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (y). Langkah-langkahnya sebagai berikut ; 1. menentukan hipotesis Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap Y. Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap Y. 2. menentukan tingkat signifikan Pada tabel Coefficients , -
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
-
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
3. menentukan t tabel t tabel dicari dengan df= n-k-1 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen) df= 251-2-1 = 248, t tabel dapat dihitung melalui Ms.Excel dengan cara pada sel kosong ketik =tinv(0.05,248) didapat hasilnya sebesar 1,97 .
61
4. kriteria pengujian Ho diterima dan Ha ditolak, jika t hitung < t tabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika t hitung > t tabel 5. membandingkan t hitung dengan t tabel Dasar pengambilan keputusan pengujian adalah
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Persamaan Regresinya : Y = a + bx
Hipotesis 1 Æ Kualitas Produk berpengaruh secara signifikan terhadap Proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kualitas Produk terhadap Proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Kualitas Produk terhadap Proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Hipotesis 2 Æ Persepsi konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap Proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Persepsi konsumen terhadap Proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Persepsi konsumen terhadap Proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
62
3.8.2 Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Langkahlangkahnya sebagai berikut ; 1. menentukan hipotesis Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y. Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y. 2. menentukan tingkat signifikan Pada tabel Coefficients , -
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
-
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
3. menentukan f tabel f tabel dicari dengan df 1= jumlah variabel-1 (3 – 1 = 2) dan df 2=251 – 2 -1 =248, dihitung melalui MS.Excel, ketik di sel yang koson =finv(0.05,2,248) didapat hasilnya sebesar 3.03. 4. kriteria pengujian Ho diterima dan Ha ditolak, jika f hitung < f tabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika f hitung > f tabel
63
5. membandingkan f hitung dengan f tabel Dasar pengambilan keputusan pengujian adalah -
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
-
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
Hipotesis 3 Æ Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
3.9
Rancangan implikasi hasil penelitian Hasil penelitian tentang ”Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen
terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA” , diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan kualitas produknya dan persepsi konsumen menjadi bahan pertimbangan agar majalah CITACINTA tetap menjadi pilihan konsumen untuk pembelian. Dapat dilihat dari T-1 Æ Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA, T-2 Æ Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA, T-3 Æ Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
64
BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 4.1.1
Profil Profil Perusahaan CITACINTA lahir dari pemikiran Femina-Group. Femina dapat dikatakan mempelopori
majalah perempuan dengan motto-nya dari wanita, untuk wanita, dan oleh wanita ketika lahir 18 September 1972. Femina mampu bertahan meskipun berbagai majalah baru lahir, termasuk saat majalah waralaba dari luar negeri hadir di sini, televisi mendominasi dunia media massa, dan kemudian disusul internet. Femina-Group telah memiliki beberapa majalah wanita yaitu: Femina, Gadis, Ayahbunda, Dewi dan Fit. Dari majalah yang ada, Femina-
Group melihat bahwa ada kelompok wanita yang belum mendapat sajian informasi yang cocok bagi mereka. Majalah Gadis bagi para remaja dan majalah Femina bagi wanita dewasa dan ibu rumah tangga, di antara segmen pasar majalah tersebut masih ada wanita berusia 20-30 tahun (dewasa muda). Karena pemikiran itu akhirnya CITACINTA terbit pertama kali pada tanggal 25 Maret 2000, dengan format tabloid ukuran 28,5 x 42,5 cm serta full color dan menggunakan kertas
light weight coated 60 gram. CITACINTA merupakan bacaan untuk wanita single usia 20-30 tahun agar menjadi pribadi mandiri dan modern, namun tetap menghargai tradisi. CITACINTA juga solusi memantapkan identitas diri pembacanya. Hadir dua minggu sekali, dikemas dalam bahasa akrab dan tampilan segar. Mulai 30 Agustus 2004, CITACINTA tampil dengan format praktis yang bisa dibawa ke mana-mana (masuk dalam tas) dengan isi sesuai dinamika serta gaya hidup wanita single
65
modern dan info yang makin padat. Tampilan iklan pun lebih personal dan eksklusif (ukuran majalah didesain handy). Mengenai bentuk fisik Majalah CITACINTA adalah: a. Nama Majalah
: CITACINTA
b. Motto
: Cerdas, Ceria, Cantik
c.
: PT. Bina Favorit Press
Penerbit
d. Alamat Redaksi
: Jln. HR. Rasuna Said Kav 32 – 33 Jakarta 12910 Telp
: (021) 525 3816, 526 6666
Fax
: (021) 520 9366, 526 2131
e. Homepage
: www.citacinta.com
f.
:
[email protected]
E-mail Redaksi
[email protected] g. Percetakan
: PT. Grafika Multi Warna
h. Jumlah Halaman
: 144 halaman isi + 4 halaman cover
i.
: Dwimingguan
Waktu Terbit
4.1.1.1
Kondisi Perusahaan Redaksi CITACINTA berusaha mewujudkan kebutuhan wanita muda melalui
beberapa rubrik, seperti: Cewek Sehat, Seks, Amor, Kencan, Psiko, Kuis, Gaya Kampus, Belanja, Trik Tampil, Siapa Dia, Aspirasi, Serial, Dunia Kerja, Selebriti, Isyu, Profil, Info Produk, Intermezo, Opini Kita, Jalan-jalan Santai, dan Zodiak. Editorial Menu Karier, Cita dan Cinta
31%
Mode dan Kecantikan
26%
Gaya hidup
17%
66
Hiburan
14%
Seks dan Kesehatan
12%
Why They Need Us Bisa jadi inspirasi
97%
Bikin makin Cerdas, Ceria dan Cantik
97%
Oke banget buat referensi
95%
Informasinya lengkap banget
89%
Gaul abis!
87%
We Are Everywhere! Sirkulasi : 90.000 eksemplar Jabodetabek
56%
Bandung & Jawa Barat
11%
Surabaya & Jawa Timur
11%
Semarang, Yogyakarta & Jawa Tengah
11%
Sumatra
5%
Kalimantan
2%
Sulawesi
2%
Bali
1%
Wilayah lainnya
1%
(Sumber : Angket Pembaca CITACINTA)
4.1.1.2
VISI dan MISI CITACINTA Redaksi CITACINTA memiliki VISI dan MISI. Visi Majalah CITACINTA adalah wanita
muda Indonesia harus menjadi pribadi yang cerdas, berwawasan luas dan mandiri. Majalah CITACINTA merupakan sarana untuk mewujudkan visi tersebut. Menurut pandangan Redaksi, wanita muda haruslah mandiri, cerdas, tahu apa yang dia mau, pandai bergaul, menikmati hidup, tahu bagaimana harus bersenang-senang, memperhatikan penampilan, memiliki pribadi yang menyenangkan, mengikuti perkembangan zaman, tapi tetap memegang tradisi sebagai wanita muda Indonesia.
67
4.1.1.3
Motto CITACINTA Motto ”cerdas, ceria, cantik”, redaksi CITACINTA ingin mengangkat aneka
permasalahan yang dialami wanita muda Indonesia masa kini. Majalah CITACINTA mengasumsikan beberapa pangsa wanita masa kini : 1. Memiliki gaya hidup khas kota besar. 2. Memiliki aktivitas dan mobilitas tinggi. 3. Sebagian besar statusnya single (belum menikah). 4. Pendidikan rata-rata akademi (wanita sederajat mahasiswa). 5. Wawasan luas. 6. Optimis menghadapi masa depan. 7. Ingin mengembangkan pribadi dan wawasan.
68
4.1.1.4
Struktur Organisasi
PEMIMPIN UMUM
PEMIMPIN REDAKSI
REDAKTUR PELAKSANA
KOORD. ARTISTIK
PRODUKSI
REDAKTUR EKSEKUTIF
REDAKTUR SENIOR
REDAKTUR MADYA STAF ARTISTIK
REDAKTUR
Sumber : hasil wawancara
Gambar 4.1 Struktur Oragnisasi majalah CITACINTA
69
4.1.1.5
Keterangan Struktur Organisasi
PEMIMPIN UMUM
: WIDARTI GUNAWAN
PEMIMPIN REDAKSI
: ZORNIA S. DEVI
REDAKTUR PELAKSANA
: TUSSIE AULIKA
REDAKTUR EKSEKUTIF REDAKTUR SENIOR REDAKTUR MADYA
: WIDI LUGINA : RULLY LARASATI : ALICE LARASATI, CESY YULIA, WULAN KUSUMAWADHANI : AMELIA YUSTIANA, N.L WAYAN AYU, SAPARINAH MUMPUNI, MELANI DAMANIK, VINI DAMAYANTI
REDAKTUR
OLAMIA,
SASKIA
ARTISTIK PRODUKSI
: S. ANIESAH (KOORD), MIRA ISWAHYUNI, SRI HARIYANTI : HEPTA HARIR (KOORD), UJANG SUBIANA
SEKRETARIS REDAKSI
: MARSHA ANGELIKA
FOTOGRAFER EDITOR
: M.HASRIEL, WIJAYANTI .K.
SENIOR
: DENNY HERLANSO, HARRY HIKMATULLAH
MADYA
:
DHANY
INDRIANTO,
HONDA
TRANGGONO,
IRVAN
HERMAWAN,
SURYO
ARRYAWAN, FERRY ZULFRIZER FOTOGRAFER
:
DACHRI
M.S,
FIRMANSYAH,
TANGGONO, DENNI RAMON, BUDI SURYANTO KOORDINATOR
: ERMINA SIMANJUNTAK
PEMASARAN & PROMOSI BASUR JAMAL (DIREKTUR) PEMASARAN
: ANASTASIA AVI DT (MANAJER)
PROMOSI
: POPPY RANGKUTI (MANAJER GRUP) MARTHA
SIMANJUNTAK,
HILMAN
D.HARTANTO, DWIKO RAHARDJO RISET
: LAKSMI SAWITRI
HASYA,
BOYKE
70
IKLAN EVA SOPUTAN (MANAJER GRUP) ASNI AGUS (MANAJER) RITANTRI KRISTINA (AE) SIRKULASI & DISTRIBUSI DJOHAR IDRIS (DREKTUR) ERIC SUNARYO (MANAJER LAPANGAN) PUSAT KREATIF FEMINA GRUP OETAMI WIBISONO (GENERAL MANAJER) SUSANTI AFKAR (SENIOR CLIENT SERVICE) PENERBIT
: PT.BINA FAVORIT PRESS
PEMIMPIN PERUSAHAAN
: SVIDA ALISYAHBANA
PEMBINA
: SOFYAN ALISYAHBANA
DIREKSI
:
MIRTA
KARTOHADIPRODJO
GUNAWAN, SVIDA ALISYAHBANA
(PRESDIR),
WIDARTI
71
4.1.1.6
Alur naskah sampai terbitnya Majalah CITACINTA
RAPAT DESK MODE
RAPAT DESK FEATURE
RAPAT DAFIS
•
LIPUTAN PERISTIWA
•
WAWANCARA
•
MATERI
ATAU
REFERENSI LAINNYA •
MATERI REDAKSIONAL (ARTIKEL/FOTO)
PROSES LAYOUT DI ARTISTIK
PROSES SEPARASI SISTEM PDF/APOGEE
PEMOTRETAN
SIRKULASI
PROSES PENJILIDAN
PROSES CETAK
DIVISI PELAYANAN PELANGGAN PEMBACA AGEN MAJALAH Sumber : Hasil wawancara
Gambar 4.2 Alur naskah sampai terbit majalah CITACINTA
PEMBUATAN PLAT
72
4.1.1.7
Analisis Porter Pendatang baru potensial Semua majalah lifestyle wanita untuk usia 20-30 tahun
Para Pesaing Industri Kekuatan tawar menawar Pemasok PT. GRAFIKA MULTI WARNA
Kekuatan tawar menawar Pembeli
Pesaing diantara perusahaan yang sejenis
Perorangan
1. SPICE 2. CHICK
Ancaman produk pengganti (substitusi) Internet Tabloid
Sumber : Hasil wawancara
Gambar 4.3 Analisis Porter Gambar diatas menjelaskan tentang 5 kekuatan yang berpengaruh terhadap intensitas kompetitif industri.
73
Keterangan : 1. Persaingan di antara perusahaan sejenis Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan yang dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Dan pada saat ini yang dianggap pesaing oleh CITACINTA adalah majalah SPICE dan CHICK. Kedua majalah tersebut juga bergelut pada majalah lifestyle wanita. Intensitas persaingan di antara perusahaan sejenis yang bersaing cenderung meningkat karena jumlah pesaing semakin bertambah ketika pelanggan dapat berpindah merek dengan mudah. Untuk itu CITACINTA akan memberikan yang terbaik untuk konsumen dan khusunya bagi pembacanya agar tidak pindah ke merek lain. 2. Ancaman munculnya pesaing baru Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Ancaman munculnya pesaing baru potensial merupakan salah satu hal yang perlu diperhitungkan perusahaan dalam upaya mempertahankan posisinya di dalam industri yang ditekuninya. Untuk memenangkan kompetisi diantara pesaing, CITACINTA akan lebih menguatkan isi dan menentukan harga yang sesuai dengan isinya, pengiriman yang tepat waktu, ada mailing list dalam website-nya , pelayanan yang memuaskan bagi pemasangan iklan di majalah dan yang terakhir menjaga kepercayaan pelanggan. Dengan demikian, tugas penyusun strategi adalah untuk mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar, untuk memonitor strategi pesaing baru, untuk membuat serangan balasan apabila dibutuhkan, serta untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini.
74
3. Potensi Pengembangan Produk Substitusi Produk substitusi adalah produk pengganti yang memiliki fungsi dan kegunaan yang sejenis namun dalam wujud yang berbeda. Saat ini banyak perusahaan bergerak dalam media massa terutama media cetak, sehingga bermunculan produk yang mampu menggantikan majalah seperti internet dan tabloid untuk mendapatkan informasi yang up to date . 4. Kekuatan tawar-menawar Penjual atau Pemasok Kekuatan tawar-menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Sering kali kepentingan yang dicari oleh pemasok dan produsen adalah memberikan harga yang masuk akal, memperbaiki kualitas, pengiriman tepat waktu dan mengurangi biaya persediaan, dengan demikian memperbaiki profitabilitas jangka panjang untuk semua pihak. Pemasok merupakan pihak yang bertugas untuk menyediakan bahan-bahan baku yang akan diproses sehingga menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi. Pemasok memegang peranan penting dalam proses produksi, karena dari pemasok inilah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi tersedia. Dalam menunjang proses produksinya Majalah CITACINTA mempercayakan kepada PT.GRAFIKA MULTI WARNA sebagai pencetak. 5. Kekuatan tawar menawar Pembeli atau Konsumen Salah satu kekuatan tawar-menawar pembeli terletak pada komponen harga yang ditetapkan berdasarkan isinya. Karena pembeli akan membandingkan kualitas yang diberikan dengan harga produk tersebut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, di
mana
konsumen
menjadi
lebih cerdas
dan
selektif
lebih
cenderung
75
mempertimbangkan tentang kualitas dari produk yang ada di pasar. Berpijak pada hal tersebut maka mendorong Majalah CITACINTA untuk memenuhi kebutuhan konsumennya.
4.1.2
Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi jurusan manajemen, BINUS
UNIVERSITY angkatan tahun 2003-2005. Pemakaian rumus Slovin dalam menentukan sampel mempunyai asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Dan diketahui jumlah sampel yang diteliti sebanyak 251 sampel. BINUS UNIVERSITY pada awalnya adalah sebuah lembaga pendidikan komputer jangka pendek yang berdiri pada tanggal 21 Oktober 1974 dengan nama Modern Computer
Course. Berkat landasan yang kuat, visi yang jelas, dan dedikasi tinggi yang berkesinambungan, lembaga ini terus berkembang. Pada tanggal 1 Juli 1981, karena banyaknya peminat dan pesatnya pertumbuhan, lembaga pendidikan komputer ini berkembang menjadi Akademi Teknik Komputer (ATK) dengan jurusan Manajemen Informatika dan Teknologi Informasi. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 13 Juli 1984, ATK mendapat status terdaftar dan berubah menjadi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Jakarta. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1985, dibuka jurusan Komputerisasi Akuntansi, dan pada tanggal 21 September 1985, AMIK Jakarta berganti nama menjadi AMIK BINA NUSANTARA. Dalam usia mudanya, sebuah prestasi emas ditoreh AMIK BINA NUSANTARA dengan terpilih sebagai Akademi Komputer Terbaik oleh Depdikbud melalui Kopertis Wilayah III Jakarta pada tanggal 17 Maret 1986.
76
Berkat makin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tenaga-tenaga andal dalam bidang teknologi informasi, pada tanggal 1 Juli 1986, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) BINA NUSANTARA didirikan dengan Program Strata-1 (S1) jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Informatika. Bersamaan dengan itu juga dibuka jurusan Teknik Komputer (S1). Pada tanggal 9 November 1987, AMIK BINA NUSANTARA dilebur ke dalam STMIK BINA NUSANTARA sehingga terbentuk sebuah lembaga yang menyelenggarakan Program Diploma III (DIII) dan Strata-1 (S1). STMIK BINA NUSANTARA berhasil memperoleh status "Disamakan" untuk semua jurusan dan jenjang pada tanggal 18 Maret 1992, dan pada tanggal 10 Mei 1993 mendapat kepercayaan untuk membuka Program Magister Manajemen Sistem Informasi, salah satu Program Pascasarjana pertama di Indonesia di bidang tersebut. Pada tanggal 8 Agustus 1996, BINUS UNIVERSITY berdiri dan secara sah diakui oleh pemerintah. STMIK BINA NUSANTARA kemudian melebur ke dalam BINUS UNIVERSITY pada tanggal 20 Desember 1998, sehingga BINUS UNIVERSITY memiliki : Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, dan Program Pascasarjana 4.1.2.1
Visi dan Misi Jurusan Manajemen Visi : Untuk menjadikan BINUS UNIVERSITY sebagai institusi pendidikan nomor satu atau pemimpin didalam informasi teknologi dan dapat diterima sebagai acuan atau tolak ukur bagi institusi pendidikan lainnya di dalam menghadapi kompetisi dan era globalisasi.
77
Misi : ¾
Untuk mengimplementasikan program-program yang mendukung pembangunan dan
pengaplikasian
teknologi
informasi,
penguasaan
bahasa
asing,
kepemimpinan, inovasi-inovasi, dan kemampuan bisnis, serta pengembangan karakter. ¾
Untuk menyediakan berbagai infrastruktur pendukung dan lingkungan yang kondusif bagi pengimplementasian pendidikan yang efektif dan efisien di dalam menciptakan lulusan-lulusan manajemen yang memilki kemampuan, kreatifitas dan inovatif.
¾
Untuk memelihara hubungan dan keterkaitan antara akademis dan permintaan atas pembangunan sosial-ekonomi dan kemampuan umum secara menyeluruh.
¾
Untuk menciptakan kerjasama dengan institusi pendidikan lain, baik lokal maupun internasional, dengan tujuan menjamin ilmu pengetahuan dan kemampuan yang diajarkan tetap mengikuti perubahan jaman dan sesuai dengan kebutuhan.
¾
Untuk membangun dan menciptakan komunitas mahasiswa dan mahasiswi manajemen yang berkualitas, berbudaya, bernilai jual dan memiliki etika kerja di dalam berorganisasi.
78
4.1.2.2
Struktur Organisasi Jurusan Manajemen
Dekan Fakultas Dr. E.A. Kuncoro, SE, MM Sekretaris Dekanat Enie Ketua Jurusan Idris Gautama, SE., S.Kom, MM, MBA, CBC
Sekretaris Jurusan Tjia Fie Tjoe, S.kom., MM
Dosen Tetap
Kepala Lab Tipe II
Synthia Atas Sari, S.IP., M.Si
Robertus Tang Herman, SE
Haryadi Sarjono, ST., MM Retno Dewanti, S.Si., MM
Sumber : Data BINUS UNIVERSITY
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Jurusan Manajemen
79
4.2
Hasil Analisis.
4.2.1
Berdasarkan Kriteria Responden Berdasarkan hasil pengolahan data berdasarkan kriteria responden, di dapatkan data
sebagai berikut; Tabel 4.1 Kriteria Responden Kriteria Responden
Jumlah
Persentase
Ya, Saya mengetahuinya dan pernah membacanya
157
62.5%
Ya, Saya mengetahuinya dan pernah membelinya
94
37.5%
251
100 %
Total Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa responden yang mengetahui dan pernah membaca majalah CITACINTA persentasenya sebesar 62.5% sedangkan yang mengetahui dan pernah membeli majalah CITACINTA persentasenya sebesar 37.5% . Dapat di lihat pada diagram pie di bawah ini; Kriteria Responden
37%
Ya, Saya mengetahuinya dan pernah membacanya
63%
Ya, Saya mengetahuinya dan pernah membelinya
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
Gambar 4.5 Diagram Kriteria Responden
80
4.2.2
Berdasarkan Angkatan Berdasarkan hasil pengolahan data profil responden berdasarkan angkatan, di
dapatkan data sebagai berikut; Tabel 4.2 Profil responden berdasarkan Angkatan Angkatan
Jumlah
Persentase
2003
18
6.5%
2004
80
32.3%
2005
153
61.2%
Total
251
100 %
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari tabel 4.2 menunjukan bahwa profil responden berdasarkan angkatan, responden angkatan tahun 2003 berjumlah 18 responden (6,5%), responden angkatan tahun 2004 berjumlah 80 responden (32,3%), responden angkatan 2005 berjumlah 153 responden (61,2%). Dapat di lihat pada diagram pie di bawah ini; Profil Responden berdasarkan Angkatan
7%
32%
Angkatan 2003 Angkatan 2004 Angkatan 2005
61%
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
Gambar 4.6 Diagram Profil Responden berdasarkan Angkatan
81
4.2.3
Berdasarkan Usia Berdasarkan hasil pengolahan data profil responden berdasarkan angkatan, di
dapatkan data sebagai berikut; Tabel 4.3 Profil Responden berdasarkan Usia Usia
Jumlah
Persentase
20 tahun
31
12.3%
21 tahun
96
38.1%
22 tahun
106
42.5%
23 tahun
18
7.1%
251
100%
Total
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa profil responden berdasarkan usia, responden yang berusia 20 tahun berjumlah 31 responden (12,3%), responden yang berusia 21 tahun berjumlah 96 responden (38,1%), responden yang berusia 22 tahun berjumlah 106 responden (42,5%), responden yang berusia 23 tahun berjumlah 18 responden (7,1%). Dapat di lihat pada diagram pie di bawah ini; Profil Responden berdasarkan Usia
7%
12% 20 tahun 21 tahun 22 tahun
43%
38%
23 tahun
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
Gambar 4.7 Diagram Profil Responden berdasarkan Usia
82
4.2.4
Berdasarkan Wilayah Asal Berdasarkan hasil pengolahan data profil responden berdasarkan angkatan, di
dapatkan data sebagai berikut; Tabel 4.4 Profil Responden berdasarkan Wilayah Asal Wilayah Asal
Jumlah
Persentase
Jabodetabek
116
46.2%
Jawa
65
25.9%
Sumatera
35
13.9%
Kalimantan
17
6.8%
Sulawesi
15
6.0%
Bali
3
1.2%
Nusa Tenggara
0
0%
Irian Jaya
0
0%
Total
251
100%
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa profil responden berdasarkan wilayah asal, responden yang berasal dari Jabodetabek berjumlah 116 responden (46,2%), responden yang berasal dari Jawa berjumlah 65 responden (25,9%), responden yang berasal dari Sumatera berjumlah 35 responden (13,9%), responden yang berasal dari Kalimantan berjumlah 17 responden (6,8%), responden yang berasal dari Sulawesi berjumlah 15 responden (6%), responden yang berasal dari Bali berjumlah 3 responden (1,2%), dan tidak ada satu responden yang berasal dari Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Dapat di lihat pada diagram pie di bawah ini;
83
Profil Responden berdasarkan Wilayah asal
7%
6%
1% Jabodetabek
14%
46%
Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Bali
26%
Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008
Gambar 4.8 Diagram Profil Responden berdasarkan Wilayah Asal
4.2.5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Uji validitas dan reliabiltas sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba,
minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban dari responden diberi skor : Sangat Setuju
=5
Setuju
=4
Netral
=3
Tidak Setuju
=2
Sangat Tidak Setuju
=1
84
4.2.5.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Kualitas Produk (X1). Hasil uji coba validitas terhadap 30 responden, dapat dilihat pada tabel di bawah ini ; Tabel 4.5 Uji Validitas Kualitas Produk (X1) awal Pertanyaan
r Hitung
R Tabel
Keterangan
Pertanyaan 1
0.023
0.31
Tidak Valid
Pertanyaan 2
0.375
0.31
Valid
Pertanyaan 3
0.642
0.31
Valid
Pertanyaan 4
-0.016
0.31
Tidak Valid
Pertanyaan 5
-0.225
0.31
Tidak Valid
Pertanyaan 6
0.633
0.31
Valid
Pertanyaan 7
0.629
0.31
Valid
Pertanyaan 8
0.508
0.31
Valid
Pertanyaan 9
0.609
0.31
Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari hasil pengolahan data diatas pertanyaan 1, 4 dan 5 dinyatakan tidak valid karena r hitung < r tabel, sedangkan pertanyaan yang lain dinyatakan valid. Setelah pertanyaan yang tidak valid dibuang, maka diuji kembali validitasnya. Hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.6 Uji Validitas Kualitas Produk (X1) Pertanyaan
r Hitung
R Tabel
Keterangan
Pertanyaan 1
0.409
0.31
Valid
Pertanyaan 2
0.717
0.31
Valid
Pertanyaan 3
0.673
0.31
Valid
85
Pertanyaan 4
0.686
0.31
Valid
Pertanyaan 5
0.547
0.31
Valid
Pertanyaan 6
0.666
0.31
Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Setelah diuji kembali semua pertanyaan dapat dinyatakan vaid. Setelah itu dilakukan uji reliabilitas. Tabel 4.7 Uji Reliabilitas X1 Reliability Statistics Cronbach's Alpha .836
N of Items 6
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Semua pertanyaan dinyatakan reliabel karena Cronbach’s Alpha 0.836 > 0.6. Hal ini berarti semua pertanyaan dapat digunakan dalam penelitian.
4.2.5.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk variabel Persepsi Konsumen (X2). Hasil uji coba validitas terhadap 30 responden, dapat dilihat pada tabel di bawah ini ; Tabel 4.8 Uji Validitas Persepsi konsumen (X2) Pertanyaan
r Hitung
R Tabel
Keterangan
Pertanyaan 7
0.503
0.31
Valid
Pertanyaan 8
0.742
0.31
Valid
Pertanyaan 9
0.547
0.31
Valid
Pertanyaan 10
0.435
0.31
Valid
Pertanyaan 11
0.322
0.31
Valid
86
Pertanyaan 12
0.386
0.31
Valid
Pertanyaan 13
0.778
0.31
Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari hasil penghitungan diatas semua data dinyatakan valid karena r hitung > r tabel. Setelah itu dapat dilakukan uji reliabilitas. Tabel 4.9 Uji Reliabilitas X2 Reliability Statistics Cronbach's Alpha .795
N of Items 7
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Semua pertanyaan dinyatakan reliabel karena Cronbach’s Alpha 0.795 > 0.6. Hal ini berarti semua pertanyaan dapat digunakan dalam penelitian.
4.2.5.3
Hasil Uji validitas dan Reliabilitas untuk variabel Keputusan Pembelian (Y). Hasil uji coba validitas terhadap 30 responden, dapat dilihat pada tabel di bawah ini ; Tabel 4.10 Uji Validitas Keputusan Pembelian (Y) awal Pertanyaan
r Hitung
R Tabel
Keterangan
Pertanyaan 14
0.700
0.31
Valid
Pertanyaan 15
0.378
0.31
Valid
Pertanyaan 16
0.555
0.31
Valid
Pertanyaan 17
0.449
0.31
Valid
Pertanyaan 18
0.704
0.31
Valid
Pertanyaan 19
0.529
0.31
Valid
87
Pertanyaan 20
0.418
0.31
Valid
Pertanyaan 21
0.583
0.31
Valid
Pertanyaan 22
0.351
0.31
Valid
Pertanyaan 23
0.128
0.31
Tidak Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari hasil pengolahan data diatas pertanyaan 10 dinyatakan tidak valid karena r hitung < r tabel (0.128 < 0.31), sedangkan pertanyaan yang lain dinyatakan valid. Setelah pertanyaan yang tidak valid dibuang, maka diuji kembali validitasnya. Hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.11 Uji Validitas Keputusan Pembelian (Y) Pertanyaan
r Hitung
R Tabel
Keterangan
Pertanyaan 14
0.696
0.31
Valid
Pertanyaan 15
0.364
0.31
Valid
Pertanyaan 16
0.572
0.31
Valid
Pertanyaan 17
0.514
0.31
Valid
Pertanyaan 18
0.707
0.31
Valid
Pertanyaan 19
0.553
0.31
Valid
Pertanyaan 20
0.385
0.31
Valid
Pertanyaan 21
0.554
0.31
Valid
Pertanyaan 22
0.341
0.31
Valid
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Setelah diuji kembali semua pertanyaan dapat dinyatakan valid. Setelah itu dapat dilakukan uji reliabilitas.
88
Tabel 4.12 Uji Reliabilitas Y Reliability Statistics Cronbach's Alpha .822
N of Items 9
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Semua pertanyaan dinyatakan reliabel karena Cronbach’s Alpha 0.822 > 0.6. Hal ini berarti semua pertanyaan dapat digunakan dalam penelitian.
4.2.6
Uji Normalitas Untuk metode statistik parametrik maka persyaratan normalitas harus terpenuhi,
yaitu berasal dari distribusi normal dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini ; Tabel 4.13 Tests of Normality a
x1 x2 y
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .115 251 .061 .080 251 .074 .052 251 .092
Statistic .980 .989 .992
Shapiro-Wilk df 251 251 251
Sig. .079 .094 .217
a. Lilliefors Significance Correction Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari hasil di atas, dapat di lihat pada kolom Kolmogorof-Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk kualitas produk (X1) sebesar 0.061 , untuk persepsi konsumen (X2) sebesar 0.074 dan untuk proses keputusan pembelian (Y) sebesar 0.092. Karena signifikansi untuk semua variabel lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada ketiga variabel di atas berdistribusi normal. Angka statistik menunjukkan semakin kecil nilainya maka distribusi data semakin normal. (ket: df= jumlah data).
89
Selain pada tabel diatas, uji normalitas juga bisa dilihat pada kurva normal. Jika data mendekati garis kurva, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Dapat dilihat pada gambar kurva di bawah ini :
Normal Q-Q Plot of x1
3
Expected Normal
2
1
0
-1
-2
-3 2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
Observed Value
Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS 13.0
Gambar 4.9 Kurva Normal X1
Pada kurva diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas produk (X1) datanya berdistribusi normal, karena data tersebar disekeliling garis.
90
Normal Q-Q Plot of x2
3
Expected Normal
2
1
0
-1
-2
-3 2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
Observed Value
Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS 13.0
Gambar 4.10 Kurva Normal X2
Pada kurva diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi konsumen (X2) datanya berdistribusi normal, karena data tersebar disekeliling garis.
91
Normal Q-Q Plot of y
3
Expected Normal
2
1
0
-1
-2
-3 2
3
4
5
Observed Value
Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS 13.0
Gambar 4.11 Kurva Normal Y
Pada kurva diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel proses keputusan pembelian (Y) datanya berdistribusi normal, karena data tersebar disekeliling garis.
4.2.7 4.2.7.1
Uji Homogenitas Uji Homogenitas untuk variabel X1 terhadap Y Tabel 4.14
Test of Homogeneity of Variances Y Levene Statistic 1.360
df1 12
df2 236
Sig. .186
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
92
Dari hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0.186. Karena signifikansi lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel proses keputusan pembelian (Y) terhadap variabel kualitas produk (x1) mempunyai varian yang sama. Angka Levene Statistic menunjukan semakin kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya.
4.2.7.2
Uji Homogenitas untuk variabel X2 terhadap Y Tabel 4.15
Test of Homogeneity of Variances y Levene Statistic 1.692
df1 14
df2 231
Sig. .058
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 13.0
Dari hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0.058. Karena signifikansi lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel proses keputusan pembelian (Y) terhadap variabel persepsi konsumen (x2) mempunyai varian yang sama. Angka Levene
Statistic menunjukan semakin kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya.
4.2.8
Uji Multikolinearitas Sebelum melakukan perhitungan model regresi, sebaiknya data dilakukan uji
Multikolinearitas terlebih dahulu. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini ; Tabel 4.16 Uji Mulitikolinearitas Coefficientsa
Model 1
x1 x2
Collinearity Statistics Tolerance VIF .792 1.263 .792 1.263
a. Dependent Variable: Y Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS 13.0
93
Pada tabel Coefficients dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu kualitas produk (x1) dan persepsi konsumen (x2) adalah 1.263 < 5, sehingga bisa diduga bahwa antar variabel bebas tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
4.2.9
Uji Heterokedastisitas Sebelum melakukan perhitungan model regresi, sebaiknya data dilakukan uji
heterokedastisitas terlebih dahulu. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;
Scatterplot
Dependent Variable: y
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2
-3 -4
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Hasil Pengolahan dengan SPSS 13.0
Gambar 4.12 Scatterplot
Dapat dilihat, diagram pencar di atas tidak membentuk suatu pola tertentu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
94
4.2.10 Transformasi Data Ordinal ke Interval. 4.2.10.1
Untuk variabel Kualitas Produk (X1). Tabel 4.17 Transformasi data variabel X1 Alternatif Jawaban
Item Pernyataan p1 p2 p3 p4 p5 p6 FREKUENSI PROPORSI PROPORSI KUMULATIF Zi DENSITAS SCALE VALUE TRANSFORMASI
1 0 0 11 6 0 0 17 0.011288
2 5 9 43 42 4 9 112 0.074369
3 75 99 84 109 77 68 512 0.339973
4 147 120 99 85 140 129 720 0.478088
5 24 23 14 9 30 45 145 0.096282
0.011288 2.28 0.0297 -2.63 1
0.085657 1.37 0.1561 -1.7 1.93
0.425631 0.18 0.3925 -0.7 2.93
0.903718 0.24 0.3876 0.01 3.64
1 ∞ 0 4.03 7.66
total frekuensi
sumber : hasil pengolahan data dengan Ms.Excel
a. Menentukan Frekuensi, di dapat dari menjumlahkan angka pada setiap alternatif jawaban. Alternatif 1= 0+0+11+6+0+0 = 17. b. Menentukan Proporsi P1 = 17 : 1506 = 0.011288 . c. Menentukan Proporsi Kumulatif PK 1 = 0.011288 Pk 2 = 0.011288 + 0.074369 = 0.085657 .
251 251 251 251 251 251 1506
95
d. Menentukan nilai Z Z1 = 0.5 – 0.011288 = 0.488712 disesuaikan dengan tabel Z ( -2.28 ) Z2 = 0.5 – 0.085657 = 0.414343 disesuaikan dengan tabel Z ( -1.37 ) Z3 = 0.5 – 0.425631 = 0. 074369 disesuaikan dengan tabel Z ( -0.18 ) Z4 = 1 – 0.903718 = 0.096282 disesuaikan dengan tabel Z ( 0.24 ) Z5 =
1 - 1
= 0
Æ
∞
e. Menentukan Densitas D1 = nilai 2.28 pada tabel ordinal bernilai 0.0297 D2 = nilai 1.37 pada tabel ordinal bernilai 0.1561 D3 = nilai 0.18 pada tabel ordinal bernilai 0.3925 D4 = nilai 0.24 pada tabel ordinal bernilai 0.3876 D5 = f.
0
Menentukan scale value SV 1 =
0 – 0.0297
= - 2.63
0.011288 – 0 SV 2 =
0.0297 – 0.1561
= - 1.7
0.085657 – 0.011288 SV 3 =
0.1561 – 0.3925
= - 0.7
0.425631 – 0.085657 SV 4 =
0.3925 – 0.3876
= 0.01
0.930718 – 0.425631 SV 5 =
0.3876 - 0 1 – 0.903718
= 4.03
96
g. Menentukan transformasi akhir Sa1 = ( -2.63 + 3.63 ) = 1 Sa2 = ( -1.7 + 3.63 ) = 1.93 Sa3 = ( -0.7 + 3.63 ) = 2.93 Sa4 = ( 0.01 + 3.63 ) = 3.64 Sa5 = ( 4.03 + 3.63 ) = 7.66
4.2.10.2
Untuk variabel Persepsi Konsumen (X2). Tabel 4.18 Transformasi data variabel X2 Alternatif Jawaban
Item Pernyataan p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 FREKUENSI PROPORSI PROPORSI KUMULATIF Zi DENSITAS SCALE VALUE TRANSFORMASI
total
1 2 5 0 1 2 2 0 12 0.00683
2 28 24 13 11 28 14 17 135 0.076836
3 93 75 85 105 88 107 112 665 0.378486
4 96 96 129 107 109 102 92 731 0.41605
5 32 51 24 27 24 26 30 214 0.121799
0.00683 2.46 0.0194 -2.77 1
0.083666 1.41 0.1476 -1.76 2.01
0.462152 0.11 0.3965 -0.65 3.12
0.878202 0.31 0.3802 0.03 3.8
1 ∞ 0 3.17 6.9
sumber : hasil pengolahan data dengan Ms.Excel
frekuensi 251 251 251 251 251 251 251 1757
97
4.2.10.3
Untuk variabel Proses Keputusan Pembelian (Y). Tabel 4.19 Transformasi data variabel Y Alternatif Jawaban
Item Pernyataan p1 p2 p3 p4 p5 p6 P7 P8 P9 FREKUENSI PROPORSI PROPORSI KUMULATIF Zi DENSITAS SCALE VALUE TRANSFORMASI
total
1 1 0 1 8 4 1 1 6 1 23 0.010181
2 18 25 16 41 32 12 18 50 24 236 0.104471
3 102 100 109 91 91 87 87 107 104 878 0.388668
4 105 101 108 89 97 119 113 58 97 887 0.392652
5 25 25 17 22 27 32 32 30 25 235 0.104028
0.009743 2.37 0.024 -2.67 1
0.114214 1.23 0.1872 -1.62 2.05
0.502882 0 0.3989 -0.54 3.13
0.895533 0.26 0.3857 0.033 3.7
0.999562 ∞ 0 3.857 7.47
sumber : hasil pengolahan data dengan Ms.Excel
4.2.11 Korelasi dan Regresi Sederhana untuk variabel Kualitas Produk (x1) dengan Proses Keputusan Pembelian (Y). Tabel 4.20
Correlations x1 x1
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 251 .413** .000 251
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 il d)
Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Y .413** .000 251 1 251
frekuensi 251 251 251 251 251 251 251 251 251 2259
98
Dari hasil perhitungan tabel correlations didapatkan angka korelasi antara kualitas produk (x1) dengan proses keputusan pembelian (Y) sebesar 0.413. Artinya, hubungan kedua variabel tersebut cukup kuat. Korelasi positif menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut searah. Artinya, jika frekuensi kualitas produk semakin baik maka semakin sering akan terjadinya proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Tabel 4.21
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered x1a
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Pada tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), atau variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi dengan menggunakan metode enter. Tabel 4.22 Descriptive statistics dan Model Summary
Descriptive Statistics Y x1
Mean 3.6708 3.6418
Std. Deviation .79142 .77961
N 251 251
Model Summary Model 1
R R Square .413a .170
Adjusted R Square .167
Std. Error of the Estimate .72237
a. Predictors: (Constant), x1 Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Pada tabel Model Summary, nilai R Square sebesar 0.170. Hal ini menandakan bahwa kontribusi Kualitas Produk (x1) terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y) majalah
99
CITACINTA adalah sebesar KP= 0.4132 x 100% = 17%, sedangkan sisanya sebesar 83% disebabkan
oleh faktor - faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
Standard Error of Estimate sebesar 0.72237 adalah variabel dependen, atau dalam hal ini Proses Keputusan Pembelian (Y) lebih kecil dari standar deviasi yaitu 0.79142 (dapat di lihat pada tabel descriptive statistics) maka model regresi layak digunakan. Tabel 4.23
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.146 .218 .419 .059
(Constant) x1
Standardized Coefficients Beta
t 9.832 7.147
.413
Sig. .000 .000
a. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Dari tabel diatas, dapat dilakukan uji t sebagai berikut ; 1. menentukan hipotesis Ho = Tidak ada pengaruh antara kualitas produk terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Ha = Ada pengaruh antara kualitas produk terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. 2. menentukan tingkat signifikan -
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
-
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Pada tabel Coefficients di atas dapat dilihat nilai sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05 dengan
demikian
berpengaruh CITACINTA.
Ho ditolak.
secara
signifikan
Sehingga
keputusannya
terhadap
proses
adalah
keputusan
kualitas
pembelian
produk Majalah
100
3. menentukan t tabel t tabel dicari dengan df= 251 – 2 -1 = 248, dihitung melalui MS.Excel didapat sebesar 1,97 4. kriteria pengujian Ho diterima dan Ha ditolak, jika t hitung < t tabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika t hitung > t tabel 5. membandingkan t hitung dengan t tabel t hitung = 7.147 > t tabel = 1.97 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya , kualitas produk (x1) berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian (Y) majalah CITACINTA. Persamaan Regresinya : Y = 2.146 + 0.419x1 Artinya : -
konstanta sebesar 2.146 ; artinya jika kualitas produk (x1) nilainya adalah 0, maka proses keputusan pembelian (Y) nilainya yaitu sebesar 2.146 .
-
koefisien regresi variabel kualitas produk (x) sebesar 0.419 ; artinya setiap penambahan (karena + ) satu skor atau nilai kualitas produk akan memberikan kenaikan skor sebesar 0.419. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan yang searah antara kualitas produk dengan keputusan pembelian, semakin bagus kualitas produknya maka keputusan pembelian juga akan meningkat.
101
4.2.12 Korelasi dan Regresi Sederhana untuk variabel Persepsi Konsumen (x2) dengan Proses Keputusan Pembelian (Y). Tabel 4.24
Correlations x2 x2
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 251 .466** .000 251
Y .466** .000 251 1 251
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 il d)
Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Dari hasil perhitungan tabel correlations didapatkan angka korelasi antara persepsi konsumen (x2) dengan proses keputusan pembelian (Y) sebesar 0.466 . Artinya, hubungan kedua variabel tersebut cukup kuat. Korelasi positif menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut searah. Artinya, jika frekuensi persepsi konsumen semakin baik maka semakin sering akan terjadinya proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Tabel 4.25
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered x2a
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Pada tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), atau variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi dengan menggunakan metode enter.
102
Tabel 4.26 Descripstive Statistics dan Model Summary
Descriptive Statistics Mean 3.6708 3.7653
Y x2
Std. Deviation .79142 .72093
N 251 251
Model Summary Model 1
R R Square .466a .217
Adjusted R Square .214
Std. Error of the Estimate .70170
a. Predictors: (Constant), x2 Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Pada tabel Model Summary, nilai R Square sebesar 0.217 . Hal ini menandakan bahwa kontribusi persepsi konsumen (x2) terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y) majalah CITACINTA adalah sebesar KP = 0.4662 x 100% = 21.7% sedangkan sisanya sebesar 78.3% disebabkan
oleh faktor - faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
Standard Error of Estimate sebesar 0.70170 adalah variabel dependen, atau dalam hal ini Proses Keputusan Pembelian (Y) lebih kecil dari standar deviasi yaitu 0.79142 (dapat di lihat pada tabel descriptive statistics) maka model regresi layak digunakan. Tabel 4.27
Coefficientsa
Model 1
(Constant) x2
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.745 .236 .511 .062
a. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Standardized Coefficients Beta .466
t 7.396 8.308
Sig. .000 .000
103
Dari tabel diatas, dapat dilakukan uji t sebagai berikut ; 1. menentukan hipotesis Ho = Tidak ada pengaruh antara persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Ha = Ada pengaruh antara persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. 2. menentukan tingkat signifikan -
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
-
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Pada tabel Coefficients di atas dapat dilihat nilai sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05
dengan demikian Ho ditolak. Sehingga keputusannya adalah persepsi konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian Majalah CITACINTA. 3. menentukan t tabel t tabel dicari dengan df= 251 – 2 -1 = 248, dihitung melalui MS.Excel didapat sebesar 1,97 4. kriteria pengujian Ho diterima dan Ha ditolak, jika t hitung < t tabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika t hitung > t tabel 5. membandingkan t hitung dengan t tabel t hitung = 8.308 > t tabel = 1.97 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya , persepsi konsumen (x2) berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian (Y) majalah CITACINTA.
104
Persamaan Regresinya : Y = 1.745 + 0.511x2 Artinya : -
konstanta sebesar 1.745 ; artinya jika persepsi konsumen (x) nilainya adalah 0, maka proses keputusan pembelian (Y) nilainya yaitu sebesar 1.745 .
-
koefisien regresi variabel persepsi konsumen (x) sebesar 0.511 ; artinya setiap penambahan (karena + ) satu skor atau nilai persepsi konsumen akan memberikan kenaikan skor sebesar 0.511. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan yang searah antara persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian, semakin bagus persepsi konsumen maka akan meningkatkan proses keputusan pembelian Majalah CITACINTA.
4.2.13 Korelasi dan Regresi berganda untuk variabel Kualitas Produk (x1) dan Persepsi Konsumen (x2) terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y). Tabel 4.28
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered x2, x1a
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Pada tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed), atau variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi dengan menggunakan metode enter.
105
Tabel 4.29 Descriptive Statistics dan Model Summary
Descriptive Statistics Y x1 x2
Mean 3.6708 3.6418 3.7653
Std. Deviation .79142 .77961 .72093
N 251 251 251
Model Summaryb Model 1
R R Square .536a .287
Adjusted R Square .281
Std. Error of the Estimate .67101
a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Pada tabel Model Summary didapatkan angka korelasi (R) antara kualitas produk (x1) dan persepsi konsumen (x2) terhadap proses keputusan pembelian (y) sebesar 0.536 . Artinya, hubungan antara ketiga variabel cukup kuat. Korelasi positif menunjukan bahwa hubungan ketiga variabel searah. Artinya, jika frekuensi kualitas produk dan persepsi konsumen berjalan bersamaan yang semakin baik maka akan meningkatkan proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Nilai R Square sebesar 0.287. Hal ini menandakan bahwa kontribusi kualitas produk (x1) dan persepsi konsumen (x2) terhadap proses keputusan pembelian (Y) adalah sebesar KP = 0.5362 x 100% = 28.7% , sedangkan sisanya sebesar 71.3% dikontribusikan oleh factor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
Standard Error of Estimate sebesar 0.67101 adalah variabel dependen, atau dalam hal ini proses keputusan pembelian majalah CITACINTA lebih kecil dari standar deviasi yaitu 0.79142 (dapat dilihat pada tabel descriptive statistics); maka model regresi layak digunakan.
106
Tabel 4.30
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 44.921 111.664 156.586
df 2 248 250
Mean Square 22.461 .450
F 49.884
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
Dari tabel diatas, dapat dilakukan uji f sebagai berikut ; 1. menentukan hipotesis Ho = Tidak ada pengaruh secara signifikan antara kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Ha = Ada pengaruh secara signifikan antara kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. 2. menentukan tingkat signifikan -
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
-
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Pada tabel Coefficients di atas dapat dilihat nilai sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak. Sehingga keputusannya adalah kualitas produk dan persepsi konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian Majalah CITACINTA. 3. menentukan f tabel F tabel dicari dengan df= 251 – 2 -1 = 248, dihitung melalui MS.Excel didapat sebesar 3.03 .
107
4. kriteria pengujian Ho diterima dan Ha ditolak, jika F hitung < F tabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika f hitung > f tabel 5. membandingkan f hitung dengan f tabel F hitung = 49.884 > F tabel = 3.03 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya , kualitas produk (x1) dan persepsi konsumen (x2) berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian (Y) Majalah CITACINTA. Tabel 4.31
Coefficientsa
Model 1
(Constant) x1 x2
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.115 .259 .287 .058 .401 .063
Standardized Coefficients Beta .283 .365
t 4.299 4.929 6.370
Sig. .000 .000 .000
a. Dependent Variable: Y Sumber : hasil pengolahan dengan SPSS 13.0
1. menentukan hipotesis Ho = Tidak ada pengaruh antara kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Ha = Ada pengaruh antara kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. 2. menentukan tingkat signifikan -
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
-
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
108
Pada tabel Coefficients di atas dapat dilihat nilai sig. lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak. Sehingga keputusannya adalah kualitas produk dan persepsi konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian Majalah CITACINTA. 3. menentukan t tabel t tabel dicari dengan df= 251 – 2 -1 = 248, dihitung melalui MS.Excel didapat sebesar 1,97 . 4. kriteria pengujian Ho diterima dan Ha ditolak, jika t hitung < t tabel Ho ditolak dan Ha diterima, jika t hitung > t tabel 5. membandingkan t hitung dengan t tabel Kualitas produk (x1) t hitung = 4.929 > t tabel = 1.97 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya , kualitas produk (x1) berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian (Y) majalah CITACINTA. Persepsi konsumen (x2) t hitung = 6.370 > t tabel = 1.97 , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya , persepsi konsumen (x2) berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian (Y) majalah CITACINTA.
109
Persamaan Regresinya : Y = 1.115 + 0.287 X1 + 0.401 X2 Artinya : -
Konstanta sebesar 1.115, menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel kualitas produk (x1) dan persepsi konsumen (x2) maka nilai proses keputusan pembelian (Y) adalah 1.115.
-
Koefisien regresi ganda sebesar 0.287 dan 0.401 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor atau nilai kualitas produk dan persepsi konsumen akan memberikan kenaikan skor sebesar 0.287 dan 0.401 .
4.3
Pembahasan
4.3.1
Analisis Pengaruh Kualitas Produk (x1) terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y) majalah CITACINTA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas produk berhubungan cukup kuat
(0.413) dan searah (karena +) terhadap proses keputusan pembelian. Artinya, jika kualitas produk majalah CITACINTA semakin baik maka akan mempengaruhi proses keputusan pembelian menjadi meningkat. Kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA dan persentase pengaruhnya sebesar 17%, persentasenya masih terbilang kecil. Oleh karena itu, sub variabel dari kualitas produk (kinerja, reliabilitas, keawetan dan desain) harus lebih ditingkatkan lagi agar dapat menghasilkan majalah CITACINTA yang lebih berkualitas dan akan meningkatkan proses keputusan pembelian. Jika kesemuanya memenuhi citrarasa pembaca, majalah itu akan dibeli lagi dan akan ditawarkan kepada orang lain. Penelitian ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Marlin (1999) yang menyatakan bahwa, “bukan mudah
110
untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dan bermutu. Apalagi apabila akan menjadikan sebuah produk itu laris dipasaran serta peningkatan jumlah pembeli yang menggunakan produk tersebut secara berterusan.” Begitu juga penerbitan sebuah majalah. Ide dan kreatifitas itu penting untuk menghasilkan yang terbaik serta tampil beda dari yang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa kualitas produk mempengaruhi proses keputusan pembelian.
4.3.2
Analisis Pengaruh Persepsi Konsumen (x2) terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y) majalah CITACINTA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi konsumen berhubungan cukup kuat
(0.466) dan searah (karena +) terhadap proses keputusan pembelian. Artinya, jika persepsi konsumen baik kepada majalah CITACINTA maka proses keputusan pembelian juga akan meningkat. Persepsi Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian dan persentasenya sebesar 21.7% . Penelitian ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Schiffman & Kanuk (2007, p136) yang menyatakan bahwa individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi perusahaan, persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan mereka mengenai realitas yang obyektif. Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka perusahaan perlu sekali memahami gagasan persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga dapat lebih mudah menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi pembelian konsumen. Dengan demikian jelaslah bahwa persepsi konsumen mempengaruhi proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
111
4.3.3
Analisis Pengaruh Kualitas Produk (x1) dan Persepsi Konsumen (x2) terhadap Proses Keputusan Pembelian (Y) majalah CITACINTA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas produk dan persepsi konsumen
berhubungan cukup kuat (0.536) dan searah (karena +) terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA. Artinya, jika kualitas produk majalah CITACINTA dan persepsi konsumen kepada majalah CITACINTA berjalan baik secara bersamaan, maka akan meningkatkan proses keputusan pembelian. Kualitas produk dan persepsi konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian dengan persentase sebesar 28.7%. Penulis menyadari bahwa penelitian ini banyak memiliki keterbatasan, karena yang diteliti hanya kualitas produk dan persepsi konsumen sebagai variabel bebas dan variabel terikatnya adalah proses keputusan pembelian. Ternyata setelah melalui hasil penelitian, tidak hanya kedua variabel bebas itu saja yang mempengaruhi proses keputusan pembelian, tetapi masih ada variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian ini, akan memberikan peluang kepada peneliti selanjutnya yang akan meneruskan dan mengkaji variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses keputusan pembelian yang belum diungkap dan dibahas dalam penelitian yang sedang dilakukan ini.
4.4
Implikasi hasil penelitian Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai “ANALISIS PENGARUH KUALITAS
PRODUK DAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MAJALAH CITACINTA.” Kualitas Produk dapat diukur dengan beberapa sub variabel, yaitu : Kinerja, Reliabilitas, Keawetan, dan Desain. Persepsi Konsumen dapat diukur dengan beberapa sub variabel, yaitu : Sifat-sifat stimulus, Harapan, dan Motif. Dan Proses Keputusan Pembelian
112
dapat diukur dengan beberapa sub variabel, yaitu : Pengenalan kebutuhan, Penelitian sebelum pembelian, evaluasi alternatif, perilaku pembelian, dan penilaian pasca pembelian. Hasil penelitiannya, sebagai berikut : •
T-1 = Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. ○
Korelasi antara kualitas produk terhadap proses keputusan pembelian adalah sebesar 0.413. Artinya hubungan kedua variabel cukup kuat dan searah.
○
Hasil regresinya : Y = 2.146 + 0.419 X
○
Tolak Ho - terima Ha, artinya adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
○
Besarnya kontribusi kualitas produk terhadap proses keputusan pembelian sebesar 17% dan sisanya sebesar 83% disebabkan oleh faktor – faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
○
Kecenderungan jika kualitas produk semakin baik, maka semakin sering akan terjadinya proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
•
T-2 = Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. o
Korelasi antara persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian adalah sebesar 0.466. Artinya hubungan kedua variabel cukup kuat dan searah.
o
Hasil regresinya : Y = 1.745 + 0.511 X
113
o
Tolak Ho - terima Ha, artinya adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
o
Besarnya kontribusi kualitas produk terhadap keputusan pembelian sebesar 21.7%% dan sisanya sebesar 78.3% disebabkan oleh faktor – faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
o
Kecenderungan jika persepsi konsumen semakin baik kepada majalah CITACINTA, maka semakin sering akan terjadinya proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
•
T-3 = Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. o
Korelasi antara kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 0.536. Artinya hubungan kedua variabel cukup kuat dan searah.
o
Hasil regresinya : Y = 1.115 + 0.287 X1 + 0.401 X2
o
Tolak Ho - terima Ha, artinya adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap proses keputusan pembelian majalah CITACINTA.
o
Besarnya kontribusi kualitas produk dan persepsi konsumen terhadap keputusan pembelian sebesar 28.7% dan sisanya sebesar 71.3% disebabkan oleh faktor – faktor lain yang tidak bisa dijelaskan dalam penelitian ini.
o
Kecenderungan jika kualitas produk dan persepsi konsumen semakin baik kepada
majalah
CITACINTA,
keputusan pembelian.
maka
semakin
sering
akan terjadinya
114
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN Dari hasil penelitian di atas mengenai pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA, maka dapat diambil beberapa simpulan: a. Dari hasil regresi sederhana diperoleh angka sebesar 17% untuk variabel Kualitas Produk mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. Dan berdasarkan hasil uji t, Kualitas Produk berpengaruh secara signifikan terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. b. Sedangkan untuk variabel Persepsi Konsumen mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian sebesar 21.7% . Dan berdasarkan hasil uji t, Persepsi Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. c.
Berdasarkan hasil uji f, secara bersama-sama Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap Proses Keputusan Pembelian dan hasil regresi berganda di dapat hasil sebesar 28.7%, sedangkan 71.3% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
115
5.2 SARAN Setelah melihat dari hasil penelitian yang ada, maka penulis mencoba untuk mengajukan saran sebagai berikut: a. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian, persentasenya tidak terlalu besar. Sebaiknya CITACINTA agar lebih memperhatikan hal tersebut untuk memenuhi keinginan konsumennya agar tetap bertahan. Sub variabel dari Kualitas produk (kinerja, reliabilitas, keawetan dan desain) lebih ditingkatkan lagi, mungkin dari kualitas kertas dan penjilidan yang kurang bagus dapat diperbaiki demi kenyamanan pembaca. b. Sesuatu yang dirasakan dan yang akan diharapkan oleh konsumen itulah yang menjadi pertimbangan untuk pembelian. Seperti diketahui di atas bahwa Proses Keputusan Pembelian lebih dipengaruhi oleh Persepsi Konsumen. Oleh karena itu diharapkan CITACINTA bisa menjaga kualitas produknya dan terus lebih baik lagi agar tercipta persepsi atau opini masyarakat yang baik kepada majalah CITACINTA karena itu juga akan mempengaruhi tingkat penjualan. c.
Untuk penelitian selanjutnya, mungkin dapat diteliti variabel lainnya yang mempengaruhi proses keputusan pembelian, misalnya seperti perilaku konsumen, promosi, brand equity, dan harga. Karena masih ada variabel lainnya yang mempengaruhi proses keputusan pembelian.
116
DAFTAR PUSTAKA
Angipora, Moris. P. (2002). Dasar-dasar Pemasaran, Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada, Jawara. David, Fred, R. (2006). Strategic Management : Concepts and Cases (Manajemen Strategis :
Konsep). Edisi Sepuluh. Salemba Empat, Jakarta. Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Lie Joko Budiman. (2004). Brand Equity Ten – Strategi
Memimpin Pasar. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. (2002). Metode Penelitian Bisnis. BPFE – YOGYAKARTA, Yogyakarta. Kotler, Philip. (2002). Marketing Management, 10th edition. Prentice Hall, New Jersey. Kotler, P., Armstrong, G., Brown, L., and Adam, S. (2006). Marketing, 7th edition. Prentice Hall, Pearson Education Australia. Kotler , Philip dan Kevin Lane Keller. (2007). Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua belas, Jilid
2. PT.Indeks, Kelompok Gramedia, Jakarta. Kuncoro, Engkos Achmad dan Riduwan. (2007). Cara menggunakan dan memaknai Analisis
Jalur (Path Analysis). ALFABETA, Bandung. Nasution, M.N. (2004). Manajemen Jasa Terpadu. Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor Selatan. PB, Triton. (2006). SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. ANDI, Yogyakarta. Prasetijo, Ristiyanti dan Ihaluw JOI, John. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XIII No.1, Maret 2007: 102-130. Prasetijo, Ristiyanti dan Ihaluw JOI, John. (2005). Perilaku Konsumen. ANDI, Yogyakarta. Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS. MediaKom, Yogyakarta.
117
Santosa dan Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. ANDI, Yogyakarta. Sarwono, Jonathan. (2006). Analisis Data dan Penelitian menggunakan SPSS. ANDI Yogyakarta. Schiffman, Leon G. Dan Leslie Lazar Kanuk. (2007). Perilaku Konsumen. Cetakan Kedua. PT. Indeks Group Gramedia, Jakarta. Setiadi. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Kencana, Jakarta. Simamora, Bilson. (2003). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. .______________. (2004). Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Statistik Sosial Budaya. (2006). Hasil Susenas. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Sugiyono . (2006). Metode Penelitian Bisnis. CV ALFABETA, Bandung. Sunarto. (2006). Perilaku Konsumen. Amus, Yogyakarta. Sunyoto, Danang. (2007). Analisis Regresi dan Korelasi Bivariate. Ringkasan dan Kasus. AMARA BOOKS, Yogyakarta. Supranto, J. (2003). Metode Riset, Aplikasinya dalam Pemasaran. PT. RINEKA CIPTA, Jakarta. Tunggal, Amin Widjaja. (2005). Brand Management (Suatu Pengantar). Harvarindo, Jakarta. Umar, Husein. (2005). Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yamit, Zulian. (2005). Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekonisia, Yogyakarta. Pasang Surut Majalah, (ON LINE), http://duamata.blogspot.com/2006/02/pasang-surutmajalah.html, 17 Maret 2008.
118
Persaingan majalah wanita Indonesia, (ON LINE), www.pintunet.com, 13 Maret 2008. Persaingan majalah Wanita di Indonesia, (ON LINE), www.wordpress.com/tag/industri/feed/ - 170k, 17 Maret 2008. Strategi
pemasaran
dan
pengendalian
mutu,
(ON
LINE)
(http://hadisugito.fadla.or.id/2005/12/11/strategi-pemasaran-dan-pengendalianmutu-produk/). Thomas,
Marlin
U.
(1999).
The
Engineering
Economist,
vol.44,
(ON
LINE),
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=43139502&sid=4&Fmt=4&clientId=68814&R QT=309&VName=PQD, 12 Maret 2008.
119
RIWAYAT HIDUP Nama Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat rumah
: : : :
Riwayat Pendidikan • Sekolah Dasar • Sekolah Menengah Pertama • Sekolah Menengah Atas • Perguruan Tinggi Pengalaman Kerja
Mardiana Shofa Jakarta, 21 Maret 1986 Perempuan JL. Gelora IX no.29, Palmerah-Selatan. Jakarta-Pusat 10270
: : : : :
SD MEXICO 05 PAGI (1992-1998) SLTP NEGERI 19 JAKARTA (1998-2001) SMU NEGERI 3 JAKARTA (2001-2004) BINUS UNIVERSITY (2004-2008) - BVOICE RADIO, MARKETING (20042006) - Freelance AsPen di PT. KOMPAS MEDIA NUSANTARA (2006-Present)