1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Di dalam komunikasi sehari-hari, misalnya dalam hal meminta bantuan atau membantu, manusia tentunya memerlukan alat komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial manusia diperlukan alat komunikasi berupa bahasa. Bahasa merupakan alat yang ampuh untuk berhubungan dan bekerja sama. Hal ini juga dijelaskan di dalam buku Mansoer Pateda (1987:4) yang menyebutkan salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa menurut Chaer (1998:1--2) merupakan suatu sistem lambang yang berupa bunyi dan bersifat arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebenarnya untuk berkomunikasi juga dapat dilakukan dengan cara lain, misalnya dengan menggunakan isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode tertentu lainnya. Namun, dengan bahasalah komunikasi dapat berlangsung lebih praktis dan sempurna. Bahasa di dalam perkembangannya menunjuk pada sosok variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu dalam konteks situasi pemakaian
2
yang berbeda-beda. Variasi bahasa terjadi bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, melainkan juga karena kegiatan interaksi sosial yang pada praktiknya sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak serta dalam wilayah yang luas (Chaer dan Agustina, 1995:80). Dengan kata lain, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi juga gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor sosial (Suwito, 1985:3). Di dalam kehidupan masyarakat bahasa muncul kelompok sosial yang mempunyai ciri yang khas dalam penggunaan kata, baik berupa istilah atau kata yang baru atau istilah yang telah ada namun diberi makna baru. Keragaman bahasa ini berkembang seiring dengan kebutuhan penggunanya dalam berinteraksi sehingga muncullah variasi bahasa dalam masyarakat tutur. Sebagaimana diketahui, bahasa digunakan oleh manusia di berbagai bidang kehidupan. Pemakaian bahasa dalam satu lingkup kehidupan sosial selalu berbeda dari pemakaian bahasa dalam lingkup sosial lainnya. Hal ini menyebabkan munculnya variasi bahasa yang disebabkan sifat-sifat khas kebutuhan pemakainya, yang dikenal dengan istilah register (Suwito, 1985:25). Register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan (bidang) pekerjaan seseorang (Pateda, 1987:64). Setiap bidang kegiatan atau pekerjaan tentunya memiliki sejumlah kosakata khusus atau istilah yang tidak dipergunakan dalam bidang lain. Begitu juga halnya dengan bidang persalonan. Bidang
3
persalonan juga memiliki istilah-istilah khusus di dalamnya. Istilah-istilah khusus yang di teliti dalam penelitian register salon kecantikan ini sebagian besar merupakan istilah pinjaman dalam bahasa Inggris. Berikut contoh data register salon kecantikan. (1)
Proses blow dilakukan untuk mengeringkan dan menata rambut agar lebih rapi setelah dilakukan pengguntingan rambut atau perawatan rambut lainnya (Belajar Salon, 2012:74).
(2)
Khusus model rambut shaggy atau layer, blow rambut pada bagian samping depan dengan posisi sisir blow vertikal ke arah dalam wajah sehingga model rambut terlihat sempurna (Belajar Salon, 2012:76).
(3)
Facial dapat mencegah efek dari polusi, paparan sinar matahari, atau kosmetik (Belajar Salon, 2012:146). Istilah blow, shaggy, layer, dan facial pada kalimat di atas menunjukkan
istilah yang khas yang sering digunakan dalam bidang persalonan. Dari istilahistilah tersebut tidak semua masyarakat memahami istilah salon seperti yang disebutkan di atas. Kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat terhadap istilah salon inilah yang mendorong penulis untuk mengulas istilah-istilah yang berhubungan dengan salon, khususnya salon kecantikan. Salon kecantikan merupakan tempat orang merawat kecantikan, seperti merias muka dan menata rambut (KBBI, 199:867). Selain itu, perkembangan istilah-istilah dalam bidang salon juga tampak pada macam-macam perawatan dan peralatan sehingga kekhasan variasi bahasa yang ada menarik penulis untuk mendeskripsikan istilahistilah dalam bidang tersebut.
4
Pemilihan tema penelitian ini sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, tema penelitian ini menjadi pertimbangan peneliti dalam pemilihan topik penelitian tentang register salon kecantikan.
2. Rumusan Masalah Komunikasi yang terjadi di sebuah salon menunjukkan adanya istilah khusus yang muncul berkaitan dengan bidang tersebut. Penelitian terhadap register dalam bidang salon ini akan membahas beberapa masalah, yaitu: 2.1 Apa yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Inggris dalam register salon? 2.2 Bagaimana bentuk dan makna register salon? 2.3 Bagaimana klasifikasi istilah register bidang salon tersebut?
3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian register istilah salon yang dilakukan memiliki tujuan untuk: 3.1 menjelaskan apa saja yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Inggris dalam register salon; 3.2 mendeskripsikan bentuk dan makna register salon kecantikan; 3.3 mendeskripsikan klasifikasi istilah register bidang salon.
5
4. Manfaat Penelitian Di samping ketiga tujuan di atas, penelitian register salon kecantikan secara teoretis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat disumbangkan untuk kelengkapan hasil kajian dalam bidang sosiolinguistik, khususnya berkaitan dengan register. Penelitian ini juga memiliki manfaat praktis, yakni (1) sebagai salah satu sumber referensi para peneliti kebahasaan yang berkaitan dengan bidang salon kecantikan dan (2) untuk memudahkan pemakai bahasa dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi dalam bidang salon.
5. Ruang Lingkup dan Data Penelitian Secara umum, hal yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah pemakaian bahasa yang berhubungan dengan salon. Banyak hal yang dapat diamati dalam bidang persalonan, baik dari segi nama perawatan, gaya rambut, peralatan, dan perlengkapannya. Pada penelitian ini dikemukakan hal–hal yang berkaitan dengan kebahasaan yang menyangkut register. Lebih khususnya lagi, pembahasan penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan bahasa di bidang salon. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulis yang berasal dari buku, majalah, dan laman. Buku yang digunakan adalah buku Gaya Rambut Keriting tahun 2005, Instant Beauty tahun 2012, dan Belajar Salon tahun 2012. Majalah yang digunakan, yaitu majalah Salon Pro edisi 146 dan 147 tahun 2013 dan majalah Flair edisi bulan Desember 2011 dan November 2012. Laman yang
6
digunakan
antara
lain
adalah
wikipedia.com,
operator.blogspot.com,
salonindonesia.com, dapurgaya.com, jhonnyandrean.com, dan tipsrambut.com. Secara keseluruhan populasi data berjumlah 143 istilah dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini 64 istilah. Pada penelitian ini, batasan istilah pada register salon kecantikan yang digunakan mencakup istilah yang umum, baik untuk wanita dan pria.
6. Tinjauan Pustaka Pemilihan topik penelitian ini mengacu pada beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka tersebut merupakan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya meskipun dalam bidang lain. Hartiningsih (1999) menulis skripsi yang berjudul ―Register Kepencintaalaman: Pendakian Gunung, Panjat Tebing, dan Penelusuran Gua‖. Di dalam skripsinya, ia memaparkan bentukbentuk kebahasaan dan makna register, klasifikasi istilah bahasa asing, dan alasan-alasan
pemakaian
istilah
serapan
yang
ada
di
dalam
bidang
pencintaalaman. Dalam skripsi yang berjudul ―Register Pertelevisian sebagai Bentuk Variasi Bahasa‖, Prastinindya (2007) membahas register sebagai bentuk variasi bahasa yang memiliki sifat-sifat yang khas. Kekhasan itu terletak pada makna dan perubahan serta campur kode yang dipaparkannya dalam penelitian Register Pertelevisian. Dalam skripsi yang berjudul ―Register Perbengkelan Sepeda Motor‖, Priyana (2006) membahas tentang deskripsi bagaimana register itu
7
terbentuk, bagaimana klasifikasi kosakata register,
dan latar belakang
penggunaan kosakata register. Sukendar (1996) menulis skripsi yang berjudul ―Peristilahan Mobil sebagai Salah Satu Bentuk Register‖. Dalam skripsinya, ia membahas masalah kerusakan dan perbaikan mobil, menjelaskan bentuk-bentuk kebahasaan secara morfologis, sintaksis dan semantik, serta faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi penggunaan bahasa dalam aktivitas perbengkelan mobil. Faktor sosial yang diungkap mencakup dua variabel, yakni jenis kelamin dan umur penutur, sedangkan faktor situasional berupa pokok bahasan, tujuan, situasi dan tempat terjadinya tuturan. Rosmiati (2001) di dalam tesisnya yang berjudul ―Istilah-Istilah dalam Register Perbengkelan Mobil (Studi Kasus Wilayah Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo)‖ membahas beberapa pokok persoalan mengenai bentukbentuk register perbengkelan mobil, perubahan makna, asal mula bentuk kata atau istilah-istilah perbengkelan mobil serta fungsi sosial kemasyarakatannya. Laporan penelitian yang ditulis oleh Wijana (2000) yang berjudul ―Register Sabung Ayam di Bali‖ memaparkan bagaimana registrasi itu terbentuk, bagaimana klasifikasinya, dan bagaimana pemakaiannya dalam proses sabung ayam. Selain Wijana, Suharsono (1992) juga melakukan penelitian yang membahas tentang tawar-menawar pada warung penjaja buah-buahan. Di dalam laporan penelitiannya dijelaskan bagaimana pola interaksi penjual dan pembeli pada kegiatan tawar-menawar serta bagaimana bentuk register tawar-menawar tersebut.
8
Dari penelitian-penelitian yang disebutkan di atas terlihat bahwa penelitian yang membahas register sebagai objek penelitian telah banyak dilakukan. Namun, dari keseluruhan penelitian mengenai register belum ada penelitian yang membahas salon sebagai objek penelitian.
7. Landasan Teori Untuk
melakukan
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
kajian
sosiolinguistik dan semantik sebagai tuntunan pengerjaan penelitian. 7.1 Sosiolinguistik Sosiolinguistik
menurut
Kridalaksana
(2008:225)
adalah
cabang
linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Sosiolinguistik (Hudson, 1980:4--5) merupakan kajian tentang bahasa yang di dalamnya berhubungan dengan masyarakat. Konsep kajian sosiolinguistik ini adalah korelasi, yakni mengorelasikan bahasa dengan aspek sosial. Dalam hubungannya dengan masyarakat, bahasa dapat menimbulkan variasi bahasa sebagai hasil dari penutur dan penggunaannya. Chaer (1995:89) menyebutkan variasi bahasa juga dapat terjadi karena adanya kontak bahasa yang terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa lain. Setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia sebenarnya telah memiliki kosakata yang cukup untuk keperluan kegiatan sosial dan budaya masyarakat bahasa tertentu. Akan tetapi, ketika bahasa tersebut melakukan kontak bahasa dengan masyarakat lain, dapat dipastikan kosakata bahasanya menjadi tidak mencukupi lagi.
9
Di dalam penggunaannya, bahasa memiliki variasi bentuk. Variasi bentuk itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya penutur, tempat atau geografis, sarana, dan bidang penggunaan. Sesuatu yang disebut ragam bahasa atau variasi bahasa menunjuk pada bentuk bahasa yang berbeda-beda karena faktor-faktor yang disebutkan di atas. Namun, pada ruang lingkup yang sempit, variasi pemakaian bahasa juga dapat muncul karena faktor lingkungan pekerjaan. Tiap jenis pekerjaan tentulah memiliki istilah yang berbeda yang digunakan pada pekerjaan lain. Hal inilah yang memaksa orang-orang untuk mempergunakan istilah atau kosakata yang berhubungan dengan pekerjaannya, seperti pada bidang pekerjaan jurnalistik, pilot, musisi, penjual, dan lain sebagainya. Variasi bahasa yang demikian ini yang sering disebut register (Trudgill, 1974:104 ; lihat juga Crystal, 1991:295). Menurut Pateda (1987:64), aktivitas manusia itu beraneka ragam. Aktivitas manusia dapat dihubungkan dengan pekerjaannya. Orang boleh saja memerintah seseorang dan dapat kita hubungkan dengan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial. Tiap jenis kegiatan ini memaksa orang untuk mempergunakan bahasa yang berhubungan dengan pekerjaannya. Jadi, register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang (Pateda, 1987: 64). Register salon sebagai sebuah variasi bahasa juga terdiri atas elemen bentuk dan elemen makna. Oleh karena itu, analisis penelitian register ini difokuskan pada bentuk-bentuk kebahasaan dan makna yang terkandung dalam bidang persalonan.
10
7.2 Semantik Selain mengandung elemen bentuk, bahasa juga dapat dikaji dari segi elemen makna yang dibahas dalam kajian semantik. Semantik merupakan istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, semantik juga dapat dikatakan sebagai bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 2009:2). Untuk dapat memahami apa yang disebut makna atau arti, Ferdinand de Saussure menyebutkan tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (signified) dan (2) yang mengartikan (signifier). Yang diartikan (signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi, sedangkan yang mengartikan (signifier) adalah tidak lain daripada bunyibunyi itu yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (Chaer, 2009:29). Jadi, semantik merupakan ilmu yang membahas hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut dan benda yang dirujuk oleh makna itu yang berada di luar bahasa. Ketiga hubungan ini disebut hubungan referensial. Hubungan referensial biasanya dibagankan sebagai berikut.
(b) konsep/makna (referens)
(a) Kata/leksem
(c) sesuatu yang dirujuk (referen)
11
Segitiga semantik di atas pada awalnya berasal dari Odgen dan Richard (1923) yang menggunakan istilah symbol pada sudut (a), istilah thought atau reference untuk sudut (b), dan istilah referent untuk sudut (c). Ketiga hubungan sudut ini adalah symbol melambangkan thought atau reference itu, sedangkan thought atau reference merujuk kepada referent. Oleh Lyons (1997) istilah symbol diganti dengan sign, istilah thought atau reference diganti dengan concept, dan istilah referent diganti dengan significatum atau thing. Kemudian Lyons menyamakan sign sama dengan leksem. Jadi, menurut peristilahan Lyons leksem melambangkan konsep dan konsep manandai sesuatu (Chaer, 2009:31—32). Kajian semantik dalam penelitian ini akan menganalisis jenis makna dan medan makna yang terdapat dalam register salon.
8. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian data (Sudaryanto, 1988:57). Kelengkapan data ditunjang oleh sumber lain, seperti pencarian data melalui laman. Pengambilan data dari sumber tulis dilakukan secara acak, Pembahasan penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan bahasa di bidang persalonan.
8.1 Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan menjaring data dan mengumpulkan istilah-istilah register salon yang terdapat pada buku, majalah, dan
12
laman. Pengambilan data ini dilakukan secara acak dalam artian tidak diurutkan sesuai dengan nomor dan angka tahun penerbitannya. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam usaha pengumpulan data. Selanjutnya data-data yang telah terkumpul tersebut diklasifikasikan menurut beberapa kelompok, yakni jenis perawatan, gaya rambut, peralatan, perlengkapan salon, dan bahan make up. Data yang telah diklasifikasikan tersebut kemudian di catat pada kartu data. Data yang diperoleh ada dua bentuk, yakni yang pertama adalah data yang berupa kalimat yang memuat istilah register salon dan yang kedua berupa kumpulan istilah salon. Dari data register salon yang telah dikumpulkan, ditemukan sebagian kecil istilah-istilah salon menggunakan bahasa Indonesia dan sebagian besar lainnya menggunakan istilah dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, untuk memahami istilah salon yang menggunakan bahasa Inggris maka dicari padanan dan terjemahannya melalui kamus maupun buku-buku yang berkaitan dengan istilah-istilah salon.
8.2 Analisis Data Tahap penelitian selanjutnya adalah analisis data berdasarkan rumusan masalah pertama guna mencari latar belakang penggunaan bahasa Inggris dalam register salon kecantikan. Latar belakang penggunaan bahasa Inggris dalam bidang persalonan didasarkan pada pendapat Poedjosoedarmo tentang pemakaian bentuk-bentuk pinjaman bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia. Peminjaman istilah serapan ini merupakan salah satu bentuk usaha pemekaran kosakata dalam bahasa Indonesia.
13
Dari data register salon yang telah dikumpulkan, ditemukan sebagian besar istilah-istilah salon merupakan istilah dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Oleh karena itu, dicari padanan dan terjemahannya melalui kamus maupun buku-buku yang berkaitan dengan istilah-istilah salon. Acuan yang digunakan sebagai mengecek terjemahan adalah Kamus Inggris Indonesia karangan Echols dan Hasan Shadily. Pada analisis rumusan masalah yang kedua, data yang telah dikumpulkan dianalisis berdasarkan stuktur kebahasaannya baik dari segi bentuk dan segi maknanya. Dari segi bentuk data diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan pembentukannya dan bentuk lingualnya. Dari segi makna, data diklasifikasikan menurut jenis makna dan medan maknanya. Pada analisis rumusan masalah yang ketiga, pengklasifikasian istilah serapan dalam register salon didasarkan pada kesamaan konsep yang termuat pada istilah.
8.3 Penyajian Analisis Data Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data. Setelah semua data dianalisis dengan baik, peneliti menyajikan hasil analisis data dengan cara mendeskripsikan, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa yang apabila dibaca mudah dipahami maksudnya.
9. Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
14
manfaat penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua berisi latar belakang pemakaian istilah asing, khususnya bahasa Inggris, dalam komunikasi yang terjadi di salon. Pada bab ini akan dijelaskan alasan-alasan apa yang melatarbelakangi penggunaan istilah khusus tersebut. Bab ketiga berisi pembentukan dan makna register dalam bidang persalonan. Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana pembentukannya dan bagaimana analisis makna istilah yang terdapat dalam register salon. Bab keempat berisi pengklasifikasian register istilah dalam bidang persalonan. Pada bab ini pengklasifikasian dijelaskan dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis perawatan, peralatan dan perlengkapannya. Bab terakhir adalah bab kelima. Bab ini berupa kesimpulan uraian-uraian mengenai register kosakata dalam bidang salon.
10. Penjelasan Konsep dan Istilah Salon adalah ruang atau kamar yang diatur dan dihias dengan baik, sedangkan salon kecantikan berarti tempat orang merawat kecantikan seperti merias muka dan menata rambut (KBBI, 1996:867). Pada hakikatnya, salon kecantikan merupakan tempat untuk melakukan perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan
penampilan
diri
agar
tampil
lebih
menarik.
Di
dalam
perkembangannya, salon kecantikan tidak hanya diperuntukkan untuk wanita saja, kini salon juga bisa dinikmati oleh pria guna meningkatkan penampilan mereka.
15
Seiring perkembangan waktu, salon kecantikan tidak hanya sekedar memotong rambut atau berhias. Kini salon kecantikan lebih merujuk pada perawatan, mulai dari muka, rambut, tubuh, kulit, hingga kaki dengan tujuan untuk membuat penampilan menjadi lebih bagus. Berkembangnya macam-macam perawatan ini tentunya menimbulkan kebutuhan istilah untuk menunjang ragam aktivitas salon yang semakin berkembang, baik itu dari segi nama perawatan hingga alat yang digunakan. Oleh karena itu, penelitian ini membahas istilah-istilah yang umum dalam bidang salon kecantikan. Untuk
melakukan
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
kajian
sosiolinguistik. Hubungan penelitian ini bila dikaitkan dengan sosiolinguistik adalah konsep variasi bahasa yang terjadi di dalam kegiatan interaksi sosial dalam kegiatan salon kecantikan. Variasi bahasa yang muncul pada penelitian ini merupakan hasil dari pemakai bahasa yang muncul karena faktor lingkungan pekerjaan. Tentunya di dalam bidang salon kecantikan dibutuhkan bermacammacam istilah untuk menunjang aktivitasnya. Istilah yang muncul dalam register salon kecantikan tidak semuanya menggunakan bahasa Indonesia, melainkan sebagian besar istilah yang digunakan dalam register salon kecantikan menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris pada register salon kecantikan dirasa lebih dominan dan tentunya beralasan. Kajian semantik yang digunakan di dalam penelitian register salon kecantikan digunakan untuk menjelaskan bentuk lingual dan makna yang terkandung dalam register salon kecantikan yang mengacu kepada sesuatu referen di luar bahasa. Istilah dalam register salon kecantikan tentunya mengandung
16
makna atau konsep. Makna atau konsep dapat dilihat dari segi umum atau sesuatu yang dirujuk (referen). Dengan adanya referen, istilah pada register salon dapat diketahui bermakna referensial atau tidak. Di dalam penelitian ini, peneliti menyebut ‗istilah‘ dalam menyebut register. Secara umum, istilah diartikan sebagai sebutan, nama, atau ungkapan khusus (KBBI, 1996:390). Di dalam kamus linguistik, istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (Kridalaksana, 1982:67). Penyebutan ‗istilah‘ dalam menyebut register didasari oleh pengertian istilah yang disebutkan di atas. Dari data yang dikumpulkan, diketahui istilah-istilah yang ada di dalam bidang salon kecantikan merupakan sebutan, nama atau ungkapan khusus, konsep, proses, dan sifatnya yang khas.