Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak budaya yang telah diterapkan oleh
masyarakatnya
sejak
bertahun-tahun
lamanya
dan
melahirkan
banyak
fenomena-fenomena menarik yang mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Jepang modern ini. Bunuh diri atau jisatsu (自殺) adalah salah satu fenomena di Jepang sesuai yang dikemukakan oleh Suhartono (2009), Jepang, Korea Selatan dan Belgia merupakan tiga negara dengan angka bunuh diri terbesar di dunia karena jumlahnya yang meningkat setiap tahunnya. Bunuh diri yang kian terjadi di Jepang dilakukan karena berbagai macam alasan. Seperti yang dikemukakn oleh Jetsolf (2008), ada yang melakukan bunuh diri karena terlibat dalam masalah korupsi, depresi, di-ijime atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek lainnya adalah anak-anak SD, SMP yang kadang melakukan tindak bunuh diri karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Pengertian bunuh diri atau jisatsu (自殺) sendiri menurut Koujien (1996) adalah menghabisi nyawa diri sendiri. Bunuh diri atau jisatsu (自殺) adalah tindakan menghabisi nyawa diri sendiri dengan menggunakan berbagai macam cara. Dan bunuh diri bagi orang Jepang adalah penyelesaian yang terbaik atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Bunuh diri ini dilakukan untuk menghapus rasa bersalah, rasa malu atas segala sesuatu yang dianggap buruk dan menyimpang oleh masyarakat Jepang modern ini. Bunuh diri paling banyak dilakukan dengan cara menabrakkan diri pada kereta api, menggantung diri dan mengiris 1
pergelangan tangannya sendiri. Orang Jepang melakukan bunuh diri juga sebagai bentuk pertanggungjawaban dan bentuk permohonan maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Ishizawa (2005), bunuh diri dianggap tidak melanggar moral bahkan cocok dengan moral. Bunuh diri tidak dilihat sebagai tindakan yang tidak bertanggungjawab, bahkan dilihat sebagai salah satu cara pertanggungjawaban dan bentuk permohonan maaf kepada orang yang telah dirugikan. Bunuh diri itu berarti hukuman mati kepada diri sendiri. Hal ini menjadi sesuatu yang biasa karena bunuh diri di Jepang sudah ada sejak zaman feodal, biasa dilakukan oleh para samurai yang biasa disebut dengan harakiri atau dikenal juga dengan seppuku. Pada zaman feodal, bunuh diri dianggap sebagai cara terhormat bagi seorang samurai sesuai dengan prinsip bushido, kode moral kaum samurai. Ini mereka lakukan atas kesetiaan tertinggi kepada atasannya, yang kemudian berkembang sebagai tradisi memupuk jiwa patriotik, setia pada atasan (kelompok), jujur dan bertanggung jawab pada tugas serta berani berkorban. Namun, menurut Akafuji (2008), karena hilangnya bushido akibat kekalahan tentara Jepang pada Perang Dunia II membuat tradisi ini bergeser bentuknya menjadi sekarang ini. Faktor-faktor penyebab orang Jepang melakukan bunuh diri pada saat ini adalah menyangkut harga diri, rasa malu, rasa bersalah dan ikut merasa bersalah serta tidak adanya beban psikologis seperti rasa berdosa bagi mereka akan tindakan bunuh diri tersebut, karena menurut Akafuji (2008), masyarakat Jepang tidak mempunyai konsep dosa dan hanya berdasar pada etika bermasyarakat saja. Ia juga mengatakan dalam hidup bersosial, apabila mereka melakukan kesalahan, kesalahan tersebut murni kesalahan pada manusia, tidak kepada tuhan. Tanggung jawab orang Jepang adalah tanggung jawab kepada sesama manusia. Oleh karena itu, orang Jepang nyaris tanpa beban bila 2
bunuh diri. Tidak ada konsep ketuhanan dalam masyarakat Jepang pada umumnya. Di Jepang masih ada kecenderungan bunuh diri dianggap tidak melanggar moral bahkan cocok dengan moral. Bunuh diri tidak dilihat sebagai tindakan yang tidak bertanggungjawab, bahkan dilihat sebagai salah satu cara pertanggungjawaban. Bunuh diri itu berarti hukuman mati kepada diri sendiri. Hanya saja, pada zaman sekarang ini bunuh diri dilakukan karena hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, kesehatan dan keluarga. Ada yang melakukan bunuh diri karena tidak memiliki pekerjaan, di-ijime oleh teman sekolahnya, agar keluarganya mendapat uang asuransi atas kematiannya atau karena anaknya telah melakukan kasus kriminal yang menghebohkan masyarakat (Akafuji, 2008). Kebanyakan yang melakukan bunuh diri adalah laki-laki yang mencapai angka 73.3%. Kasus bunuh diri sendiri pun lebih banyak memakan korban dibanding dengan kasus kecelakaan lalu lintas, seperti yang tertulis dalam Nitobe dan Misaki (2005:27). Dikarenakan banyaknya orang yang melakukan bunuh diri, maka banyak drama Jepang yang mengambil topik dari fenomena tersebut. Seperti yang akan penulis bahas dalam skripsi ini. Penulis membahas mengenai tindakan bunuh diri dalam drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi episode pertama yang dilakukan oleh tokoh Yoshimura Yuri. Yoshimura Yuri adalah seorang gadis yang menjalani hidup dengan menjauhi orang-orang di sekelilingnya dan merasa hidupnya tidak berarti sehingga setiap hari ia selalu melakukan percobaan bunuh diri. Hal ini disebabkan karena Yoshimura Yuri memiliki masalah dengan ibunya, ibunya selalu menolak dan acuh terhadap dirinya sejak kecil. Sedangkan ayahnya telah meninggalkan ia dan ibunya sejak ia baru lahir. Oleh karena itu, ibunya merasa terbebani dengan adanya Yoshimura Yuri. Dikarenakan faktor tersebut, maka penulis ingin membuktikan apakah faktor-faktor tersebut yang 3
melandasi tindakan bunuh diri Yoshimura Yuri.
1.2 Rumusan Permasalahan Penulis tertarik untuk menganalisis faktor sosial yang melandasi penyebab tindakan bunuh diri atau jisatsu (自殺) yang dilakukan Yoshimura Yuri dalam drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam skripsi ini akan dibatasi pada percakapan antar tokoh (verbal) dan situasi (nonverbal) yang mengarah pada kerenggangan hubungan Yoshimura Yuri dengan ibunya dan sikap anti-sosial Yoshimura Yuri sebagai penyebab tindakan bunuh diri atau jisatsu (自殺) yang dilakukannya dalam drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi episode pertama.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor sosial yang menjadi penyebab tindakan bunuh diri atau jisatsu (自殺) yang dilakukan oleh tokoh Yoshimura Yuri dalam drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa kerenggangan hubungan dengan ibu dan perilaku antisosial dapat menjadi penyebab tindakan bunuh diri atau jisatsu (自殺) dalam masyarakat Jepang modern ini.
4
1.5 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan.
Pengumpulan data didapat
melalui buku, artikel dan internet yang berhubungan dengan penelitian ini. Buku-buku yang mendukung penelitian in didapat dari perpustakaan The Japan Foundation. Untuk mengkaji data, penulis menggunakan metode deskriptif analitis untuk memberikan penjelasan keterangan pada data yang telah diperoleh. Serta metode kualitatif untuk menganalisa data.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab 1, Pendahuluan, dalam bab ini terdapat latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2, Landasan Teori, berisi tentang uraian teori dan konsep yang akan digunakan untuk keperluan analisis dan terdiri teori masyarakat Jepang modern, teori sosial psikoanalitik Horney, konsep bunuh diri, teori penokohan, dan teknik montase. Bab 3, Analisis Data, berisi analisis kerenggangan hubungan antara Yoshimura Yuri dengan ibunya dan analisis sikap antisosial Yoshimura Yuri yang menjadi penyebab tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh tokoh Yoshimura Yuri dalam drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi.
5
Bab 4, Simpulan dan Saran, berisi tentang simpulan dari hasil analisis secara singkat dan jelas serta saran agar pembaca dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Bab 5, Ringkasan, dalam bab ini penulis akan menjelaskan secara singkat isi dari penulisan skripsi ini, mulai dari latar belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori dan analisis data serta simpulan sebagai jawaban yang di peroleh atas permasalahan yang dijadikan tema pada skripsi ini.
6