BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pengetahuan mengenai kesehatan mendukung kesadaran individu akan hidup sehat dan membantu mencegah berbagai penyakit. Sebagian besar masyarakat memahami hal-hal yang berkaitan dengan dunia kesehatan tidak melalui pengalaman langsung, akan tetapi pemahaman ini berasal dari informasi informasi yang mereka dapat dari media massa. Seperti yang dinyatakan oleh King and Watson (2005) Much of the public‟s understanding of health and health policy is not from their direct experience. Instead, most of their understanding is mediated. Health and illness discourses are pervasive in the print media, television, cinema, and the Internet. “Sebagian besar pemahaman masyarakat akan kesehatan dan kebijakan kesehatan tidaklah melalui pengalaman langsung. Sebaliknya, sebagian besar pemahaman mereka dimediasi. Wacana mengenai kesehatan dan penyakit muncul di media cetak, televisi, sinema dan internet.”
Kemajuan teknologi memungkinkan penyebaran informasi yang lebih cepat dan menjangkau banyak orang. Dewasa ini internet banyak digunakan sebagai referensi sumber informasi, tak terkecuali informasi mengenai kesehatan. Banyak masyarakat Prancis yang memanfaatkan internet untuk mencari informasi mengenai kesehatan. Sebuah studi yang dilakukan oleh TNS Sofres dan Doctissiomo pada awal tahun 2013, membuktikan bahwa, 1 dari 2 orang Prancis menggunakan internet untuk mencari informasi medis
1
atau bertukar informasi melalui forum-forum kesehatan1. Informasi tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk artikel. Artikel tersebut dapat dikatakan sebagai wacana, dikarenakan artikel di situs internet umumnya berupa rangkaian paragraf yang membentuk karangan utuh seperti yang dikemukakan oleh Mulyana (2005:2) Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh.
Meskipun media cetak dan media online menyajikan informasi dalam bentuk artikel, keduanya memiliki perbedaan karakteristik. Seperti yang dinyatakan oleh Zouari (2008), teks artikel di media cetak cenderung lebih panjang dibandingkan dengan teks di media online. Hal ini disebabkan oleh adanya fitur multimedia di media seperti gambar dan video, yang dapat menjadi sumber informasi pendukung teks artikel. Dalam hal penulisan artikel pada umumnya menggunakan struktur informasi piramida terbalik, informasi yang terdapat di dalam artikel harus dapat menjawab pertanyaan 5W+IH (Who (Siapa), What (Apa), Where (Dimana), When (Kapan), Why (Mengapa) dan How ( Bagaimana)). Sedangkan artikel di media online menggunakan hyperlink yang menghubungkan satu artikel dengan artikel lain, sehingga memungkinkan untuk mengarah kepada berbagai tingkatan informasi dan sudut pandang yang berbeda dalam sebuah artikel di media online.
1
Bollese, Cécile, ‘Un Français sur deux cherchent des infos sante sur internet’, http://www.01net.com/editorial/592533/un-francais-sur-deux-cherchent-des-infos-sante-surinternet/,diakses tanggal 25 September 2013
2
Perbedaan karakteristik antara media cetak dan media online tentu akan menimbulkan perbedaan pada struktur wacana. Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponenkomponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya. Seperti yang dinyatakan oleh Mulyana, (2005:25) Keutuhan struktur wacana lebih dekat maknanya sebagai kesatuan maknawi (semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk (sintaksis) (lihat halliday dan hassan, 1976:2) suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bila di dalamnya terdapat hubungan emosional (maknawi) antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan.
Artikel jika dilihat sebagai wacana, memiliki keutuhan sturktur yang tersusun dari komponen-komponen yang tersusun dalan suatu organisasi kewacanaan. Melalui analisis mengenai susunan komponen-komponen dalam wacana kita dapat menentukan bagaimana sebuah wacana disusun. Analisis Wacana Model Jenewa memandang suatu wacana sebagai suatu organisasi yang kompleks dan hubungan informasi yang ada didalamnya dapat dianalisis dengan cara yang mudah dan sistematis. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada latar belakang maka dapat dirumuskan sebuah permasalahan yaitu: bagaimana struktur hierarki artikel kesehatan disusun di berbagai media online di Prancis.
3
1.3.Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur hierarki artikel kesehatan disusun melalui analisis dimensi hirarki artikel di berbagai media online di Prancis.
1.4.Landasan Teori 1.4.1. Wacana Kata Wacana berasal dari bahasa sansekerta yang berarti ucapan atau tuturan. Dalam pengertian linguistik, wacana menunjuk kepada kesatuan bahasa yang lengkap, umumnya lebih besar dari kalimat seperti yang dinyatakan oleh Tarigan (1987:2) Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan maupun tertulis.
Wacana bukanlah sekedar satuan linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa, tetapi juga merupakan rangkaian kalimat atau klausa yang membentuk suatu keutuhan yang menghasilkan sebuah pernyataan. Seperti yang diungkapkan oleh Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
Hal serupa diungkapkan oleh Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, 4
dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan linguistik tertinggi yang terdiri dari rangkaian kalimat atau klausa yang membentuk suatu kesatuan isi yang koheren dan menggungkapkan suatu subjek. 1.4.2.
Analisis Wacana Model Jenewa Analisis Wacana Model Jenewa merupakan analisis wacana yang
dikembangkan pada tahun 1980-an oleh para linguis di Universitas Jenewa, Swiss. Analisis wacana ini memandang suatu wacana sebagai suatu organisasi yang kompleks dan hubungan informasi yang ada di dalamnya dapat dianalisis dengan cara yang mudah dan sistematis. Tujuan dari Model analisis ini adalah untuk mendeskripsikan wacana sebagai suatu organisasi yang kompleks melalui lima dimensi (leksikal, sintaksis, hirarki, referensial, dan interaksional) dan mengaplikasikan informasi-informasi yang terdapat dalam wacana melalui beberapa bentuk organisasi wacana(topik, relasi, informasi dll)(Firmonasari:2007) Menurut Roulet (2005) and Filliettaz & Roulet (2002:375-377), terdapat dua hal yang harus dilakukan, pertama adalah untuk mengidentifikasi, membatasi dan mendefinisikan batasan susunan dimensi yang merujuk kepada informasi dasar. Kedua adalah menggambarkan dengan tepat bagaimana informasiinformasi dasar disusun sehingga membentuk wancana kompleks. Oleh karena itu terdapat dua tingkatan kategori dalam Analisis Wacana Model Genewa, Dimensi dan Organisasi.
5
Konstruksi yang membangun organisasi wacana ini dibatasi oleh tiga ranah, yaitu linguistik, tekstual dan situasional. Ranah linguistik berhubungan dengan sintaksis dan leksikal yang digunakan. Ranah tekstual berhubungan dengan struktur hirarki wacana. Sedangkan ranah situasional berhubungan dengan referensi dan situasi tempat interaksi berlangsung. Dari ketiga ranah tersebut terbentuklah lima dimensi organisasi wacana, yaitu dimensi sintaksis dan leksikal (berhubungan dengan ranah tekstual), dimensi hirarki (berhubungan dengan ranah tekstual), serta dimensi interaksional dan refensial (berhubungan dengan ranah situational)(Roulet melalui Firmonasari, 2008:128). Dari potongan potongan informasi yang didapatkan dari modul ini membentuk organisasi dasar, sedangkan organisasi kompleks wacana dibentuk dari potongan informasi yang di dapat dari modul atau dengan bentuk organisasi lainnya.
1.5.Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai analisis wacana yang menggunakan media massa sebagai objek kajian telah banyak dilakukan, antara lain skripsi sarjana dari Jurusan Sastra Prancis Universitas Gadjah Mada yang ditulis oleh R, Aj. Diana Wahyu Lestari (2002) mengenai “Wacana Ramalan Bintang dalam Majalah “Elle”, Skripsi tersebut membahas mengenai sturktur wacana ramalan bintang, fungsi serta ciri-ciri bahasanya. Selain itu juga ditemukan penelitian serupa, dari skripsi sarajana yang ditulis oleh Niken pusposari (2010) , “Kohesi leksikal pada wacana Rubrik
6
Fait divers dalam harian le parisien” yang membahas mengenai bentuk perggantian yang digunakan dalam rubrik fait divers yang terdapat pada surat kabar Prancis Le parisien dan alasan penggunaan penggantian. Mengenai analisis wacana model jenewa sudah banyak diterapkan, salah satunya yang ditemukan penulis dalam artikel yang ditulis Christina Alice Tome untuk 7e journée internationals d‟Analyse statistique des Donées Textuelles, membahas mengenai kohesi informasi dalam wacana ilmiah menggunakan analisis wacana model jenewa. Penelitian mengenai artikel kesehatan di media massa berbahasa prancis juga pernah dilakukan oleh Aprillia Firmonasari (2002) dalam thesis yang berjudul “Analyse comparative de la dimension hérarchique et des forms d‟organisation relationnelle et informationelle des trios articles de presse”. Dalam thesis ini penulis membahas mengenai organisasi wacana dari 3 artikel dengan topik AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Penulis meneliti membandingkan dimensi hirarki dan organisasi informasi dan relasi dari tiga artikel berbeda dengan mengukan metode analisis wacana model Jenewa. Pada penelitian ini akan meneliti bagaimana wacana kesehatan di Media Online disusun melalui analisis struktur hirarki. Peneliti akan meneliti tiga artikel yang berasal dari 2 situs berita yang berbeda, yakni situs lefigaro.fr an situs elle.fr. Topik kesehatan yang dipilih membahas permasalah pil kotrasepsi perempuan. Sejauh pengamatan penulis belum ditemukan penelitian mengenai struktur wacana artikel media online.
7
1.6.Metode dan Data 1.6.1. Data Data dari penelitian ini bersumber dari situs berita online, dipilih 2 data dari dua situs berbeda, yakni Figaro.fr dan elle.fr. Artikel yang dipilih untuk data adalah artikel berjudul ”Pilule:les risques largement sous-estimés” yang terbit tanggal 28 januari 2013, di situs berita Figaro.fr. Artikel kedua berjudul “Pilule de Troisime et Quatrieme generation: Ou en est-on?” yang diterbitkan tanggal 5 Februari 2014, di situs elle.fr. Kedua artikel berasal dari situs berita yang memiliki sasaran pembaca dari kalangan yang berbeda. 1.6.2. Metode Analisis data dilakukan dengan cara membagi teks artikel menjadi acts (tindak tutur). Acts atau tindak tutur merupakan unit terkecil dari struktur hirarki sebuah teks. Tindak tutur ditentukan berdasarkan sifat kognitif informasi dan bukan berdasarkan struktur linguistik. Metode selajutnya menentukan relasi antar tindak tutur dalam wacana dan membuat bagan struktur hierarki. Langkah selanjutnya mendeskripsikan struktur hierarki dari setiap artikel. Relasi subordinasi dalam wacana seringkali ditandai dengan connecteur (penghubung). Jika konstituen tidak ditandai, kita dapat menentukan konstituen subordonée (subordinasi) dengan cara menghilangkan konstituen tersebut. Jika ketidak hadiran suatu konstituen tidak mempengaruhi koherensi suatu wacana, maka dapat dikatakan konstituen tersebut merupakan konstituen subordinasi. Untuk itu peneliti menggunakan dua metode untuk meneliti relasi antar konstituen di dalam sebuah wacana, yakni melalui penyisipan connecteur (penghubung) dan
8
pelesapan konstituen. Penyisipan kata hubung adalah cara yang digunakan untuk menentukan relasi antar konstituen wacana dengan cara penyisipan kata hubung. Jika setelah penyisipan wacana tetap koheren dan intepretasinya identik dengan wacana asilnya, dapat disimpulkan bahwa kedua konstituen tersebut tersebut berhubungan, sedangkan pelesapan digunakan untuk menentukan konstituen subordinasi dengan cara menghilangkan sebuah konstituen, jika pelesapan sebuah konstituen tidak merubah wacana, dapat disimpulkan bahwa konstituen tersebut merupakan konstituen subordinasi.
1.7. Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam 4 bab dengan penyajian sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, tinjauan pustaka, metode dan data, dan sistematika penyajian. Bab II : Peneliti akan memaparkan secara singkat mengenai analisis wacana model Jenewa. Bab III : Pembahasan, pada bab ini, peneliti akan memaparkan segmentasi yang dilakukan terhadap kedua teks artikel dari media online, dan akan dibagi menjadi 2 sub-bagian sekaligus menjawab rumusan masalah yang telah diajukan. Bab IV :
Penejelasan
mengenai
hubungan
antar
konstituen
menentukan status subordinasi atau status pokok sebuah konstituen.
9
dan
Bab V: Kesimpulan, pada bab ini, penulis akan memberikan penjelasan secara singkat tentang garis besar dari setiap bab sebelumnya, dan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. Selain itu, peneliti akan mencantumkan, berbagai data dari objek material, berupa penggalan-penggalan serta lampiran-lampiran lainnya yang akan dipergunakan dalam penelitian ini.
10