BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit saluran napas kronik yang penting dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Prevalensi asma bervariasi di setiap negara dan cenderung meningkat pada negara berkembang. Penyakit ini bisa terjadi pada semua usia terutama pada anak-anak. Pada tahun 2011, The National Health Interview Survey (NHIS) memperkirakan 39,5 juta atau 129,1 per 1000 penduduk Amerika didiagnosis menderita asma (ALA, 2012) Di Indonesia sendiri, asma termasuk ke dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT tahun 2000 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema (Astuti, 2011). Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara lain olahraga (exercise), infeksi, alergen, perubahan suhu, asap rokok, dan lain-lain. Selain itu terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi prevalensi penyakit asma antara lain usia, jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi dan faktor lingkungan. (Rahajoe., dkk, 2008). Inflamasi saluran pernapasan yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi yaitu obstruksi saluran pernapasan yang menyebabkan keterbatasan aliran udara. Penyebab utama
Universitas Sumatera Utara
penyempitan saluran pernapasan adalah kontraksi otot polos bronkus yang disebabkan oleh pelepasan agonis (histamin, asetilkolin, triptase, prostaglandin, leukotrien, dan neuropeptida) dari sel-sel inflamasi (Sudowo., dkk, 2006). Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan yang serius terhadap penyakit ini. Namun, pengobatan penyakit asma merupakan pengobatan jangka panjang sehingga dapat menimbulkan berbagai efek samping dari pengobatan itu sendiri dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pengobatan alternatif seperti penggunaan obat tradisional dapat mengurangi efek samping dan harganya relatif lebih murah (Suryo, 2010). Pemanfaatan obat tradisional terus meningkat dan berkembang dengan pesat di masyarakat. Hal ini sejalan dengan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature), tidak terkecuali masyarakat Indonesia (Kusuma dan Zaky, 2005). Untuk itu perlu dilakukan pengembangan obat tradisional secara berkelanjutan dan terpadu sehingga kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat (Harfina, 2012). Beberapa tanaman dari suku Scrophulariaceae telah banyak digunakan untuk mengobati asma, contohnya, Verbascum thapsus (Lewis, 1977), Bacopa monniera (Kaushik, et al., 2009), Scrophularia striata (Azadmehr, et al., 2013), Verbascum eremobium (Mohamed dan El-Hadidy, 2008), Picrorhiza kurrooa, Picrorhiza scrophulariiflora (Sah dan Varshney, 2013), dan Linaria reflexa Desf. (Cheriet, et al., 2014).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tumbuhan suku Scrophulariaceae yang lainnya adalah Pugun tanoh (Curanga fel-terrae (Lour) Merr.), daunnya sering digunakan oleh masyarakat Desa Tiga Lingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, sebagai obat anti diabetes (Harfina, 2012). Pugun tanoh oleh orang Sunda dikenal sebagai tamah raheut, di Maluku sebagai kukurang dan di Ternate sebagai papaita (Anonim, 2009). Tumbuhan ini berkhasiat sebagai antidiabetes, penghilang rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh (Harfina, 2013), antiinflamasi (Juwita, 2009), batuk dan sesak napas (asma) (Sugiarto dan Putera, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Huang, et al., (1999), menunjukkan adanya senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat dalam ekstrak butanol pugun tanoh, yaitu senyawa apigenin 7-O-β-glucuronide, luteolin 7-O-β-glucuronide dan apigenin 7-O-β-(2″-O-α-rhamnosyl) glucuronide. Apigenin memiliki efek anti inflamasi, penurun tekanan darah tinggi, mengobati penyakit hati, anti kanker dan juga sebagai anti asma. Apigenin mampu menurunkan derajat infiltrasi sel-sel inflamasi, hiper-responsivitas saluran pernapasan, dan jumlah imunoglobulin E (Li dan Zhang, 2013; Li, et al., 2010; Choi, et al., 2009). Fosfodiesterase (PDE) adalah enzim yang terdapat dalam tubuh manusia yang bekerja dengan mereduksi cAMP menjadi 5’- AMP. cAMP merupakan second messenger yang dibentuk dari senyawa ATP oleh enzim adenilat siklase. cAMP berfungsi untuk mengatur relaksasi otot polos pernapasan dengan menstimulasi cAMP-dependent protein kinase. Kerja cAMP dihentikan oleh PDE, sehingga penghambatan PDE akan memperlambat laju degradasi cAMP (Katzung, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, pugun tanoh yang termasuk ke dalam suku Scrophulariacea diketahui mengandung senyawa apigenin yang memiliki efek sebagai anti asma. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun pugun tanoh (EEDPT) terhadap kontraksi otot polos trakea pada marmut jantan secara in vitro dan pengaruhnya dalam menghambat enzim fosfodiesterase.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. apakah ekstrak etanol daun pugun tanoh (EEDPT) dapat merelaksasikan kontraksi otot polos trakea marmut terisolasi yang diinduksi asetilkolin? b. apakah ada hubungan peningkatan konsentrasi EEDPT dalam merelaksasi otot polos trakea marmut terisolasi? c. apakah mekanisme efek relaksasi EEDPT otot polos trakea marmut terisolasi dimediasikan melalui penghambatan enzim fosfodiesterase?
1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. ekstrak etanol daun pugun tanoh (EEDPT) dapat merelaksasikan kontraksi otot polos trakea marmut terisolasi yang diinduksi asetilkolin. b. terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi EEDPT dengan efek relaksasi otot polos trakea marmut terisolasi.
Universitas Sumatera Utara
c. mekanisme efek relaksasi EEDPT pada otot polos trakea marmut terisolasi dimediasikan melalui penghambatan enzim fosfodiesterase.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis di atas maka tujuan penelitian ini antara lain: a. untuk mengetahui efek relaksasi EEDPT dengan menurunkan kontraksi otot polos trakea marmut terisolasi yang diinduksi asetilkolin. b. untuk mengetahui hubungan antara peningkatan konsentrasi EEDPT dengan efek relaksasi otot polos trakea marmut terisolasi. c. untuk mengetahui mekanisme efek relaksasi EEDPT pada otot polos trakea marmut terisolasi melalui penghambatan enzim fosfodiesterase.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang aktivitas farmakologi ekstrak etanol daun pugun tanoh (Curanga fel-terrae (Lour) Merr.) terhadap relaksasi saluran pernapasan terkait dengan mekanismenya dalam menghambat enzim fosfodiesterase.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Karakteristik simplisia
Simplisia daun pugun tanoh
Parameter Makroskopik Mikroskopik Kadar air Kadar sari larut dalam air 5. Kadar sari larut dalam etanol 6. Kadar abu total 7. Kadar abu tidak larut asam 1. 2. 3. 4.
Alkaloida Flavonoida Tanin Glikosida Saponin Steroida/triterpeno ida
Golongan senyawa kimia
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kontraksi otot polos trakea marmut terisolasi
Nilai tegangan kontraksi otot polos trakea marmut terisolasi
Ekstrak etanol daun pugun tanoh konsentrasi 1-8 mg/mL
asetilkolin
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Universitas Sumatera Utara