BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, maka diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.1 Penyakit
Tidak
Menular
(PTM)
semakin
hari
meningkat
karena
meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada akhirnya dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular (PTM).2 Penyakit Tidak Menular merupakan masalah kesehatan yang penting karena morbiditas dan mortalitas penyakit tidak menular meningkat dan menjadi beban dalam pelayanan kesehatan, sehingga menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. 3 Gangguan syaraf merupakan salah satu dari penyakit tidak menular dan bisa dialami oleh semua kelompok umur. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada masyarakat oleh karena gangguan syaraf seperti dementia, epilepsi, sakit kepala, infeksi syaraf, gangguan syaraf yang berhubungan dengan kurang gizi,
Universitas Sumatera Utara
Parkinson’s, stroke, cedera kepala, dan cedera perinatal. Jika `ada gangguan fungsi otak, maka setiap orang dapat mengalami kejang.4 Pada penyakit epilepsi ada stigma dari masyarakat yang dianggap sebagai kutukan. Epilepsi membawa stigma yang besar, karena adanya salah pengertian pada masyarakat dan adanya mitos.4 Secara klinis epilepsi merupakan gangguan paroksimal di mana cetusan neuron korteks serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermitten dan stereotipik.5 Epilepsi banyak terjadi di seluruh dunia, 80% diantaranya berada di negaranegara berkembang. Meskipun penderitanya bisa diobati, tetapi terdapat 75% dari orang-orang yang menderita epilepsi menerima pengobatan yang tidak tepat.6 Sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi fokal, yang mencakup sekitar 60% dari seluruh sindrom epilepsi pada anak.7 Rata-rata kejadian epilepsi setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan 48 per 100.000 orang. Insidens epilepsi lebih tinggi pada anak-anak.8 Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2006 insidens epilepsi di Eropa dan Amerika Utara antara 25-53 per 100.000 setiap tahun.4 Insidens epilepsi di Inggris Raya pada tahun 2010 sekitar 51 per 100.000 setiap tahun.6 Menurut WHO pada tahun 2012 di negara maju kasus baru epilepsi per tahun antara 40-70 per 100.000, sementara di negara berkembang diperkirakan mencapai 114 per 100.000.9
Universitas Sumatera Utara
Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2012 penderita epilepsi aktif mencapai 1,8 juta dari seluruh penduduk, sedangkan perkiraan penderita epilepsi baru yaitu 250.000 orang.10 Data rekam medik tahun 2008 - 2010 di RSAB Harapan Kita Jakarta , diperoleh 192 pasien epilepsi yang datang berobat.11 Berdasarkan laporan bulanan dinas kesehatan Sumatera Selatan, penderita epilepsi pada bulan April tahun 2012 berjumlah 86 orang, dimana penderita epilepsi lebih banyak diderita pada kelompok umur 20-44 tahun.12 Hasil penelitian dari Nauli Handayani di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2001- 2002 penderita epilepsi berjumlah 173 orang.13 Penderita kejang demam yang dirawat inap di RSU Pirngadi Medan pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 155 orang. 14 Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, jumlah penderita epilepsi yang dirawat inap tahun 2011 2013 sebanyak 126 orang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita epilepsi yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahuinya karakteristik penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011-2013. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita epilepsi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2.Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan sosio demografi meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan riwayat keluarga. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan riwayat trauma kepala. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi yang diderita. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan frekuensi serangan. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan ada tidaknya aura. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan lama rawatan rata-rata. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita epilepsi berdasarkan keadaan sewaktu pulang. i. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi. j. Untuk mengatahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi.
Universitas Sumatera Utara
k. Untuk mengetahui distribusi proporsi pendidikan berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi. l. Untuk mengetahui distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi. m. Untuk mengetahui distribusi proporsi frekuensi serangan berdasarkan klasifikasi serangan epilepsi. n. Untuk
mengetahui
distribusi
proporsi
klasifikasi
serangan
epilepsi
berdasarkan keadaan sewaktu pulang. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mengenai epilepsi sehingga dapat meningkatkan penanggulangan dan pengobatan penderita. 2. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM USU) dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan epilepsi.
Universitas Sumatera Utara