BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Memasuki era modern saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesatnya dan membawa dampak yang tidak kecil bagi masyarakat dunia. Salah satu hasil perkembangan tersebut adalah televisi. Walaupun televisi merupakan media massa yang muncul belakangan dibanding dengan media cetak dan radio, namun televisi mampu memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia (dalam “Jangan remehkan”, 2004). Media televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audiovisual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada (Ardianto, 2004). Fungsi televisi sama dengan fungsi media lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada televisi (Guntarto, 2004). Sebagai media massa, televisi telah menimbulkan munculnya fenomena dimana masyarakat begitu gandrung dengan acara-acara televisi yang disajikan dan terkadang sampai melupakan aktivitasnya sehari-hari seperti bekerja dan belajar. Demikian halnya pendapat yang dinyatakan oleh Suprobo (2006), bahwa televisi memiliki kecenderungan untuk menyerap seluruh perhatian dan energi individu yang
11
Universitas Sumatera Utara
menontonnya. Akibatnya, dialog yang terjadi adalah dialog antara televisi yang menyampaikan pesan dan penonton yang sedang menyerap pesan. Dunia pertelevisian di Indonesia telah berkembang pesat saat ini, seiring dengan munculnya berbagai stasiun swasta, seperti RCTI, SCTV, ANTeve, TPI, Indosiar, Trans TV, Trans 7, Metro TV, Global TV, dan Lativi. Sehingga saat ini telah ada 11 stasiun televisi yang mengudara secara nasional (Baksin, 2006). Tambahan lagi pada saat ini telah ada juga beberapa stasiun televisi Daerah, seperti e-TV, TV anak Space Toon, Deli-TV, DaaI TV dan TVRI. Sehingga dengan maraknya acara-acara televisi yang disajikan bagi masyarakat ditandai dengan munculnya stasiun-stasiun televisi di Indonesia dengan berbagai ragam acara unggulan, telah memberikan alternatif tontonan bagi masyarakat dari berbagai acara TV yang berbeda. Media televisi juga telah memperluas wawasan masyarakat dengan sajian acara seperti news, news feature, talk show, dialog, dan berbagai macam acara informatif-edukatif lainnya (Muda, 2005). Beragam acara di televisi ditayangkan merupakan salah satu upaya stasiun televisi untuk menarik minat menonton pada masyarakat. Salah
satu tayangan yang cukup menarik minat individu untuk
menontonnya ialah tayangan talk show yang cukup banyak dihadirkan oleh beberapa stasiun televisi, khususnya stasiun televisi swasta seperti: Dorce Show (Trans TV), Ceriwis (Trans Tv), Lepas Malam (Trans Tv), Kick Andy (Metro TV), Oprah Winfrey Show (Metro TV), Padamu Negeri (Metro TV), Empat Mata (Trans 7), Silat lidah (ANTeve) , dan lain-lain. Talk show merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik, yang biasanya mengangkat isu-isu yang hangat
12
Universitas Sumatera Utara
di masyarakat. Talk show dewasa ini merupakan program primadona, sebab bisa disiarkan secara langsung atau interaktif dan atraktif, ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment). Entertaintement sebenarnya bukan sekedar menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu atau moderator sangat menentukan sukses tidaknya acara (Hanum,2005). Metode talk show menurut Klaus Kastan (dalam Naratama, 2004) dikenal dengan istilah talk show skill yaitu kemampuan pemandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi: (1) mengambil keputusan, (2) menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat, (3) memotong pembicaraan narasumber yang melenceng, (4) kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber, (5) memadukan kemasan program secara interaktif. Menurut Hartoko (dalam Baksin, 2006), untuk menjadi presenter diperlukan kepribadian yang tepat. Ia menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yakni: (1) penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman, (2) kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat, (3) keramahan yang tidak berlebihan, (4) jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar, dan (5) memiliki wibawa yang cukup mantap. Dari uraian Hartoko tersebut, dapat disimpulkan bahwa prasyarat bagi presenter yang baik adalah seorang yang enak dilihat dan enak didengarkan dalam membawakan acara siaran, serta menunjukkan kepribadian yang wajar. Presenter televisi juga harus bisa mengendalikan sikap/gerakan dan perasaan (motions &
13
Universitas Sumatera Utara
emotions) dalam memelihara kedekatan dengan pemirsa melalui kontak mata Baksin, 2006). Tugas sebagai seorang presenter talk show tidaklah terlalu banyak, tetapi sangat menuntut banyak latihan dan penuh tantangan. Di dalam acara ini dibutuhkan seorang presenter yang berani tampil dan dapat menguasai bahan pembicaraan dengan baik. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pane (2004), bahwa menjadi pembicara yang handal, apakah sebagai orator, moderator, presenter, reporter televisi, penyiar radio dan televisi, Master of Ceremony (MC) dan lain sebagainya membutuhkan keseriusan dan tekad yang besar untuk mempelajari dan mempraktekkannya. Untuk menjadi pembicara yang handal membutuhkan persiapan yang matang, kemampuan merangkai kata, dan aspek penting lainnya. Namun, siapapun dapat menjadi presenter yang handal asalkan mau belajar, baik secara langsung dengan cara berani tampil berbicara di depan umum, maupun belajar melalui buku, dan belajar dengan melihat orang lain (Wintarto, 2007). Sesuai dengan pendapat di atas yang menyatakan bahwa siapapun dapat menjadi presenter yang handal asalkan mau belajar,maka belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan lingkungannya, dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap (Winkel, 1996). Hal tersebut sesuai dengan rumusan pendapat Uno (2007) tentang pengertian belajar : (1) memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3) perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai
14
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi, (4) belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau peribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Keberhasilan belajar seseorang turut dipengaruhi oleh kuat atau lemahnya motivasi seseorang dalam belajar (Djamarah, 2002). Selain itu, peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Seseorang akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi individu tersebut. Seseorang akan termotivasi belajar menjadi presenter karena tujuan belajar presenter dapat melahirkan kemampuan individu tersebut dalam bidang presenter. Uno (2007) juga menambahkan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan kebutuhan dalam belajar, dan adanya harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Dengan demikian, motivasi belajar dapat disimpulkan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000). Dalam penelitian ini, motivasi belajar yang ingin dilihat ialah motivasi belajar menjadi presenter. Baksin (2006) menyatakan bahwa keberadaan presenter akhir-akhir ini cukup banyak diminati oleh masyarakat. Performa yang mereka tampilkan cukup menarik perhatian khalayak sehingga tidak sedikit orang yang ingin menjadi seperti mereka.
15
Universitas Sumatera Utara
Sudah beberapa kali stasiun televisi seperti “SCTV” menyelenggarakan “SCTV Goes To Campus”. Acara tersebut selain digelar dengan tujuan untuk mencari orang yang ahli di bidang jurnalistik, acara tersebut juga ditujukan untuk menjaring para calon presenter. ANTV juga pernah menggelar lomba presenter, dan momen semacam ini digelar untuk menjaring para presenter secara tepat dan selektif. (Baksin, 2006). Fenomena ini mempunyai pengaruh terhadap kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa dari disiplin ilmu komunikasi. Adanya booming industri televisi, maka orientasi mahasiswa berubah, seorang mahasiswa komunikasi tidak hanya melirik peluang kerja di media massa cetak, tetapi juga televisi (Morissan, 2004). Sehubungan dengan minat menjadi presenter, suatu survey menggambarkan bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi USU mempelajari Retorika dan juga Public Speaking dalam perkuliahannya. Hal tersebut dipelajari karena mahasiswa Komunikasi dituntut untuk mampu berbicara, baik itu di lingkungan perkuliahan, maupun di depan masyarakat secara umum. Selain itu, dari beberapa mahasiswa yang telah di lakukan survey didapatkan bahwa sebagian besar dari mereka pernah punya keinginan untuk menjadi seorang presenter. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Romli (2007), beliau menyatakan bahwa mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi dituntut mampu dalam dua hal. Pertama, mendalami ilmu yang dikajinya. Kedua, menjalankan fungsi sebagai “kekuatan moral” (moral force) dan “agen perubahan sosial” (agent of social change). Untuk yang pertama, mahasiswa komunikasi
dituntut untuk memiliki
kemampuan atau keterampilan (skill) sebagai public speaking, menulis berita,
16
Universitas Sumatera Utara
feature, dan artikel. Kedua, mahasiswa Komunikasi dapat berjuang di bidang “proses penyadaran dan pencerahan pemikiran” kepada masyarakat banyak, sekaligus menyampaikan aspirasi masyarakat dan menyalurkan idealismenya. Ia pun dapat menjadi “humas” atau “seksi publikasi” yang didapatnya di bangku kuliah. Dengan adanya pembelajaran khusus yang diberikan kepada mahasiswa jurusan Komunikasi mengenai jurnalistik dan hal-hal yang berhubungan dengan presenter, maka diharapkan motivasi belajar menjadi presenter lebih tinggi dalam diri mereka dibandingkan mahasiswa lain. Beberapa penelitian menyatakan bahwa proses belajar seseorang dipengaruhi oleh minat. Misalnya seorang mahasiswa yang mempunyai minat yang kuat terhadap topik yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, maka ia sering membaca buku-buku yang berhubungan ilmu pengetahuan, baik dirumah maupun di perpustakaan (Pintrich & Schunk, 2002). Demikian halnya dengan seseorang yang ingin menjadi seorang presenter, mereka akan minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan presenter, salah satunya ialah tayangan talk show. Selain itu, mereka akan belajar bagaimana menjadi seorang presenter yang baik. Menurut Poerwadaminta (1998), minat adalah kesukaan dari kecenderungankecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Sedangkan menurut Jones dan Simpson (dalam Sukadji, 2001), minat adalah suatu perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu kegiatan. Dengan kata lain, adanya minat seseorang terhadap tayangan talk show, berarti ada suatu perasaan suka atau tidak suka yang dimiliki seseorang terhadap tayangan tersebut.
17
Universitas Sumatera Utara
Fryer (dalam Sukadji, 2001), membedakan minat dalam dua hal: yaitu minat subjektif dan minat objektif. Minat subjektif adalah perasaan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang diduga akan menyenangkan, sebaliknya rasa tidak suka yang subjektif adalah perasaan yang berhubungan dengan pengalamanpengalaman yang diduga tidak akan menyenangkan. Sedangkan minat objektif lebih berupa reaksi penerimaan atau reaksi positif terhadap objek-objek dan kegiatankegiatan yang merangsang dalam lingkungannya. Seseorang yang menyukai suatu aktivitas tertentu akan cenderung memberikan reaksi penerimaan atau reaksi positif terhadap aktivitas tersebut. Demikian halnya jika seseorang suka terhadap tayangan talk show, ia akan memberikan reaksi penerimaan atau reaksi positif terhadap tayangan tersebut. Seperti halnya pendapat yang dikemukakan oleh seorang mahasiswi jurusan Komunikasi Undip :
“Setiap kali lihat presenter atau reporter tampil di TV dalam hati saya itu pengen banget menjadi seperti mereka. Makanya saya selalu belajar untuk menjadi presenter. Terlebih sekarang ada wadahnya di kampus,’’ menurut Dia Rachma yang dipercaya sebagai pembaca berita (presenter berita). (Muntoha,2007) Demikian juga pendapat yang dikemukakan oleh beberapa mahasiswa USU jurusan Komunikasi, sebagai berikut :
“Saya suka sekali menonton tayangan Oprah Winfrey di televisi karena dengan kepiawaian Oprah dalam membawakan acara tersebut membuat saya ingin sekali dapat seperti dia, bukan hanya terkenal tapi juga saya bisa belajar bagaimana caranya menjadi seorang presenter yang handal.”(Lusiana, Komunikasi 2006) “Setelah menonton tayangan talk show pernah ada keinginan saya untuk menjadi seorang presenter, karena presenter itu pandai berbicara, selain itu mereka bisa bertemu dengan berbagai orang dari berbagai kalangan, dan sepertinya mereka sangat berwawasan.” (Sekar, Komunikasi 2004)
18
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks proses perkembangan sosial dan pendidikan, ada beberapa studi tentang peranan televisi yang dilakukan para ahli di Amerika dan Indonesia (dalam Sendjaja, 1999), salah satu studi tersebut menyatakan bahwa program siaran televisi dapat memicu motivasi belajar seseorang. Akan tetapi belum jelas dikatakan program televisi seperti apa yang dapat meningkatkan motivasi belajar seseorang. Oleh karena itu, dianggap penting untuk melakukan penelitian berkaitan dengan
apakah ada hubungan antara minat terhadap tayangan talk show dan
motivasi belajar menjadi presenter pada mahasiswa komunikasi. Dengan adanya minat terhadap tayangan talk show di televisi, maka akan ada reaksi penerimaan dan reaksi positif terhadap tayangan tersebut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar menjadi presenter dalam dirinya. 1.2.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat
terhadap tayangan talk show dengan motivasi belajar menjadi presenter pada mahasiswa Ilmu Komunikasi USU. 1.3. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1. Manfaat Teoritis Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Pendidikan yaitu memperkaya teori tentang minat dan motivasi belajar.
19
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Manfaat Praktis a. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wacana bagi mahasiswa komunikasi mengenai ada atau tidaknya peranan minat akan tayangan talk show
dan bagaimana hal tersebut dapat
mempengaruhi motivasi belajar seseorang menjadi presenter. b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai minat terhadap tayangan talk show dan motivasi belajar menjadi presenter. 1.4. Sistematika Penulisan Proposal penelitian ini dibagi atas 3 bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah : Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori dari motivasi, motivasi belajar, minat, menonton televisi, tayangan talk show. Bab III: Metode Penelitian Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan
20
Universitas Sumatera Utara
alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode analisis data. Bab IV: Analisa dan Interpretasi Data Pada bab ini akan dijelakan mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian. Bab V: Kesimpulan, Diskusi dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan penelitian, diskusi tentang hasil penelitian dan saran-saran.
21
Universitas Sumatera Utara