BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering
ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum, 1999). Tumor ganas ovarium merupakan peringkat ketujuh keganasan yang paling sering didiagnosis dan peringkat kelima jenis keganasan yang paling mematikan di dunia. Pada tahun 2008 dilaporkan terdapat 224.747 kasus baru keganasan ovarium di dunia, dengan 99.521 kasus didiagnosis di negara berkembang dan 125.226 kasus lainnya di negara kurang berkembang (Stewart, 2012). Data dari GLOBOCAN Project, 2008 menunjukkan bahwa tumor ganas ovarium berada pada peringkat kelima dari keganasan pada wanita di Indonesia setelah tumor ganas payudara, kolonrektal, serviks uteri, dan paru-paru. Sedangkan menurut Djuana, 2001, tumor ganas ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah tumor ganas serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Dari beberapa penelitian di Indonesia, tingkat kejadian keganasan ovarium adalah 30,5% di Yogyakarta, 7,4% di Surabaya, 13,8% di Jakarta, dan 10,64% di Medan dari seluruh angka kejadian keganasan ginekologi (Sahil, 2007). Tumor ganas ovarium, terutama keganasan yang berasal dari sel epitel, umumnya
tidak
menunjukkan
gejala atau
asimptomatik
hingga
tumor
bermetastasis ke rongga perineum. Hal ini menyebabkan lebih dari dua pertiga kasus tumor ganas ovarium yang didiagnosis telah berada pada stadium lanjut (Berek, 2000). Berdasarkan asal keganasan ovarium dilaporkan bahwa 91,9% tumor ganas ovarium berasal dari sel epitel, 1,2% berasal dari sex cord-stromal
Universitas Sumatera Utara
cell, dan 1,9% berasal dari germ cell
(Stewart, 2012). Kira-kira 75-80%
keganasan ovarium tipe epitel merupakan tipe serous, 10%, merupakan tipe mucinous dan endometrioid dan masing-masing kurang lebih 1% merupakan tipe clear cell dan Benner (Berek, 2000). Faktor umur telah dilaporkan sebagai publikasi insidensi yang paling sering pada tumor ganas ovarium. Menurut Crum (1999), tumor jinak ovarium umumnya lebih banyak terjadi pada wanita berumur 20-45 tahun, sedangkan tumor ganas lebih sering menyerang wanita dengan umur 45-60 tahun. Secara umum, insidensi tumor ganas ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 0-14 tahun didapat insidensi sebesar 0,2 dan pada umur diatas 75 tahun didapatkan angka 29,2. Hal ini lebih sering ditemukan pada negara yang lebih berkembang. Di Amerika Serikat, insidensi tumor ganas ovarium pada umur 5-9 tahun adalah 0,3 dan pada umur diatas 85 tahun didapat insidensi sebesar 44,2. Pada umur 80-84 adalah puncak insidensi dengan angka 50,6 (Stewart, 2012). Selain faktor umur, masih banyak lagi faktor yang dapat meningkatkan insidensi kejadian tumor ganas ovarium, yaitu faktor genetik, reproduksi, hormonal, dan gaya hidup seperti aktivitas fisik, diet, dan merokok. Faktor genetik mungkin adalah faktor yang paling berhubungan dengan meningkatnya insidensi tumor ganas ovarium. Dilaporkan sekurangnya 10% dari tumor ganas epitel ovarium merupakan penyakit keturunan, dengan 90% nya berhubungan dengan mutasi gen BRCA (Stewart, 2012). Sedangkan dari faktor reproduksi, penelitian-penelitian sebelumnya selalu menunjukkan bahwa insidensi kejadian tumor ganas ovarium meningkat pada wanita nulliparity atau yang tidak melahirkan. Histerektomi dan ligasi tuba dapat menjadi faktor protektif pada tumor ganas ovarium. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan dapat menurunkan risiko keganasan ovarium sedangkan terapi hormon pada wanita menopause dapat meningkatkan risiko keganasan ovarium (Stewart, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Belum ada kesimpulan yang pasti pada hubungan faktor gaya hidup dengan peningkatan insidensi kejadian tumor ganas ovarium. Beberapa penelitian menunjukkan ada peningkatan risiko pada wanita obesitas sedangkan penelitian lain menunjukkan tidak ada hubungan antara body mass index (BMI) dengan risiko terjadi tumor ganas ovarium (Stewart, 2012). Hal ini juga ditemukan pada hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan risiko tumor ganas ovarium. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan risiko keganasan ovarium, sedangkan penelitian lain menyimpulkan tidak ada hubungan antara keduanya. Merokok dilaporkan menunjukkan
peningkatan
risiko
pada
epithelial
subtype
mucinous
adenocarcinoma, tetapi tidak pada subtipe yang lainnya (Stewart, 2012). Pemeriksaan tumor marker CA125 yang telah diketahui sebagai salah satu skrining pada tumor ganas ovarium mempunyai spesifisitas yang paling tinggi dibandingkan pemeriksaan lainnya. Pada 83% pasien dengan tumor ganas epitel ovarium ditemukan peningkatan level CA125. Peningkatan juga ditemukan pada 50% pasien pada stadium awal dan pada lebih dari 90% pasien dengan stadium lanjut (Menon, 2000). Selain dengan pemeriksaan tumor marker CA125, tumor ganas ovarium juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan transabdominal ultrasonography. Spesifisitas pemeriksaan ini memang tidak setinggi pemeriksaan tumor marker, namun pemeriksaan ini menunjukkan sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi tumor ganas ovarium stadium awal (Berek, 2000). Untuk pengobatan tumor ganas ovarium umumnya ditentukan berdasarkan stadium keganasannya. Pada stadium awal tumor borderline, operasi primary tumor
resection
paling
sering
dilakukan.
Histerektomi
dan
salpingo-
oophorectomy merupakan pilihan operasi pada stadium awal dengan resiko rendah kanker ovarium. Sedangkan pada stadium lanjut, jenis operasi yang paling sering dilakukan adalah debulking atau cytoreductive surgery (Berek, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Diketahui tingkat kejadian tumor ganas ovarium di kota Medan adalah sebesar 10,64% (Sahil, 2007), melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui profil apa saja yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tumor ganas ovarium. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebagai salah satu pusat pelayanan dan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah regional Pulau Sumatera dipilih peneliti untuk menjadi tempat penelitian. 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimanakah profil penderita tumor ganas ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012? 1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum 1. Mengetahui profil penderita tumor ganas ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui profil penderita tumor ganas ovariun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 berdasarkan umur, status hormon, jumlah anak, riwayat keluarga, dan diagnosa tumor ovarium. 2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan penunjang dengan gambaran histopatologi tumor malignant ovarium dan subtipenya. 3. Untuk mengetahui jenis penatalaksanaan atau jenis operasi apa yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Ilmu Pengetahuan 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk skrining pasien tumor ganas ovarium. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk diagnosa pasien tumor ganas ovarium. 1.4.2. Bagi Masyarakat 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang bahaya penyakit tumor ganas ovarium. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang pentingnya skrining tumor ganas ovarium pada usia muda.
Universitas Sumatera Utara