BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan menyeimbangkan antara elektrolit tubuh). Pada kondisi emergency, misalnya pada pasien yang dehidrasi, stress metabolic berat yang menyebabkan syok, asidosi, gastroenteitis akut, demam berdarah dengue (DBD), luka bakar, syok hemoragik akut serta trauma sangatlah membutuhkan infus, infus tersebut digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Infus itu juga dapat digunakan untuk larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus yang dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam, dll. Karena fungsinya yang sangat penting, maka proses pemasangan infus harus dilakukan dengan benar yakni sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari timbulnya kejadian yang dapat memperparah kondisi pasien. Selain situasi pasien yang sering banyak bergerak maka yang sering terjadi adalah jarum yang terletak pada tangan pasien sering bergeser sehingga mengakibatkan darah naik ke selang infus. Darah yang membeku (blood clot) tersebut dapat beredar ke seluruh tubuh dan dapat menyumbat kapiler darah di paru sehingga menyebabkan embolo di paru. Jika berbagai hal tersebut terjadi maka tempat pemasangan infus itu harus dipindahkan dan dipasang pada pembuluh darah vena lain, dan tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya berbagai komplikasi yang jauh lebih berbahaya akibat pemasangan yang tidak dilakukan dengan benar. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini akan dirancang suatu sistem untuk mengontrol cairan infus tersebut. Ketika cairan infus tersebut memiliki sisa cairan sebanyak 3cm maka alarm akan berbunyi untuk menandakan bahwa sisa cairan infus tersebut adalah 3 cm, ketika kondisi infus menetes atau tidak maka alarm akan bunyi. Alat yang digunakan adalah Atmega 8535 sebagai mikrokontrolernya, Ping sensor sebagai pendeteksi level cairan infus, Inframerah sebagai pendeteksi cairan infus menetes atau tidak.
1
1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam proyek akhir ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana merancang sistem infus elektronik untuk mendeteksi level cairan infus ?
2.
Bagaimana memberikan informasi tentang tetes/menit cairan infus dan level cairan infus
3.
Bagaimana perawat dapat membedakan antara kondisi infus tidak menetes dengan level cairan infus?
1.3. Tujuan Adapun tujuan dari proyek akhir ini adalah : 1.
Merancang dan membuat sistem infus elektronik yang dapat mendeteksi level cairan infus. Ketinggian botol infus adalah 18 cm dengan ketinggian cairan 13,5 cm atau 500mL. Ketika sisa dari cairan infus sebesar 3 cm maka alarm akan berbunyi sebagai tanda bahwa sisa cairan infus 3 cm.
2.
Merancang dan membuat sistem infus elektronik yang dapat menampilkan informasi tetesan / menit dan level cairan. Hasil dari jumlah tetesan tersebut akan ditampilkan pada lcd ukuran 2x16.
3.
Perawat dapat membedakan bunyi beep antara infus tidak menetes dengan level cairan sisa 3 cm adalah sebagai berikut: 1.
Bunyi beep 1 kali berfungsi untuk menandakan bahwa tidak ada tetesan infus yang terdeteksi oleh inframerah
2.
Bunyi Beep panjang pada alarm berfungsi untuk menandakan bahwa cairan infus memiliki sisa 3 cm.
1.4. Batasan Masalah Batasan masalah dalam proyek akhir ini adalah : 1. Tidak membahasan jenis infus yang digunakan 2. Tidak membahas mengenai takaran jumlah tetesan untuk semua jenis penyakit 3. Inframerah mendeteksi tetesan cairan infus dan menampilkan nya pada lcd dan jika inframerah tidak mendeteksi tetesan maka alarm akan berbunyi sebagai penanda bahwa tidak ada tetesan cairan infus dan inframerah menampilkan pada lcd jumlah tetesan infus permenit 4. Level cairan infus 3 cm dideteksi dengan menggunakan ping sensor dan menampilkan level cairan infus tersebut pada LCD. Dan ketika level cairan
2
tersebut 3 cm maka buzzer akan berbunyi sebagai penanda bahwa level cairan infus memiliki sisa sebesar 3 cm. 5. Sensor yang digunakan ada 2, yaitu: Ping sensor (Sensor Ultrasonic) dan Sensor Inframerah.
1.5. Definisi Operasional Implementasi hardware untuk mengontrol cairan infus dengan menggunakan Atmega8535 dan alarm merupakan suatu sistem mikrokontroler yang dapat bekerja secara bersamaan untuk mengirim sebuah informasi melalui masing-masing interface yang digunakan. Sistem ini juga dapat membantu perawat dalam melaksanakan tugasnya. Didalam ini terdapat sebuah sistem yang akan menampilkan hasil pendeteksian level cairan melalui Sensor Ultrasonik dan hasil pendeteksian jumlah tetesan melalui inframerah Sensor yang ditampilkan ke Display berukuran 2x16 cm. Sistem ini dapat menghasilkan outputan berupa jumlah tetesan infus, Level Cairan Infus.
1.6. Metode Pengerjaan Metode yang dilakukan dalam pengerjaan proyek akhir ini adalah dengan waterfall model, karena penggunaan model ini sistematis dan linear serta pengerjaan suatu sistem dilakukan dengan berurutan 1.6.1. Requirements Analysis and Definition (Studi Literature) Pada tahapan ini yang akan dilakukan adalah analisa tentang produk yang akan dibuat, pengumpulan data-data, referensi yang dibutuhkan dalam pembuatan produk ini. Membandingkan Produk yang sudah ada dengan produk yang akan dibuat. Adapun perbedaan produk ini dengan produk yang sudah ada adalah deteksi sensor ketika infus tidak berfungsi maka sensor akan memberikan informasi ke alarm bahwa ada keadaan emergency. 1.6.2. System Design (Perancangan Sistem) Pada bagian ini adalah pembuatan alur kerja serta proses berjalannya sistem yang akan dibangun. Pada bagian ini juga melakukan analisa dan mendesign alur kerja sistem yang akan dibangun agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta sesuai dengan tujuan dibuatnya sistem ini. 1.6.3. Implementation and Unit Testing (Implementasi dan Pengujian) Pada tahap ini dibagi menjadi 2 yaitu : a. Implementasi Pada bagian ini adalah melakukan implementasi. Lokasi dimana akan dilakukan implementasi alat ini. b. Unit Testing (Pengujian)
3
Pada tahapan ini akan dilakukan uji coba dari alat ini dengan melakukan berbagai kesalahan yang mungkin akan terjadi apabila alat sudah digunakan. Contoh: melakukan testing terhadap setiap interface (perangkat) yang digunakan. Testing ini dilakukan uji coba terhadap alat ini secara keseluruhan.
Gambar 1.1 Metode Pengerjaan
Metode Pengerjaan yang dilakukan pada Gambar 1.1 adalah pertama kali melakukan analisa tentang produk yang akan dibuat, pengumpulan data-data, referensi yang dibutuhkan dalam pembuatan produk ini. Membandingkan Produk yang sudah ada dengan produk yang akan dibuat. Adapun perbedaan produk ini dengan produk yang sudah ada adalah deteksi sensor ketika infus tidak berfungsi maka sensor akan memberikan informasi ke alarm bahwa ada keadaan emergency. Setelah melakukan analisa adalah melakukan system design (perancangan sistem) yang akan dibuat. Perancangan sistem meliputi pembuatan alur kerja serta proses yang akan berjalan. Implementasi dan pengujian terbagi menjadi 2 bagian yaitu: 1.
Implementasi Pada bagian implementasi melakukan implementasi. Menentukan lokasi dan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan implementasi dari sistem ini.
2.
Pengujian Tahapan pengujian ini dilakukan pengujian setiap alat yang digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian semua alat yang dibutuhkan dalam sistem.
4
1.7.
Jadwal Pengerjaan Tabel 1.1 Jadwal Pengerjaan
Bulan Pelaksanaan No Jenis Kegiatan 1
Studi Literatur
2
Perancangan Sistem
3
Implementasi dan pengujian
4
Dokumentasi
Januari
Februari
Maret
April
Mei Juni
Juli
Agustus
5