1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat memberikan dampak yang besar dalam persaingan usaha. Setiap perusahaan akan bersaing memperebutkan pangsa pasar terbesar. Perusahaan harus selalu kreatif dan inovatif dalam menghadapi lingkungan yang terus berkembang setiap waktu. Beragam merek produk yang ada pada pasaran sehingga menyebabkan adanya perilaku memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan atau karena terjadi masalah dengan produk yang sudah dibeli maka konsumen kemudian beralih ke produk lain. Perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentanan konsumen untuk berpindah ke merek lain Dharmmesta (2002). Perilaku perpindahan merek adalah perilaku berpindah merek yang dilakukan oleh konsumen karena alasan-alasan tertentu atau dapat diartikan juga sebagai kerentanan konsumen untuk berpindah ke merek lain (Dharmamesta, 1999:hal83). Menurut Peter dan Olson (2002), perpindahan merek (brand switching) adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari satu merek ke merek yang lain. Banyak faktor yang menyebabkan orang berpindah merek, diantaranya karena kualitas produk, ketidakpuasan dan kebutuhan konsumen untuk mencari variasi produk akan merek tersebut. Kualitas produk Tjiptono (2002:hal76) dalam memberikan
definisi
mengenai kualitas yaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
2
jasa, manusia dan lingkungan yang memenuhi atau telah
melebihi standar yang
ditetapkan. Pada dasarnya kualitas baik itu produk maupun pelayanan
merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian utama dari perusahaan, karena kualitas berkaitan erat dengan masalah keputusan konsumen. Ketidakpuasan konsumen dapat timbul karena adanya proses informasi dalam evaluasi terhadap suatu merek. Konsumen akan menggunakan informasi masa lalu dan masa sekarang untuk melihat merek-merek yang memberikan manfaat yang mereka harapkan (Dharmmes dan Junaidi, 2002). Ketidakpuasan yang dialami konsumen akan menimbulkan perilaku peralihan merek. Seperti yang dikemukakan oleh Dharmmesta (2002), bahwa penentu utama dari kemampuan diterimanya merek adalah kepuasaan ulang dirasakan oleh konsumen didalam pembelian sebelumnya. Ketidakpuasan konsumen ini muncul karena pengharapan konsumen tidak sama atau lebih tinggi daripada kinerja yang diterimanya dipasar. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan yang dapat mempengaruhi sikap untuk melakukan pembelian pada masa konsumsi berikutnya. Konsumen yang tidak puas akan mengambil satu dari dua tindakan berikut: mereka akan mungkin berusaha mengurangi ketidakpuasan tersebut dengan membuang atau mengurangi ketidakpuasan dengan mencari informasi yang biasa memperkuat nilai tinggi produk tersebut. Kebutuhan mencari variasi adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi (Peter dan Olson, 2002). Pencarian variasi dapat terjadi pada pengambilan keputusan yang
3
terbatas. Perilaku kebutuhan mencari variasi terjadi jika resiko kecil dan sedikit atau tidak ada komitmen terhadap suatu merek (Dharmnesta, 2002). Persaingan yang semakin ketat dalam industri seperti sekarang ini terlihat dari banyaknya teh dalam kemasan botol yang beredar di pasaran. seperti teh botol sosro (PT sinar sosro), Frestea
(PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia), ABC Teh kotak (PT ABC President Indonesia), Ultra Teh kotak (PT Ultrajaya Milk Industry), dari beberapa merek tersebut menjadi pesaing Teh botol sosro yang tiap merek meluncurkan banyak varian rasa. Dilihat dari siklus hidupnya teh botol sosro berada pada fase mature, menyadari ini Sosro pun mengantisipasi dengan meluncurkan Fruit tea. Belakangan ini dalam kurun waktu satu setengah tahun terakhir dominasi Sosro mulai “digoyang” oleh masuknya pemain baru di bisnis minuman teh dengan nama besar bahkan mendunia. seperti PT Coca Cola Amatil Indonesia meluncurkan produk teh dalam kemasan botol dengan nama Freshtea. Seperti
PT ABC President
Indonesia meluncurkan produk teh dalam kemasan kotak dengan nama ABC teh kotak, dan PT UltraJaya Milk Industry meluncurkan produk teh dalam kemasan kotak. Masing-masing perusahaan tersebut sama-sama bersaing untuk dapat mempertahankan dan merebut pangsa pasar. Dalam usaha merebut pasar, setiap produsen mencoba menonjolkan produknya dari produk pesaingnya yaitu dengan kebijaksanaan harga, produk, distribusi, dan promosi. Semua ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan dalam persaingan. Adanya fenomena tersebut menyebabkan konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan produk yang pada akhirnya bisa memungkinkan konsumen untuk beralih ke merek lain.
4
PT. Sinar Sosro berdiri pada tahun 1974, PT Sinar Sosro merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. PT. Sinar Sosro terus berinovasi dengan mengembangkan merek dan produk minuman yang bertujuan untuk memuaskan para konsumen dan pelanggan. Untuk menghasilkan kualitas teh yang bermutu, bahan baku teh hanya diambil dari perkebunan milik sendiri yaitu dengan nama perusahaan PT. AGROPANGAN PUTRA Dari perkebunan inilah dipetik daun teh yang berkualitas terbaik. Hal yang melatarbelakangi permasalahan bahwa dikenalnya merek teh botol sosro sebagai produk pelopor teh belum menjamin konsumen untuk tidak berpindah ke merek lain. Hal tersebut terbukti dengan menurunnya market share produk teh botol sosro selama periode 2013 hingga 2015 dibandingkan produk lain yang sejenis, seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Hasil survey TBI (Top Brand Index ) Kategori Teh Dalam Kemasan Siap Minum No
Brand
TBI (top Brand Index)
Keterangan
2013
2014
2015
1.
Teh Botol Sosro
59,5%
51,0%
47,8%
TOP
2.
Frestea
10,4%
11,3%
15,2%
TOP
3.
Fruit Tea
3,9%
5,1%
4,8%
4.
ABC Teh Kotak
4,5%
7,5%
4,6%
5.
Ultra Teh Kotak
4,8%
8,1%
9,1%
Sumber : www.topbrand-award.com
5
Berdasarkan tabel 1.1 diatas TOP Brand Index teh dalam kemasan siap minum diatas, dapat diketahui bahwa teh Botol Sosro pada tahun 2013 produk Teh Botol Sosro sebesar 59,5% dan pada tahun 2014 dan 2015 terus mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 51,0% dan 47,8%. Hasil yang sangat buruk dan tidak diinginkan oleh perusahaan, sehingga hal ini harus ditindaklanjuti dengan serius oleh perusahaan. Ini dapat diindikasikan bahwa penurunan market share disebabkan oleh adanya perilaku konsumen yang berpindah merek karena alasan tertentu. Untuk mengukur seberapa besar perpindahan merek pada konsumen teh botol sosro di Fakultas Ekonomi Universitas Semarang, peneliti melakukan pra survey awal kepada 30 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang. Tabel 1.2 Data Hasil Pra Survey Perpindahan merek Teh Botol Sosro ke merek Teh lain
No
Merek Teh
Jumlah responden
1.
Teh Botol Sosro-Frestea
13 orang
2.
Teh Botol Sosro-Fruit Tea
10 orang
3.
Teh Botol Sosro-ABC Teh kotak
4 orang
4.
Teh Botol Sosro-Ultra Teh kotak
3 orang
Jumlah
30 orang
Sumber : mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
6
Dari tabel pra survey yang dilakukan kepada 30 orang konsumen diambil tiga variabel terbesar paling berpengaruh terhadap perpindahan merek. Hasil pra survey perpindahan teh botol sosro ke frestea cukup signifikan terlihat dari data pra survey 13 orang dan konsumen banyak yang tidak puas dengan produk teh botol sosro karena dari rasanya yang pahit dan kurang adanya varian rasa. Johan Candra (2014) dalam penelitiannya dengan hasil bahwa faktor promosi, kualitas produk, dan ketidakpuasan secara simultan berpengaruh terhadap perpindahan merek untuk produk handphone yang ditelitinya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Debora Ratna Nilasari, yoestini (2012) dengan hasil bahwa ketidakpuasan konsumen, harga, dan kebutuhan mencari variasi memiliki pengaruh positif terhadap keputusan perpindahan merek. Anandhitya Bagus Arianto (2013) menyatakan dalam penelitiannya, dengan hasil bahwa atribut produk, harga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek, kebutuhan mencari variasi dan varibel ketidakpuasan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
keputusan
perpindahan merek. Elvira Febriyanti (2012) juga menyatakan dalam penelitiannya dengan hasil bahwa ketidakpuasan konsumen dan kebutuhan mencari variasi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap keputusan perpindahan merek. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul
7
“Analisis pengaruh kualitas produk, ketidakpuasan dan kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek teh botol sosro (Studi Kasus pada Konsumen Produk Teh botol sosro di Fakultas Ekonomi manajemen Universitas Semarang)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, diketahui bahwa market share Teh botol sosro selama tiga tahun berturut-turut terus mengalami penurunan secara signifikan. Maka perumusan masalahnya adalah bagaimana upaya PT Sinar Sosro agar konsumennya tidak berpindah ke merek lain. Maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap perilaku perpindahan merek (brand switching) pada teh botol sosro? 2. Bagaimana pengaruh variabel ketidakpuasan konsumen terhadap perilaku perpindahan merek (brand switching) pada teh botol Sosro? 3.
Bagaimana pengaruh variabel kebutuhan untuk mencari variasi (variety seeking) terhadap perilaku perpindahan merek (brand switching) pada Teh Botol Sosro?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat disusun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap perilaku perpindahan merek(brand switching) yang dilakukan konsumen teh botol sosro. 2.
Untuk menganalisis pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap perilaku perpindahan merek (brand switching) yang dilakukan konsumen Teh Botol Sosro.
8
3. Untuk menganalisis pengaruh kebutuhan mencari variasi (variety seeking) terhadap perilaku perpindahan merek (brand switching) yang dilakukan konsumen Teh Botol Sosro. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi beberapa pihak antara lain : 1. Bagi perusahaan PT Sinar Sosro hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak perusahan untuk mengetahui faktor dominan yang menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan perpindahan merek sehingga pihak perusahaan akan dapat senantiasa menyusun strategi dalam rangka memenuhi harapan konsumen. 2. Bagi pihak penulis, sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat menambah ilmu pengetahuan bidang ilmu manajemen pemasaran, dan melatih penulis untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan. 3. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian.
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah hal-hal yang dapat membedakan atau membawa
variasi pada nilai. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. 1.
Variabel bebas (Independen Variable) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik
yang
pengaruhnya
positif
maupun
pengaruhnya
negatif
(Ferdinand,2006). Dinamakan sebagai variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Sugiyono,2012:59). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.
Kualitas (X1)
Ketidakpuasan (X2)
Kebutuhan Mencari Variasi (X3)
Variabel terikat (Dependent Variable) Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti. Hakekat sebuah masalah, mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model (Ferdinand,2006). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Perpindahan merek (Y).
23
Penelitian ini menggunakan skala pengukuran persepsi responden atau skala ordinal (Skala Likert 1 s.d 5), didalam Ferdinand (2006:282) untuk mempermudah responden dalam menjawab kuesioner menggunakan skala likert kategori penilaian sebagai berikut : Skor 5 menyatakan jawaban sangat setuju Skor 4 menyatakan jawaban setuju Skor 3 menyatakan jawaban cukup setuju Skor 2 menyatakan jawaban tidak setuju Skor 1 menyatakan jawaban sangat tidak setuju 3.1.2 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Pengukuran No
Nama Variabel
Definisi Variabel
Indikator
1
Kualitas Produk (X1) Kualitas produk adalah melambangkan kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya yang meliputi keawetan, keandalan, kemudahan penggunaan dan perbaikannya, dan sifat lainnya
1.Daya tahan 2.Kesesuaian dengan spesifikasi 3.Reabilitas 4.estetika
2
Ketidakpuasan (X2)
1.Ketidakpuasan Anandhita secara Bagus Arianto, keseluruhan 2013 2.Tidak sesuai harapan 3.Perbandingan yang tidak ideal
Ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negative
Sumber Johan Chandra,2014
24
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Pengukuran No 3
4
Nama Variabel
Definisi Variabel
Kebutuhan Mencari Kebutuhan mencari Variasi (X3) variasi adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda, keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi. Perpindahan merek Perpindahan merek adalah perilaku (Y) berpindah merek yang dilakukan oleh konsumen karena alasan-alasan tertentu.
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian,2016
Indikator
Sumber
1.Perilaku pembelian yang bersifat penyidikan. 2.Keinovatifan pemakaian 3.Perbedaan yang dirasakan antar merek 1.Keinginan untuk mencari variasi 2.Keinginan untuk mempercepat penghentian penggunaan. 3.Memutuskan atas keinginan sendiri, atau dengan terpaksa atau secara tidak sengaja menghentikan penggunaan produk yang digunakan.
Ravita Eka Andriani,2015
Johan Chandra,2014
25
3.2
Obyek Penelitian, Penelitian Populasi dan Sampel
3.2.1
Obyek Penelitian Obyek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen teh
botol sosro yang berpindah ke merek lain. Unit Sampel yang digunakan yaitu para mahasiswa fakultas ekonomi universitas semarang yang mengkonsumsi teh botol sosro. 3.2.2
Populasi dan Sampel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,
hal atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian peneliti, karenanya dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdinand,2006). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah para konsumen teh botol sosro di Fakultas Ekonomi Universitas Semarang yang berganti ke merek lain dengan jumlah populasi yang tidak diketahui jumlahnya. Menurut Sugiyono (2007:116) Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang yang telah
mengkonsumsi produk teh botol sosro dan telah berpindah ke merek teh lain. Karena populasi tidak dapat diketahui jumlahnya dengan pasti maka menurut MOE (Margin of error) yang digunakan 10%Djarwanto (2006). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
26
n=
Z
1
/2
.
2
E
Keterangan : N
= banyaknya sampel yang diperlukan
Z1/2α = distribusi normal E
= besarnya kesalahan yang dapat diterima
= standar deviasi
Dalam penelitian ini Z1/2
α
yang diperoleh dari tabel distribusi normal
adalah sebesar 1,96 besarnya kesalahan yang dapat diterima (E) sebesar 10 % dan standar deviasi () yang digunakan adalah 0,50 sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :
1,96 x 0,50 n= 0,1
2
n = 96,04
Berdasarkan perhitungan diatas, sampel yang diambil dalam penelitian diperoleh sebesar 96,04 kemudian dibulatkan menjadi 96 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Data adalah keterangan-keterangan tentang suatu hal, berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap atau anggapan atau fakta yang digambarkan lewat angka, symbol, kode dan lain-lain (M.Iqbal Hasan,2002). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu tanggapan langsung dari responden berupa kuesioner.
27
3.3.2
Sumber Data
a) Data Diskriptif Data Diskriptif yaitu data yang langsung diperoleh dari objeknya (Sugiyono,2006). Data primer yang digunakan meliputi tanggapan responden mengenai kualitas, ketidakpuasan dan mencari variasi juga termasuk persepsinya mengenai perpindahan merek termasuk juga data mengenai identitas responden. Data primer diperoleh secara langsung dari responden. b) Data Sekunder Data sekunder dilakukan dengan riset kepustakaan melalui dokumen atau catatan-catatan, literatur-literatur, jurnal-jurnal yang mendukung penelitian ini. Data yang diperoleh mengenai kondisi PT Sinar Sosro sendiri, serta sumbersumber data sekunder lain yang diperoleh dari buku-buku literatur yang menunjang penelitian ini. 3.4 Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara memberikan daftar bentuk pertanyaan kepada responden disertai atau dilengkapi dengan alternatif jawaban. b. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. c. Studi pustaka
28
Studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku atau litelatur dan bentuk tulisan dari sumber perpustakaan atau sumber lain.
3.5 Metode Analisis Agar data yang dikumpulkan dapat bermanfaat maka harus diolah dan di analisis terlebih dahulu, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Adapun metode analisis yang digunakan : 1. Analisis Data Deskriptif Analisis ini digunakan untuk meninjau jawaban dari responden terhadap pernyataan yang ada dalam kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari deskripsi jawaban responden terhadap variabel-variabel yang diteliti, dapat diketahui
intensitas kondisi masing-masing variabel. Intensitas
kondisi dari masing-masing variabel dapat dibedakan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai responden dalam penelitian ini khususnya mengenai variabel-variabel penelitian yang digunakan dengan ketentuan sebagai berikut(soegiyono 2015). 2. Analisis Data Kuantitatif Merupakan suatu bentuk analisis yang menggunakan anagka-angka dan perhitungan dengan metode statistik tertentu. Data kuantitatif harus di klasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu untuk mempermudan analisis program SPSS 20.0.
29
3.6 Uji Instrumen Penelitian 3.6.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur kuesioner tersebut. (Ghozali,2009). Untuk mengukur validitas, digunakan tehnik correlation product moment dengan cara mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Dalam melakukan uji validitas ini, peneliti memakai 96 responden dan taraf signifikan 0,05 dengan bantuan program SPSS 20.0. dengan r tabel sebesar (0,17). Dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel, tidak valid jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel.
3.6.2
Uji Reabilitas Reabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari suatu variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliebel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu data dikatakan reliable adalah variabel memiliki nilai Cronbach Alpha 0,6 atau tidak reliable apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,6 (Ghozali, 2009).
3.6.3
Uji Asumsi Klasik Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi uji asumsi-asumsi
yang disyaratkan yaitu terdiri dari uji asumsi normalitas dan bebas dari multikolonielitas, heterokedastisitas.
30
3.6.4
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan
dalam model regresi berdisttribusi normal atau tidak (Ghozali,2009). Untuk mengetahui data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-smirnov.
jika nilai
Kolmogorov-smirnov lebih besar dari α= 0,05 maka data normal (Imam Ghozali,2009).
3.6.5
Multikolonielitas Uji Multikolonielitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,2009). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas (Independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonielitas dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut : 1. Jika R2 tinggi tapi variabel bebas banyak yang tidak signifikan,maka dalam model regresi terdapat adanya multikolonielitas. 2. Menganalisis matriks korelasi variabel bebas. Jika korelasi antar variabel bebas tinggi yaitu diatas 0,90 maka terdapat multikolonielitas. 3. Melihat nilai tolerance dan variance inflation Factor (VIF). jika nilai tolerance lebih kecil dari 10% dari nilai VIF lebih besar dari 10 berarti ada multikolonielitas.
31
3.6.6
Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009 ). Adanya Heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya uji Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen, maka indikasi terjadi heteroskedastisitas ( Ghozali, 2009 ). Jika signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5%, maka tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
3.6.7
Analisis Regressi Linear Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan antar
variabel berpengaruh dengan variabel yang mempengaruhi yaitu, kualitas, ketidakpuasan dan kebutuhan mencari variasi (Ghozali, 2009 ). Bentuk persamaan regresi penelitian ini adalah sebagai berikut : Y=a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana : Y = perpindahan merek a = Konstanta b1.. b2 = koefisien regresi X1 = kualitas
32
X2 = ketidakpuasan X3 = kebutuhan mencari variasi ε = error
3.6.8
Pengujian Hipotesis
3.6.8.1 (UJI-t) Untuk membuktikan hipotesis penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan pengujian yaitu Uji- t. Untuk
menguji
apakah
masing-masing
variabel
bebas
(Kualitas,
Ketidakpuasan, kebutuhan mencari variasi) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Perpindahan merek) secara parsial, dengan ketentuan sebagai berikut : a.Taraf nyata (α)= 0,05 b. Formula Hipotesis Ho : Ba< 0, artinya tidak ada pengaruh X1,X2,X3 terhadap Y (variabel independen secara individual berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen). Ha : Ba > 0, artinya ada pengaruh positif
X1,X2,X3 terhadap Y
(variabel independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen X1,X2,X3 terhadap Y) c. Mencari t hitung Menentukan t tabel dan t hitung t tabel dengan tingkat =5% (0,05) t hitung didapat dari hasil perhitungan computer= (n-1-k)
33
d. K riteria test : Bila t hitung > t tabel, maka Ho dinyatakan ditolak dan Ha diterima Artinya ada pengaruh positif antara variabel (X) ( Kualitas, ketikdakpuasan, dan kebutuhan mencari variasi) dengan variabel (Y)(perpindahan merek). Bila t hitung < t tabel, maka Ho dinyatakan diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh antara varibel (X) (kualitas, ketidakpuasan dan kebutuhan mencari variasi) dengan variabel (Y) (Perpindahan merek). Atau bila probabilitas >0,05, maka Ho diterima bila probabilitas <0,05, maka Ho ditolak. Bila diuji dengan gambar (grafik) adalah sebagai berikut : Tingkat signifikan (α) =0,05, derajat kebebasan dari t tabel df= (n-2) dan uji satu sisi, maka diperoleh t tabel = 1,660 Berikut adalah gambar pengujian antara kualitas, ketidakpuasan dan kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek secara parsial. 3.6.9
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen( tidak bebas). Dalam penelitian ini, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X) jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukan semakin besar(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat semakin besar. Hal ini berarti model yang digunakan semakin besar untuk menerangkan variabel terikatnya (Ghozali,2009)
34
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimaksudkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu varibel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali,2009) Rumus : koefisien determinasi= R2.100%