BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2001: 21). Bahasa terdiri atas dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis (Felicia, 2007: 1). Sebagai salah satu jenis dalam bahasa, bahasa tulis merupakan bentuk komunikasi yang pemakaiannya banyak terdapat pada mediamedia cetak salah satunya ialah komik. Komik merupakan salah satu bagian dari seni rupa, dimana pada tahun 1971, F. Laccasin mencantumkan komik sebagai seni kesembilan di majalah "Pour un neuvieme art". Pengertian dari komik itu sendiri menurut Will Eisner, komikus senior yang dianggap sebagai “Bapak Buku Komik” di Amerika, menyebut komik sebagai tatanan gambar dan kumpulan kata yang berurutan. Hal tersebut berarti keberadaan kata-kata dalam komik dapat dipelajari ke dalam bidang bahasa atau linguistik. Sehingga komik merupakan cerita bergambar sebagai perpaduan antar karya seni atau seni gambar dan seni sastra (Santoso dalam Rosalina,2009:2). Onomatope merupakan salah satu penggunaan kata-kata di dalam komik selain teks yang berisi percakapan cerita. Onomatope adalah kata-kata yang di berdasarkan tiruan bunyi. Onomatope dalam wacana komik sebagai ungkapan perasaan tokoh, seperti marah, kecewa, kaget, dan sedih. Onomatope tersebut dikemas dalam bentuk voice off yang menyertai action bertujuan melengkapi gambar (Brown, dalam Diyanti,2000: 117).
Onomatope dapat dikaitkan dengan bidang bahasa karena onomatope merupakan tiruan bunyi yang diubah kedalam bentuk kata-kata. Kata-kata tersebut dapat dicari makna dan hubungan maknanya sehingga pencarian makna kata-kata onomatope dalam komik dirasa menarik untuk dijadikan objek penelitian linguistik. Menurut Yuwono (2005: 114) makna suatu kata mempunyai arti dalam hubungan antara tanda berupa lambang bunyi ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan. Semantik dalam onomatope terdapat pada salah satu peristiwa keunikan yang bersifat lingual biasanya diwujudkan dalam satuan lingual berupa kata dan silabel. Sebagai tiruan bunyi, bentuk onomatope biasanya terdiri atas satu atau dua perulangan silabel. Kridalaksana (2001: 197) mengartikan kata silabel sesuatu yang berkaitan dengan inti suku kata (dapat berdiri sendiri sebagai suku kata). Onomatope biasanya diaplikasikan dalam sebuah karya sastra seperti novel, lagu, cerpen, maupun komik. Komik pada umumnya lebih banyak menggunakan onomatope diantara gambar dan dialog. Onomatope-onomatope yang terdapat didalam komik, khususnya komik Jepang dibagi menjadi 2 jenis yaitu Giongo dan Gitaigo. Menurut Giongo Gitaigo Jiten (1990:8-9) Giongo adalah
kata yang
menggambarkan bunyi yang keluar, sedangkan gitaigo adalah kata yang menyatakan sesuatu yang tidak berbunyi tetapi secara simbolis berbunyi. Tema yang akan penulis teliti adalah tentang penggunaan onomatope marah dalam komik Gamon The Demolitionman. Penulis mengangkat judul “Analisis Penggunaan Onomatope Marah Dalam Komik Gamon The Demolitionman” sebagai judul dalam penelitiannya. Penulis memilih judul tersebut karena penulis menganggap onomatope Jepang merupakan kajian yang menarik dalam bahasa komik Jepang.
Untuk menganalisis korpus data, penulis akan memakai teori fukushi menurut Matsuoka, teori onomatope menurut Hinata dan Hibiya, dan konsep marah menurut Yamane Ichiro. Dalam penelitian ini, penulis akan menghubungkan teori onomatope menurut Hinata dan Hibiya dan konsep marah menurut Yamane Ichiro untuk menjelaskan
penggunaan
onomatope
marah
dalam
komik
Gamon
The
Demolitionman. 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan yang diteliti adalah onomatope yang terdapat pada komik Gamon The Demolitionman. 1.3 Ruang lingkup permasalahan Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti onomatope marah dalam komik Gamon The Demolitionman. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah meneliti penggunaan onomatope marah bahasa Jepang, agar para pemelajar bahasa Jepang dapat memahami makna dari onomatope marah yang digunakan dalam komik Jepang. Selain itu, juga untuk mengetahui kemarahan yang paling tampak dalam salah satu cerita komik Jepang. Manfaat dari penulisan ini adalah agar penelitian ini dapat dijadikan bahan pemelajaran bahasa Jepang terutama dalam pemakaian onomatope gitaigo/giongo dalam komik Jepang.
1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis onomatope komik Gamon The Demolitionman adalah kajian kepustakaan yaitu dengan mengkaji sumbersumber tertulis seperti kamus atau buku teori, dan metode deskriptif analitis yang berupa penjabaran analisis untuk mendapatkan hasil analisis. Penulis mengumpulkan onomatope marah seperti kuwa, zaatt, kii, katt, dan gi dari komik Gamon The Demolitionman yang ditulis oleh Syun Fujiki dan menganalisisnya dengan menggunakan teori onomatope dan konsep marah yang terdapat di bab dua. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : •
Bab 1 Pendahuluan, menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian yang diharapkan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
•
Bab 2 Landasan Teori, berisi beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori yang berasal dari sumber yang akurat yang digunakan untuk menganalisis data-data yang ada.
•
Bab 3 Analisis Data, pada bab ini penulis akan menganalisis data satu persatu dengan menlibatkan teori-teori dan konsep yang ada untuk mendapatkan hasil berupa tujuan dari proses penelitian ini.
•
Bab 4 Kesimpulan, membahas hasil analisa korpus data yang ada dari semua proses penelitian yang telah dilakukan.
•
Bab 5 Ringkasan, menjelaskan kembali semua latar belakang, rumusan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, beserta analisis yang sudah dijabarkan sebelumnya secara ringkas dan jelas