Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Bahasa dan komunikasi memiliki hubungan saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan unsur penting yang memiliki fungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Komunikasi memiliki arti sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan informasi (message) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver) (Nurrohim, 2009: 2). Sedangkan menurut Parera (1991: 7), bahasa merupakan isyarat komunikasi manusia yang bersifat produktif imanen dan kreatif. Komunikasi manusia berkembang, bertambah, hilang, berganti, dan dapat bertambah secara kualitatif dan kuantitatif. Isyarat komunikasi yang produktif imanen dan kreatif hanya terdapat pada isyarat komunikasi manusia. Bahasa Jepang adalah bahasa yang unik, apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya (Sudjianto, 2004: 11). Masih menurut Sudjianto, bahasa Jepang hanya dipakai oleh bangsa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Kita dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang hanya dengan orang Jepang atau dengan orang lain yang pernah mempelajarinya (2004: 12). Jumlah orang asing yang belajar bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya terus meningkat sebagaimana dilaporkan di dalam Nihongo Kyouiku Nenkan, bahwa dikarenakan meningkatnya kedudukan Jepang di tingkat internasional atau disebabkan perbembangan hubungan internasional Jepang dengan negara-negara lain (Sudjianto, 2004: 5). Terdapat perbedaan-perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang. Perbedaan-perbedaan inilah yang membuat para pembelajar bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam mempelajari dan mengartikan bahasa Jepang. Sebagai contohnya bahasa Indonesia dan bahasa Jepang yang memiliki perbedaan besar antara yang satu dengan yang lainnya. Contoh yang dapat dilihat secara nyata adalah perbedaan penggunaan huruf antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang. Bahasa Indonesia hanya menggunakan huruf latin sebagai huruf utamanya, sedangkan bahasa Jepang menggunakan 4 huruf berbeda. Huruf dalam bahasa jepang disebut 1
2 moji, termasuk di dalamnya huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, roomaji (huruf latin), dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah ji (Sudjianto, 2004: 54). Selain dari huruf yang dipakai, perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang adalah kata atau tango dari kedua bahasa tersebut. Sudjianto berdasarkan tabel yang dikutip dari Murakami (2004: 147-148) menyatakan bahwa tango dibagi menjadi 2 bagian besar yakni jiritsugo dan fuzokugo. Kelas kata yang dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu seperti meishi ‘nomina’, doushi ‘verba’, keiyoushi atau ada juga yang menyebutnya i-keiyoushi ‘adjektiva-i’, keiyoudoushi atau ada juga yang menyebutnya na-keiyoushi ‘adjektiva-na’, fukushi ‘adverbia, rentaishi ‘prenomina’, setsuzokushi ‘konjungsi, dan kandoushi ‘interjeksi’ termasuk dalam kelompok jiritsugo, sedangkan kelas kata yang dengan sendirinya tidak dapat menjadi bunsetsu seperti kelas kata joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’ termasuk kelompok fuzokugo. Dari seluruh kelas kata yang telah disebutkan di atas, ada satu kelas kata yang menurut
penulis
menarik
untuk
diteliti
dan
penulis
memutuskan
untuk
mengangkatnya menjadi tema. Kelas tersebut adalah kelas kata doushi ‘verba’. Nomura yang dikutip oleh Sudjianto (2004: 149) menyatakan bahwa doushi (verba) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Terdapat sebuah sub kelas kata doushi yang merupakan gabungan dari dua doushi yang menyatu dan membentuk sebuah doushi baru dengan arti yang berbeda. Sub kelas yang dimaksud di atas disebut dengan fukugodoushi. Fukugoudoushi sendiri masih dibagi menjadi 2 kelompok yaitu renyoukeifukugoudoushi dan tekeifukugoudoushi. ~au termasuk ke dalam kelompok renyoukeifukugoudoushi. Alasan mengapa penulis menggunakan fukugoudoushi ~au sebagai bahan penelitian dan bukan menggunakan fukugoudoushi yang lainnya adalah belum ada mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang mengangkat fukugoudoushi ~au sebagai bahan penelitiannya, selain itu di luar Bina Nusantara pun, penelitian mengenai fukugoudoushi ~au masih sedikit. Fukugoudoushi ~au memiliki 4 fungsi yang berbeda-beda. Keempat Fungsi ini membuat para pembelajar bahasa Jepang yang menemukan kalimat yang memiliki fukugoudoushi ~au dalam teks yang mereka baca
3 merasa kesulitan. Selain itu, menurut penulis penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bahasa Jepang, tidak hanya bagi penulis, tetapi bagi semua pembelajar bahasa Jepang agar semua pembelajar bahasa Jepang dapat memperdalam bahasa Jepang mereka. Penulis akan menggunakan novel sebagai korpus data dan sumber data karena fukugoudoushi ~au lebih mudah ditemukan di dalam karya sastra yang menggunakan bahasa sehari-hari. Teori yang akan dipakai oleh penulis adalah teori Hinshi atau kelas kata yang menjabarkan mengenai klasifikasi kelas kata bahasa Jepang. Menurut Sudjianto Hinshi dalam bahasa Jepang dibagi menjadi 10 bagian besar, yaitu Doushi yang dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu (2004: 149). Ikeiyoushi atau keiyoushi yang menyatakan sifat dan keadaan sesuatu (2004: 154). Na-keiyoushi atau keiyoudoushi yang perubahannya mirip dengan doushi, sedangkan artinya mirip dengan keiyoushi (2004: 155). Meishi yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya (2004: 156). Rentaishi yang digunakan hanya untuk menerangkan nomina (2004: 162). Fukushi yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya (2004: 165). Kandoushi yang mengungkapkan perasaan seperti rasa terkejut dan rasa gembira, namun selain itu di dalamnya terkandung juga kata-kata yang menyatakan panggilan atau jawaban terhadap orang lain (2004: 169). Setsuzokushi yang berfungsi menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lain atau menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat lain (2004: 170). Jodoushi yang dipakai setelah yougen dan menambah berbagai macam arti (2004: 174). Joshi yang menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi. (2004: 181). Dari 10 hinshi tersebut, penulis akan mengupas teori doushi lebih dalam lagi karena doushi merupakan kelas kata dari ~au yang merupakan objek penelitian penulis. Secara singkat doushi dibagi menjadi doutaidoushi dan jyoutaidoushi, jidoushi dan tadoushi, ishidoushi dan muishidoushi, fukugoudoushi, serta kangodoushi dan gairaigodoushi. Doushi ini sendiri memiliki 6 bentuk konjugasi yaitu mizenkei, ren’youkei, shuushikei, rentaikei, kateikei, dan meireikei. Masingmasing konjugasi memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kemudian teori terpenting dalam penelitian ini adalah teori mengenai fukugoudoushi ~au, akan dibahas fungsifungsi utama dari ~au secara lebih mendalam berdasarkan teori yang ditemukan oleh penulis.
4 Teori-teori tersebut akan penulis hubungkan dengan kalimat-kalimat yang ditemukan oleh penulis dari novel Rarapipo karya Okuda Hideo dan akan dilakukan analisa dari masing-masing fungsi dari ~au. Apakah ~au benar merupakan bagian dari sub kelas kata doushi yaitu fukugoudoushi, apakah fungsi-fungsi dari fukugoudoushi ~au sama seperti yang ditemukan oleh penulis, dan termasuk ke fungsi manakah kalimat-kalimat yang ditemukan penulis dari novel Rarapipo yang menjadi sumber dan korpus data penulis. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitian mengenai fukugoudoushi ~au pada novel Rarapipo karya Okuda Hideo.
1.2 Masalah Pokok Masalah pokok yang akan diteliti oleh penulis adalah meneliti bagaimana fungsi-fungsi dari sub-kelas kata dari doushi dalam bacaan yang akan menjadi sumber dan korpus data penulis.
1.3 Formulasi Masalah Penulis ingin meneliti mengenai fungsi kata yang termasuk dalam kelas kata fukugoudoushi yang ditemukan pada kalimat-kalimat yang ada pada novel.
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup masalah dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah meneliti fungsi penggunaan fukugoudoushi ~au yang terdapat pada novel Rarapipo karya Okuda Hideo.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian mengenai fukugoudoushi ~au adalah untuk mempelajari fungsi-fungsi dari ~au dengan menggunakan novel Rarapipo karya Okuda Hideo sebagai sumber dan korpus datanya. Manfaat penelitian ini adalah agar para pembelajar bahasa Jepang dapat mengerti mengenai fukugoudoushi, khususnya fukugoudoushi ~au secara lebih mendalam, serta dapat menggunakannya dengan baik.
5 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang fukugoudoushi ~au yang ditemukan oleh penulis pernah dilakukan oleh Himeno Masako, seorang profesor dari Tokyo University of Foreign Study pada tahun 1982. Beliau melakukan penelitian Fukugoudoushi ~au dan ~awaseru berdasarkan dari waktu dan objek penderita dari sebuah perlakuan. Himeno membagi fukugoudoushi ~au, ke dalam 3 kelompok besar dan kemudian membaginya lagi ke dalam kelompok yang lebih kecil. Penulis menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan tambahan dalam proses penelitian karena penelitian dari Himeno Masako sangat terperinci. Penelitian tentang fukugoudoushi lainnya yang ditemukan oleh penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Matsuda Fumiko, seorang profesor dari Ochanomizu Daigaku pada tahun 2002. Berbeda dengan Fukugoudoushi ~au yang diteliti oleh penulis,
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Matsuda
Fumiko
menggunakan
fukugoudoushi ~komu sebagai objek penelitiannya. Matsuda juga melakukan penelitian lain mengenai arti dan makna dari fukugoudoushi secara umum, serta cara mengartikan sebuah fukugoudoushi pada tahun 2000. Kedua penelitian tersebut juga digunakan sebagai acuan penulis dalam melakukan penelitian.