Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Di zaman modern ini, internet merupakan sebuah kebutuhan yang dapat
dikatakan wajib bagi setiap orang. Menurut Shelly dan Campbell (2012) internet merupakan jaringan komputer global yang memungkinkan pengguna komputer menilai dari individu hingga bisnis di seluruh dunia serta sumber daya lain untuk berbagi informasi dan melakukan transaksi bisnis. Indonesia merupakan negara di Asia yang berada di urutan ke 4 terbesar dalam penggunaan internet dengan jumlah sebanyak 71,2 juta pengguna internet (Miniwatts Marketing Group, 2014).
Gambar 1.1. Jumlah pengguna internet di Asia per 30 Juni 2014 Sumber : Miniwatts Marketing Group (2014)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Unicef (2012) pengguna internet oleh remaja cukup tinggi yaitu 80% remaja pernah menggunakan internet dan 20% remaja tidak pernah menggunakan internet. Angka tersebut di dapat dari penelitian yang dilakukan dengan 400 responden remaja usia 10-19 tahun dari berbagai provinsi di Indonesia. DKI Jakarta sebagai ibu kota negara menduduki urutan ke 2 dari 12 provinsi dalam penelitian tersebut, yaitu 97,18% remaja Jakarta yang menggunakan internet. Selama 12 bulan sebelum penelitian dilaksanakan didapatkan data bahwa sekitar 49% remaja menggunakan 1
2
internet untuk membuka YouTube, 63% untuk bermain online games, 65% mengakses konten pendidikan dan sekitar 77% remaja menggunakan internet cenderung untuk mengakses dan melakukan aktivitas di media sosial (Unicef, 2012). Hadirnya media sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan di kehidupan online sebagai situs sosial. Dalam lingkungan sosial, hadirnya media sosial dipergunakan untuk berinteraksi satu sama lain, berbagi informasi dan pengalaman hingga menjadi satu wadah yang menjadi grup berdasarkan hobi, pendidikan atau lainnya, sedangkan dalam dunia bisnis, media sosial digunakan untuk memasarkan produk, mempromosikan merek, terhubung ke pelanggan saat ini dan menumbuhkan bisnis baru (Rouse & Wigmore, 2014). Berdasarkan data Statista (2014) jumlah pengguna media sosial di Indonesia pada tahun 2014 berjumlah 66,4 juta pengguna. Berdasarkan data Kemp (2015), jumlah pengguna media sosial di Indonesia per Maret 2015 telah menembus angka 74 juta orang yang aktif menggunakan media sosial. Dari tingginya pengguna media sosial, menurut Kemp (2015), ada beberapa media sosial atau jejaring sosial yang sering digunakan di Indonesia, yaitu Facebook, Twitter, Google+, Linkedin, Instagram dan Pinterest dengan presentase pemakaian yang berbeda. Hingga Maret 2015, Facebook masih menempati posisi pertama dengan presentase 14%, Twitter dengan presentase 11%, Google+ 9%, Linkedin dan instagram 7% serta Pinterest 6% dari seluruh pengguna aktif media sosial.
3
Messanger Facebook Whatsapp Twitter Facebook Massager Google+ Linkedin Instagram Skype Pinterest Line
Social Media 14% 12% 11% 9% 9% 7% 7% 6% 6% 6%
Gambar 1.2. Presentase media sosial yang sering dipergunakan di Indonesia Sumber : wearesocial (2015)
Menurut Baihaqi (2015) pengguna media sosial seperti Facebook sebagian besar adalah remaja usia 16-64 tahun dan pengguna Instagram memiliki rentang usia 18-29 tahun (Ellison, Duggan, Lampe, Lanhart, dan Madden, 2015). Berdasarkan data Madden, dkk. (2013) rata-rata pengguna media sosial adalah remaja dengan kisaran usia 12-17 tahun. Sedangkan Fauzi (2015) dalam penelitian yang dilakukan, di Indonesia rata-rata pengguna media sosial adalah remaja umur 9-13 tahun dengan tolak ukur 10 media sosial yang sering dipergunakan. Sepuluh macam media sosial yang sering dipergunakan di Indonesia adalah Line, Blackberry Messanger, Twitter, Instagram, YouTube, Ask.Fm, What’sapp, Path, Kakaotalk dan Facebook. Rentang usia yang dipergunakan dalam penelitian tersebut setara dengan tahap perkembangan remaja yang dikembangkan oleh Erikson (dalam McLeod, 2013) yaitu pada tahap identity vs role confusion. Tahap identity vs role confusion merupakan tahap fidelity dimana remaja mampu untuk menerima orang lain walau adanya perbedaan ideologi (McLeod, 2013). Banyaknya interaksi sosial yang jalani membuat para remaja dapat berekspresi dan mengeksplorasi serta mencari bagaimana identitas diri yang mereka miliki dan bagaimana seharusnya mereka bersikap di media sosial. Identitas merupakan potret diri yang terdiri atas banyak bagian seperti identitas karir, identitas politik, identitas agama, identitas intelektual, minat, budaya, kepribadian, dan lain-lain (Santrock, 2012). Identitas juga dapat diartikan sebagai konsep diri yang terdiri dari tujuan, nilai-nilai dan keyakinan seseorang yang memiliki komitmen (Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Menurut Erikson (dalam Mandja, 2014) berpendapat
4
bahwa identitas ego merupakan perkembangan yang dialami oleh setiap individu dimana mereka berada di dalam kerangka lingkungan masyarakat dan budaya dan setiap individu dapat menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Pada masa remaja, individu akan membentuk identitas mereka sendiri berdasarkan hasil eksplorasi dan komitmen di media sosial. Eksplorasi merupakan periode berpikir, memilih serta mencoba peran dan rencana hidup kedepannya sedangkan komitmen mengacu pada tingkat investasi pribadi individu yang dinyatakan dalam suatu tindakan atau keyakinan (Schwartz, Luyckx, & Vignoles, 2011). Dalam bereksplorasi, munculnya kegagalan dapat mengakibatkan kebingungan dan memunculkan rasa tidak yakin pada diri sendiri. Menurut Purwadi (2004) pembentukan identitas remaja menjadi sangat penting karena krisis identitas bila tidak segera selesai akan menimbulkan terbentuknya kepribadian yang tidak jelas. Salah satu hal yang biasa dilakukan individu dalam membentuk identitasnya adalah dengan melakukan presentasi diri (Brown, 2013). Penjelasan tersebut sama halnya dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Baumeister & Hutton (1987) mengenai presentasi diri, yaitu perilaku yang mencoba untuk menyampaikan beberapa informasi tentang diri sendiri atau beberapa gambar dari diri sendiri kepada orang lain. Penjelasan tersebut juga sejalan dengan definisi menurut Aronson, Wilson,dan Akert (2010) bahwa presentasi diri merupakan sebuah upaya individu untuk membuat orang lain melihat mereka karena mereka ingin terlihat. Menurut Goffman (dalam Rui & Stefanone, 2013) presentasi diri merupakan cara berekspresi secara selektif dengan memberikan informasi tentang diri mereka sendiri dan berhati-hati untuk menanggapi informasi dari orang lain. Dalam melakukan presentasi diri, ada banyak strategi-strategi yang dapat dilakukan seperti yang diutarakan oleh Brown (1998) yaitu membuat orang lain menjadi simpati dan percaya agar dirinya mendapat perhatian lebih atau sering disebut dengan ingratiation. Strategi yang kedua adalah self-promotion. Self-promotion merupakan suatu strategi yang dilakukan mempresentasikan kemampuan yang dimiliki agar orang lain mengakui bahwa dirinya pintar, berbakat dan cerdas. Strategi yang ketiga adalah intimidation. Pada strategi ini, intimidation yang dimaksud adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk membuat orang lain merasa bahwa dirinya adalah orang yang berkuasa dan disegani banyak orang. Strategi keempat adalah exemplification.
5
Exemplification merupakan suatu strategi yang dapat menciptakan suatu kesan bahwa dirinya adalah individu yang berkemampuan lebih dan selalu benar dalam bertindak. Strategi yang terakhir menurut Brown (1998) adalah supplication. Supplication merupakan suatu strategi yang dipergunakan dengan cara melebih-lebihkan kekurangan yang dimiliki agar orang lain memperhatikannya. Strategi tersebut dapat dilakukan apabila dirinya banyak melakukan eksplorasi dalam mencari informasi seputar dirinya yang akan dipesentasikan kepada individu lainnya dan harus berkomitmen untuk memilih salah satu dari apa yang ingin dibagikan secara luas pada pengguna media sosial lainnya seputar dirinya. Dengan melakukan presentasi diri, remaja akan mendapat tanggapan baik positif maupun negatif dari orang disekitarnya. Dari tanggapan tersebut, identitas remaja dapat terbentuk. Ia akan mengetahui siapa dirinya dan seperti apa dirinya dari pendapat orang lain. Dalam melakukan presentasi diri, banyak hal yang dapat dimunculkan untuk menunjukan siapa dirinya, seperti dengan cara memposting foto, mempublikasikan identitas secara lengkap hingga status update yang dibuat. Adanya teman di jejaring sosial, adanya testimonial, sharing tentang keseharian, foto, video dan semua tentang satu individu kepada orang lain merupakan unsur penting dalam presentasi diri secara online (Counts & Stecher, 2009). Hal diatas sama halnya dengan presentasi diri secara online. Ada beberapa cara yang dipergunakan untuk mempresentasikan diri secara online, diantaranya penggunaan nama panggilan (nickname seperti Lilprincess72988), a/s/l/code yang digunakan untuk menanyakan nama, jenis kelamin dan lokasi, avatar yang biasa berbentuk animasi 3 dimensi, hingga penggunaan foto dan video yang digemari dikalangan remaja (Subrahmanyam & Šmahel, 2011). Remaja merupakan salah satu tahapan dimana penggunaan media sosial lebih sering dipergunakan oleh remaja. Banyak remaja yang masih bereksplorasi dan ada pula remaja yang sudah memiliki komitmen. Untuk mencari tahu identitas mereka yang sebenarnya, di media sosial mereka sering menggunakan beberapa strategi presentasi diri untuk mendapat tanggapan dari orang lain.
1.2.
Rumusan Masalah Dari permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :
6
1. Apakah ada hubungan antara eksplorasi sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri ingratiation pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK. 2. Apakah ada hubungan antara eksplorasi sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri self-promotion pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK 3. Apakah ada hubungan antara eksplorasi sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri exemplification pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK 4. Apakah ada hubungan antara eksplorasi sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri supplication pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK 5. Apakah ada hubungan antara Komitmen sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri ingratiation pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK 6. Apakah ada hubungan antara Komitmen sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri self-promotion pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK 7. Apakah ada hubungan antara Komitmen sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri exemplification pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK 8. Apakah ada hubungan antara Komitmen sebagai dimensi identitas ego dengan strategi presentasi diri supplication pengguna media sosial pada Remaja JABODETABEK
1.3.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungannya antara eksplorasi dan komitmen sebagai
dimensi identitas ego dengan strategi presentasi pengguna media sosial pada remaja JABODETABEK.