1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan produksi pertanian telah terjadi secara besar-besaran, peningkatan tersebut dapat terjadi karena program revolusi hijau. Revolusi hijau ini berkaitan dengan penggunaan teknologi yang lebih baik (terutama bibit unggul), mekanisasi, serta penggunaan pupuk dan pestisida buatan. Meskipun revolusi hijau telah meningkatkan produksi pertanian di Indonesia, namun peningkatan produksi pertanian tersebut tidak berkelanjutan. Karena hal tersebut maka inovasi atau solusi-solusi baru di bidang pertanian terus dikembangkan. Salah satu solusi tersebut adalah adanya sistem pertanian berlanjut. Pertanian berlanjut merupakan sebuah sistem pertanian yang tidak hanya mempertimbangkan salah satu aspek saja, namun juga mengutamakan keseimbangan beberapa aspek yang mendukung pertanian tersebut. Hal itu sesuai dengan pendapat dari Mardikanto (2009) yang menyatakan bahwa pertanian berlanjut merupakan sistem yang menekankan degradasi lingkungan, memelihara produktivitas pertanian, meningkatkan kelayakan ekonomi, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta memelihara kemantaban komunitas dan mutu hidup. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam pertanian berlanjut adalah aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pertanian berlanjut juga merupakan upaya pemanfaatan sumberdaya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta kualitas lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah lingkungan sehingga tujuan akhir dari sistem pertanian ini adalah menghasilkan produksi yang optimal namun tetap memprioritaskan kelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan tercapainya ketersedian pangan bagi masyarakat serta mampu memberikan dampak yang baik dari berbagai aspek baik dalam ekonomi, ekologi maupun sosial maka perlu adanya pengkajian mengenai sistem pertanian berlanjut. Perngkajian tersebut dilakukan dengan mengkaji tiap-tiap aspeknya sehingga dapat mengetahui pengaruh maupun dampak dari masing-masing aspek.
2
1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari dibuatnya laporan ini adalah sebagai indikator keberhasilan pertanian berlanjut dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Dari aspek ekologi dapat ditinjau dari beberapa faktor yang berpengaruh, yaitu untuk mengetahui pengaruh pengelolaan lanskap pertanian terhadap kondisi hidrologi, biodiversitas dan cadangan karbon kemudian dapat mengetahui keragaman arthropoda dan penyakit pada bentang lahan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang dan yang terakhir adalah mampu mengetahui pengaruh tutupan biodiversitas tanaman semusim dan tahunan serta analisis gulma yang nantinya akan dikaitkan dengan pertanian berlanjut. Dan untuk dapat mengetahui keberhasilan pertanian berlanjut dari indikator sosial ekonomi dilakukan kegiatan wawancara terhadap masyarakat sekitar. 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari dibuatnya laporan ini adalah supaya mahasiswa dapat mengetahui pengaruh penggunaan lahan dan tutupan lahan terhadap kondisi hidrologi, biodiversitas dan cadangan karbon kemudian mahasiswa juga mampu mengetahui keberhasilan pertanian berlanjut pada bentang lahan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang serta mengetahui keberhasilan pertanian berlajut dari biodiversitas tutupan lahan tanaman semusim dan tahunan dan juga dari aspek analisa vegetasinya. Dan yang terakhir manfaat pembuatan laporan ini adalah supaya mahasiswa mampu mengetahui indikator pertanian berlanjut yang ditinjau dari keadaan masyarakat sekitar.
3
BAB 2. Metodologi 2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Fieldtrip Pertanian Berlanjut dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2016 pukul 06.00 – 14.30 WIB tepatnya di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. 2.2 Metode Pelaksanaan 2.2.1 Pemahaman Karakterisitik Lansekap Pemahaman karakteristik lansekap berguna untuk penentuan tipe lansekap yang terbentuk. Setiap tipe memiliki perlakukan atau tindakan yang berbeda-beda dalam hal konservasi, perbaikan, rekontruksi,dan pengelolaan. a) Alat, Bahan dan Fungsi 1. Kompas : untuk mengetahui arah mata angin 2. Kamera : untuk mendokumentasikan kegiatan 3. Klinometer : untuk mengetahui derajat dan arah kelerengan 4. Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan b) Cara Kerja
Menentukan lokasi memperlihatkan lansekap secara keseluruhan Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur
transek yang mewakili agroekosistem Mencatat pengamatan penggunaan lahan
Mendokumentasikan lansekap Mengidentifikasi jenis vegetasi yang ada dan mencatat dalam kolom tutupan lahan Melakukan pengamatan kemiringan lahan, tingkat kanopi dan seresah Mencatat semua pengamatan yang dilakukan
4
2.2.2 Pengukuran Kualitas Air A. Pengambilan Contoh Air a) Alat 1. Botol air (600 ml) : Wadah menyimpan air 2. Bolpoin OHP : Memberi nama pada botol b) Cara Kerja Menentukan titik pengambilan air sungai harus dalam kondisi alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai) dan diambil dari titik hulu, tengah dan hilir
Mengambil air dengan menenggelamkan botol sampai penuh dan ditutup
Memberi nama pada botol sampel
Simpan botol yang telah berisi air sungai hingga pengujian di lab
B. Pendugaan Kualitas Air secara Fisik a) Alat 1. Botol transparan (45 cm) : Wadah air 2. Secchi Disc : Alat mengukur sedimentasi air 3. Tali : Mengikat Secchi Disc 4. Meteran : Menghitung kedalaman Secchi Disc b) Bahan 1. Air Sungai
: Objek pengamatan
5
c) Cara Kerja Menuangkan air dalam botol sampai ketinggian 40 cm
Mengaduk air dalam botol
Mengikat secchi disc dengan tali
Memasukkan secchi disc yang sudah terikat dalam botol secara perlahan. Mengamati secchi disc secara tegak lurus. Ulur secchi disc sampai warna hitam dan putih di secchi disc tidak dapat dibedakan asikan gejala penyakit yang ditemukan
Menghitung konsentrasi Sedimen (mg/l) = 9,7611e-0,136D (D= kedalaman secchi disc)
Mengukur kedalaman Secchi Disc dari permukaan air di botol C. Pengamatan Suhu a) Alat 1. Termometer : Untuk mengetahui suhu air sungai b) Bahan 1. Air Sungai
: Objek Pengamatan
6
c) Cara Kerja Menentukan titik pengamatan suhu air
Mencatat suhu termometer sebelum dimasukan dalam air
Memasukkan termometer kedalam air selama 1 -2 menit
Membaca suhu termometer saat masih dalam air atau secepatnya saat dikeluarkan dari dalam air
Mencatat pada form pengamatan
2.2.3 Pengukuran Biodiversitas 2.2.3.1 Aspek Agronomi Pada pengukuran aspek agronomi dalam kegiatan praktikum lapang pertanian berlanjut, membutuhkan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan pengamatan di lapang. Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu : 1. Alat: a. Pisau : Untuk memotong gulma yang tidak dikenal atau belum diidentifikasi b. Kamera : Mendokumentasikan hasil pengamatan c. Frame : Berukuran 0,5 m x 0,5 m untuk batasan dalam analisis gulma 2. Bahan : a. Kantong plastik : Untuk memotong gulma yang tidak dikenal atau belum diidentifikasi b. Alkohol 75% : Untuk mengawetkan sampel tanaman
7
3. Rumus Perhitungan Analisa Gulma Menghitung SDR a. Kerapatan adalah jumlah dari tiap – tiap spesies dalam tiap unit area. Jumlah spesies tersebut
Kerapatan Mutlak (KM)
=
Kerapatan Nisbi (KN)
=Jumlah
Jumlah plot KM spesies tersebut KM seluruh spesies
x 100%
b. Frekuensi ialah parameter yang menunjukkan perbandingan dari jumlah kenampakannya dengan kemungkinannya pada suatu petak contoh yang dibuat. Plot yang terdapat spesies tersebut
Frekuensi Mutlak (FM)
=
Frekuensi Nisbi (FN)
= jumlah
jumlah seluruh plot FM spesies tersebut FM seluruh spesies
x 100%
c. Dominansi ialah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas suatu area yang ditumbuhi suatu spesies atau area yang berada dalam pengaruh komunitas suatuspesies. Luas basal area spesies tersebut
Dominasi Mutlak (DM)
=
Dominansi Nisbi (DN)
= Jumlah
LBA (Luas Basal Area)
=
Luas seluruh area contoh DM suatu spesies
DM seluruh spesies D1xD 2 2 4
𝑥 100%
𝑥 3,14
d. Menentukan Nilai Penting (Importance Value = IV) Important Value (IV) = KN + FN + DN e. Menentukan Summed Dominance Ratio (SDR) Summed Dominance Ratio = 𝐼𝑉
3
𝑛
ni
Indeks Keragaman Shannon-Weiner (H’) = ─ 𝑛
Indeks Dominansi (c)
𝑛=𝑖
= 𝑛=𝑖
Koefisien Komunitas (C)
N
ni
𝑙𝑛 N
ni N 𝑊
= 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
8
2.2.3.1.1 Biodiversitas Tanaman Pada pengukuran biodiversitas saat melakukan pengamatan, metode atau cara kerja dari pengukuran biodiversitas tanah adalah sebagai berikut:
Melihat kondisi sekitar pada hamparan yang dianalisis
Mencatat karakteristik tanaman budidaya di setiap tutupan lahan yang telah ditentukan
Menyajikan hasil dalam bentuk tabel yang telah ditentukan
Menentukan titik pengamatan yang dapat melihat seluruh hamparan lanskap
Menggambar sketsa tutupan lahan 2.2.3.1.2 Keragaman dan Analisa Vegetasi Adapun metode atau cara kerja dari keragaman dan analisa vegetasi ialah sebagai berikut Melakukan identifikasi dan analisa gulma pada setiap titik (biodiversitas tanaman) Menentukan 3 titik pengambilan sampel pada masing-masing tutupan lahan dalam hamparan lansekap secara acak (dengan melempar petak kuadrat 0,5mx0,5m)
Memfoto petak kuadrat
Mengidentifikasi gulma yang ada di dalam petak kuadrat
Menghitung jumlah populasi gulma dan D1 (tajuk tanaman terlebar) dan D2 (diameter tajuk yang tegak lurus D1)
9
2.2.3.2. Aspek Hama Penyakit A. Alat dan Bahan a. Sweep net : Untuk menangkap hama yang terbang. b. Plastik : Sebagai wadah hama setelah ditangkap untuk pendeskripsian. c. Kapas : Untuk membius hama dengan alkohol. d. Alkohol 70% : Bahan untuk membius hama. e. Detergen : Bahan untuk memikat hama (antraktan). f. Kamera : Untuk dokumentasi. g. Kertas label : Untuk melabeli hasil yang kita dapatkan. h. Kalkulator : Untuk menghitung dalam skoring intensitas penyakit. i. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan. 2.2.3.2.1 Cara Kerja Biodiversitas Arthropoda Menelusuri jalur transek pada hamparan lahan yang akan di analisis Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur transek yang mewakili agroekosistem Menangkap serangga dengan menggunakan sweep net yang telah disediakan, sesuai dengan metode yang benar pada agroekosistem yang telah ditentukan
Mengambil kapas basahi dengan cairan alkohol 70%, kemudian letakan kapas ke dalam plastik
Memasukkan serangga yang berada pada sweep net ke dalam plastik lainnya, dokumentasi kemudian labeli
Mengidentifikasi serangga dan catat hasil pengamatan, sajikan dalam bentuk tabel
10
2.2.3.2.2 Cara Kerja Biodiversitas Penyakit Menelusuri jalur transek pada hamparan lahan yang akan di analisis Menentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur transek yang mewakili agroekosistem
Mengamati tanaman yang memiliki gejala penyakit Mendokumentasikan gejala penyakit yang ditemukan
Mengidentifikasi gejala penyakit tersebut, bandingkan dengan literatur Mencatat hasil pengamatan dan sajikan dalam bentuk tabel 2.2.4. Pendugaan Cadangan Karbon a) Alat dan Bahan 1. Buku panduan : Digunakan sebagai panduan dalam melakukan pengamatan 2. Kamera : Digunakan untuk mendokumentasikan b) Cara Kerja Mempersiapkan alat dan bahan
Melihat jenis tutupan lahan pada plot
Mengamati kerapatan pada tutupan lahan yang ada plot Mengamati ukuran tutupan lahan yang ada plot Melakukan pendugaan dengan tabel Mencatat dan membuat laporan hasil ahkir
11
2.2.5 Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi 2.2.5.1 Alat dan Bahan 1. Form panduan fieldtrip : Untuk menulis hasil wawancara 2. Alat tulis : Untuk menulis hasil wawancara 3. Kamera : Untuk dokumentasi 2.2.5.2 Cara Kerja Mempersiapkan alat dan bahan
Mahasiswa bertemu dengan petani di lokasi yang telah ditentukan
Melakukan wawancara terhadap petani
Mencatat dan membuat laporan hasil ahkir serta didokumentasi
12
BAB 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil 3.1.1 Kondisi Umum Wilayah Kegiatan fieldtrip dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2016 di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Kondisi topografi Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, termasuk dalam kategori sedang dengan ketinggian sekitar 1055 mdpl dengan curah hujan yang berkisar sekitar 2000 mm.
Gambar 1. Peta Kota Batu Sumber : Administrasi Kota Batu
13
Batas wilayah Desa Tulungrejo berbatasan dengan beberapa desa di Kecamatan Bumiaji. Dimana sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumberbrantas, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumbergondo, sebelah selatan berbatasan dengan desa Punten, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan kehutanan. Jarak antara Desa Tulungrejo dengan kecamatan adalah 1.5 Km, jarak antara Desa Tulungrejo dengan pemerintah kota adalah 6 Km, sedangkan jarak antara Desa Tulungrejo dengan pemerintahan provinsi adalah 133 Km (Sasmito, 2013). Luas wilayah DesaTulungrejo adalah 779,699 Ha. Luas lahan yang ada terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 46.859 Ha. Luas lahan yang diperuntukkan untuk pertanian adalah 98,620 Ha. Luas lahan untuk tegalan dan perkebunan adalah 216.645 Ha. Luas lahan untuk hutan produksi adalah 404,500 Ha, sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum adalah sebagai berikut: untuk perkantoran 0,050 Ha, sekolah 0,200 Ha, olahraga 0,020 Ha, dan tempat pemakaman umum 0,005 Ha. Wilayah Desa Tulungrejo secara umum mempunyai cirri geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Secara prosentase kesuburan tanah Desa Tulungrejo terpetakan sebagai berikut: sangat subur 10,600 Ha, subur 248,865 Ha, sedang 45,800 Ha, tidak subur / kritis 0 Ha (Kurniawan, 2010). Pada Desa Turungrejo, terdapat beberapa penggunaan dan tutupan lahan yakni sebagai berikut :
Plot 4
Plot 3
Plot 2
Plot 11 Plot
Gambar 2. Kenampakan Lahan Fieldtrip di Dusun Sayang yang di Ambil dari Citra Satelit Google Earth.
14
No 1 2 3 4
Plot 1. Hutan
Gambar 3. Dokumentasi Plot 1 Tabel 1. Pengunaan Lahan plot 1 Tingkat tutupan Penggunaan Tutupan Posisi Manfaat kanopi Seresah lahan lahan lereng
Hutan
Pinus Waru Pisang Kopi Keterangan:
A, K D, A B B
A A B A
T T S S
T T R S
Jumlah spesies
Kerapatan
235 43 39 76
T S R S
1. Manfaat : B (Buah), D (daun), A (akar), K (Kayu), B (biji) 2. Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah) 3. Tingkat Tutupan Kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (rendah) 4. Kerapatan : T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Hasil pengamatan plot 1 diketahui bahwa penggunaan lahan pada plot tersebut adalah Hutan dimana terdapat tutupan lahan berupa tanaman pinus, waru, pisang, dan kopi. Untuk tanaman pinus, terdapat sebanyak 235 spesies dengan tingkat kerapatan tinggi yang tersebar di posisi lereng atas dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang tinggi. Peran tajuk pinus dan rumput gajah mampu menghalang jatuhnya air hujan agar tidak langsung
Cstock 250
15
mengenai permukaan tanah, secara ekonomis batang pada pinus dapat dimanfaatkan penghasil getah dan secara ekologi masih digunakan untuk memperlambat aliran air hujan melalui batang (stemflow). Menurut Indrajaya (2008) pinus memiliki sifat, yaitu 1) dapat mengurangi jumlah curah hujan netto dengan tingginya nilai intersepsi, 2) memperkuat lereng melalui perakaran yang panjang dan dalam, 3) dapat mengurangi gaya beban oleh air melalui evapotranspirasi yang tinggi, 4) berat pohon pinus yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dapat meningkatkan tegangan kekang pada bidang longsor, menjadikan pinus memiliki potensi untuk mengurangi kerentanan dan terjadinya tanah longsor. Selain itu, produk utama pinus berupa getah, dapat mempertahankan keberadaan tegakan pohon pinus sebagai pohon pengendali longsor. Untuk tanaman waru, ada sebanyak 42 spesies dengan tingkat kerapatan sedang yang tersebar di posisi lereng atas dan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang tinggi. Secara ekonomis, daun dan batang tanaman waru dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan bahan dasar obatobatan alami.Hal ini diperkuat dalam buku Suwandi (2014) yang mengatakan, Daun waru juga dapat dipakai sebagai obat untuk melancarkan buang air kecil dan penyubur rambut. Kayu Waru banyak dimanfaatkan untuk pembuatan ukiran sebagai cindera mata.Untuk tanaman pisang, terdapat sebanyak 39 spesies. Dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng bawah dan memiliki tingkat tutupan kanopi sedang dan serasah yang rendah. Secara ekonomis, buah pisang dapat dijual ataupun di konsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menahan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi. Untuk tanaman kopi, terdapat sebanyak 76 spesies dengan tingkat kerapatan sedang yang tersebar di posisi lereng atas dan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Selain dimanfaatkan bijinya, kopi dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Menurut Sinar Tani (2006), tajuk yang berlapis-lapis dari tanaman kopi dapat melindungi tanah dari tetesan air hujan langsung (rain drop impact) sehingga mencegah splash erotion. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kopi dapat memberikan efek bagi usaha konservasi tanah.
16
Plot 2. Agroforestri + Tanaman Semusim
Gambar 4. Dokumentasi Plot 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 2. Penggunaan Lahan plot 2 Penggunaan Tutupan Manfaat lahan lahan Kopi B Sengon K Agroforestri Pisang B Semak D Kubis D Tanaman Jagung B Semusim Kelapa B Rumput D Gajah Keterangan:
Posisi Tingkat tutupan lereng Kanopi Seresah B T T A, T S S T, B R R B, T R R T R R B R S A R R B R R
Jumlah spesies 5 R R T 4 T R S
Kerapatan T R R T R R R S
1. Manfaat : B (Buah), D (daun), A (akar), K (Kayu), B (biji) 2. Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah) 3. Tingkat Tutupan Kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (rendah) 4. Kerapatan : T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Cstock 80
1
17
Hasil pengamatan plot 2 diketahui bahwa penggunaan lahan pada plot tersebut adalah agroecoforestry, dan tanaman semusim dimana tutupan lahan kopi, sengon, pisang, kubis, jagung, kelapa, rumput gajah. Untuk tanaman kopi, terdapat sebanyak 5 spesies dengan tingkat kerapatan tinggi yang tersebar di posisi lereng bawah. Selain dimanfaatkan bijinya, kopi dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Menurut Sinar Tani (2006), tajuk yang berlapis-lapis dari tanaman kopi dapat melindungi tanah dari tetesan air hujan langsung (rain drop impact) sehingga mencegah splash erotion. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kopi dapat memberikan efek bagi usaha konservasi tanah. Untuk tanaman sengon, terdapat populasi spesies yang rendah dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng atas dan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Menurut Anggreani (2008) Sengon merupakan tanaman fast growing, yaitu memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, masa panen yang pendek, teknik budidaya yang relatif mudah, produktivitas tinggi, bersifat multi fungsi dan memberikan dampak ganda baik sebagai tanaman produksi maupun sebagai tanaman konservasi, sebagai tanaman produksi karena kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya sebagai bahan konstruksi ringan, kayu lapis, papan blok, papan lamina dan papan partikel, sebagai tanaman konservasi karena sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus ke dalam tanah dengan rambut akarnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen sehingga tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Untuk tanaman pisang, terdapat populasi yang rendah yang tersebar di posisi lereng tengah dan lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang rendah. Secara ekonomis, buah pisang dapat dijual ataupun di konsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menahan tetesan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi. Untuk tanaman jagung, terdapat populasi yang tinggi yang tersebar di posisi lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi rendah dan serasah yang sedang. Secara ekonomis, jagung dapat dijual ataupun di konsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menahan tetesan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi. Menurut Syafii (2014), jagung merupakan sumber bahan organik yang potensial, mudah diperoleh dan relatif murah. Serasah jagung dijadikan sebagai pupuk organik dalam bentuk kompos merupakan salah satu sumber unsur hara bagi tanaman.
18
Untuk tanaman kubis, terdapat sebanyak 4 spesies dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng tengah dan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang rendah. Secara ekonomis, jagung dapat dijual ataupun di konsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menahan tetesan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi. Untuk tanaman kelapa, terdapat jumlah populasi spesies yang tinggi dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng atas dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang rendah.Buah kelapa dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik di pasarkan ataupun di konsumsi dan sedangkan secara ekologi menurut Balai Penelitian Tanaman Kelapa (2010), pohon kelapa mampu mentolerir salinitas. Sedangkan tanaman rumput gajah, terdapat spesies dengan jumlah yang sedang dengan jumlah kerapatan sedang dan tersebar di posisi lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang rendah. Secara ekonomis, rumput gajah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan secara ekologi, rumput gajah dapat dijadikan sebagai sumber bioethanol dan tanaman konservasi lahan, terutama di daerah bertopografi pegunungan dan berlereng (Prasetyo, 2003).
Plot 3. Tegalan
Gambar 5. Dokumentasi Plot 3
19
Tabel 3. Penggunaan Lahan Plot 3 No Penggunaan Tutupan Manfaat lahan lahan 1 Jagung B, D 2 Rumput D Tegalan Gajah 3 Kelapa B, K, D 4 Pisang B, D Keterangan:
Posisi Tingkat tutupan lereng Kanopi Seresah B R R A R R A A, B
S S
R R
Jumlah spesies 1083 2000
Kerapatan
30 66
R R
T T
1. Manfaat : B (Buah), D (daun), A (akar), K (Kayu), B (biji) 2. Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah) 3. Tingkat Tutupan Kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (rendah) 4. Kerapatan : T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Hasil pengamatan plot 3 diketahui bahwa penggunaan lahan pada plot tersebut adalah tegalan dimana tutupan lahan berupa jagung, rumput gajah, kelapa, dan pisang. Untuk tanaman jagung, terdapat sebanyak 1083 spesies dengan kerapatan tinggi yang tersebar di posisi lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang rendah. Secara ekonomis, biji jagung dapat dimanfaatkan sebagai pangan maupun pakan ternak sedangkan secara ekologi daunnya dapat dimanfaatkan sebagai serasah. Menurut Syafii (2014), serasah jagung merupakan sumber bahan organik yang potensial, mudah diperoleh dan relatif murah. Serasah jagung dijadikan sebagai pupuk organik dalam bentuk kompos merupakan salah satu sumber unsur hara bagi tanaman. Tanaman rumput gajah, terdapat sebanyak 2000 spesies yang dengan kerapan tinggi tersebar di posisi lereng atas dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang rendah. Secara ekologi, rumput gajah dapat dijadikan sebagai sumber bioethanol dan tanaman konservasi lahan, terutama di daerah bertopografi pegunungan dan berlereng (Prasetyo, 2003). Tanaman kelapa, terdapat sebanyak 30 spesies yang tersebar di posisi lereng atas dengan kerapatan rendah, tutupan kanopi yang sedang dan serasah yang rendah. Buah kelapa dapat dimanfaatkan secara ekonomis dan sedangkan secara ekologi menurut Balai Penelitian Tanaman Kelapa (2010), pohon kelapa mampu mentolerir salinitas, sedangkan tanaman pisang, terdapat sebanyak 66 spesies dengan kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng atas dan lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi sedang dan serasah yang rendah. Secara ekonomis, buah pisang dapat dijual
Cstock 1
20
ataupun di konsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menahan tetesan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi.
Plot 4 : Pemukiman + Agroforetry + Tanaman Semusim
Gambar 6. Dokumentasi Plot 4 Tabel 4. Penggunaan Lahan Plot 4 Penggunaan Tutupan Posisi Tingkat Tutupan No. Manfaat Lahan Lahan Lereng Kanopi Seresah Tempat 1 Rumah B S R Tinggal Pemukiman 2 Kelapa B B S R 3 Bambu K B S S 4 Kelapa B B S S 5 Sengon D, K B S S 6 Pisang B, D B S S Agroforestri 7 Waru D, K B S S 1 8 Jati K, D B S S 9 Semak D B S S 10 Rumput D B S S 11 Jagung B T R R Tanaman Semusim 12 Rumput D T R S
Jumlah CKerapatan Spesies stock 6
R
3 100 7 >60 5 2 3 Banyak Banyak Banyak Ribuan
R T S S R R R T T T T
0
50
1
21
13 14 15 16 17 18
Agroforestri 2
Keterangan:
Gajah Persiapan Lahan Pisang Sengon Waru Pepaya Kelapa
-
T
-
-
-
B, D D, K D, K B B
A A A A A
S S S S S
S S S S S
>56 >40 9 1 4
S S R R R
1. Manfaat : B (Buah), D (daun), A (akar), K (Kayu), B (biji) 2. Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah) 3. Tingkat Tutupan Kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (rendah) 4. Kerapatan : T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Hasil pengamatan plot 4 diketahui bahwa penggunaan lahan pada plot tersebut adalah permukiman, agroecoforestry, dan tanaman semusim dimana tutupan lahan berupa rumah, kelapa. bambu, sengon, pisang, waru, jati, semak, rumput, jagung, rumput gajah, dan pepaya Untuk tanaman kelapa, terdapat sebanyak 3 spesies dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi sedang dan serasah yang rendah di pemukiman dan sedang penggunaan lahan Agroforestri 2. Buah kelapa dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik di pasarkan ataupun di konsumsi dan sedangkan secara ekologi menurut Balai Penelitian Tanaman Kelapa (2010), pohon kelapa mampu mentolerir salinitas. Untuk tanaman bambu, terdapat sebanyak 100 spesies dengan tingkat kerapatan tinggi yang tersebar di posisi lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi sedang dan serasah yang sedang pada penggunaan lahan pemukiman. Menurut Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (2011), tanaman bambu mampu memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan water storage (cadangan air bawah tanah) secara nyata sehingga memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis yang menjaga ekosistem tanah dan air, sehingga dapat dipergunakan sebagai tanaman konservasi. Tanaman sengon, terdapat sebanyak >60 spesies di Agroforestri 1 dan >40 spesies di Agroforestri 2. Dengan tingkat kerapatan sedang yang tersebar di posisi lereng bawah di Agroforestri 1 dan atas di Agroforestri 2. Tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Menurut Anggreani (2008) Sengon
50
22
merupakan tanaman fast growing, yaitu memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, masa panen yang pendek, teknik budidaya yang relatif mudah, produktivitas tinggi, bersifat multi fungsi dan memberikan dampak ganda baik sebagai tanaman produksi maupun sebagai tanaman konservasi, sebagai tanaman produksi karena kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya sebagai bahan konstruksi ringan, kayu lapis, papan blok, papan lamina dan papan partikel, sebagai tanaman konservasi karena sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus ke dalam tanah dengan rambut akarnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen sehingga tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Untuk tanaman pisang, terdapat sebanyak 5 spesies di Agroforestri 1 dan >56 spesies di Agroforestri 2 Dengan tingkat kerapatan sedang di Agroforestri 1 dan rapat di Agroforestri 2 yang tersebar di posisi lereng bawah pada Agroforestri 1 dan atas pada Agroforestri 2. Tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Secara ekonomis, buah pisang dapat dijual ataupun di konsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menatetsan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi. Untuk tanaman waru, terdapat sebanyak 2 spesies di Agroforestri 1 dan 9 spesies di Agroforestri 2 Dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng bawah pada Agroforestri 1 dan atas pada Agroforestri 2. Tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Secara ekonomis, daun dan batang tanaman waru dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan bahan dasar obatobatan alami. Hal ini diperkuat dalam buku Suwandi (2014) yang mengatakan, Daun waru juga dapat dipakai sebagai obat untuk melancarkan buang air kecil dan penyubur rambut. Sementara itu kayu Waru banyak dimanfaatkan untuk pembuatan ukiran sebagai cindera mata. Untuk tanaman jati, terdapat sebanyak 3 spesies di penggunaan lahan Agroforestri 1. Dengan tingkat kerapatan rendah yang tersebar di posisi lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Secara ekonomis, kayu tanaman jati banyak dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan perabotan rumah. Secara ekologi, pohon-pohon utama jati, dapat dijadikan proses interaksi komponen-komponen lain penyusun hutan tanaman dengan lingkungannya. Tanaman rumput gajah, terdapat sebanyak ribuan spesies dengan jumlah kerapan tinggi yang tersebar di posisi lereng tengah dengan tingkat tutupan kanopi rendah dan serasah yang sedang. Secara ekonomis, rumput gajah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan secara ekologi, rumput gajah dapat dijadikan sebagai sumber bioethanol dan
23
tanaman konservasi lahan, terutama di daerah bertopografi pegunungan dan berlereng (Prasetyo, 2003). Selain itu terdapat juga 1 tanaman pepaya, dengan kerapan rendah yang berada di posisi lereng atas dengan tingkat tutupan kanopi dan serasah yang sedang. Secara ekonomis, buah papaya dapat dijual atau dikonsumsi sendiri sedangkan daunnya dapat menahan tetesan air hujan sehingga memperlambat terjadinya erosi. 3.1.2 Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik 3.1.2.1 Kualitas Air Pendugaan kualitas air dilakukan secara langsung yang meliputi tingkat kekeruhan (turbidity), suhu, pH, dan DO. Pendugaan ini berfungsi untuk mengetahui tingkat kelayakan kegunaan air atau kualiatas air yang tercermin dari pengelolaan lahan pada skala lanskap dengan batasan DAS. Hasil pengamatan yang dilakukan pada masing-masing plot disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5. Data Pengamatan Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia Parameter
Satuan
Kekeruhan
Mg/L
Plot 1
Lokasi Pengambilan Sampel Air Rata-rata Ulangan Plot 2 Plot 3
Plot 4
376,3
377,3
373,3
370,3
26,86
22,4
25.96
24
Kelas I
0
Suhu Suhu
C (Lapang) 0
C (lab)
pH DO
Mg/L
IV 26,86
27,47
27.56
27.61
6,22
6,18
6,21
6,34
I
0,01
0,01
0,01
0,01
IV
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan diketahui bahwa terdapat empat parameter yang dilakukan untuk pendugaan kualitas air dengan 3 kali ulangan pada masing-masing plot pengamatan yaitu plot 1 penggunaan lahan hutan, plot 2 penggunaan lahan agroforestri, plot 3 penggunaan lahan semusim, dan plot 4 penggunaan lahan semusim dan pemukiman. Dalam pendugaan kualitas air sungai yang pertama adalah secara fisik (kekeruhan dan suhu).
24
Pada pendugaan kualitas air secara fisik dengan parameter tingkat kekeruhan air diketahui bahwa; pada plot 1 penggunaan lahan hutan diperoleh nilai rata-rata kekeruhan air sebesar 376,3 mg/L , sementara pada plot 2 dengan penggunaan lahan agroforestri sebesar 377,3 mg/L , pada plot 3 dengan lahan tanaman semusim sebesar 373,3 mg/L, dan pada plot 4 dengan penggunaan lahan sebagai tanaman semusim dan pemukiman sebesar 370,3 mg/L. Sehingga, nilai rata-rata kekeruhan air tertinggi terdapat pada plot 2 (agroforestri) dan nilai rata-rata kekeruhan terendah pada plot 4 (semusim dan pemukiman).
Gambar 7. Pengukuran kekeruhan air sungai (dokumentasi pribadi,2016) Berikut adalah grafik dari keempat plot yang telah dilakukan pengamatan. Dengan nilai kekeruhan tersebut maka kualitas air berdasarkan parameter kekeruhan air termasuk kedalam kelas I.
Nilai Kekeruhan 380 375 370
Kekeruhan
365 Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Gambar 8. Grafik nilai kekeruhan air sungai Nilai kecerahan yang diungkapkan dalam satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi, 2000). Kekeruhan berbanding terbalik dengan tingkat kecerahan air.
25
Meningkatnya kekeruhan dapat mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer perairan (Wardoyo, 1981). Terhambatnya proses fotosintesis akan menyebabkan tingginya kadar karbondioksida terlarut dalam air. Apabila karbondioksida terlarut terlalu tinggi dalam air maka akan meningkatkan suhu air. Menurut Manse dan Klaveren (2007), kekeruhan adalah jumlah butir-butir zat dalam air yang disebabkan oleh tanah liat, endapan lumpur, zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus, plangton dan jasad renik. Apabila kondisi air semakin keruh, maka cahaya matahari yang masuk ke air semakin berkurang. Selain itu, tingkat kekeruhan air mencerminkan jumlah sedimen yang terkandung dalam air sungai, yang berarti semakin besar jumlah sedimen menunjukkan bahwa bagian hulu telah terjadi erosi tanah atau longsor pada tebing sungai. Jadi, besarnya erosi terkait dengan penggunaan lahan dan praktek konservasi tanah dan air. Dalam kegiatan praktikum metode cepat untuk mengukur kekeruhan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan ‘Secchi disk’ atau piringan yang berwarna hitam-putih. ‘Secchi disk’ ini digunakan sebagai tanda batas pandangan mata kita untuk mengamati ke dalam air, semakin keruh air, batas penglihatan mata semakin dangkal. Pada pendugaan kualitas air berdasarkan tingkat kekeruhannya diketahui bahwa tingkat kekeruhan pada plot 1-4 memiliki nilai kekeruhan yang rendah berkisar antara 370-377 Mg/L dan masuk kedalam kelas I. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 yang menyatakan bahwa Residu Terlarut kelas I memiliki nilai 1000 Mg/L. Pada parameter suhu diketahui bahwa dari 3 kali ulangan pengukuran telah diperoleh niali rata-rata suhu, yaitu; pada plot 1 diperoleh nilai suhu air di lapang sebesar 26,86 0C dan nilai suhu hasil analisis laboratorium sebesar 26,86 0C; pada plot 2 nilai suhu air di lapang sebesar 22,4 0C dan nilai suhu hasil analisis laboratorium sebesar 27,47 0C; pada plot 3 nilai suhu air di lapang sebesar 25,96 0C dan nilai suhu suhu hasil analisis laboratorium sebesar 27,56 0C; pada plot 4 nilai suhu air di lapang sebesar 24 0C dan nilai suhu hasil analisis laboratorium sebesar 27,61 0C. Sehingga dalam pendugaan kualitas air sungai secara fisik pada masing-masing plot dengan parameter suhu di lapang diperoleh nilai tertinggi pada plot 1 sebesar 26,86 0C dan nilai suhu terendah pada plot 2 sebesar 22,4 0C. Sedangkan suhu hasil analisis laboratorium diperoleh nilai tertinggi pada plot 4 sebesar 27,61 0C dan nilai suhu terendah pada plot 1 sebesar 26,86 0C.
26
Suhu memperlihatkan kecenderungan aktivitas kimiawi dan biologis di dalam air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; (2) kecepatan reaksi kimia meningkat; (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan (4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati (Fardiaz, 1992). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 °C - 30 °C (Effendi, 2003). Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi di dalam air. Suhu dapat juga mempengaruhi kemampuan mengikat oksigen maupun kemampuan dari organisme untuk menolak cemaran tertentu (Mense dan Klaveren, 2007). Apabila karbondioksida terlarut terlalu tinggi dalam air maka akan meningkatkan suhu air. Suhu air di sungai lebih bervariasi dibanding perairan pantai di sekitarnya. Hal ini dipengaruhi oleh luas permukaan dan volume airnya. Pada sungai yang memiliki volume air yang besar dapat ditemukan suhu vertikal. Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan perairan dan akan semakin kecil mengikuti kedalaman. Suhu air dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angina, dan intensitas radiasi matahari. Oleh seba itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman (Nontji, 2005). Menurut Chay Asdak (2002:511), bahwa suhu di dalam air menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampui ambang batas (terlalu hangat atau terlalu dingin) bagi kehidupan flora dan fauna akuatis. Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkolerasi negatif, yaitu kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas oksigen dan dengan demikian, menurunkan kemampuan organisme akuatis dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses-proses biologi di dalam air. Kenaikan suhu perairan disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran yang mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus kepermukaan aliran air tersebut dan meningkatkan suhu di dalam air.
27
Gambar 9. Pengukuran suhu di lapang dengan termometer Diketahui bahwa dengan nilai data suhu yang diperoleh pada masingmasing plot maka kualitas air berdasarkan parameter suhu air termasuk kedalam kelas IV, meskipun pada plot 1, plot 3, dan plot 4 telah diperoleh nilai deviasi 3. Hal ini disebabkan pada plot 2 (Agroforestri) memiliki nilai deviasi 5 yang diperoleh dari perbandingan suhu air dengan suhu udara, sehingga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 yang menyatakan bahwa temperature (suhu) dengan nilai deviasi 5 termasuk kedalam kelas IV. Berikut ini adalah grafik nilai rata-rata dari ke-4 plot yang telah dilakukan pengukuran suhu air di lapang dan analisis laboratorium.
Rata-rata Suhu 30 20 Suhu Lapang 10
Suhu Laboratorium
0 Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Gambar 10. Grafik suhu air di lapang dan laboratorium Pada hasil analisis yang sudah dilakukan diketahui bahwa pendugaan kualitas air sungai secara kimia menggunakan parameter pH dan oksigen terlarut (DO). Pada parameter pH air diketahui bahwa; nilai rata-rata pengukuran dari 3 kali ulangan pada plot 1 diperoleh nilai pH sebesar 6,22; pada plot 2 diketahui bahwa nilai pH sebesar 6,18; pada plot 3 diketahui bahwa nilai pH sebesar 6,21; dan pada plot 4 diketahui bahwa nilai pH sebesar 6,34. Sehingga dalam pendugaan kualitas air sungai secara kimia pada masing-masing plot dengan parameter pH diperoleh nilai tertinggi pada
28
plot 4 dengan nilai rata-rata ulangan sebesar 6,34 dan nilai pH terendah pada plot 2 dengan rata-rata ulangan sebesar 6,18. Dengan kadar pH tersebut maka kualitas air berdasarkan parameter pH air termasuk kedalam kelas I. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 yang menyatakan bahwa kadar pH 6-9 termasuk kedalam kelas I. Selain suhu dan kekeruhan, indikator yang digunakan untuk menilai kulaitas air adalah pH. Kondisi optimum pH air bagi makhluk hidup adalah pada kisaran 6,5 – 8,2. Kondisi pH yang terlalu masam atau terlalu basa akan mematikan makhluk hidup yang ada di air (Mense dan Klaveren, 2007). Setiap organisme memiliki batas toleransi yang berbeda terhadap pH. Kebanyakan perairan alami memiliki pH berkisar antara 6-9. Sebagian besar biota perairan sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Berikut ini adalah grafik nilai rat-rata dari ke-4 plot yang telah dilakukan analisis laboratorium tentang pH air sungai. Dengan nilai pH tersebut maka kualitas air berdasarkan parameter pH air termasuk kedalam kelas I.
Nilai pH
6.35 6.3 6.25 6.2
pH
6.15 6.1 Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Gambar 11. Grafik pengukuran pH Pada parameter oksigen terlarut (DO) diketahui bahwa pada plot 1, plot 2, plot 3, dan plot 4 di masing-masing ulangan memiliki nilai sebesar 0,01 Mg/L. Pada parameter oksigen terlarut (DO) pada masing-masing plot memiliki nilai yang sama sebesar 0,01. Untuk pengukuran DO (Dissolve Oxygen) atau oksigen terlarut merupakan oksigen yang ada di dalam air yang berasal dari oksigen di udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen
29
terlarut sangat dibutuhkan tumbuhan dan hewan air, kekurangan oksigen terlarut akan mematikan tumbuhan dan hewan air (Saputra dkk, 2016). Pada pengamatan DO didapatkan nilai 0,01 mg/l pada masing-masing plot sehingga termasuk dalam kelas IV. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 yang menyatakan bahwa parameter DO dalam pendugaan kualitas air pada kelas IV memiliki angka batas minimum 0 sedangkan hasil pengamatan DO diperoleh nilai 0,01 mg/l pada masingmasing plot sehingga dikategorikan masuk kedalam kelas IV. Oksigen terlarut (DO) menyatakan kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Kemapuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian air. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari proses aerasi dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan temperature juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai oksigen terlarut dalam perairan sebaiknya berkisan antara 6-8 mg/l. Sanusi (2004), menyatakan bahwa DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mg/l cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Semakin rendah nilai DO suatu perairan, maka semakin tinggi pencemaran suatu ekosistem. Disamping pengukuran konsentrasi biasanya dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal ini dikarenakan oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk) (Wardhana, 2004). Suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik memiliki kadar oksigen terlarut (DO) > 5 ppm (Salmin, 2005). Berikut ini adalah grafik kadar oksigen terlarut (DO) dalam air yang terdapat pada masing-masing plot pengamatan, yaitu:
30
Kadar Oksigen Terlarut (DO) 0.012 0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0
DO
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Gambar 12. Grafik kadar oksigen terlarut (DO) Berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan pada ke-4 plot diketahui bahwa kualitas air di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang termasuk kedalam kelas IV. Hal ini dapat dilihat dari analisis fisik dan kimia air sungai dengan hasil nilai suhu air pada plot 2 memiliki deviasi 5 dan nilai DO <0. Semakin tinggi tingkat kelas suatu kondisi kualitas air menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pada skala lansekap tidak termasuk dalam kategori pertanian berlanjut karena menunjukkan bahwa air sudah tercemar. Menurut PP no 82 tahun 2001 pasal 8 mengklasifikasikan kualitas atau mutu air bahwa Kelas IV mengindikasikan air yang peruntukannya hanya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Oleh Karena itu, berdasarkan indikator kualitas air tersebut dapat disimpulkan bahwa pertanian di Desa Tulungrejo terkait indikator pertanian berlanjut yang dilihat dari kualitas air merupakan pertanian tidak berlanjut karena termasuk dalam kelas IV. Semakin tinggi tingkat kelas suatu kondisi kualitas air menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pada skala lansekap tidak termasuk dalam kategori pertanian berlanjut karena menunjukkan air sudah tercemar (Saputra dkk, 2016). Namun, indikator pertanian berlanjut tidak hanya dilihat dari indikator kualitas air saja, tetapi bisa dilihat dari indikator yang lain seperti aspek biodiversitas tanaman, hama penyakit tanaman, dan sosial ekonomi.
31
3.1.2.2 Biodiversitas Tanaman Pada Aspek Agronomi terdapat beberapa hal yang mampu menggambarkan tingkat biodiversitas tanaman.Beberapa hal tersebut adalah tinggi rendahnya tingkat biodiversitas tanaman pangan dan tanaman tahunan yang ditujukan untuk mengetahui bentuk-bentuk tutupan lahan yang ada pada lokasi pengamatan serta perhitungan analisis vegetasi yang berupa analisis gulma yang menjadi dominansi di lokasi pengamatan tersebut. Tabel 6.Tabel Pengamatan Biodiversitas tanaman pangan dan tahunan Titik Pengambilan sampel tutupan Plot 1 Plot 2
Plot 3
Plot 4
Informasi tutupan Lahan & Tanaman dalam Lansekap
Semusim/Tahunan /Campuran Hutan - Pinus Agroforestri Kopi Cabai Pisang Durian Semusim - Wortel - Terong - Jagung - Kelapa - Pisang - Singkong - Sengon Semusim pemukiman jagung
Luas -
650 m
Jarak Tanam
Populasi
2
1 ha
-
Sebaran Acak
- 2,25m x 2m - 40cm x 2m - 4m x 9m
- 8.888 - 12.500 - 22.500
- 10 cm x 20cm - 28 cm
- 41.666
Acak
Sebaran kelompok
-
650 m
2
- 40cm x 60 cm
- 2708
Sebaran Kelompok
Pada tabel tersebut telah disajikan bentuk-bentuk tutupan lahan yang terdapat pada plot 1 hingga plot 4. Masing-masing lahan memiliki tutupan yang berbeda-beda. Pada plot 1 dengan penggunaan lahan sebagai hutan memiliki tutupan lahan tanaman pinus, sedangkan pada plot 2 dengan luasan 1 ha yang penggunaan lahannya sebagai lahan Agroforestri bentuk tutupan lahannya bervariasi diantaranya adalah kopi yang memiliki jarak tanam sebesar 2,25m x 2 m dengan jumlah populasi 8.888, kemudian terdapat tanaman cabai dengan jarak tanam 40cm x 2m dengan jumlah total populasi sebanyak 12.500 pada plot 2 juga terdapat tanaman 4m x 9m dengan jumlah populasi 22.500 dan juga terdapat pohon durian yang ditanaman acak
32
sehingga jarak tanamnya tidak diketahui. Pada plot 3, yang penggunaan lahannya sebagai lahan tanaman semusim terdapat beberapa tanaman yang berbeda, hanya saja yang diutamakan pada lahan tersebut adalah tanaman jagung. Jarak tanam tanaman jagung pada plot 3 adalah sebesar 40cm x 60cm dengan jumlah populasi sebanyak 41.666 selain ada jagung terdapat pula tanaman wortel, terong, kelapa, pisang, singkong dan sengon dengan sebaran kelompok. sedangkan untuk plot 4 yang penggunaan lahannya sebagai tanaman semusim yang dekat dengan pemukiman memiliki bentuk tutupan lahan tunggal, yaitu berupa tanaman jagung dengan jarak tanaman sebesar 40cm x 60 cm yang menempati luasan areal sebesar 650 cm2 dengan jumlah populasi 2708 yang ditaman dengan sebaran kelompok. Dari data diatas maka dapat dilihat bahwa penggunaan lahan dengan variasi tutupan yang paling tinggi berada pada plot 3 dengan penggunaan lahan sebagai tanaman semusim. Meskipun hanya sebagai tanaman semusim namun pada lahan tersebut juga terdapat tanaman-tanaman yang lain seperti wortel, terong, kelapa, pisang, singkong dan sengon. Jumlah tutupn lahan yang beragam mampu meningkatkan tingkat biodivertitas tutupan lahan. Lahan dengan biodiversitas tutupan lahan yang baik cenderung lebih stabil dibanding dengan lahan yang memiliki tingkat tutupan yang rendah. Apabila dihubungkan dengan 3 aspek dari pertanian berlajut, maka lahan tanaman semusim pada plot 3 sudah mengindkasikan ciri pertanian berlanjut. Yang pertama, pada lahan tersebut memiliki beragam jenis tanaman yang mampu berproduksi sehingga ditinjau dari aspek ekonomi plot tersebut mampu meningkatkan pendapat ekonomi dari petani, Wijayanto, dkk (2015) berpendapat bahwa biodiversitas yang tinggi berperan penting dalam menggerakkan ekonomi bisnis dan menunjang terwujudnya stabilitas sosial budaya bagi petani disekitarnya. Kemudian kedua, dengan tingkat biodiversitas tutupan lahan yang tinggi memungkinkan adanya multi strata pada lahan tersebut, sehingga akan mampu menjadikan tutupan lahan sangat berguna untuk mengurangi tingkat erosi hal itu sesuai dengan pendapat dari Misyaroh (2010) yang menyatakan bahwa dengan adanya tutupan lahan mampu menghalangi jatuhnya air hujan secara langsung, mengurangi kecepatan aliran permukaan, mendorong perkembangan biota tanah sehingga mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta berperan daam menambah bahan organik tanah sehinggi menyebabkan resistensi tanah terhadap erosi meningkat. Dari uraian tersebut dapat diambil manfaat dari aspek ekologi dan sosial, dimana tutupan lahan
33
berperan tinggi dalam menjaga kestabilan ekosistem. Tutupan lahan juga akan mampu memperbaiki fungsi lingkungan dan sosial di sekitarnya, karena dengan rendahnya tingkt erosi maka kualitas air baik akan semakin meningkat. Meningkatnya kualitas air bersih maka masyarakat di daerah hilir tidak akan kerepotan dan kebingungan merasakan kekurangan air. Tabel 7. Perhitungan Analisa Vegetasi No.
Lokasi
1.
Plot 1 (Hutan) Plot 2 (Agroforestri) Plot 3 (Semusim) Plot 4 (Semusim dan Pemukiman)
2. 3. 4.
Koefisien Komunitas (C) 97,67 %
Indeks Keragaman (H’) 1,37323
Indeks Dominansi (C) 0,256517559 %
97,67 %
1,24986
0,311166 %
97,67 %
1,48
0,25 %
97,67 %
1,01531
0,392117591 %
Tabel 7 adalah tabel perhitungan analisa vegetasi yang di dalamnya menyajikan data-data mengenai besarnya koefisien Komunitas, indeks keragaman dan Indeks Dominansi dari tiap lokasi yang berbeda (plot 1, plot 2. Plot 3 dan plot 4). Besarnya nilai koefisien komunitas pada semua plot adalah sama yaitu sebesar 97,67%. Pada plot 1 yang penggunaan lahannya sebagai hutan didapati nilai indeks keragaman sebesar 1,37323 dengan indeks Dominansi sebesar 1,256517559%. Kemudian pada plot 2 yang penggunaan lahannya Agroforestri ditemui nilai indeks keragaman sebesar 1,24986 dan indeks dominansi sebesar 0,311166%. Pada plot 3 yang penggunaan lahannya sebagai lahan semusim ditemui nilai indeks keragaman sebesar 1,48 dan indeks dominansi sebesar 0,25%. Sedangkan pada plot 4 yang penggunaan lahannya sebagai laan semusim dan pemukiman diperoleh nilai indeks keragaman sebesar 1,01531 dan indeks dominansi sebesar 0,392117591%.
34
1.6 1.4 1.2 1 0.8 Indeks Keragaman (H’) 0.6
Indeks Dominansi (C)
0.4 0.2 0 Plot 1 (Hutan)
Plot 2 (Agroforestri)
Plot 3 Plot 4 (Semusim) (Semusim dan Pemukiman)
Gambar 13. Grafik Indeks Keragaman dan Indeks Dominansi
35
Pada grafik diatas disajikan besarnya indeks keragaman dan indeks dominansi pada masing-masing plot. Dari grafik yang telah dibuat terlihat bahwa plot 3 dengan penggunaan lahan tanaman semusim memiliki nilai indeks keragaman yang paling tinggi, dengan nilai indeks dominansinya paling rendah, sedangkan nilai indeks keragaman yang paling rendah ditemui pada plot 4 yang penggunaan lahannya sebagai tanaman semusim dan pemukiman, dengan nilai indeks dominansi yang paling tinggi. Nilai Indeks keragaman digunakan untuk menunjukkan besarnya nilai keragaman pada suatu hamparan. Dari keempat plot memiliki nilai indeks keragaman berkisar antara 1,01531-1,48 menurut Odum (1971) nilai ini termasuk dalam kategori keragaman yang sedang. Pada penggunaan lahan sebagai lahan tanaman semusim di bagian plot 4 terjadi tingkat indeks keragaman yang paling tinggi hal itu terjadi karena meskipun lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanaman semusim namun pada lahan tersebut juga terdapat berbagai macam jenis tanamaman yang lain seperti wortel, terong, kelapa, pisang sengon serta singkong. Semakin banyak jenis tanaman yang ditanam apda areal tersebut maka tingkat keanekaragamannya akan semakin tinggi pula. Hal itu sesuai dengan pendapat dari Misyaroh (2010) yang menyatakan bahwa semakin heterogen dan komples suatu lingkungan maka keanekaragaman penyusunnya akan semakin meningkat. Selain itu, pada penggunaan lahan semusim juga terdapat sistematika penanaman yang baik dan teratur seperti pengatur jarak tanam yang sesuai sehingga sebarannya termasuk dalam sebaran kelompok, ketika jarak tanam di terapkan dengan tepat maka adanya interaksi antar tanaman akan lebih baik dan kemungkinan terjadinya kompetisi antar tanaman akan semakin rendah, kompetisi yang rendah mampu menciptakan keadaan di sekitarnya semakin stabil. Kestabilan kondisi lingkungan akan menciptakan tingkat keanekaragaman yang lebih tinggi (Maisyaroh,2010). Besarnya nilai keragaman berbanding terbalik dengan nilai indeks dominansi, semakin tinggi indeks keragamannya maka tingkat dominansi suatu spesies akan semakin rendah dan apabila dominansi dari spesies semakin tinggi maka lingkungan tersebut akan dikuasai oleh satu spesies itu saja, hal itu akan menyebabkan rendahnya tingkat keragaman. Hal itu sesuai dengan pendapat dari Hidayat (2012) yang menyatakan bahwa indeks keragaman mempunyai perbandingan terbalik dengan indeks dominansi. Bila dihubungkan dengan pertanian berlanjut, semakin tinggi nilai keragamannya maka kestabilan ekosistem tersebut akan semakit tinggi pula. Ketika keragaman tinggi maka tidak akan ada spesies yang mampu
36
mendominasi dan sebaliknya ketika keragaman rendah maka akan terjadi dominansi suatu spesies. Keadaan yang seimbang antar spesies akan menciptakan suatu kestabilan, salah satunya adalah kestabilan jaringjaring makanan, apabila jaring-jaring makanan baik maka tingkat kestabilan akan semakin baik pula. Keragaman yang tinggi akan menyebabkan jaring-jaring makanan yang terbentuk semakin kompleks, sehingga kestablian akan meningkat. Kestabilan ekosistem berdampak pada tingginya tingkat keberlanjutan dari lingkungan tersebut. Hal itu sesuai dengan pendapat dari Dendang (2009) yang menyatakan bahwa Semakin tinggi nilai keanekaragaman spesies pada suatu habitat, maka keseimbangan komunitasnya juga semakin tinggi. Selain itu, keragaman yang baik juga akan menimbulkan tingkat dominanasi yang rendah. Rendahnya tingkat dominansi akan menjadikan perkembangan dan pertumbuhan suatu tanaman pada areal tersebut menjadi baik yang artinya tidak ada kompetisi berarti yang mampu mengancam kehidupan dari tanaman lain, sehingga dengan tingginya tingkat keragaman maka tingkat produktivitas juga akan meningkat. Produktivitas yang tinggi mampu membantu meningkatkan tingkat ekonomi, dan sosial budaya pada petani serta masyarakat sekitar. 3.1.2.3 Biodiversitas Hama Penyakit A. Plot 1 (Hutan (M4)) Tabel 8 . Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 1 Titik Pengambilan Sampel Plot 1 (Sweep net) Total
Jumlah Individu
Presentase
Hama
MA
SL
Total
0
3
34
37
0
3
34
37
Hama
Musuh Alami
Serangga Lain
0%
8,11%
91,89%
37
SERANGGA LAIN
HAMA
MUSUH ALAMI Gambar 14. Segitiga fiktorial pada Plot 1
Perhitungan Komposisi Peran Arthropoda dalam Hamparan pada Plot 1 Jumlah serangga yang ditemukan Hama = × 100% Jumlah total = 0/37 × 100% = 0% Musuh Alami
=
Jumlah serangga yang ditemukan Jumlah total
× 100%
= 3/37 × 100% = 8,11% Serangga Lain
=
Jumlah serangga yang ditemukan Jumlah total
= 34/37 × 100% = 91,89%
× 100%
38
Tabel 9. Pengamatan Biodiversitas Arthropoda pada Plot 1 Lokasi Pengambilan Sampel
Hutan Tanaman Pinus dan Rumput Gajah
Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Arachnidae Ordo : Aroneceae Family : Lycosidae Genus : Lycosa Spesies : Lycosa sp. Nama umum : Laba-laba Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Coccinelidae Genus : Verania Spesies : Verania sp. Nama umum : Kumbang
Jumlah
Peran Arthropoda (H,MA, SL)
3
Musuh Alami
1
Dokumentasi
Gambar Literatur
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Serangga Lain
39
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera Family : Coreoidae Genus : Coccinella Spesies : Coccinella arcuata Nama umum : Kepik Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Nymphalidae Genus : Ephestia Spesies : Ephestia cautella Nama umum : Ngengat Kingdom Phylum Class Ordo
: Animalia : Arthropoda : Insecta : Isoptera
3
Serangga Lain Sumber: dokumentasi pribadi
1
Serangga Lain Sumber: dokumentasi pribadi
30
Sumber: (Latief, 2011)
Serangga Lain Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
40
1 Serangga Lain
Biodiversitas Arthropoda pada Plot 1
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Thysanoptera
Sumber: dokumentasi pribadi
Musuh Alami Hama Serangga Lain
Peran Arthropoda
Gambar 15. Grafik Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 1
41
Interpretasi Data Berdasarkan data pengamatan biodiversitas arthropoda pada plot 1 yang penggunaan lahannya adalah hutan dengan tutupan lahan pohon pinus dan rumput gajah, komposisi peranan arthropoda yang ditemukan ada 6 jenis serangga jika didasarkan pada ordonya. 1 ordo yang berperan sebagai musuh alami, sedangkan 5 ordo berperan sebagai serangga lain. Serangga yang termasuk musuh alami yakni aroneceae sedangkan yang termasuk serangga lain ialah ordo coleoptera, hemiptera, lepidoptera, isoptera, thysanoptera. Serangga pada plot ini diantaranya laba-laba 2 ekor, kumbang 1 ekor, kepik 3 ekor, ngengat 1 ekor, ordo isoptera 30 ekor dan ordo thysanoptera 1 ekor. Pada keseluruhan serangga yang ditemukan pada plot 1 ada beberapa yang hanya diketahui pada ordo isoptera dan thysanoptera, sehingga kami tidak sampai menemukan nama spesiesnya. Dari hasil identifikasi tersebut, maka persentase komposisi peranan arthropoda pada plot 1 yaitu 0% sebagai hama, 8,11% sebagai musuh alami dan 91,89% sebagai serangga lain. Sehingga dapat terlihat segitiga fiktorial pada plot 1 menunjukkan titik perpotongan yang mengarah pada bagian serangga lain, hal tersebut menunjukkan bahwa pada plot tiga serangga yang paling dominan adalah serangga lain. Pada data pengamatan plot 1 tersebut menggambarkan bahwa populasi serangga lain lebih mendominasi daripada populasi hama dan musuh alami, hal ini dapat dilihat pada segitiga fiktorial pada plot 1. Sedangkan pada pengamatan aspek penyakit, pada plot ini kami tidak menemukan gejala dan tanda tanaman yang terserang oleh penyakit.
42
B. Plot 2 (Agroforestri (M1)) Tabel 10 . Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 2 Titik Pengambilan Sampel
Jumlah Individu
Presentase
Hama
MA
SL
Total
5
8
2
15
5
8
2
15
Plot 2 (Sweep net) Total
Hama
Musuh Alami
Serangga Lain
33,33%
53,33%
13,33%
SERANGGA LAIN
HAMA
MUSUH ALAMI Gambar 16. Segitiga fiktorial pada Plot 2
Perhitungan Komposisi Peran Arthropoda dalam Hamparan Pada Plot 2 Hama
=
Jumlah serangga yang ditemukan jumlahtotal
× 100%
= 5/15 = 33,33% Musuh Alami
=
Jumlah serangga yang ditemukan Jumlahtotal
× 100%
= 8/15 = 53,33% Serangga Lain
=
Jumlah serangga yang ditemukan Jumlah total
= 2/15 = 13,33%
× 100%
43
Tabel 11. Pengamatan Biodiversitas Arthropoda pada Plot 2 Lokasi Pengambilan Sampel
Agroforestri Tanaman Sengon, Kopi, Pisang, Durian
Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Arachnidae Ordo : Aroneceae Family : Lycosidae Genus : Lycosa Spesies : Lycosa sp. Nama umum : Laba-laba Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Pieridae Genus : Appias Spesies : Appias lyncida Nama umum : Kupu-kupu
Jumlah
Peran Arthropoda (H, MA, SL)
7
Musuh Alami
1
Dokumentasi
Gambar Literatur
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Seraangga Lain
44
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hymenoptera Family : Formicidae Genus : Oecophylla Spesies : Oecophylla smaragdina Nama umum : Semut rangrang
1
Musuh Alami
Sumber: dokumentasi pribadi
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Curculionidae Genus : Hypothenemus Spesies : Hypothenemus hampei Nama umum : Penggerek buah kopi
1
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Coccinellidae Nama umum : Kumbang kubah
1
Sumber: (Latief, 2011)
Hama Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Hama
45
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Nama umum : Belalang
2
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Family : Scarabaeidae Genus : Chondropyga Spesies : Chondropyga dorsalis Nama umum : Kumbang
1
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera Family : Alydidae Genus : Leptocorisa Spesies : Leptocorisa acuta Nama umum : Walang sangit
1
Hama Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Serangga Lain
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
Hama Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Latief, 2011)
46
Gambar 17. Grafik Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 2 Tabel 12. Pengamatan Penyakit pada Plot 2 Lokasi Pengambilan Sampel
Agroforestri
Nama lokal Penyakit karat pada daun kopi
Nama ilmiah
Gejala
Hemileia vastatrix
Terdapat bercak putih dan kuning kecoklatan seperti karat
Dokumentasi
Gambar literatur
47
Tabel 13. Perhitungan Intesitas Penyakit pada Plot 2 Daun Terserang Daun Tidak Terserang Tanaman Penyakit (a) Penyakit (b) Kopi 8 8 Metode Perhitungan Metode Mutlak pada Plot 2 a IP = a+b x 100 % 8
8
IP Kopi = 8+8 x 100% = 16 x 100% = 50% Interpretasi Data Berdasarkan data pengamatan biodiversitas arthropoda pada plot 2 yang penggunaan lahannya adalah Agroforestri dengan tutupan lahan pohon sengon, kopi pisang dan durian maka ditemukan 7 jenis serangga jika didasarkan pada ordonya. Terdapat 4 ordo yang berperan sebagai hama, sedangkan 2 ordo berperan sebagai musuh alami dan 2 ordo dari serangga lain. Berdasarkan peranannya, serangga yang termasuk hama yaitu ordo coleoptera, hemiptera, dan orthoptera, sedangkan musuh alami yakni aroneceae dan heminoptera, lalu yang termasuk kedalam serangga lain ialah ordo coleoptera, dan lepidoptera. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, persentase untuk menentukan bagaimana komposisi serangga hama, musuh alami, dan serangga lain di plot 2 yaitu hama 33,33%, musuh alami 53,33%, dan serangga lain 13,33%, sehingga data pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan jumlah serangga yang lebih mendominasi pada plot 2 dengan penggunaan lahan berupa Agroforestri adalah musuh alami dan disajikan pada gambar segitiga fiktorial. Serangga yang dimaksud yaitu laba-laba 7 ekor, semut rang-rang 1 ekor, walang sangit 1 ekor, belalang (orthoptera) 1 ekor, kumbang kubah 1 ekor, kumbang 1 ekor, dan penggerek buah kopi 1 ekor. Pada pengamatan aspek penyakit, pada plot ini ditemukan satu jenis penyakit yang menyerang pada lahan dengan tanaman budidaya kopi yaitu penyakit karat daun (Hemileia vastatrix). Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah terdapat bercak putih dan kuning kecoklatan seperti karat. Dari 16 sampel yang telah di identifikasi maka didapatkan hasil intensitas penyakit sebesar 50% yang terserang penyakit karat daun pada plot ini.
48
Plot 3 (Semusim (M2)) Tabel 14. Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 3 Titik Pengambilan Sampel Plot 3 (Sweep net) Total
Jumlah Individu
Presentase
Hama
MA
SL
Total
11
1
4
16
11
1
4
16
Hama
Musuh Alami
Serangg a Lain
68,75%
6,25%
25%
SERANGGA LAIN
HAMA
MUSUH ALAMI
Gambar 18. Segitiga fiktorial pada Plot 3
Gambar 19 . Grafik Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 3 Perhitungan Komposisi Peran Arthropoda dalam Hamparan pada Plot 3 Hama
=
Jumlah serangga yang ditemukan Jumlah total
× 100%
= 11/16 = 68,75% Musuh Alami
=
Jumlah serangga yang ditemukan jumlah total
× 100%
= 1/16 = 6,25% Serangga Lain
=
Jumlah serangga yang ditemukan Jumlah total
= 4/16 = 25%
× 100%
49
Tabel 15. Pengamatan Biodiversitas Arthropoda pada Plot 3 Lokasi Pengambilan Sampel
Tanaman Semusim
Wortel dan Terong
Jumlah
Peran Arthropoda (H,MA, SL)
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family : Acrididae Genus : Phlaeoba Spesies : Phlaeobafumosa Nama umum : Belalang Coklat
3
Hama
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family : Acrididae Genus : Oxya Spesies : Oxya xinensis Nama umum : Belalang hijau
5
Hama
Klasifikasi
Dokumentasi
Gambar Literatur
50
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera Family : Aleyrodidae Genus : Bemisia Spesies : Bemisia tabaci Nama umum : Kutu kebul
2
Hama
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Arachnidae Ordo : Aroneceae Family : Lycosidae Genus : Lycosa Spesies : Lycosa sp. Nama umum : Laba-laba
1
Musuh Alami
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Diptera Genus : Culex Spesies : Culex sp. Nama umum : Nyamuk
4
Serangga Lain
51
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Noctuidae Genus : Spodoptera Spesies : Spodoptera litura Nama umum : Ulat Grayak
1
Hama
52
Tabel 16. Pengamatan Penyakit pada Plot 3 Lokasi Nama Nama Pengambilan Gejala Lokal Ilmiah Sampel
Semusim Tanaman Wortel dan Terong
Bercak daun pada terong
Alternaria solani
Bercak coklat berbentuk bulat pada daun tua
Perhitungan Intensitas Penyakit Tabel 17. Indeks Penyakit pada plot 3 Tanaman Sampel 0 1 1 16 0 2 25 0 3 23 0 4 22 0 5 20 0
Dokumentasi
Gambar Literatur
Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: (Semangun, 1993)
Scoring 2 0 0 0 0 0
3 4 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
Perhitungan (Metode skoring) Titik 1 𝑛𝑥𝑣 𝐼= 𝑥 100 % 𝑍𝑥𝑁 1) Tanaman Sampel 1 16𝑥0 + 0𝑥1 + 0𝑥2 + 𝑰= (4𝑥20) 2) Tanaman Sampel 2 25𝑥0 + 0𝑥1 + 0𝑥2 + 𝑰= (4𝑥25) 3) Tanaman Sampel 3 23𝑥0 + 0𝑥1 + 0𝑥2 + 𝑰= (4𝑥23) 4) Tanaman Sampel 4 22𝑥0 + 0𝑥1 + 0𝑥2 + 𝑰= (4𝑥22)
4𝑥3 + 0𝑥4
0𝑥3 + 0𝑥4
0𝑥3 + 0𝑥4
0𝑥3 + 0𝑥4
𝑥 100% = 15%
𝑥 100% = 0%
𝑥 100% = 0%
𝑥 100% = 0%
53
5) Tanaman Sampel 5 20𝑥0 + 0𝑥1 + 0𝑥2 + 0𝑥3 + 0𝑥4 𝑰= 𝑥 100% = 0% (4𝑥20)
Interpretasi Data Berdasarkan data pengamatan biodiversitas arthropoda pada plot 3, ditemukan 16 ekor serangga arthropoda beserta peranannya yaitu belalang coklat (3 ekor), belalang hijau (5 ekor), kutu kebul (2 ekor) dan ulat grayak (1 ekor) yang perananya pada plot tersebut sebagai hama, kemudian ditemukan laba-laba (1 ekor) yang memiliki peranan sebagai musuh alami serta nyamuk (4 ekor) yang berperan sebagai serangga lain. Sehingga total arthropoda yang terdapat pada plot 3 yaitu hama sebanyak 11, musuh alami sebanyak 1 ekor dan serangga lain sebanyak 4 ekor. Dengan demikian, berdasarkan data yang ada maka dapat diketahui bahwa persentase peranan arthropoda yang paling besar hingga yang paling kecil yaitu hama sebesar 68,75%, kemudian serangga lain sebesar 25% dan yang paling sedikit adalah persentase musuh alami yaitu sebesar 6,25%. Sehingga dapat terlihat segitiga fiktorial pada plot 3 menunjukkan titik perpotongan yang mengarah pada bagian hama, yang mana hal tersebut menunjukkan bahwa pada plot tiga serangga yang paling dominan adalah serangga hama. Pada pengamatan aspek penyakit, pada plot dengan penggunaan lahan polikultur tanaman semusim wortel dan terong, tidak ditemukan penyakit pada tanaman wortelnya sedangkan pada tanaman terong ditemukan penyakit bercak daun (Alternaria solani). Penyakit bercak daun yang ditemukan pada tanaman terong memiliki penampakan gejala yaitu bercak coklat berbentuk bulat ditemukan pada daun tua. Dari 5 tanaman terong yang dijadikan sebagai sampel, penyakit bercak daun hanya ditemukan pada tanaman sampel 1 dengan jumlah 4 daun yang terserang dengan nilai scoring 3. Sedangkan pada tanaman sampel 2-5 tidak ditemukan organ tanaman yang terserang penyakit atau semua tanaman sehat. Sehingga pada perhitungan indeks penyakit (IP) dengan metode skoring pada plot 3 adalah 15% (sampel 1) dan pada tanaman sampel 2-5 indeks penyakitnya adalah 0%.
54
B. Plot 4 (Semusim dan Pemukiman (M3)) Tabel 17. Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 4 Titik Pengambilan Sampel
Jumlah Individu
Presentase
Hama
MA
SL
Total
Hama
Musuh Alami
Serangga Lain
4 4
6 6
13 13
23 23
17.40%
26.08%
56.52%
Sweep net Total
SERANGGA LAIN
HAMA
MUSUH ALAMI Gambar 20. Segitiga fiktorial pada Plot 4
Perhitungan Komposisi Peran Arthropoda dalam Hamparan pada Plot 4 Jumlah serangga yang ditemukan Hama = × 100% Jumlah total = 4/23 × 100% = 17,40% Musuh Alami
=
Jumlah serangga yang ditemukan jumlah total
× 100%
= 6/23 × 100% = 26,08 % Serangga Lain
=
jumlah serangga yang ditemukan Jumlah total
= 13/23 × 100% = 56,52 %
× 100%
55
Tabel 18. Pengamatan Biodiversitas Arthropoda pada Plot 4 Lokasi Pengambilan Sampel
Klasifikasi
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Nama umum : Kumbang Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta : Coleoptera Semusim dan Ordo : Minochilas Pemukiman Family Genus : Menochilus Spesies : Menochilussexmaculatus Tanaman Nama umum : Kumbang kubah spot M Jagung Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Araneida Family : Oxyopidae Genus : Thomicus Spesies : Thomicus sp Nama umum : Laba-laba
Jumlah
Peran Arthropoda (H,MA, SL)
2
Serangga Lain
5
Musuh Alami
1
Musuh Alami
Dokumentasi
Gambar Literatur
56
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family : Acrididae Genus : Oxya Spesies : Oxya chinensis Nama umum : Belalang hijau Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Diptera Family : Muscidae Genus : Atherigona Spesies : Atherigona exigua Nama umum: lalat bibit Kingdom Phylum Class Ordo
: Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera
2
Hama
1
Hama
11
Serangga Lain
57
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family : Gryllidae Genus : Grylus Spesies : Grylus bimaculatus Nama umum : Jangkrik
1
Hama
Gambar 21. Grafik Komposisi Peranan Arthropoda pada Plot 4
58
Tabel 19. Pengamatan Penyakit pada Plot 4 Lokasi Pengambilan Sampel
Semusim dan Pemukiman Tanaman jagung
Nama Lokal
Karat daun
Nama Ilmiah
Gejala
Puccinia sorghi
Gejala pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya bisul, terutama pada daun. Bisul terbentuk pada kedua permukaan daun bagian atas dan bawah. Bisul dengan warna coklat kemerahan tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang.
Perhitungan Intensitas Penyakit Tabel 20. Indeks Penyakit pada Plot 4 Tanaman Sampel 0 1 1 0 1 2 0 0 3 0 3 4 0 2 5 0 0
Scoring 2 3 2 0 1 0
Gambar Literatur
Dokumentasi
3 0 2 1 1 0
Perhitungan (Metode skoring) Titik 4 𝑛𝑥𝑣 𝐼= 𝑥 100 % 𝑍𝑥𝑁 1) Tanaman Sampel 1 0𝑥0 + 1𝑥1 + 2𝑥3 + 3𝑥0 + (4𝑥2) 𝐼𝑃 = 𝑥 100% 4𝑥6 0+1+6+0+8 15 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 62.5% 24 24
4 2 4 4 4 5
59
2) Tanaman Sampel 2 0𝑥0 + 1𝑥0 + 2𝑥2 + 3𝑥2 + (4𝑥4) 𝐼𝑃 = 𝑥 100% 4𝑥8 0 + 0 + 4 + 6 + 16 26 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 81.25% 32 32 3) Tanaman Sampel 3 0x0 + 1x3 + 2x0 + 3x1 + (4x4) 𝐼𝑃 = 𝑥 100% 4𝑥8 0 + 3 + 0 + 3 + 16 22 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 68.75% 32 32 4) Tanaman Sampel 4 0𝑥0 + 1𝑥2 + 2𝑥1 + 3𝑥1 + (4𝑥4) 𝐼𝑃 = 𝑥 100% 4𝑥8 0 + 2 + 2 + 3 + 16 23 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 71.87% 32 32 5) Tanaman Sampel 5 0x0 + 1x0 + 2x0 + 3x0 + (4x5) 𝐼𝑃 = 𝑥 100% 4𝑥5 0 + 0 + 0 + 0 + 20 20 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 100% 20 20
60
Interpretasi Data Berdasarkan data pengamatan biodiversitas arthropoda pada plot 4 yang penggunaan lahannya adalah semusim dan pemukiman dengan tutupan lahan tanaman jagung, maka serangga yang ditemukan jumlahnya ada 23 jumlah serangga. Berdasarkan klasifikasi, ordo yang di temukan sebanyak 2 macam pada serangga hama, 2 ordo yang berperan sebagai musuh alami, dan 2 ordo dari serangga lain. Yang termasuk hama dari ordo diptera dan orthoptera, untuk musuh alami ordonya araneida dan coleoptera, sedangkan yang termasuk serangga lain lepidoptera dan coleoptera. Dari hasil identifikasi, persentase untuk menentukan bagaimana komposisi serangga hama, musuh alami, dan serangga lain di plot 4 yaitu 17,39% untuk hama, 28,08% untuk musuh alami, dan 56,52% untuk serangga lain. Dengan data pengamatan tersebut dapat dikatakan serangga yang lebih mendominasi di plot 4 adalah serangga lain. Hal ini juga dapat dilihat dari gambar segitiga fiktorial pada plot 4. Pada plot ini nama umum seranga yang ditemukan adalah kumbang 2 ekor, kumbang kubah spot M 5 ekor, laba-laba 1 ekor, belalang hijau 2 ekor, lalat bibit 1 ekor, dan jangkrik 1 ekor. Selain itu, pada pengamatan di plot 4 ditemukan satu jenis penyakit yang menyerang tanaman budidaya, penyakit tersebut adalah penyakit karat daun pada tanaman jagung monokultur. Dari 5 sampel yang di identifikasi maka didapatkan hasil intensitas penyakit pada sampel satu 62,5%, pada sampel dua 81,25%, pada sampel tiga 68,75%, pada sampel empat 71,87% dan pada sampel lima 100 %.
61
3.1.2.4 Cadangan Karbon No.
1.
2.
Penggunaan Lahan Hutan
Agroforestri
Tanaman Semusim
3.
Tegalan
Tutupan Lahan Pinus Waru Pisang Kopi Kopi Sengon Pisang Semak Kubis Jagung Kelapa Rumput Gajah Jagung Rumput gajah Kelapa Pisang
Manfaat A, K D, A B B, B K B D D B B D B, D D B, K, D B, D
Posisi Lereng A A B A B A,T T,B B,T T B A B B A A A,B
Tingkat Tutupan Kanopi Seresah T T T T S R S S T T S S R R R R R R R S R R R R R R R R S R S R
Jumlah Spesies 235 43 39 76 5 R R T 4 T R S 1083 2000 30 66
Kerapatan T S R S T R R T R R R S T T R R
CStock 250
80
1
1
62
No.
4.
Penggunaan Lahan
Pemukiman
Agroforestri 1
Tanaman semusim
Agroforestri 2
Tutupan Lahan
Manfaat
Posisi Lereng
Tutupan Lahan Kanopi Seresah
Jumlah Spesies
Kerapatan
CStok
Rumah
Tempat tinggal B K B
B
S
R
6
R
0
B B B
S S S
R S S
3 100 7
R T S
50
D/K B/D D/K K/D D D B D -
B B B B B B T T T
S S S S S S R R -
S S S S S S R S -
>60 5 2 3 Banyak Banyak Banyak Ribuan -
S R R R T T T T -
B/D D/K D/K B B
A A A A A
S S S S S
>56 >40 9 1 4
S S R R R
Kelapa Bambu Kelapa Sengon Pisang Waru Jati Semak Rumput Jagung R Gajah (Persiapan lahan) Pisang Sengon Waru Pepaya Kelapa
S S S S S
1
50
63
Keterangan:
1. Manfaat : B (Buah), D (daun), A (akar), K (Kayu), B (biji) 2. Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah) 3. Tingkat Tutupan Kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (rendah) 4. Kerapatan : T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Cadangan karbon yang tersimpan bergantung pada besarnya luasan lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe campuran atau monokultur.Akan tetapi besarnya karbon tersimpan di lahan bervariasi antar penggunaan lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur pohon. Berdasarkan hasil fieldtrip terdapatlima macam penggunaan lahan. Pada plot 1 adalah hutan produksi dengan tutupan lahan pinus, waru, pisang, kopi. Besarnya nilai c-stock pada penggunaaan lahan hutan yaitu 250 ton/ha. Pada plot ke 2 dengan penggunaan lahan Agroforestrimemiliki nilai C-stock sebesar80 ton/ha, untuk penggunaan lahan tanaman semusim memiliki nilai C-stock sebesar 1 ton/ha.Pada plot ke 3dengan penggunaan lahan tegalan memiliki nilai C-stock sebesar 1 ton/ha.Pada plot ke 4 dengan penggunaan lahan pemukiman meiliki nilai C-Stock sebesar 0 ton/ha, untuk penggunaan lahan Agroforestri 1 memiliki nilai C-stock sebesar 50 ton/ha, kemudian untuk penggunaan lahan tanaman semusim memiliki nilai C-stock sebesar 1 ton/ha, dan yang terakhir pada penggunaan lahan Agroforestri 2 memiliki nilai C-stock sebesar 50 ton/ha. Berdasarkan data analisis diatas penggunaan lahan yang memiliki nilai C-stock yang paling tinggi yaitu hutan yang berada pada plot 1 dengan nilai sebesar 250 ton/ha. Hal tersebut dikarenakan kerapatan pada penggunaan lahan hutan yang tinggidaripada penggunaan lahan yang lainnya, sedangkan penggunaan lahan yang memiliki nilai C-stock yang paling rendah yaitu pada penggunaan lahan pemukiman yang terdapat pada plot 4 dimana nilai Cstocknya yaitu 0 ton/ha. Hal tersebut dikarenakan karena pada lahan pemukiman tidak ada biomassa yang dapat menyimpan karbon.Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Hairiah dan Rahayu (2007) dalam Imiliyana et al. (2013), yang menyatakan bahwa potensi stok karbon dapat dilihat dari biomassa tegakan yang ada. Setiap peningkatan terhadap biomassa akan diikuti oleh peningkatan stok karbon.
64
3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi 3.1.3.1 Ekonomically viable (Berkelangsungan Secara Ekonomi) Analisis Ekonomi dalam sistem Pertanian berlanjut merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui keberlajutan dari suatu usahatani yang dilakukan dengan berdasarkan pada pertimbangan beberapa indikator kelayakan usahatani seperti : besar keuntungan, hasil produksi, R/C ratio, B/C ratio, BEP, dan lain sebagainya. Edwin, dkk (2009) menyatakan bahwa analisis keberlanjutan usahatani pada aspek ekonomi membutuhkan jenis data, yaitu produktivitas, penerimaan, biaya, keuntungan, dan rasio penerimaan terhadap biaya. Dalam analisis ekonomi kita akan mampu mengetahui berapa biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam sistem budidayanya dan apakah dari biaya produksi tersebut petani akan mendapatkan keuntungan yang nantinya akan digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan apakah keuntungan tersebut dapat mencukupi kebutuhan hidup petani atau tidak. Berikut adalah hasil data yang didapatkan pada masing-masing plot : a. Plot 1 Narasumber yang diwawancarai pada plot 1 merupakan seorang petani yang bernama bapak Suwono. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, beliau bermatapencaharian sebaga seorang petani yang mengelola lahan seluas 0,195 Ha dengan komoditas utamanya adalah kopi pada 1200 m2 dan komoditas jagung yang ditanam pada lahan seluas 750 m2. Dalam proses budidayanya, bapak Suwono menggunakan modal sendiri dan apabila nanti telah mendapat keuntungan dari usahataninya, maka akan digunakan untuk modal pada musim tanam berikutnya. Berikut adalah rincian pendapatan usahatani dari bapak Suwono : 1. Komoditas Kopi Tabel 21. Total Biaya Tetap Komoditas Kopi (plot 1) Analisis Biaya Penyusutan Alat Harga Harga Jumlah Tahun Biaya Total Keterangan awal akhir unit ekonomis Penyusutan per unit per unit Cangkul 2 25.000 10.000 10 1.500 3.000 Arit babat 2 25.000 10.000 10 1.500 3.000 Sprayer 1 325.000 100.000 10 22.500 22.500 Sekrop 1 35.000 15.000 10 2.000 1.000 Total Rp.29.500,-
65
No. 1. 3.
Uraian Jumlah Harga (Rp)(perhitungan) Lahan milik 0.12 Ha Rp. 500.000*0,12 = Rp. 60.000/th sendiri Biaya Alat 6 unit tabel di atas Total Biaya Tetap
Biaya (Rp) Rp. 60.000 Rp. 29.500 Rp. 89.500,-
Tabel 22. Total Biaya Variabel Usahatani Kopi dalam satu tahun (plot 1) No. Uraian Jumlah Harga (Rp)/unit Biaya (Rp) Pupuk: - Urea 100 kg 180.000/kw 180.000 1. - KCL 100 kg 230.000/kw 230.000 100 kg 236.000/kw 236.500 - Phonska 2. 3. 4.
Pestisida kimia 50 cc Tenaga Kerja - Laki-laki 5 orang Panen 3 orang Pengeringan 2 orang Total Biaya Variabel
99.000/botol
99.000
50.000/orang 200.000/orang 200.000/orang
250.000 200.000 200.000 Rp. 1.395.500,-
Tabel 23. Total Tenaga Kerja komoditas kopi (plot 1) Kegiatan Jenis Jumlah Hari HOK Kelamin Orang Kerja Pemupukan Laki-laki 2 8 8 Penyiangan Laki-laki 3 8 8 Total Tabel 24. Total Biaya Komoditas Kopi (plot 1) No. Uraian 1. Total Biaya Tetap 2.
Total Biaya Variabel Total Biaya kopi
Upah (Rp) 50.000 50.000
Total (Rp) 100.000 150.000 Rp. 250.000,-
Total Biaya (Rp) Rp. 89.500 Rp. 1.395.500 Rp. 1.485.000,-
Tabel 25. Penerimaan Usahatani Kopi dalam Satu Tahun (plot 1) No. Jenis Tanaman Luas Tanam Jumlah Harga/unit Total 2 1. Kopi 1200 m 2 ton/th Rp 5.000/Kg Rp 10.000.000 Total Rp. 10.000.000,-
66
Tabel 26. Keuntungan Usahatani Kopi dalam Satu Tahun (plot 1) No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Total Biaya Rp. 1.485.000 2. Total Penerimaan Rp. 10.000.000 Total Keuntungan Kopi Rp. 8.515.000,NPV Kopi
=
Bt Ct (1 i ) t
=
8.515.000 1.485.000 (1 19 ,29 )1
= 346,476 Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa dengan nilai NPV yang lebih besar dari nol (0), yaitu 346,476 usahatani dengan komoditas kopi yang dijalankan oleh bapak Suwono adalah usahatani yang layak. Hal tersebut dikarenakan bapak Suwono telah mendapatkan keuntngan dari usahatani tersebut. Menurut Arta (2010) , Net present value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Nilai NPV>0 , maka usahatani tersebut layak dan nilai NPV < 0, maka usahatani tidak layak Bt (1 i ) t B/C Ratio Kopi = Ct (1 i ) t
8.515.000 (1 19 ,29 )1 = 1.485.000 (1 19 ,29 )1 =6 B/C ratio merupakan suatu perhitungan yang digunakan untuk mengetahui berapa keuntungan yang kita peroleh setiap Rp. 1,- biaya yang kita keluarkan. Sehingga dengan nilai B/C ratio 6, maka setiap RP.1,- biaya yang dikeluarkan bapak Suwono untuk usahataninya, akan menghasilkan keuntungan Rp.6,-
67
2. Komoditas Jagung Tabel 27. Total Biaya Tetap Komoditas Jagung (plot 1) Harga Harga Jumlah Tahun Biaya Keterangan awal akhir unit ekonomis Penyusutan per unit per unit 1.500 Cangkul 2 25.000 10.000 10 1.500 Arit babat 2 25.000 10.000 10 22.500 Sprayer 1 325.000 100.000 10 2.000 Sekrop 1 35.000 15.000 10 Total No.
Uraian
Harga (Rp) (perhitungan)
Jumlah
1.
Lahan sendiri
2.
Biaya Alat
3.000 3.000 22.500 1.000 Rp.29.500,Biaya (Rp)
0.075 Ha Rp. 500.000*0,075 = Rp. 37.500/th 6 unit
Total
*tabel 2
Rp. 37.500 Rp. 29.500
Total Biaya Tetap
Rp. 67.000,-
Tabel 28. Total Biaya Variabel Usahatani Jagung per musim tanam (plot 1) Harga No. Uraian Jumlah Biaya (Rp) (Rp)/unit 1. Pupuk: - Urea 100 kg 100 kg - SP36 180.000/kw 180.000 100 kg 230.000/kw 300.000 - KCL 100 kg 236.000/kw 230.000 - ZA 150.000/kw 150.000 2. 3.
4
Pestisida kimia Tenaga Kerja - Laki-laki - Perempuan Lain-lain - Pengeringan - Pembajakan
50 cc
125.000/botol
125.000
3 orang 2 orang
50.000/orang 40.000/orang
150.000 80.000
2 orang 1 orang
200.000/orang 300.000/orang
400.000 300.000
Total Biaya Variabel
1.915.000
Total 1 tahun 3 musim
Rp. 5.745.000,-
68
Tabel 29. Total Tenaga Kerja komoditas Jagung (plot 1) Jenis Jumlah Hari Kegiatan HOK Kelamin Orang Kerja Penyiangan Laki-laki 3 8 8 Tanam Perempuan 2 8 8 Total Tabel 30. Total Biaya Usahatani Jagung (plot 1) No. Uraian 1. Total Biaya Tetap 2.
Total Biaya Variabel
Upah (Rp) 50.000 40.000
Total (Rp) 150.000 80.000 Rp. 230.000,-
Total Biaya (Rp) Rp. 67.000 Rp. 5.745.000
Total Biaya jagung
Rp. 5.812.000,-
Tabel 31. Penerimaan Usahatani Jagung dalam Satu Tahun (plot 1) No. Jenis Tanaman Luas Tanam Jumlah Harga/unit Total 2 1. Jagung 750 m 4 ton/th Rp 2.300/Kg Rp. 9.200.000 Total Rp. 9.200.000,Tabel 32. Keuntungan Usahatani Jagung (plot 1) No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Total Biaya 5.812.000 2. Total Penerimaan 9.200.000 Total Keuntungan Jagung Rp. 3.388.000,Untuk mengetahui apakah usahatani yang dijalankan oleh bapak Suwono layak atau tidak, maka dilakukan pehitungan berikut : 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 R/C Ratio jagung = 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 =
9.200.000 5.812.000
= 1,5829
Berdasarkan nilai R/C ratio yang ada dapat dikatakan bahwa usahatani yang dilakukan oleh bapak Suwono dengan komoditas jagung dan kubis adalah layak. Hal tersebut karena nilai R/C rationya melebihi 1, dimana apabila nilai R/C ratio lebih dari 1, maka suatu usahatani dikatakan efisien dan menguntungkan Sedangkan untuk mengetahui besarnya titik impas pada usahatani bapak Darnuji, dilakukan perhitungan BEP Berikut :
69
1. BEP Harga(Rp) =
𝑇𝐶 𝑄
= 5.812.000/ 4.000 kg = Rp. 1.453/kg Nilai BEP tersebut menunjukkan bahwa harga minimum yang harus ditetapkan oleh bapak Suwono apabila beliau tidak mneghendaki untung atapun rugi adalah sebesar Rp. 1.453/kg.sehingga apabila bapak Suwono ingin mendapatkan untung, maka beliau harus menetapkan harga diatas harga BEP Harganya. 2. BEP Produksi (kg) =
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶 𝑄
𝑃−
= 67.000/ (Rp. 2.300 – (5.745.000/4.000 kg)) = 174,025 kg Berdasarkan perhitungan yang didapat, diketahi bahwa titik impas usahatani yang dilakukan oleh bapak suwono dengan komoditas jagung adalah sebesar 174,025 kg. Dengan demikiian, maka bapak Suwono tidak akan mendapat untung ataupun rugi jika hasil produksinya sama dengan nilai BEP Produksi. 3. BEP Penerimaan (Rp) = =
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶 𝑇𝑅
1−
Rp . 67.000 Rp . 5.745 .000 Rp .9.200 .000
1−
= Rp. 718.381,25 Nilai BEP Penerimaan menunjukkan bahwa penerimaan minimum dimana pengeluaran biaya sama dengan penerimaan yang diperoleh sehingga tidak menyebabkan keuntungan dan kerugian adalah sebesar Rp. 718.381,25. Sehingga apabila bapak Suwono ingin untung, maka penerimaannya harus melebihi nilai BEP Penerimaan tersebut Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan usahatani yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh bapak Suwono adalah usahatani yang layak. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai R/C maupun B/C ratio dari tanaman kopi dan jagung secara berturutturut adalah 1,191 dan 9,071 dimana nilai dari keduanya telah melebihi 1. Walaupun pada komoditas jagung nilai R/C ratio nya hanya lebih 0,191, tetapi usahatani tersebut masih dapat dikatakan layak karena masih menghasilkan keuntungan. Sedangkan dari nilai BEP nya komoditas jagung telah memenuhi persyaratan untuk dikatakan layak karena jumlah produksi, harga jual dan penerimaan dari komoditas tersebut juga telah melebihi nilai BEP –nya masing-masing. Pada tanaman jagung, nilai BEP Harganya sebesarRp.
70
1.453/kg, Sedangkan pada usahatani bapak Suwono sebesar Rp.2300,-; nilai BEP Penerimaan sebesarRp.9.200.000,- , sedangkan pada usahatani bapak Suwono sebesarRp. 8.000.000,-; dan untuk nilai BEP Produksi sebesar 174,025 kg sedangkan pada usahatani bapak Suwono sebesar 4000 kg per musim tanam Untuk tanaman kopi sendiri juga dapat dikatakan layak.Hal tersebut terlihat dari nilai NPV nya dimana nilai NPV yang didapatkan oleh usahatani bapak Suwono adalah sebesar 346,476. Berdasarkan Nilai NPV yang ada, apabila nilai NPV lebih dari 0, maka usahatani yang dijalankan dapat dikatakan layak b. Plot 2 Wawancara pada plot 2 dilakukan dengan narasumber bernama Bapak Darmuji.Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari beliau bekerja sebagai seorang petani pada lahannya sendiri.Bapak Darmuji memiliki 3 lahan yang dibudidayakan dengan komoditas tanaman yang berbeda setiap lahannya, yaitu lahan padi dengan luasan 1/8 ha, kubis dengan luasan 1/2 ha dan juga jagung dengan luasan 1/2 ha. Selain dari sektor pertanian, pengahasilan bapak Darmuji juga didapatkan dari ternak yang ia miliki, yaitu kambing Dalam sektor pertanian sendiri, untuk padi beliau tidak menjualnya melainkan menggunakannya untuk pemenuhan kebutuhannya sendiri sehingga beliau tidak perlu membeli beras.Akan tetapi, menurut pengakuan beliau produksi padi pada lahannya tidak menentu.Sedangkan untuk komoditas yang lainnya seperti jagng dan kubis, beliau mebuudidayakannya dengan tujuan untuk menjualnya dan memperoleh keuntungan dari hasil produksi kedua komoditas tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh, rincian pendapatan dari proses usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji adalah sebagai berikut : 1. Tanaman Jagung Tabel 33. Biaya Tetap Komoditas Jagung (plot 2) Biaya (Rp) / No. Uraian Jumlah Harga (Rp) Musim tanam 1. Pajak Lahan 0,5 ha Rp. 250.000,- / tahun Rp 83.333,33 Total Biaya Tetap Rp 83.333,33,-
71
Analisis Biaya Penyusutan Alat Jumlah Satuan unit
Keterangan Cangkul Arit babat Sprayer
2 2 1
Unit Unit Unit
Harga awal per unit
Harga Tahun akhir per ekonomis unit
75.000 25.000 300.000
10.000 10.000 100.000
5 5 5
Biaya Penyusuta n per unit 13.000 3.000 40.000
Total Tabel 34. Biaya Variabel Komoditas Jagung (plot 2) Jumlah No. Uraian Harga (Rp)
Total (Total unit x 1 musim tanam) 8.666,667 2.000 13.333,33 Rp.24.000 ,-
1.
Benih jagung
20 emplek(5 kg)
Rp. 70.000
Biaya (Rp) Rp. 1.400.000
2.
Pupuk Urea
2 sak
Rp. 90.000
Rp. 180.000
3.
Phonska
3 sak
Rp. 120.000
Rp. 360.000
4.
Pestisida jagung
2 botol
Rp. 75.000
Rp. 150.000
2 hari 2 hari
((5 orang x 6 jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp. 40.000,((5 orang x 2 jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp.25.000,-
Rp.300.000,Rp.100.000,-
Tenaga Kerja Panen (5 laki-laki) (5 perempuan)
10.
Total Biaya Variabel
Rp. 2.130.000,-
Tabel 35. Penerimaan Usahatani Jagung (plot 2) No.
Jenis Komoditas
Jumlah
Harga
Total
1.
Jagung
2 ton
Rp. 4.000/kg
Rp. 8.000.000
Total
Rp8.000.000,-
72
Tabel 36. Keuntungan Usahatani Jagung (plot 2) No. Uraian 1. 2.
Total Biaya Penerimaan
Jumlah (Rp) Rp. 2.237.333,33 Rp. 8.000.000,-
Keuntungan
Rp. 5.762.666,76,-
Untuk mengetahui apakah usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji tersebut layak atau tidak, dapat dilihat dari hasil perhitungan berikut: 8.000.000
R/C ratio = 2.237.333,33 = 3,58 Berdasarkan nilai R/C ratio yang ada dapat dikatakan bahwa usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji dengan komoditas jagung dan kubis adalah layak. Hal tersebut karena nilai R/C rationya melebihi 1, yaitu 3,58.Dimana apabila nilai R/C ratio lebih dari 1, maka suatu usahatani dikatakan efisisen dan menguntungkan Sedangkan untuk mengetahui besarnya titik impas pada usahatani bapak Darnuji, dilakukan perhitungan BEP Berikut : 1. BEP Harga(Rp) =
𝑇𝐶 𝑄
= Rp. 2.237.333,33/ 2000kg = Rp. 1.118,66 / kg Nilai BEP tersebut menunjukkan bahwa harga minimum yang harus ditetapkan oleh bapak Suwono apabila beliau tidak mneghendaki untung atapun rugi adalah sebesarRp. 1.118,66 / kg. Sehingga apabila bapak Darmuji ingin mendapatkan untung, maka beliau harus menetapkan harga diatas harga BEP Harganya. 2. BEP Produksi (Unit) =
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶 𝑄
𝑃−
= Rp.107.333,33/Rp.4.000 – (Rp.2.130.000,- / 2.000kg,) = 36.57 kg Berdasarkan perhitungan yang didapat, diketahi bahwa titik impas usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji dengan komoditas jagung adalah sebesar 36.57 kg. Dengan demikiian, maka bapak Darmuji tidak akan mendapat untung ataupun rugi jika hasil produksinya sama dengan nilai BEP Produksi
73
3. BEP Penerimaan (Rp) =
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶 𝑇𝑅
1−
= Rp. 107.333,33 / 1 - (Rp. 2.130.000,-/Rp. 8.000.000,-) = Rp. 146.280,5179 Nilai BEP Penerimaan menunjukkan bahwa penerimaan minimum dimana pengeluaran biaya sama dengan penerimaan yang diperoleh sehingga tidak menyebabkan keuntungan dan kerugian adalah sebesarRp. 146.280,5179. Sehingga apabila bapak Darmuji ingin untung, maka penerimaannya harus melebihi nilai BEP Penerimaan tersebut. 2. Tanaman Kubis Tabel 37. Biaya Tetap Komoditas Kubis (plot 2) No. 1.
Uraian
Jumlah
Pajak Lahan Total Biaya Tetap
0,5 ha
Biaya (Rp) / Musim tanam Rp 83.333,33 Rp 83.333,33,-
Harga (Rp) Rp. 250.000,- / tahun
Analisa Biaya Penyusutan Alat Keterangan
Jumlah unit
Satuan
Harga awal per unit
Cangkul Arit babat
2 2
Unit Unit
75.000 25.000
Total Harga Biaya Tahun (Total unit x 1 akhir Penyusutan ekonomis musim per unit per unit tanam) 10.000 5 13.000 8.666,667 10.000 5 3.000 2.000
Sprayer
1
Unit
300.000
100.000
5
Total Tabel 38. Biaya Variabel Komoditas Kubis (plot 2) No. Uraian Jumlah Harga (Rp) 1. Benih Kubis 0,5 kg Rp. 60.000 /15gr 2. Pupuk Urea 2 sak Rp. 90.000 3. Phonska 3 sak Rp. 120.000 4. NPK 1 sak Rp. 120.000 5. Pestisida kubis 3 Rp. 110.000
40.000
13.333,33 Rp.24.000,-
Biaya (Rp) Rp. 2.000.000,Rp. 180.000,Rp. 360.000,Rp. 120.000,Rp. 330.000
74
6.
Tenaga Kerja Panen (5 laki-laki) (2 perempuan)
2 hari 2 hari
((5 orang x 6 jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp. 40.000,((5 orang x 2 jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp.25.000,-
Total Biaya Variabel Tabel 39. Penerimaan Usahatani Kubis (plot 2) No. Jenis Komoditas Jumlah Harga 1. Kubis 10 ton Rp. 500/kg Total Tabel 40. Keuntungan Usahatani Kubis (plot 2) No. Uraian 1. 2.
Total Biaya Penerimaan
Rp.300.000,Rp.100.000,-
Rp.3.390.000,-
Total Rp. 5.000.000 Rp5.000.000,-
Jumlah (Rp) Rp. 3.497.333,33 Rp. 5.000.000,-
Keuntungan
Rp. 1.502.666,67,-
Untuk mengetahui apakah usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji tersebut layak atau tidak, dapat dilihat dari hasil perhitungan berikut: 5.000.000
R/C ratio= 3.497.333,33 = 1,43 Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan hasil bahwa nilai R/C ratio dari usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji untuk komoditas kubis adalah sebesar 1,43. Hasil tersebut menyatakan bahwa usahatani yang dilakukan efisien dan juga menguntungkan karena nilai R/C rationya lebih dari 1, dengan demikian usahatani kubis yang dilakukan oleh bapak Darmuji merupakan usahatani yang layak Sedangkan untuk mengetahui besarnya titik impas pada usahatani bapak Darmuji, dilakukan perhitungan BEP Berikut : BEP Harga(Rp) =
𝑇𝐶 𝑄
= Rp.3.497.333,33/ 10.000kg = Rp. 349,733 / kg Nilai BEP tersebut menunjukkan bahwa harga minimum yang harus ditetapkan oleh bapak Suwono apabila beliau tidak menghendaki untung atapun rugi adalah sebesarRp. 349,733 / kg. Sehingga apabila bapak Darmuji
75
ingin mendapatkan untung, maka beliau harus menetapkan harga diatas harga BEP Harganya. BEP Produksi (Unit) =
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶 𝑄
𝑃−
= Rp. 107.333,33 /Rp.500,-– (Rp. 3.390.000,- / 10.000kg,-) = 666,66 kg Berdasarkan perhitungan yang didapat, diketahi bahwa titik impas usahatani yang dilakukan oleh bapak Darmuji dengan komoditas jagung adalah sebesar666,66 kg. Dengan demikiian, maka bapak Darmuji tidak akan mendapat untung ataupun rugi jika hasil produksinya sama dengan nilai BEP Produksi. BEP Penerimaan (Rp) =
TFC TVC TR
1−
= Rp. 107.333,33 / 1 - (Rp.3.390.000,-/Rp. 5.000.000,-) = Rp. 333.333,323 Nilai BEP Penerimaan menunjukkan bahwa penerimaan minimum dimana pengeluaran biaya sama dengan penerimaan yang diperoleh sehingga tidak menyebabkan keuntungan dan kerugian adalah sebesarRp. 333.333,323. Sehingga apabila bapak Darmuji ingin untung, maka penerimaannya harus melebihi nilai BEP Penerimaan tersebut. Dari data perhitungan kelayakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan baik dari tanaman jagung ataupun kubis, keduanya sama-sama dapat dikatakan layak. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C ratio dari kedua tanaman tersebut yaitu untuk jagung sebesar 3,58 dan kubis sebesar 1,43, dimana nilai dari kedua tanaman tersebut lebih dari 1 yang berarti bahwa sahatani yang dilakukan oleh Bapak Darmuji untuk kedua komoditas tersebut sudah efisien dan menguntungkan. Sedangkan dari nilai BEP nya juga telah memenuhi persyaratan untuk dikatakan layak karena jumlah produksi, harga jual dan penerimaan dari kedua komoditas tersebut juga telah melebihi nilai BEP –nya masing-masing. Pada tanaman jagung, nilai BEP Harganya sebesarRp. 1.118,66 / kg, Sedangkan pada usahatani bapak Darmuji sebesar Rp.4000,-; nilai BEP Penerimaan sebesarRp. 146.280,5179,-, sedangkan pada usahatani bapak
76
Darmuji sebesarRp. 8.000.000,-; dan untuk nilai BEP Produksi sebesar 36.57 kg sedangkan pada usahatani bapak Darmuji sebesar 2000 kg per musim tanam. Begitupula dengan nilai BEP komoditas Kubis, yaitu nilai BEP Harganya sebesar Rp. 349,733 / kg, Sedangkan pada usahatani bapak Darmuji sebesar Rp.500/kg; nilai BEP Penerimaan sebesarRp. 333.333,323, sedangkan pada usahatani bapak Darmuji sebesar Rp.10.000.000,- ; dan untuk nilai BEP Produksi sebesar 666,66 kg, sedangkan pada usahatani bapak Darmuji sebesar 10.000 kg per musim tanam c. Plot 3 Pada Plot 3, narasumber yang diwawancarai bernama bapak Sugianto. Sebagai sumber pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya beliau bekerja sebagai petani dan juga beternak kambing, akan tetapi menurut pengakuan beliau ternak kambing tersebut digunakan untuk investasi guna memenuhi kebutuhannya dalam jangka panjang. Dalam sektor pertanian sendiri, beliau membudidayakan tanaman sayuran, yaitu kubis yang ditanam secara monokultur pada luasan lahan sebesar 1 ha. Dalam proses budidayanya, bapak Sugianto melakukan sistem pertanian intensif baik dari segi pengolahan tanah, sanitasi maupun pengendalian hama dan penyakit sehingga dengan melakukan pertanian intensif tersebut hasil produksi yang diperoleh dapat dikatakan cukup besar, yaitu dalam 1 ha lahan dapat menghasilkan kubis sebanyak 20.000 kg setiap 1 kali musm tanam. Berdasarkan data yang didapat dan hasil perhitungan yang telah diperoleh, rincian usahatani bapak Sugianto adalah sebagai berikut : Tabel 41. Biaya Tetap Komoditas Kubis (plot 3) Jumlah No Uraian Harga Perhitungan Biaya/musim tanam (Unit) 1.
sewa lahan
1 ha
Rp. 6.000,000
Rp. 1.500.000
Analisa Biaya Penyusutan Alat
Cangkul Arit babat
2 2
Buah Buah
75.000 75.000
10.000 10.000
5 5
13.000 13.000
Total (Total unit x 1 musim tanam) 3.250 3.250
Sprayer
1
Buah
300.000 100.000
5
40.000
10.000
Keterangan
Jumlah Satuan unit
Harga Harga awal akhir per unit per unit
Tahun ekono mis
Biaya Penyusu tan per unit/th
Total /musim
6.500 6.500 10.000
77
Total Total Biaya Tetap
Rp.23.000 Rp.1.523.000
Tabel 42. Biaya Variabel Komoditas Kubis (plot 3) No Uraian Jumlah (unit) Harga 1. Benih/bibit : 10 pack Rp. 65.000 2.
3
Pupuk : - kandang - Urea - SP36 - Ponska -ZA Pestisida -Prevathon -Antracol -Obat Daun
Biaya Rp. 650.000
75 karung 3 karung 2 karung 1 karung 2 karung
Rp.15.000/karung Rp.90.000/karung Rp.105.000/karung Rp.120.000/karung Rp. 75.000/karung
Rp 1.125.000 Rp. 270.000 Rp. 210.000 Rp. 120.000 Rp. 150.000
3 botol (100 ml) 2 kg 2 kg
Rp. 68.000/botol Rp. 140.000/kg Rp. 108.000/kg
Rp. 204.000 Rp. 280.000 Rp. 216.000
Total
Rp. 3.225.000,-
Tabel 43. Total Biaya Tenaga kerja (plot 3) Tenaga kerja Jumlah Jumlah Jumlah orang hari jam/hari Persiapan lahan 7 4 4,5
HOK
Upah/HOK
Total
15,75
Rp. 30.000
Rp. 472.500
Tanam
6
2
4,5
6,75
Rp. 30.000
Rp. 202.500
Perawatan
5
8
2
10
Rp. 30.000
Rp. 300.000
Panen
10
1
4,5
5,63
Rp. 30.000
Rp. 168.900
Total
Rp. 1.143.900,-
Tabel 44. Total Biaya Usahatani Kubis (plot 3) No.
Biaya
1.
Total biaya tetap (total fixed cost)
Rp. 1.523.000
2.
Total biaya variabel (total variable cost)
Rp. 4.368.900
Total Biaya (Total Cost) Tabel 45. Penerimaan Usahatani Kubis (plot 3)
Total biaya
Rp. 5.891.900,-
78
Jenis tanaman Kubis
Luas Tanam 1 ha
Jumlah Produksi (ton) 20 Total
Harga /kg (Rp) 700
Tabel 46. Keuntungan Usahatani Kubis (plot 3) No Uraian 1 Total biaya (total cost) 2 Penerimaan (total revenue) Keuntungan
Nilai produksi Rp. 14.000.000 Rp. 14.000.000,-
Jumlah Rp. 5.891.900 Rp. 14.000.000 Rp. 8.108.100,-
Untuk mengetahui apakah usahatani yang dilakukan oleh bapak Sugianto tersebut layak atau tidak, dapat dilihat dari hasil perhitungan berikut : R/C Ratio kubis
=
Penerimaan
biaya 14.000.000
= 5.891.900
= 2,37 (Layak) Berdasarkan nilai R/C ratio yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh bapak Sugianto dikatakan layak. Hal tersebut dikarenakan nilai R/C ratio yang diperoleh lebih dari 1, dimana dalam ketetapannya apabila nilai R/C ratio tersebut lebih dari 1, maka suatu usahatani dapat dikatakan efisien dan menguntungkan Sedangkan untuk mengetahui besarnya titik impas pada usahatani bapak Darmuji, dilakukan perhitungan BEP Berikut BEP Harga(Rp) =
TC Q
=
Rp. 5.81.900 20.000
= Rp. 295,BEP Harga dapat digunakan untuk menentukan berapa harga yang akan kita tawarkan untuk suatu produk sehingga usahatani yang dilakukan akan mendapatkan keuntungan. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa BEP Harga dari komoditas kubis yang bapak Sugianto usahakan adalah sebesarRp. 295,-. Oleh karena itu, agar usahatani yang dilakukan oleh bapak Sugianto dapat memiliki keuntungan yang signifikan, maka beliau harus memberikan harga yang melebihi harga BEP tersebut.
79
BEP Produksi (kg) = =
TFC TVC Q
P−
Rp . 1.523.000 Rp . 4.368 .900 20.000
𝑅𝑝 700−
= 3.163 kg Hasil tersebut menunjukkan bahwa BEP produksi dari usahatani bapak Winarto adalah sebanyak 3.163 kg. Sehingga apabila bapak Sugianto ingin mendapat keuntungan, maka beliau harus bisa menghasilkan produksi dengan jumlah melebihi jumlah BEP-nya BEP Penerimaan (Rp) = =
𝑇𝐹𝐶 𝑇𝑉𝐶 𝑇𝑅
1−
Rp . 1.523.000 Rp . 4.368 .900 𝑅𝑝 .14 .000 .000
1−
= Rp. 2.207.246,Berdasarkan hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa nilai BEP penerimaan dari usahatani yang dijalankan oleh bapak Sugianto adalah sebesarRp. 2.207.246,-. Dari data tersebut berarti, apabila usahatani yang dilakukan bapak Sugianto ingin dikatakan layak, maka beliau harus mampu mendapatkan penerimaan melebihi nilai BEP Penerimaannya Berdasarkan data hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh bapak Sugianto dapat dikatakan layak, efisien dan menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C rationya yaitu 2,37, nilai R/C ratio yang melebihi 1 menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan efisien dan menguntungkan. Sedangkan dari nilai BEP nya juga telah memenuhi persyaratan untuk dikatakan layak karena jumlah produksi, harga jual dan penerimaannya telah melebihi nilai BEP –nya masing-masing.Nilai BEP tersebut antara lain, nilai BEP Harganya sebesarRp. 295,-, Sedangkan pada usahatani bapak Sugianto sebesar Rp.700,-; nilai BEP Penerimaan sebesarRp. 2.207.246,-,sedangkan pada usahatani bapak Sugianto sebesarRp. 14.000.000; dan untuk nilai BEP Produksi sebesar 3.163 kg sedangkan pada usahatani bapak Sugianto sebesar 20.000 kg per musim tanam. d. Plot 4 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat desa bermatapencaharian utama sebagai seorang petani.Selain sebagai petani, dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya masyarakat desa juga melakukan kegiatan beternak beberapa jenis hewan seperti sapi kambing dan ayam.
80
Biasanya masyarakat yang memiliki ternak sekaligus bermatapencaharian sebagai petani akan mengkombinasikan keduanya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang lebih. Contohnya adalah memanfaatkan kotoran ternaknya sebagai pupuk kandang guna menunjang pertumbuhan tanaman budidaya dan juga menggunakan sisa hasil panen tanaman budidaya sebagai pakan ternak Pada Plot 4, narasumber yang kami wawancarai adalah bapak Winarto. Bapak Winarto memiliki matapencaharian sebagai seorang petani. Menurut penuturan beliau, beliau memiliki 1 ekor sapi yang masih berusia 1 tahun sehingga sapi tersebut belum dapat digunakan sebagai penambah input ekonomi dari bapak Winarto. Oleh karena itu, dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari bapak Winarto hanya bergantung pada hasil produksi pertaniannya saja. Perhitungan pendapatan usahatani bapak Winarto adalah sebagai berikut : Tabel 47. Total Biaya Tetap Komoditas Jagung (plot 4) No.
Uraian
1.
Sewa Lahan
2.
Alat a. b. c. d.
Jumlah (unit)
Umur Ekonomis
Harga Penyusutan (Rp)
Biaya (Rp)
1
-
1.500.000,/musim tanam
1.500.000,-
1 1 2 1
5 5 5 10
4.000,2.000,6.000,14.000,-
4.000,2.000,6.000,14.000,-
Cangkul Cangkil Sabit Knapsack
Total Biaya Tetap
Rp.1.526.000,-
Tabel 48. Total Biaya Variabel (plot 4) No.
Uraian
1. 2.
3.
Jumlah (unit)
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Benih jagung manis
12 kg
7000,-/kg
84.000,-
Pupuk a. Urea b. Phonska
100 kg 250 kg
19.000,-/kg 2500,-/kg
1.900.000,625.000,-
1 kg 1 botol (500 ml)
15.000,-/kg 105.000,-
15.000,-/kg 105.000,-
Obat-obatan a. Furadan b. Pestisida Desis
81
Total Biaya Variabel
Rp.2.729.000,-
Tabel 49. Total Biaya Usahatani Jagung (plot 4) No.
Biaya
Total biaya
1.
Total biaya tetap (total fixed cost)
Rp. 1.526.000,-
2.
Total biaya variabel (total variable cost)
Rp. 2.729.000,Rp. 4.255.000,-
Total Biaya (Total Cost) Tabel 50. Penerimaan Usahatani Jagung (plot 4) Jenis Luas Jumlah Harga /kg tanaman Tanam Produksi (ton) (Rp) Jagung 3/4 ha 2,5 4000 Total Tabel 51. Keuntungan Usahatani Jagung (plot 4) No Uraian 1 Total biaya (total cost) 2 Penerimaan (total revenue) Keuntungan
Nilai produksi Rp. 10.000.000,Rp. 10.000.000,-
Jumlah Rp. 4.255.000,Rp. 10.000.000,Rp. 5.745.000,-
Berdasarkan data yang diperoleh dari table tersebut, dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan oleh petani layak karena jumlah total pendapatannya lebih besar dibandingkan dengan jumlah produksi. Akan tetapi, keuntungan tersebut termasuk keuntungan yang kecil karena dari keuntungan petani hanya mempu digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok petani saja, seperti biaya untuk makan sehari-hari dan juga untuk biaya sekolah anaknya. Sedangkan untuk kebutuhan tersiernya, dengan pendapatan yang demikian masih belum dapat memenuhi sepenuhnya sehingga petani tersebut dapat dikatakan sebagai petani yang masih tergolong menengah kebawah Untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani dengan komoditas jagung yang dilakukan oleh bapak Winarto layak atau tidak, dapat dilihat dari perhitungan berikut : 10.000.000 𝐑/𝐂 𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨 = 4.255.000 = 2,35
82
Berdasarkan nilai R/C ratio yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh bapak Winarto dikatakan layak. Hal tersebut dikarenakan nilai R/C ratio yang diperoleh lebih dari 1, dimana dalam ketetapannya apabila nilai R/C ratio tersebut lebih dari 1, maka suatu usahatani dapat dikatakan efisien dan menguntungkan BEP (Break Event Point) Perhitungan BEP sendiri dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah produksi, penerimaan dan juga harga minimum yang harus dicapai agar usahatani dari seseorang mencapai titik keseimbangan, yaitu tidak mengalami untung ataupun rugi. Berikut adalah hasil perhitungan BEP dari usahatani yang dijalankan oleh bapak Winarto : 𝑇𝐹𝐶 BEP Produksi (unit) = 𝑇𝑉𝐶 𝑃− 𝑄 𝐁𝐄𝐏 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 (𝐮𝐧𝐢𝐭) =
1.526.000 4000 −
2.729.000 2500
= 525 kg Hasil tersebut menunjukkan bahwa BEP produksi dari usahatani bapak Winarto adalah sebanyak 525 kg. Sehingga apabila bapak Winarto ingin mendapat keuntungan, maka beliau harus bisa menghasilkan produksi dengan jumlah melebihi jumlah BEP-nya 𝑇𝐹𝐶 BEP Penerimaan = 𝑇𝑉𝐶 1 − 𝑇𝑅 𝐁𝐄𝐏 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 =
1.526.000 1−
2.729 .000 10 .000 .000
= Rp.2.098.748,Berdasarkan hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa nilai BEP penerimaan dari usahatani yang dijalankan oleh bapak Winarto adalah sebesar Rp.2.098.748. Dari data tersebut berarti, apabila usahatani yang dilakukan bapak Winarto ingin dikatakan layak, maka beliau harus mampu mendapatkan penerimaan melebihi nilai BEP Penerimaannya 𝑇𝐶 BEP Harga = 𝑄 4.255.000 𝐁𝐄𝐏 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 = 2500 = Rp.1.702,-
83
BEP Harga dapat digunakan untuk menentukan berapa harga yang akan kita tawarkan untuk suatu produk sehingga usahatani yang dilakukan akan mendapatkan keuntungan. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa BEP Harga dari komoditas jagung yang bapak Winarto usahakan adalah sebesar Rp.1.702. Oleh karena itu, agar usahatani yang dilakukan oleh bapak Winarto dapat memiliki keuntungan yang signifikan, maka beliau harus memberikan harga yang melebihi harga BEP tersebut Berdasarkan data yang didapatkan selama wawancara dengan bapak Winarto diperoleh data bahwa jumlah produksi beliau selama 1 musim tanam adalah 2500 kg, penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.10.00.000,dan harga jual yang ditawarkan adalah sebesar Rp.4000,-/kg. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui ada satu data, yaitu data produksi yang kurang sesuai, dimana apabila hasil produksi jagung bapak Winarto dibandingkan dengan nilai BEP Produksinya, hasilnya masih berada di bawah nilai BEP Produksi.Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan haasil produksi jagung. Akan tetapi, usahatani yang dilakukan oleh bapak Winarto tersebut masih dapat dikatakan layak karena dalam proses usahatani, walaupun hasil produksi tidak sesuai, bapak Winarto masih bisa memperoleh keuntungan dari kegiatan budidayanya. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai penerimaan beliau yaitu sebesar Rp.10.000.00,- , dimana nilai tersebut telah jauh melebihi nilai BEP Penerimaannya, yaitu sebesar Rp.2.098.748,-. Sedangkan dari segi harga yang ditawarkan juga telah efisien karena harga yang ditawarkan, yaitu sebesar Rp.4000,-/ kg telah melebihi niali BEP Harga sebesar Rp.1.702,3.1.3.2 Ekologically sound (ramah lingkungan) a. Plot 1 Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa komoditas yang ditanam oleh bapak Suwono pada lahan seluas 0, 0,195 Ha adalah komoditas kopi dan jahung dengan komoditas utamanya adalah kopi pada 1200 m 2 dan komoditas jagung yang ditanam pada lahan seluas 750 m2. Berdasarkan hasil produksi yang diperoleh masing-masing komoditas dapat diketahui bahwa kemampuan agroekosistem dalam mendukung usahatani milik bapak Suwono sudah baik karena dengan luasan lahan demikian dapat menghasilkan produksi kopi sebesar 2000 kg per musim tanam dan jagung sebesar 4000 kg per musim tanam. Dari segi kualitas agroekosistemnya, pertanian yang dijalankan oleh bapak Suwono sudah cukup baik. Hal tersebut dikarenakan walaupun beliau menggunakan input bahan kimia seperti pupuk dan pestisida dalam kegiatan budidaya, beliau juga mengimbanginya dengan pemberian pupuk kandang sehingga kondisi kesuburan tanah masih akan tetap terjaga dengan
84
baik.Mayadewi (2007) mengungkapkan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organic yang memiliki kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah.Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah. Lahan yang digunakan bapak Suwono untuk proses buidayanya merupakan jenis lahan Agroforestri, dimana pada lahan tersebut terdapat beberapa jenis tanaman baik tahunan maupun semusim seperti tanaman jagung, kopi, durian, alpukat dan petai yang ditanam secara berdampingan. Dengan adanya sistem Agroforestri tersebut, maka tingkat biodiversitas akan tinggi dan keseimbangan ekosistem akan bisa terjaga dengan baik sehingga mampu meminimalisir terjadinya ledakan hama dari suatu komoditas tanaman. Selain itu, dengan adanya sistem Agroforestri juga akan menjaga iklim mikro di sekitar tanaman tetap stabil, ditambah lagi dengan adanya tutupan lahan yang memiliki strata dan juga kelimpahan seresah yang ada dapat mengurangi adanya limpasan permukaan dana mencegah terjadinya erosi. Menurut Hairiah, K (2003) Secara ekologi,Agroforestri memberikan banyak manfaat yakni (1) Dapat mempertahankan kualitas sumberdaya alam serta agroekosistem secara keseluruhan yang didalamnya termasuk hewan,tanaman dan jasad renik ; (2) tercipta iklim mikro yang cocok bagi organisem lain ;(3) sebagai sumber penghasilan tambahan bagi keluarga;(4) Mobilisasi unsur hara dalam ekosistem (5) mengendalikan populasi hama, penyakit dan gulma jauh dibawah ambang ekonomis ;(6) mengkonservasi air dan mengoptimalkan pemakaiannya; (7) mengkonservasi berbagai keragaman genetic dengan fungsi yang berbeda dalam menstabilkan ekosistem tersebut. Upaya pelestarian yang dilakukan masyarakat sekitar adalah dengan cara bergabung dengan suatu kelembagaan yaitu LKDPH Wono Asri dan mempertahankan fungsi hutan sebagai hutan lindung. LKDPH Wono Asri merupakan suatu lembaga yang bertugas untuk menjaga dan melindungi hutan. Dalam LKDPH tersebut terdapat beberapa peraturan yang mewajibkan semua masyarakat dilarang merusak hutan dan apabila melanggar akan dikenai sanksi yang berat. Dengan ikut bergabung dalam lembaga tersebut, maka akan meminimalisir terjadinya pengeksploitasian hutan oleh masyarakat dan masyarakat akan ikut serta berberan aktif dalam menjaga kelestarian hutan sehingga ekosistem yang ada akan terpelihara dengan baik. Resiko-resiko alamiah yang dapat terjadi di lapang adalah terjadinya, banjir, longsor dan juga erosi. Resiko tersebut dapat terjadi apabila masyarakat salah dalam proses pengelolaan lahannya dan juga melakukan eksploitasi berlebihan terhadap hutan. Oleh karena itu, agar resiko tersebut
85
tidak terjadi dibutuhkan kerjasama antara pihak lembaga dan juga masyarakat sekitar untuk menjaga ekosistem yang ada. b. Plot 2 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada plot 2 dengan narasumbernya yaitu bapak Darmuji, didapatkan data bahwa beliau memiliki 3 lahan dengan luasan dan juga komoditas yang berbeda pada tiap lahannya. Lahan yang pertama merupakan lahan pertanian padi dengan luasan 1/8 ha dan hasil produksi sebesar 400 kg, untuk lahan dengan komoditas jagung luasannya sebesar 1/2 ha dengan jumlah produksi sebesar 2 ton, sedangkan untuk lahan yang terakhir adalah lahan kubis dengan luasan 1/2 ha dan hasil produksi sebesar 10 ton. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan agroekosistem pada lahan yang dimiliki oleh bapak Darmuji baik Berdasarkan kualitasnya, agroekosistem pada lahan pertanian yang dimiliki oleh bapak Darmuji juga sudah baik. Hal tersebut dikarenakan dalam proses budidayanya, walaupun beliau menggunakan input bahan kimia sisntetis, tapi beliau juga mengimbanginya dengan penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik yang beliau dapatkan dari hasil ternaknya. Selain itu, tingkat biodiversitas yang ada pada lahan tersebut juga cukup baik. Walaupun sistem penanaman yang digunakan adalah monokultur, tetapi pada setiap luasan lahan memiliki komoditas yang berbeda sehingga dengan adanya hal tersebut dan juga letak lahan yang berdekatan, maka biodiversitas baik hayati maupun organisme pada lahan yang dimiliki oleh bapak Darmuji dapat terjaga dengan baik Selain dari proses budidayanya, sumber air yang ada pada daerah plot 2 juga dapat mengindikasikan adanya kualitas agroekosistem yang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari kondisi sumber air tersebut, dimana sumber air yang ada masih jernih dan masih terjaga kebersihannya.Terjaganya sumber air tersebut dikarenakan pada daerah hulu, kondisi hutannya masih terjaga dengan baik sehingga dengan adanya hutan tersebut, dapat berfungsi sebagai penyimpan dan juga pencegah erosi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Center for Watershed Protection and US Forestry Service (2008), diketahui bahwa Hutan berperan sebagai spons raksasa, menyerap air hujan selama musim penghujan dan perlahanlahan melepaskannya selama musim kering.Hutan menyediakan sistem infiltrasi alami dan penyimpanan yang memasok sekitar 75 persen air yang dapat digunakan secara global.Perakaran pohon dan serasah dedaunan menciptakan kondisi yang mendorong infiltrasi air hujan ke dalam tanah dan kemudian ke dalam air tanah, menyediakan pasokan air selama masa-masa kering. Dengan adanya hal tersebut, maka sumber air yang ada pada plot 2 sangat mudah untuk didapatkan dan dalam jumlah yang melimpah. Dalam
86
proses budidaya, sumber air tersebut digunakan sebagai sumber irigasi utama lahan pertanian. Dengan menggunakan saluran-saluran air yang menghubungkan antara sumber air dan juga lahan pertanian, maka lahan pertanian tersebut akan dapat teririgasi dengan baik dan cukup Dalam pengaplikasian bahan-bahan anorganik seperti pupuk dan pestisida di lahan bapak Darmuji juga bisa dikatakan telah sesuai karena dalam mengaplikasikan pupuk dan pestisida, beliau tidak melakukannya secara terjadwal melainkan melihat terlebih dahulu kondisi tanamannya. Misalnya, penggunaan pupuk kimia akan dilakukan apabila tanaman telah menunjukkan gejala kekurangan unsur hara seperti tanaman layu, menguning dan pertumbuhannya lambat. Begitu pula dengan pengaplikasian pestisidanya, apabila serangan hama dan penyakit yang ada tidak menimbulkan dampak yang terlalu signifikan terhadap hasil produksi tanaman budidayanya, bapak Darmuji tidak akan melakukan penyemprotan, tetapi sebaliknya apabila serangan hama dan penyakit tersebut telah dianggap merugikan, maka akan dilakukan tindakan penyemprotan. c.
Plot 3
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada plot 3 dengan narasumber bernama bapak Sugianto, dapat diketahui bahwa bapak Sugianto merupakan seorang petani yang memiliki lahan dengan luasan 1 ha. Pada setiap musim tanam, beliau menanami lahan tersebut dengan tanaman kubis.Berdasarkan kemampuan dan kualitas agroekosistemnya, sistem budidaya yang dilakukan oleh bapak Sugianto memiliki kemampuan agroekosistem yang baik untuk mendukung perkembangan dan hasil prduksi tanaman budidaya. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil yang didapatkan bapak Sugianto dalam 1 kali musim tanam adalah sebesar 25.000 kg, dimana hasil tersebut merupakan hasil yang cukup besar. Akan tetapi, besarnya hasil produksi yang didapat tersebut belum memenuhi sistem keberlanjutan. Hal tersebut dikarenakan dalam proses budidayanya, bapak sugito masih kurang memperhatikan keberlanjutan dari segi ekologinya, dimana dalam proses budidayanya sendiri, beliau masih menggunakan sistem tanam monokultur yang intensif dengan penggunaan input berupa bahan-bahan anorganik seperti pupuk kimia dan pestisida. Dengan adanya sistem pertanaman monokultur intensif yang dilakukan secara terus – menerus akan dapat menimbulkan banyak kerugian, diantaranya menurunnya tingkat kesuburan tanah, meningkatnya populasi hama dan penyakit serta keseimbangan ekosistem yang terganggu. Menurut Noordwijk dan Kurniatun Hairiah,(2006), meningkatnya intesifikasi pertanian akan mengubah kondisi tanah dari suatu agroecosistem, yang menyebabkan hilangnya biodiversitas organisme tanah karena menurunnya jumlah dan
87
diversitas masukan organik kedalam rantai makanannya, dan adanya penggunaan bahan kimia serta modifikasi iklim mikro. Berubahnya biodiversitas dalam tanah mempengaruhi grup fungsional penting, seperti simbion (berperan penting dalam siklus hara), grup penggali tanah (ecosystem engineer) (berperan penting dalam mempertahankan infiltrasi tanah), dan predator (berperan penting dalam pengendalian hama dan penyakit). Penurunan kesuburan tanah dapat terjadi akibat adanya cara budidaya yang intensif karena apabila tanah terlalu banyak menerima suplai bahan anorganik dalam jumlah yang cukup banyak dan tanpa dilakukan adanya penambahan bahan organik, maka tanah akan kehilangan kualitasnya. Kualitas tanah tersebut tetntunya berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan juga biologi tanah, dimana apabila tanah mendapatkan suplai bahan anorganik secara berlebih, maka tekstur tanahnya akan menjadi keras. Hal tersebut dapat terjadi karena bahan organik yang seharusnya dapat digunakan untuk menyeimbangkan tingkat porositas dan juga sebagai penyedia bahan makanan bagi mikroorganisme tanah sudah tidak ada, Selain itu, dengan sistem tanam yang intensif akan dapat menurunkan tingkat biodiversitas agroekosistem karena dalam pertanian intensif yang dilakukan, baik dari segi pengolahan, pembersihan gulma dan juga pengendalian hama dan penyakit semuanya dilakukan secara intensif. Dengan adanya pengolahan tanah yang berlebihan akan dapat mengganggu perkembangan organisme dalam tanah sehingga tingkat pertumbuhan dan jumlah organisme dalam tanah akan berkurang. Noordwijk dan Kurniatun Hairiah,(2006) mengungkapkan bahwa Biota tanah sangat sensitif terhadap gangguan oleh adanya aktivitas manusia, sebagai contoh adanya sistem pertanian yang intensif, karena intensifikasi pertanian menyebabkan berubahnya beberapa proses dalam tanah. Kegiatan pertanian yang dimaksud antara lain adalah penyiangan, pemupukan, pengapuran, pengairan dan penyemprotan herbisida dan insektisida. Sementara Jackson et al. (2005) mengungkapkan bahwa perubahan fungsi ekosistem terutama terjadi melalui penurunan kandungan bahan organik tanah (BOT) dan biodiversitas organisma tanah. Menurunnya fungsi ekosistem tersebut akan menurunkan produksi tanaman dan kualitas lingkungan seperti meningkatnya limpasan permukaan dan erosi, polusi udara, tanah dan air serta peledakan populasi hama. Pengendalian hama dan penyakit secara intensif juga dapat menimbulkan dampak buruk pada ekosistem karena dengan pengendalian yang intensif tingkat biodiversitas akan menurun sehingga ekosistem, melalui proses jaring-jaring makanan akan terganggu keseimbangannya.
88
d. Plot 4 Dari segi kualitas dan kemampuan agroekosistem pada lahan yang dimiliki dapat dikatakan cukup baik.Hal tersebut karena agroekosistem tersebut mampu mendukung peertumbuhan tanaman budidaya dengan cukup baik. Dari hasil wawancara diketahui bahwa dengan luasan lahan 3/4 hektar mampu menghasilkan produksi sebesar 2,5 ton. Selain itu, menurut penuturan bapak Winarto, serangan hama dan penyakit yang ada tidak terlalu banyak sehingga tidak berdampak signifikan terhadap hasil produksi tanaman budidaya. Sistem pertanian yang dijalankan pada daerah tersebut merupakan sistem pertanian monokultur.Dalam sistem pertanian berlanjut, pertanian monokultur merupakan sistem pertanian yang dianggap kurang tepat karena dengan sistem pertanian tersebut hanya menguntungkan dari segi ekonominya saja, tetapi dari segi ekologi masih belum terpenuhi.Hal tersebut dikarenakan dengan penggunaan sistem pertanian monokultur, keseimbngan agroekosistem dapat terganggu akibat berkurangnya keanekaragaman hayati. Selain itu, dengan pertanian secara monokultur akan mampu menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terkena serangan hama dan penyakit. Dalam sistem budidayanya sendiri bapak Winarto memang menggunakan pupuk organik pada saat awal musim tanam, akan tetapi jumlah aplikasi pupuk organik tersebut tidak sebanding dengan penggunaan pupuk anorganiknya karena jumlah yang diberikan dalam 1 kali musim tanam tidak selalu sama karena tergantung pada jumlah kotoran yang dikeluarkan oleh hewan ternaknya. Selain itu, dalam pengaplikasiannya tidak melalui tahapan pengomposan sehingga ada kemungkinan pupuk kandang yang diberikan masih belum matang sepenuhnya. Menurut Firmansyah (2011), pemberian pupuk organik yang belum matang dapat menyebabkan kekurangan N sehingga perlu dicacah jika bentuknya terlalu panjang; dapat membawa pathogen yang mampu menular ke tanaman maupun manusia; banyak mengandung logam berat jika berasal dari sampah kota atau pabrik. Pada lahan pertanian yang dimiliki oleh bapak Winarto memang memiliki tingkat serangan hama penyakit yang rendah, hal tersebut dikarenakan apabila lahannya terserang hama ataupun penyakit bapak Winarto akan langsung mengaplikasikan pestisidan kimia sehingga tingkat serangan OPT tersebut dapat ditekan dengan cepat. Akan tetapi, dengan penggunaan pestisida yang berlebihan akan mampu mengganggu keseimbangan dan kestabilan agroekosistem yang ada. Dismuskes dan Vandeveer (2001) berpendapat bahwa Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai dampak negative baik bagi manusia maupun lingkungan.Di dalam lingkungan, pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan yang merubahnya menjadi bahan-bahan lain yang
89
tidak beracun atau masih beracun. Dalam jangka panjang, aplikasi yang sangat intensif, dapat meningkatkan probabilitas organisme pengganggu tumbuhan (OPT) sekunder atau meningkatkan resistensi hama Dalam pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Winarto pada daerah plot 4, diketahui bahwa dalam menjaga kelestarian sumberdaya di daerahnya dilakukan dengan cara menjaga hutan yang ada dengan tidak mengalihfungsikan lahan hutan dan tidak mengekslpoitasinya secara berlebihan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keberadaan dan kebersihan sumber air pada daerah tersebut. Masyarakat lebih fokus menjaga sumber airnya karena sumber air tersebut merupakan komponen yang paling berpengaruh baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar, maupun bagi keberlangsungan usahatani yang dijalankan pada daerah tersebut. Untuk resiko, kemungkinan resiko-resiko alamiah yang dapat terjadi di daerah Plot 4 antara lain resiko terjadinya erosi. Resiko erosi dapat terjadi karena kondisi lahan pertanian yang berada pada daerah berlereng sehingga apabila pengelolaan lahan yang dilakukan kurang tepat, maka akan mampu merusak sifat-sifat kimia tanah mulai dari fisik, kimia sampai dengan biologi tanah. Dengan rusaknya kondisi fisik tanah, maka tanah akan menjadi kering dan apabila terdapat tekanan dari alam akan mudah tererosi. Selain itu, resiko lain yang dapat terjadi pada daerah tersebut adalah terjadinya ledakan hama dan penyakit. Berdasarkan pengakuan dari bapak Winarto tentang cara budidayanya, dapat disimpulkan bahwa cara budidaya yang dilakukan oleh bapak Winarto cenderung lebih banyak menggunakan input berupa bahan kimia sintetis terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit. Apabila hal tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, maka akan ada kemungkinan serangga hama yang dikendalikan dengan pestisida tersebut menjadi resisten dan dapat menimbulkan terjadinya resurgensi atau peledakan hama. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya potensi resistensi dan juga resurgensi perlu dilakukan adanya perubahan yang berkaitan dengan pengendalian hama penyakit di daerah tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan cara pemanfaatan musuh alami. Dimana dengan memanfaatkan musuh alami selain dapat mengendalikan hama dan penyakit yang ada juga akan mampu menambah biodiversitas yang ada sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Untung (2006), bahwa Musuh alami sebagai bagian dari agroekosistem memiliki peranan menentukan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama.
90
3.1.3.3 Sosially just (Berkeadilan = Menganut Azas Keadilan) a. Plot 1 Berdasarkan data yang ada, dapat diketauhibahwa sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, sehingga sebagian besar lahan pada daerah tersebut digunakan untuk bercocok tanam. Pada plot ini, petani membudidayakan jagung dan kopi. Petani terlihat cukup memahami bagaimana menanam kopi yang tepat, hal tersebut dibuktikan dengan adanya upaya penaungan pada kopi yang dibudidayakan.Selain itu, petani tersebut juga sudah melakukan upaya-upaya untuk menjaga biodiversitas, yang diwujudkan dengan penanaman berbagai macam tanaman dalam sebuah lahan dan juga penggunaan benih lokal. Menurut pernyataan narasumber, modal untuk berusahatani berasal dari modal sendiri, bukan berasal dari pinjaman.Sedangkan untuk pemasaran hasil pertanian, dilakukan dengan menjual kepada tengkulak dengan sistem borongan.Namun, petani tidak menjualnya dalam bentuk buah mentah melainkan menjualnya ketika sudah dilakukan pewiwilan. Dalam segi humanistik, petani dianggap kurang karena masih adanya penggunaan pestisida kimia yang dapat membunuh organisme-organisme non-target yang harusnya dapat memberikan keuntungan maupun mencemari lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. b. Plot 2 Menurut keterangan narasumber, petani mendapatkan pengalaman dan pengetahuan bertani ini dari orang tua yang diwariskan secara turun temurun.Selain menjadi petani, narasumber juga memiliki ternak. Namun,tidak semua petani pada wilayah tersebut memiliki ternak. Menurut penjelasan, petani yang tidak memiliki ternak menambah pendapatan dengan menjual rumput gajah.Petani menjual hasilnya kepada tengkulak dengan kesepakatan harga tertentu.Menurut petani, hasil pertanian tersebut sudah membantu perekonomian sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup mereka. Akses modal bagi petani dianggap mudah, karena menurut hasil wawancara petani memiliki modal sendiri untuk melakukan usaha budidayanya. c. Plot 3 Seperti halnya pada plot lain, pada plot kali ini petani juga menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk desa tersebut adalah sebagai petani, sehingga sebagian besar laahn yang ada di desa tersebut diunakan untuk bidang pertanian. Komoditas yang ditanam oleh petani pada plot ini adalah komoditas sawi.Petani menggunakan modal sendiri
91
untuk memulai dan melaksanakan praktik usaha taninya kemudian petani menjual hasil pertaniannya pada tengkulak dengan harga yang telah disepakati.Disamping itu, selain bertani, narasumber juga memiliki ternak berupa kambing.Selain menambah pendapatan dari penjualan kambing, narasumber memanfaatkan kotoran kambingnya untuk dijadikan pupuk organik. d. Plot 4 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar penduduk Desa Tulungrejo bekerja sebagai petani.Sehingga, sebagian besar lahan di daerah tersebut digunakan untuk bercocok tanam.Para petani di desa tersebut sangat memanfaatkan lahan pertanian yang ada, bahkan hampir tidak ada lahan yang dibiarkan kosong.Lahan-lahan yang ada digunakan untuk menanam tanaman semusim seperti jagung, bayam, dan cabai, digunakan untuk Agroforestri dan juga ada lahan yang digunakan untuk hutan.Jika, dilihat secara keseluruhan keragaman yang ada didaerah tersebut cukup baik terutama diwilayah bagian atas (penggunaan Agroforestri dan hutan).Namun, jika dilihat pada lahan Pak Winarto yang merupakan lahan monokultur jagung, maka keanekaragaman hayatinya sangat rendah. Selain itu, Pak Winarto sangat berfokus pada kehidupan jagung manisnya saja, tanpa meperhatikan kehidupan lain seperti arthropoda dan mikroorganisme ataupun kesehatan tanah. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya input bahan kimia sintetik yang dilakukan oleh Pak Winarto seperti pupuk kimia dan pestisida.Padahal, input pestisida yang berlebihan sangat tidak baik bagi lingkungan. Menurut Ameriana (2008), di dalam lingkungan pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan yang mengubahnya menjadi bahan-bahan lain yang tidak beracun atau masih beracun. Dalam jangka panjang aplikasi yang angat intensif, dapat meningkatkan probabilitas organisme pengganggu tumbuhan (OPT) sekunder atau neningkatkan resistensi hama. Modal Pak Winarto berasal dari modal pribadi, walaupun secara kepemilikan, lahan milik Pak Winarto adalah lahan sewa yang disewa sebanyak 3 juta dalam satu tahun.Namun, uang untuk sewa lahan berasal dari uang pribadi. Lahan tersebut digunakan untuk memproduksi jagung manis yang panen setelah 4,5 bulan. Dalam kegiatan penanaman Pak Winarto kurang melakukan upaya untuk menjaga biodiversitas, namun Pak Winarto lebih fokus untuk mengintensifkan lahannya untuk jagung manis. Menurut keterangan, Pak Winarto juga tidak melakukan praktik tukar menukar benih dengan masyarakat, karena benih yang digunakan
92
Pak Winarto berasal dari perusahaan BISI yang diberikan sebagai bentuk timbal balik atas sewa lahan yang telah dilakukan oleh Pak Winarto. Menurut keterangan dari Pak Winarto, di desa tersebut tidak ada sebuah wadah atau organisasi bagi para petani untuk saling berkomunikasi, bekerjasama atau saling bertukar pikiran dalam bentuk kelompok tani. Sebenarnya kelompok tani merupakan sebuah organisasi yang memiliki banyak fungsi bagi petani, seperti pernyataan Nuryanti (2011), kelompok tani merupakan bentuk kerjasama yang tepat untuk kegiatan yang melibatkan penggunaan alat dan mesin pertanian, kerjasama pengolahan dan pemasaran hasil dan penguatan modal kerja. Karena tidak adanya kelompok tani pada desa tersebut, sehingga dalam berusahatani para petani bekerja masing-masing.Tingkat penerimaan informasi yang diterima para petani pun berbeda-beda karena tidak adanya wadah untuk memperoleh informasi secara seragam. 3.1.3.4 Culturally acceptable (Berakar pada Budaya Setempat) a. Plot 1 Pada plot 1 ini petani menjelaskan bahwa pada Desa Tulungrejo tersebut masih banyak menggunakan kepercayaan-kepercayaan kuno dari nenek moyang. Kepercayaan yang masih dijalankan adalah kegiatan selametan yang digunakan untuk mensyukuri hasiln penen yang telah mereka dapatkan.Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan hasil panen yang melimpah.Selain kegiatan slametan tersebut, petani juga masih menggunakan ilmu kuno dalam usahatani yaitu pranoto mongso yang digunakan untuk menduga waktu panen.Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa para petani pada desa tersebut masih memegang erat budaya yang telah ada sejak zaman dahulu. Narasumber bergabung menjadi anggota LKDPH (Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan) “Wonoasri” dan menjadi anggota juga di dalam gabungan kelompok tani Sido Subur yang dipimpin oleh bapak Yudiono.Gapoktan tersebut yang memfasilitasi petani untuk melakukan kegiatan budidaya tanaman. Selain hubungan dengan gapoktan, petani tersebut juga terikat sebagai anggota LKDPH yang mana petani dalam mengelola hutan harus melaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah disepakati dan menjaga keberlanjutan lahan hutan yang digunakan untuk tetap dapat berproduksi.
93
b. Plot 2 Pada plot 2 petani juga menjelaskan bahwa di Desa Tulungrejo tersebut masih menjalankan dan mempercayai budaya zaman dulu. Hal tersebut dibuktikan dengan masih ditemukannya bangunan-bangunan yang dikeramatkan seperti adanya punden-punden yang digunakan untuk berdoa atau selametan.Desa tersebut juga masih rutin melakukan kegiatan adat seperti selametan.Selamatan ini biasanya dilakukan padi hari besar (jumat kliwon). Kegiatan selamatan ini biasanya bersamaan dengan perayaan seni khas daerah seperti jaran kepang yang dilakukan dengan cara keliling desa. Upacara penyambutan musim tanam berikutnya juga dilakukan di punden tersebut. Dalam bercocok tanam, para petani juga masih menggunakan metode pranoto mongso untuk menduga waktu tanam dan pemilihan komoditas yang akan ditanam. c. Plot 3 Menurut keterangan narasumber pada plot 3, desa tersebut masih melestarikan budaya dari nenek moyangnya dan juga masih mempercayai kepercayaan kuno. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya banyak tempat keramat.Dalam bercocok tanam pun para petani masih menggunakan pranoto mongso untuk melakukan pendugaan pada waktu tanam dan komoditas yang dipilih.Hal tersebut membuktikan bahwa kebudayaan lama masih kental di wilayah tersebut. d. Plot 4 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa jika dilihat dari segi budaya, praktik budidaya yang dilakukan Bapak Winarto sesuai dengan sistem budidaya yang berlaku di wilayah tersebut.Karena, menurut keterangan dari Bapak Winarto, beliau mendapat pengetahuan tentang budidaya berasal dari pengalaman bersama orang tuanya. Sistem budidaya yang terdapat pada wilayah tersebut masih merupakan sistem budidaya konvensional dimana masih adanya penggunaan input kimia sintetis pada lahan baik berupa pupuk kimia maupun pestisida kimia sintetik dan juga pengolahan tanah dengan penggunaan alat-alat manual seperti cangkul, sabit dan sprayer. Namun, menurut keterangan Pak Winarto, para petani pada Desa Tulungrejo tersebut tidak menggunakan sistem perhitungan musim secara tradisional atau yang sering disebut dengan pranotomongso. Pak winarto mementukan waktu tanam berdasarkan pengamatannya terhadap kondisi cuaca dan juga dari petani lain. Ketika petani lain mulai menanam maka Pak Winarto juga akan mulai untuk menanam.
94
Dalam berusahatani Pak Winarto memiliki hubungan kerjasama dengan sebuah perusahaan yaitu perusahaan BISI. Pak Winarto menyewa lahan kepada peusahaan BISI, kemudian pihak BISI memberikan supplai benih jagung kepada Pak Winarto. Dari hal tersebut, dapat dlihat jika dalam praktik budidaya pada Desa Tulungrejo tersebut terdapat hubungan antara petani dengan institusi atau perusahaan yang mengedepankan kerjasama dan rasa saling percaya. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan dapat dikatakan jika para petani di Desa Tulungrejo masih kurang bisa menerima atau menerapkan teknologi baru yang berkembang dalam usahatani. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan alat-alat pengolahan yang masih manual dan pemberian input yang masih konvensional.
95
3.2 Pembahasan Umum 3.2.1 Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan Tabel 52. Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan Indikator Keberhasilan
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
vvvv
vvvv
vvvv
vvvv
v
v
v
v
Karbon
vvvv
vv
v
v
Arthropoda dan penyakit
vvvv
vvv
v
vv
vv
vv
vv
vv
Produksi Air
Gulma
Keterangan : v = kurang; vv = sedang; vvv = baik; vvvv = sangat baik Plot 1 = Hutan/perkebunan; Plot 2 = Agroforestri; Plot 3 = Tanaman semusim; Plot 4 = Tanaman semusim + Pemukiman Lokasi fieldtrip pertanian berlanjut dilaksanakan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Transek yang dilalui terdiri dari 4 plot, yakni plot 1 dengan penggunaan lahan hutan, plot 2 dengan penggunaan lahan Agroforestri, plot 3 dengan penggunaan lahan tanaman semusim serta plot 4 dengan penggunaan lahan tanaman semusim dan pemukiman. Pada setiap plot dilakukan analisa indikator produksi, air, karbon, hama dan gulma. Berdasarkan aspek produksi, diketahui bahwa semua plot memiliki nilai produksi yang cukup tinggi, dengan nilai B/C ratio dan R/C ratio lebih dari 1 pada setiap plot. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan pada setiap plot layak dan menguntungkan, sehingga dapat dikatakan berlanjut. Sari (2011), juga mengungkapkan apabila R/C atau B/C> 1, berarti usaha sudah dijalankan secara efisien. Plot 1 yang merupakan lahan hutan memiliki nilai produksi yang paling baik dibanding dengan plot yang lain. Hal tersebut terlihat dari hasil produksi yang cukup tinggi, yakni kopi sebesar 2 ton dengan nilai B/C ratio 6 dan jagung sebesar 4 ton dengan nilai R/C ratio 1,58. Sedangkan plot dengan produksi paling rendah adalah plot 4 yang merupakan lahan tanaman semusim dan pemukiman dengan hasil produksi jagung sebesar 2,5 ton dengan nilai R/C ratio 2,35.
96
Berdasarkan indikator kualitas air, setiap plot memiliki kelas yang sama, yaitu termasuk kedalam kelas IV. Hal ini dapat dilihat dari analisis fisik dan kimia air sungai dengan memperhatikan nilai kekeruhan air, suhu, kadar pH, dan nilai DO. Semakin tinggi tingkat kelas kualitas air, menunjukkan bahwa kualitas air tersebut semakin rendah. Menurut PP No. 82 tahun 2001 pasal 8, kualitas atau mutu air pada Kelas IV adalah air yang peruntukannya hanya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman. Sehingga dapat diketahui bahwa kualitas air di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang dapat dikatakan kurang baik. Berdasarkan indikator cadangan karbon, plot 1 memiliki cadangan karbon yang paling tinggi dibanding plot yang lain, yakni sebesar 250 ton/ha, yang kedua adalah lahan Agroforestri dengan cadangan karbon 80 ton/ha, sedangkan cadangan karbon terendah terdapat pada plot 3 yang merupakan lahan tanaman semusim dan plot 4 yang merupakan lahan tanaman semusim dan pemukiman dengan cadangan karbon 1 ton/ha. Hal tersebut dapat disebabkan karena jumlah biomassa pada lahan hutan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hairiah dan Rahayu (2007), yang menyatakan potensi stok karbon dapat dilihat dari biomassa tegakan yang ada. Setiap peningkatan terhadap biomassa akan diikuti oleh peningkatan stok karbon. Selain itu disebutkan pula bahwa hutan merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi, dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak. Berdasarkan indikator keragaman arthropoda dan penyakit, diketahui pada plot 1 populasi yang mendominasi adalah serangga lain dan tidak ditemukan penyakit. Hal ini dikarenakan plot 1 memiliki biodiversitas yang tinggi, dan rantai makanan yang lebih kompleks dibanding dengan plot yang lain. Pada plot 2 populasi yang mendominasi adalah musuh alami. Adanya musuh alami tersebut dapat menekan pertumbuhan hama, namun pada plot ini masih ditemukan penyakit karat pada kopi. Pada plot 3, populasi yang mendominasi adalah hama. Hal tersebut dikarenakan biodiversitas pada plot 3 rendah dan tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman semusim, selain itu juga ditemukan penyakit Alternaria solani. Pada plot 4 populasi yang mendominasi adalah serangga lain dan ditemukan pula penyakit karat daun pada jagung. Menurut Junaidi (2012), semakin beragam suatu lingkungan biotik maka akan semakin stabil sistem tersebut, semakin tidak beragam
97
maka akan semakin rapuh dan mudah terjadi goncangan ekstrim lingkungan seperti ledakan populasi OPT, sehingga jika dinilai dari aspek keragaman arthropoda dan penyakit dapat diketahui bahwa plot 1 dengan penggunaan lahan hutan dan plot 2 dengan penggunaan lahan Agroforestri sudah memiliki pertanian yang berlanjut. Berdasarkan indikator analisis gulma, keempat plot memiliki nilai indeks keragaman berkisar antara 1,02-1,48 yang menurut Odum (1971), nilai tersebut termasuk dalam kategori keragaman yang sedang. Berdasarkan indeks keragaman, diketahui bahwa plot 3 memiliki nilai indeks keragaman yang paling tinggi yakni 1,48, yang ke dua adalah plot 1 dengan indeks keragaman sebesar 1,37, selanjutnya adalah plot 2 dengan indeks keragaman sebesar 1,25 dan nilai indeks keragaman yang paling rendah ditemui pada plot 4 yakni sebesar 1,02. Menurut Odum (1998), bila dihubungkan dengan pertanian berlanjut, semakin tinggi nilai keragamannya maka kesetabilan ekosistem tersebut akan semakit tinggi pula, oleh karena itu dapat diketahui bahwa urutan plot yang lebih berlanjut dilihat dari indikator anasilis gulma adalah plot 3, plot 1, plot 2 dan yang terakhir plot 4.
98
BAB 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan fieldtrip yang telah dilakukan diketahui bahwa penggunaan lahan pertanian di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malangditinjau dari aspek ekologi, lingkungan, sosial dan ekonomi secara umum belum mampu menjalankan prinsip-prinsip pertanian berlanjut dan belum dapat dikatakan sebagai pertanian berlanjut. Hal ini karena pertanian dapat dikatakan berlanjut ketika setiap aspek yang ada sudah mampu menjalankan fungsi ekosistem alami dengan baik dan mensejahterakan kehidupan masyarakat secara umum. Kegiatan analisis dilakukan pada 4 plot penggunaan lahan yang berbeda yaitu pada plot 1 adalah hutan, Plot 2 penggunaan lahan Agroforestri, Plot 3 penggunaan lahan tanaman semusim dan plot 4 penggunaan lahan tanaman semusim dan pemukiman. Dalam menilai keberlanjutan pertanian digunakan pendekatan berdasarkan hasil produksi, kualaitas air sungai dan cadangan karbon, keragaman athropoda, dan vegetasi pada masing-masing plot. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa penggunaan lahan yang dapat dikatan paling berlanjut terdapat pada plot 1 yaitu penggunaan lahan sebagai hutan, sedangkan keberlanjutan pertanian yang paling rendah terdapat pada plot 4 yaitu penggunaan lahan tanaman semusim dan pemukiman. Dengan demikian, dari ke-4 plot pengamatan yang telah disurvey diketahui bahwa plot 1 dengan penggunaan lahan hutan telah sesuai dengan kaidah pertanian berlanjut ditinjau dari aspek ekologi dan sosial ekonomi, namun perlu adanya perbaikan pada peningkatan kualitas air sungai sehingga diperoleh fungsi sebagai pertanian berlanjut yang optimal. 4.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan diantaranya dengan melakukan kegiatan sosialisai dan penyuluhan pengetahuan tentang pertanian berkelanjutan kepada petani. Seharusnya petani di Desa Tulungrejo dapat mengelola penggunaan lahan pertaniandengan lebih memperhatikan keberlanjutan pertanian dari aspek ekologi dan sosisal ekonomi, seperti pengurangan penggunaan pestisida dan tidak membuang limbah pertanian kesungai sehingga kualitas air menjadi lebih baik.
99
DAFTAR PUSTAKA Ameriana M. 2008. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal Hort. 18(1):95-106 Anggraeni, 2008. Pengendalian Penyakit Karat Tumor (Gall Rust) pada Sengon (Paraserianthes falcataria) di RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri. Makalah Workshop Penanggulangan Serangan Karat Puru pada Tanaman Sengon.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Arta, Hosanna Sri. 2010. Analisis Usahatani Kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Karo Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah. Mada University Press, Yogyakarta. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Potensi Bambu Sebagai Tanaman Konservasi Daerah Aliran Sungai. 18 Juli 2011. http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/berita-lain/77-potensibambu-sebagai-tanaman-konservasi-daerah-aliran-sungai. Balai Penelitian Tanaman Kelapa. “Konsep Polymotu : Konservasi Kelapa di Kepulauan Seribu”. 13 Desember 2010. balitka.litbag.pertanian.go.id./?p=5. Center for Watershed Protection and US Forestry Service.Watershed Forestry Research Guide. 2008 www.forestsforwatersheds.org/ reduce-stormwater/ diakses pada tanggal 11 Desember 2016 Dendang, B. 2009. Keragaman Kupu-kupu di Resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Jurnal Penelitian Alam dan Konservasi Alam. 6 (1): 25-30. Dimuskes, R and M. Vandeveer. 2001. Farm Risk Management : Risk in Agriculture Edwin, dkk. 2009. Analisis Kelayakan Ekonomi, Keberlanjutan Usahatani Dan FaktorFaktor Penentu Adopsi Benih Jagung Transgenik Di Indonesia. Jurnal Agroekonomi, vol 27 No. 1 : 23-44. Fakultas pertanian IPB. Bogor Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius. Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Firmansyah, Anang. 2011. Peraturan Tentang Pupuk, Klasifikasi Pupuk Alternatif dan Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produksi Pertanian. BPTP Kalimantan Tengah
100
Hairiah, K, Mustofa Agung Sardjono, Sambas Sabarnurdin, 2003. Pengantar Agroforestri. World Agroforesty Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office Hidayat, Deden. 2012. Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di Kawasan IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Camp Tontang Kabupaten Sintang. Pontianak. Vol 8.61-68 pp Imiliyana et al. 2013. Estimasi Stok Karbon pada Tegakan Pohon Rhizophora stylosa diPantai Camplong, Sampang-Madura. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Indrajaya, Wuri, Handayani. 2008. Potensi Hutan Pinus merkusii Jungh.et de Vriese Sebagai Pengendali Tanah Longsor di Jawa (Potency of Merkus Pine (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Forest as Landslide Control in Java)*). Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Irvan, Arif. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk SP-36, KCL, Kiserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo. (Skripsi).Departemen Ilmu Tanah USU Medan Jackson, L., Bawa, K., Pascual, U. and Perrings, C. 2005. Agro-Biodiversity.A new science agenda for biodiversity in support of sustainable agroecosystems.40 p. Junaidi R.2012. Pengaruh faktor abiotik biotik pada pertumbuhan tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru Kurniawan S, Prayogo C, Widianto, Zulkarnain MT, Lestari ND, Aini FK, Hairiah K. 2010. Estimasi Karbon Tersimpan di Lahan-lahan Pertanian di DAS Konto, Jawa Timur: RACSA (Rapid Carbon Stock Appraisal).Working paper 120 World Agroforestri Centre (ICRAF) Southeast Asia Program. Latief, Abdul; Toto Himawan, Sri Karindah, Gatot Mudjiono. 2011. Bahan Ajar DasarDasar Perlindungan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Lee, C.D., S.B. Wang, and C.L. Kuo. 1978. Bhentich and fish as biological indicator of water quality with references of water pollution in developing countries. Bangkok. Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology a Primer on Methods and computing, John Willey & Sons. New York. p. 85102. Maisyaroh, Wiwin. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Raya R.Soerjo Cangar,Malang.Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. Jember. Vol 1.N0 1.1-9 pp Manse, P dan Klaveren R, V. 2007. Air dan Sifat dari Air. Republik Of Indonesia PDAM Pontianak. Pontianak.
101
Mayadewi, Ari. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Gulma Hasil Jagung Manis .Agritrop, 26 (4) : 153-159 ISN : 0215 8620 Muhammad, Syafii, Murnia, Erlida, Ariani. 2014. Aplikasi Kompos Serasah Jagung Dengan Bahan pengkaya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays saccharata Sturt). Agrothecnologi Department, Agriculture Faculty.University Of Riau.Riau. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Noordwijk, Meine van dan Kurniatun Hairiah. 2006. Intensifikasi Pertanian, Biodiversitas Tanah Dan Fungsi Agro-Ekosistem. Agrivita Volume 28 No 3. Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, Jurusan Tanah. Malang Nuryanti, Sri dan Dewa K.S. Swastika. 2011. Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol.29 No.2: 115-128 Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto, 574 pp Odum, E.P. 1998. Fundamentals of Ecology. Third edition. W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto, 574 pp Prasetyo, A. 2003. Model Usaha Rumput Gajah Sebagai Pakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Semarang. Saitama, Akbar dkk. 2016. Komposisi Vegetasi Gulma Pada Tanaman Tebu Keprasan Lahan Kering di Dataran Rendah dan Tinggi. Jurnal Produksi Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 4 (5) : 406-415 Salmin.2000.Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. LIPI. Jakarta. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26. Sanusi, H. 2004. Karekteristi Kimia Dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Musim Barat Dan Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia. Jilid II, No. 2. Departemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Saputra, dkk. 2016. Panduan Fieldtrip Pertanian Berlanjut. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Sari, Reny Puspita.2011. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Chip Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Pembuatan MOCAF (Modified Cassava Flour) di Kabupaten Trenggalek. Malang.
102
Sasmito, Cahyo. 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang. Semangun,H., 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Panganh di Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Sinar Tani. 2006. Tanaman Kopi Bisa Menahan Lahan dan Air Seperti Hutan. Edisi 511 April 2006. Suwandi. Dan Dr. Ir. Rina Laksmi Hendrati, MP. 2014. Perbanyakan Vegetatif dan Penanaman Waru (Hibiscus tiliaceus). IPP Press Kampus IPB Taman Kencana, Kota Bogor-Indonesia. Tate III, R.L. 1987. Soil Organic Matter. Biological &Ecological Effect.John Wiley &Sons.Inc. New York. Xii + 291p Untung, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yoyakarta Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset. Wardoyo, S.T.H., 1981, Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan, Makalah Training AMDAL, Kerjasama PPLH-UNDEP-PUSDL¬PSL, 1931, Januari, 1981, Bogor.
103
LAMPIRAN 1. Sketsa Penggunaan Lahan di Lokasi Pengamatan
Sketsa Plot 1 Hutan
104
Sketsa Plot 2 Agroforestri
Sketsa Plot 3 Tanaman Semusim
105
Sketsa Plot 4 Tanaman Semusim dan Permukiman
2. Sketsa Transek Lansekap
Gambar 1. Transek plot 1
Gambar 2. Trasek plot 3
106
Gambar 3. Transek plot 2
Gambar 4. Transek plot 4
107
Transek kesluruhan
108
Tabel 1. Data Pengamatan Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia
Parameter
Plot 1
Satuan
Kekeruhan Cm 0 Suhu C pH DO Mg/L
Lokasi pengambilan sampel air Plot 2 Plot 3
Plot 4
UL 1
UL 2
UL 3
UL 1
UL 2
UL 3
UL 1
UL 2
UL 3
UL 1
UL 2
UL 3
40 26,8 6,20 0,01
40 26,9 6,25 0,01
40 26,9 6,21 0,01
40 22 6,21 0,01
40 22,5 6,18 0,01
40 27,6 6,16 0,01
40 22,7 6,16 0,01
40 27,3 6,16 0,01
40 27,9 6,31 0,01
40 23 6,33 0,01
40 24 6,34 0,01
40 25 6,34 0,01
Lampiran. Pengamatan Aspek Agronomi (Perhitungan SDR) Tabel. Hasil Perhitungan SDR Plot 1 (Hutan) No
Spesies
1
Rumput Gajah Rumput teki Temu wiyang
2 3 4
Jalantir
KM
KN
FM
FN
LBA
DM
DN
IV
SDR
10.33
22.45
1.00
25.00
2826
1.130400
15.38
62.84
20.94749
22.33
48.55
1.00
25.00
2826
1.130400
15.38
88.93
29.64314
6.00
13.04
1.00
25.00
8654.625
3.461850
47.10
85.14
28.38025
7.33
15.94
1.00
25.00
4069.44
1.627776
22.15
63.09
21.02912
Tabel. Hasil Perhitungan SDR Plot 2 (Agroforestri)
Kelas (PP no. 82 tahun 2001) I IV I IV
109
No
Spesies
KM
KN
FM
FN
LBA
DM
DN
IV
SDR
1
Rumput Belulang (Leusine indica)
2.67
7.92
0.67
33.33
17597.8
7.039119
14.11
55.37
18.45574
24.00
71.29
0.67
33.33
6.60185
0.002641
0.01
104.63
34.87525
4.67
13.86
0.33
16.67
106308
42.523136
85.26
115.78
38.59499
2.33
6.93
0.33
16.67
778.916
0.311567
0.62
24.22
38.074012
2
Wedusan (Agreatum Conyzoides)
3 Rumput liar kuning (Galinsoga quadrieadiata) 4 Rumput x
110
Tabel. Hasil Perhitungan SDR Plot 3 (Semusim) No 1
2
3
4
5
Spesies Rumput Teki (Cyperus rotundus) Ilalang (Imperata cylindrica Raeus) Krokot (Portulaca oleracea L) Babandotan (Ageratum conyzoides L.) Harendong (Clidemia hirta)
KM 0.67
KN 4.55
FM 0.33
FN 12.50
LBA 1103.906
DM 0.441563
DN 0.19
IV 17.23
SDR 5.743862
7.33
50.00
0.67
25.00
8903.666
3.561467
1.50
76.50
25.50042
3.00
20.45
0.67
25.00
74.62406
0.029850
0.01
45.47
15.15571
3.00
20.45
0.67
25.00
66303.37
26.521348
11.18
56.63
18.87802
0.67
4.55
0.33
12.50
516693
206.677215
87.12
104.17
34.72198
Tabel. Hasil Perhitungan SDR Plot 4 (Semusim dan Pemukiman) No 1 2 3
Spesies Juku Pahit (Axonopus compressus) Bandotan(Ageratum conyzoides) Genjoran (Digiraria ascendes)
KM
KN
FM
FN
LBA
DM
DN
IV
SDR
12.00
59.02
0.33
16.67
113.04
0.045216
1.61
77.29
25.76398
2.67
13.11
1.00
50.00
50.24
0.020096
0.72
63.83
21.27661
5.67
27.87
0.67
33.33
6862.67
2.745067
97.58
158.88
52.95941
111
Lampiran.Pengamatan Aspek Agronomi di Plot 1 (Hutan) 1. Cyperus rotundus L Nama ilmiah : Cyperus rotundus L Nama umum : Rumput Teki Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus Spesies : Cyperus rotundus L
2.
Pennisetum purpureum Nama ilmiah : Eleusine indica Nama umum : Rumput Gajah Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Pennisetum Spesies : Pennisetum purpureum
3. Emilia sonchifolia L. Nama ilmiah : Emilia sonchifolia L. Nama umum : Temu Wiyang Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Emilia Spesies : Emilia sonchifolia L 4.
Crassocephalum crepidioides Nama ilmiah : Crassocephalum crepidioides Nama umum : Jlantir atau Sintrong Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta
112
Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Dicotyledoneae : Asterales : Compositae : Crassocephalum : Crassocephalum crepidioides
Lampiran.Pengamatan Aspek Agronomi di Plot 2 (Agroforestri) 1. Eleusine indica (L.) Gaertn. Nama ilmiah : Eleusineindica (L.) Gaertn. Nama umum : Rumput belulang Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Graminales Famili : Graminae Genus : Eleusine Spesies : Eleusineindica (L.) Gaertn. 2. Ageratum conizoides L. Nama ilmiah : Ageratum conyzoides L. Nama umum : Babandotan Klasifikasi : Kingdom :Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conyzoides L
113
3. Galinsoga quadriradiata Nama ilmiah : Galinsoga quadriradiata Nama umum : Rumput Liar Kuning Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Asterales Family : Compositae Genus : Galinsoga Spesies : Galinsoga quadriradiata 4. Crassocephalum crepidioides Nama ilmiah : Crassocephalum crepidioides Nama umum : Sintrong Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Asterales Family : Asteraceae Genus : Crassocephalum Spesies : Crassocephalum crepidioides Lampiran.Pengamatan Aspek Agronomi di Plot 3 (Semusim) 1. Cyperus rotundus L Nama ilmiah : Cyperus rotundus L Nama umum : Rumput Teki Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus Spesies : Cyperus rotundus L 2. Imperata cylindrical L. Nama ilmiah : Eleusine indica Nama umum : Alang-alang Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumiflorae
114
Famili Genus Spesies
: Gramineae : Imperata : Imperata cylindrical L.
3. Portulaca oleracea L. Nama ilmiah : Portulaca oleracea L. Nama umum : Krokot Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Caryophyllales Famili : Portulacaceae Genus : Portulaca Spesies : Portulaca oleracea L. 4.
Ageratum conyzoides L. Nama ilmiah : Ageratum conyzoides L. Nama umum : Babandotan Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conyzoides L.
5.
Clidemia hirta Nama ilmiah : Clidemia hirta Nama umum : Harendong Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Melastomataceae Genus : Clidemia Spesies : Clidemia hirta
Lampiran.Pengamatan Aspek Agronomi di Plot 4 (Semusim dan Pemukiman) 1. Axonopus compressus Nama ilmiah : Axonopus compressus Nama umum : Juku Pahit
115
Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Axonopus Spesies :Axonopus compressus Sumber : nuplanters.com 2.
3.
Ageratum conyzoides Nama ilmiah : Ageratum conyzoides Nama umum : Bandotan Klasifikasi : Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conyzoides Sumber: http://www.cabi.org/ Digitaria adscendes Nama ilmiah : Digitaria adscendes Nama umum : Genjoran Klasifikasi : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas :Commelinidae Ordo : Cyperale Famili : Poaceae Genus : Digitaria Spesies : Digitaria adscendes S u m b er :nuplanters.com
116
Lampiran. Analisis Gulma dan Perhitungan di Plot 1 (Hutan)
1
Plot 2
3
Pennisetum purpureum
9
18
4
Cyperus rotundus
24
23
Nama Lokal
Spesies
Rumput Gajah Rumput teki
Total
D 1
2
31
6
20
20
67
20
6
Temu wiyang
Emilia sonchifolia L.
8
3
7
18
15
14
Jalantir
Crassocephalum crepidioides Total
12
6
4
22
8
18
53
50
35
138
49
58
Perhitungan Analisa Gulma
LBA (Luas Basal Area)
𝐷1𝑥𝐷2 2 4
𝑥 3,14
6 𝑥 20 2
LBA Rumput Gajah
= 4 𝑥 3,14 = 900 x 3,14 = 2826
LBA Rumput Teki
= 4 𝑥 3,14 = 900 x 3,14 = 2826
LBA Temu Wiyang
= 𝑥 3,14 4 = 2756,25 x 3,14 = 8654,625
LBA Jalantir
= 4 𝑥 3,14 = 1296 x 3,14 = 4069,44
20 𝑥 6 2
15 𝑥 14 2
8 𝑥 18 2
Kerapatan Mutlak (KM) = KM Rumput gajah KM Rumput teki KM gulma 3 KM gulma 4 ∑ KM
=
Kerapatan Nisbi (KN)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 31
= 3 = 10,33 67 = 3 = 22,33 18 = 3 =6 22 = 3 = 7,33 = KM Rumput gajah + KM Rumput teki + KM Temu wiyang + KM Jalantir = 10,33 + 22,33 + 6 + 7,33 = 46,00 𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100%
117
= 46,00 𝑥 100%
KN Rumput teki
= 22,46 % 22,33 = 46,00 𝑥 100%
KN Temu wiyang
= 48,55% 6 = 46,00 𝑥 100%
KN Jalantir
= 13,04 % 7,33 =46,00 𝑥 100%
∑ KN
Frekuensi Mutlak (FM) FM Rumput gajah FM Rumput teki FM Temu wiyang FM Jalantir ∑ FM
Frekuensi Nisbi (FN) FN Rumput gajah FN Rumput teki FN Temu wiyang FN Jalantir ∑ FN
10,33
KN Rumput gajah
Dominasi Mutlak (DM)
= 15,94 % = KN Rumput gajah + KN Rumput teki + KN Temu wiyang + KN Jalantir = 22,46% + 48,55% + 13,04% + 15,94% = 100% 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 3
= 3 =1 3 =3 =1 3 =3 =1 3 =3 =1 = FM Rumput gajah + FM Rumput teki + FM Temu wiyang + FM jalantir =1+1+1+1 =4 𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% 1
= 4 𝑥 100% = 25% 1 = 4 𝑥 100% = 25% 1 = 4 𝑥 100% = 25% 1 = 4 𝑥 100% = 25% = FN Rumput gajah + FN Rumput teki + FN Temu wiyang + FN Jalantir = 25%+ 25% + 25% + 25%+ 25% =100% 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ
118
DM Rumput gajah DM Rumput teki DM Temu wiyang DM Jalantir ∑ DM
Dominansi Nisbi (DN)
= 7,350426 𝑥 100%
DN Rumput teki
= 15,38% 1,130400 = 7,350426 𝑥 100%
DN Temu wiyang
= 15,38% 3,461850 = 7,350426 𝑥 100%
DN Jalantir
= 47,10% 1,627776 = 7,350426 𝑥 100%
Important Value (IV) IV Rumput gajah IV Rumput teki IV Temu wiyang IV Jalantir ∑ IV
1,130400
DN Rumput gajah
∑ DN
2826
= 50 𝑥 50 = 1,130400 2826 = 50 𝑥 50 = 1,130400 8654 ,625 = 50 𝑥 50 = 3,461850 4069,44 = 50 𝑥 50 = 1,627776 = DM Rumput gajah + DM Rumput teki + DM Temu wiyang + DM Jalantir = 1,130400 + 1,130400+ 3,461850+ 1,627776 = 7,350426 𝐷𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100%
= 22,15% = DN Rumput gajah + DN Rumput teki + DN Temu wiyang + DN Jalantir = 15,38% + 15,38% + 47,10% + 22,15% = 100% = KN + FN + DN = 22,46% + 25% + 15,38% = 62,84% = 48,55% + 25% + 15,38% = 88,93% = 13,04% + 25% + 47,10% = 85,14% = 15,94% + 25% + 22,15% = 63,09% = IV Rumput gajah + IV Rumput teki + IV Temu wiyang + IV Jalantir = 62,84% + 88,93% + 85,14% + 63,09% = 300%
Summed Dominance Ratio = 𝐼𝑉 3
119
SDR Rumput gajah
= 62,84 3
SDR Rumput teki
= 20,94749 = 88,93 3
SDR Temu wiyang
= 29,64314 = 85,14 3
SDR Jalantir
= 28,38025 = 63,09 3
= 21,02912 ∑ SDR = SDR Rumput gajah + SDR Rumput teki + SDR Temu wiyang + SDR Jalantir = 20,94749 + 29,64314 + 28,38025 + 21,02912 = 100 Indeks Keragaman Shannon-Weiner (H’) 𝑛
H’ Rumput gajah
ni
=─ 𝑛=𝑖 𝑛
=─
N
ni
𝑙𝑛 N
62,84 300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
62,84 300
= ─ 0,3274 𝑛
H’ Rumput teki
88,93
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
88,93 300
= ─ 0,3604 𝑛
H’ Temu wiyang
85,14
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
85,14 300
= ─ 0,3574 𝑛
H’ Jalantir
63,09
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
63,09 300
= ─ 0,3279 Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman H’ < 1,0 : Keanekaragaman rendah, Miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang berat ,dan Ekosistem tidak stabil
C Dominansi 𝑛
c Rumput Teki
= 𝑛=𝑖 𝑛
= 𝑛=𝑖
ni N 62.84
2
300
= 0.043879732 𝑛
c Rumput Gajah
= 𝑛=𝑖
88.93 2 300
120
= 0.087871585 𝑛
c Temu Wiyang
= 𝑛=𝑖
85.14 2 300
= 0.080543856 𝑛
c Jlantir
= 𝑛=𝑖
63.09
2
300
= 0.044222386 C Komunitas 𝑊
C semusim
= 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C pemukiman
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C Agroforestri
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C hutan
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 =4x x 100%
28.00
28.00
28.00
(𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) 28.00
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186%
121
Lampiran. Analisis Gulma dan Perhitungan di Plot 2 (Agroforestri) Spesies Rumput Belulang (Leusine indica) Wedusan (Agreatum conyzoides) Rumput Liar Kuning (Galinsaga quadrieadiata)
Plot 1
2
4
4
33
39
Total
3
14
Sintrong
7
Total
44
43
2
8
26.5
11.3
72
5.8
1
14
32
23
7
10.5
6
14
Perhitungan Analisa Gulma
LBA (Luas Basal Area)
𝐷1𝑥𝐷2 2
=
4
𝑥 3,14
26,5 𝑥 11,3 2
𝑥 3,14
LBA Rumput Belulang
= 4 = 17597,8
LBA Wedusan
= 4 𝑥 3,14 = 6,60185
LBA Rumput Liar Kuning
= 𝑥 3,14 4 = 106307,8
LBA Sintrong
= 𝑥 3,14 4 = 778.916 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
Kerapatan Mutlak (KM) KM Rumput Belulang
5,8 𝑥 1 2
32 𝑥 23 2
10.5 𝑥 6 2
8
=3 = 2.67
D 1
122
KM Wedusan KM Rumput Liar Kuning KM Sintrong ∑ KM
Kerapatan Nisbi (KN) KN Rumput Belulang KN Wedusan KN Rumput Liar Kuning KN Sintrong ∑ KN
Frekuensi Mutlak (FM)
2.67
= 33.6667 𝑥 100% = 7.92% 24 = 33.6667 𝑥 100% = 71.29% 4.67 = 33.6667 𝑥 100% = 13.86% 2.33 =33.6667 𝑥 100% = 6.93% = KN Rumput Belulang + KN Wedusan + KN Rumput Liar Kuning + KN Sintrong = 7.92% + 71.29% + 13.86% + 6.93% = 100% 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 2
FM Rumput Belulang
= 3 = 0.67
FM Wedusan
=3 = 0.67 1 =3 = 0.33 1 =3 = 0.33 = FM Rumput Belulang + FM Wedusan + FM Rumput Liar Kuning + FM Sintrong = 0.67 + 0.67 + 0.33 + 0.33 =2 𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100%
FM Rumput Liar Kuning FM Jalantir ∑ FM
72
= 3 = 24 14 = 3 = 4.67 7 =3 = 2.33 = KM Rumput Belulang + KM Wedusan + KM Rumput Liar Kuning + KM Sintrong = 2.67 + 24 + 4.67 + 2.33 = 33.6667 𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100%
Frekuensi Nisbi (FN) FN Rumput Belulang
2
0.67
= 2 𝑥 100% = 33.33%
123
FN Wedusan FN Rumput Liar Kuning FN Sintrong ∑ FN
Dominasi Mutlak (DM)
0.67
= 2 𝑥 100% = 33.33% 0.33 = 2 𝑥 100% = 16.67% 0.33 = 2 𝑥 100% = 16.67% = FM Rumput Belulang + FM Wedusan + FM Rumput Liar Kuning + FM Sintrong = 33.33% + 33.33% + 16.67% + 16.67% = 100% 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ 17597 .8
DM Rumput Belulang
=
DM Wedusan
= 50 𝑥 50 = 0.002641 106308 = 50 𝑥 50 = 42.523136 778.916 = 50 𝑥 50 = 0.311567 = DM Rumput Belulang + DM Wedusan + DM Rumput Liar Kuning + DM Sintrong = 7.039119 + 0.002641 + 42.523136 +
DM Rumput Liar Kuning DM Sintrong ∑ DM
50 𝑥 50 6.60185
= 7.039119
0.311567
Dominansi Nisbi (DN) DN Rumput Belulang DN Wedusan DN Rumput Liar Kuning DN Sintrong ∑ DN
Important Value (IV) IV Rumput Belulang IV Wedusan
= 49.876462 𝐷𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% 7.039119
= 49.876462 𝑥 100% = 14.11% 0.002641 = 𝑥 100% 49.876462 = 0.01% 42.523136 = 49.876462 𝑥 100% = 85.26% 0.311567 = 49.876462 𝑥 100% = 0.62% = DN Rumput Belulang + DN Wedusan + DN Rumput Liar Kuning + DN Sintrong = 14.11% + 0.01% + 85.26% + 0.62% = 100% = KN + FN + DN = 7.92% + 33.33% + 14.11% = 55.37% = 71.92% + 33.33% + 0.01%
124
IV Rumput Liar Kuning IV Sintrong ∑ IV
Summed Dominance Ratio SDR Rumput Belulang SDR Wedusan
SDR Rumput Liar Kuning SDR Sintrong ∑ SDR
= 104.63% = 13.86% + 16.67 + 85.26% = 115.78% = 6.93% + 16.67% + 0.62% = 24.22% = IV Rumput Belulang + IV Wedusan + IV Rumput Liar Kuning + IV Sintrong = 55.37% + 104.63% + 115.78% + 24.22% = 300% = 𝐼𝑉 3 = 55.37 3 = 18.4557 = 104.63 3 = 34.8753 = 115.78 3 = 38.595 = 24.22 3 = 8.07401 = SDR Rumput Belulang + SDR Wedusan + SDR Rumput Liar Kuning + SDR Sintrong = 18.4557 + 34.8753 + 38.595 + 8.07401 = 100
Indeks Keragaman Shannon-Weiner (H’) 𝑛
H’ Rumput Belulang
ni
=─ 𝑛=𝑖 𝑛
=─
N
55.37 300
𝑛=𝑖
ni
𝑙𝑛 N
𝑙𝑛
55.37 300
= ─ 0.31186 𝑛
H’ Wedusan
=─
104.63 300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
104.63 300
= ─ 0,36737 𝑛
H’ Rumput Liar Kuning
=─
115.78 300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
115.78 300
= ─ 0,36744 𝑛
H’ Sintrong
=─ 𝑛=𝑖
24.22 300
𝑙𝑛
24.22 300
= ─ 0,20318 Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman H’ < 1,0 : Keanekaragaman rendah, Miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang berat ,dan
125
Ekosistem tidak stabil
C Dominansi 𝑛
c Rumput Teki
= 𝑛=𝑖 𝑛
= 𝑛=𝑖
ni N 55.37
2
300
= 0.03406145 𝑛
c Rumput Gajah
= 𝑛=𝑖
104.63 2 300
= 0.121628322 𝑛
c Temu Wiyang
= 𝑛=𝑖
115.78 2 300
= 0.148957336 𝑛
c Jlantir
= 𝑛=𝑖
24.22
2
300
= 0.006518967 C Komunitas 𝑊
C semusim
= 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C pemukiman
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C Agroforestri
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
28.00
28.00
28.00
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% C hutan
𝑊
= 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100% 28.00
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186%
126
Lampiran. Analisis Gulma dan Perhitungan di Plot 3 (Semusim) Spesies Teki Ladang (Cyperus roduntus) Alang-alang (Imperata cylindrical) Babandotan (Ageratum conyzoides) Harendong (Clidemia hirta) Krokot (Portulaca oleracea) Total
Plot 1
2
3
2
LBA (Luas Basal Area)
7
2
9
12.5
46.5
2
2
53.2
30.5
3
6.5
26
7
2
9
19
5
44
𝐷1𝑥𝐷2 2
=
4
𝑥 3,14
10 𝑥 7,5 2
= 𝑥 3,14 4 = 2.835,56 x 3,14 =8903.666
LBA krokot
= 𝑥 3,14 4 = 23,76 x 3,14 = 74.62406
LBA babandotan
= 𝑥 3,14 4 = 21.115,72 x 3,14 = 66303.37
5 𝑥 42,6 2
3 𝑥 6,5 2
12,5 𝑥 46,5 2
53,2 𝑥 30,5 2
= 𝑥 3,14 4 = 164.551,92 x 3,14 = 516693 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 Kerapatan Mutlak (KM) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
KM harendong
7.5 42.6
LBA alang-alang
KM babandotan
10 5
= 𝑥 3,14 4 = 351,56 x 3,14 = 1103.906
KM alang-alang
2 22
LBA teki
KM teki
2
6
LBA harendong
D 1
16
Perhitungan Analisa Gulma
Total
2
=3 =0,67 22 =3 = 7,33 9 = 3 =3 2 =3
127
KM krokot ∑ KM
Kerapatan Nisbi (KN)
=14,67 𝑥 100%
KN alang-alang
=4,55% 17,33 = 14,67 𝑥 100%
KN babandotan
=50% 3 =14,67 𝑥 100%
KN harendong
=20,45% 0,67 = 𝑥 100%
KN krokot
=4,55% 3 =14,67 𝑥 100%
Frekuensi Mutlak (FM) FM teki FM alang-alang FM babandotan FM harendong FM krokot ∑ FM
0,67
KN teki
∑ KN
= 0,67 9 =3 =3 = KM teki + KM alang-alang + KM babandotan + KM harendong + KM krokot = 0,67 + 7,33 + 3 + 0,67 + 3 = 14,67 𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100%
Frekuensi Nisbi (FN) FN teki
14,67
=20,45% = KN teki + KN alang-alang + KN babandotan + KN + KN krokot = 4,55% +50% + 20,45% +4,55 % + 20,45% = 100% 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 1
=3 = 0,33 2 =3 = 0,67 2 =3 = 0,67 1 =3 = 0,33 2 =3 = 0,67 = FM teki + FM alang-alang + FM babandotan + FM harendong + FM krokot =0,33 + 0,67 + 0,67 + 0,33 + 0,67 = 2,67 𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% 0,33
= 2,67 𝑥 100% =12,50%
128
FN babandotan
=25% 0,67 = 2,67 𝑥 100%
FN harendong
=25% 0,33 = 2,67 𝑥 100%
FN krokot
=12,50% 0,67 =2,67 𝑥 100%
Dominasi Mutlak (DM) DM teki DM alang-alang DM babandotan DM harendong DM krokot ∑ DM
𝑥 100%
=
∑ FN
067
FN alang-alang
Dominansi Nisbi (DN)
2,67
=25% = FN teki + FN alang-alang + FN babandotan + FN harendong + FN krokot = 12,50% + 25% + 25% + 12,50% + 25% =100% 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ 1.103,906
= 50 𝑥 50 =0,44 8.903,66 = 50 𝑥 50 =3,56 66.303,37 = 50 𝑥 50 =26,52 516.693,03 = 50 𝑥 50 =206,67 74,62 =50 𝑥50 =0,029 = DM teki + DM alang-alang + DM babandotan + DM harendong + DM krokot =0,44 + 3,56 + 26,52 + 206,67 + 0,029 = 237,23 𝐷𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% 0,44
DN teki
= 237,23 𝑥 100%
DN alang-alang
= 0,19% 3,56 = 237,23 𝑥 100%
DN babandotan
= 1,50% 26,52 = 237,23 𝑥 100%
DN harendong
=11,18% 206,67 =237,23 𝑥 100%
DN krokot
=87,12% 0,029 =237,23 𝑥 100% =0,01%
129
∑ DN
Important Value (IV) IV teki IV alang-alang
= DN teki + DN alang-alang + DN babandotan + DN harendong + DN krokot =0,19% + 1,50% + 11,18% + 87,12% + 0,01% = 100% = KN + FN + DN = 4,55% + 12,50% + 0,19% =17,23% = 50% + 25% +1,50% =76,50%
IV babandotan
=20,45% + 25% + 11,18% = 56,63% IV harendong = 4,55% + 12,50% + 87,12% =104,17% IV krokot = 20,45% + 25% +0,01% =45,47% Summed Dominance Ratio= 𝐼𝑉 3 SDR teki = 17,23 3
SDR alang-alang
= 5,74 = 76,50
3
SDR babandotan
= 25,5 = 56,63
3
SDR harendong
= 18,87 =104,17
SDR krokot
=34,72 =45,47
3
3
=15,15 Indeks Keragaman Shannon-Weiner (H’) 𝑛
H’ teki
=─ 𝑛=𝑖 𝑛
=─ 𝑛=𝑖
ni N
ni
𝑙𝑛 N
17,23 300
𝑙𝑛
17,23 300
= ─ 0,16 𝑛
H’alang-alang
=─ 𝑛=𝑖
76,50 300
𝑙𝑛
76,50 300
= ─ 0,34 𝑛
H’ babandotan
=─ 𝑛=𝑖
= ─ 0,31
56,63 300
𝑙𝑛
56,63 300
130
𝑛
H’ harendong
104,17
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
104,17 300
= ─ 0,36 𝑛
H’ krokot
45,47
=─
𝑙𝑛
300
𝑛=𝑖
45,47 300
= ─ 0,28
C Dominansi 𝑛
c teki
ni
= 𝑛=𝑖 𝑛
= 𝑛=𝑖
N 17.23
2
300
=0,003299195 𝑛
c alang-alang
76.50 2
= 𝑛=𝑖
300
=0,065027146 𝑛
c babandotan
56,63 2
= 𝑛=𝑖
300
=0,035637 𝑛
c harendong
2
104,17
= 𝑛=𝑖
300
=0,12056162 𝑛
c krokot
45,47
= 𝑛=𝑖
2
300
=0,0229659552
C Komunitas 𝑊
C semusim
= 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C pemukiman
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C Agroforestri
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
C hutan
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186% 𝑊 = 4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100%
28.00
28.00
28.00
28.00
= 4 x114.6666667 x 100% = 97.6744186%
131
Lampiran. Analisis Gulma dan Perhitungan di Plot 4 (Semusim dan Pemukiman) Plot
Spesies
1
2
3
Axonopuscompressus
36
0
0
Ageratum conyzoides
0
4
Digitariaascendes
4
Total
36
Total
D 1
2
36
12
2
4
8
8
2
0
13
17
17
11
4
17
61
PerhitunganAnalisaGulma
LBA (Luas Basal Area)
=
a. LBA Axonopuscompressus
=
𝐷1𝑥𝐷2 2 4 12 𝑥 2 2 4
𝑥 3,14
𝑥 3,14
= 36 x 3,14 = 113,04 b. LBA Ageratum conyzoides
=
8𝑥2 2 4
𝑥 3,14
= 16 x 3,14 =50,24
𝑥 3,14
=
Kerapatan Mutlak (KM)
= 2185,5625 x 3,14 = 6862.666 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
a. KM Axonopuscompressus
=3
b. KM Ageratum conyzoides
= 12 8 =3
c. KM Digitaria ascendes
= 2,67 17 = 3 = 5,67
∑ KM
17 𝑥 11 2
c. LBA Digitariaascendes
Kerapatan Nisbi (KN)
4
36
= KM Axonopuscompressus + KM Ageratum conyzoides + KM Digitaria ascendes = 12 + 2,67 + 5,67 = 20,34 𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% 12
a. KN Axonopuscompressus
=20,333 𝑥 100%
b. KN Ageratum conyzoides
=59.02% 2,67 = 20,333 𝑥 100%
132
c. KN Digitaria ascendes
∑ KN
Frekuensi Mutlak (FM) a. FMAxonopuscompressus
b. FM Ageratum conyzoides
c. FM Digitaria ascendes
∑ FM
Frekuensi Nisbi (FN)
=27.87% = KN Axonopuscompressus + KN Ageratum conyzoides + KN Digitaria ascendes = 59.02% + 13.11% + 27.87% = 100% 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 1
=3 = 0,33 2 =3 = 0,67 2 =3 = 0,67 = FM Axonopuscompressus + FM Ageratum conyzoides + FM Digitaria ascendes =0,33+ 0,67 + 0,67 = 1,67 𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑗𝑢𝑚 𝑙𝑎 ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% 0,33
a. FN Axonopuscompressus
= 1,67 𝑥 100%
b. FN Ageratum conyzoides
=20% 067 = 1,67 𝑥 100%
c. FN Digitaria ascendes
∑ FN
=13.11% 5,67 =20,333 𝑥 100%
Dominasi Mutlak (DM)
=40% 0,67 =1,67 𝑥 100% =40% = FN Axonopuscompressus + FN Ageratum conyzoides + FN Digitaria ascendes = 20% + 40% + 40% =100% 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ 113,04
a. DM Axonopuscompressus
= 25𝑥26
b. DM Ageratum conyzoides
=0,45216 50,24 = 25𝑥26
133
c. DM Digitaria ascendes
Dominansi Nisbi (DN)
=2,745067 = DM Axonopuscompressus + DM Ageratum conyzoides + DM Digitaria ascendes =0,45216 + 0,020096+ 2,745067 = 2,810385 𝐷𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100%
a. DN Axonopuscompressus
= 2,8103785 𝑥 100%
b. DN Ageratum conyzoides
= 2,810385 𝑥 100%
c. DN Digitaria ascendes
= 0,72% 2,745067 = 2,810385 𝑥 100%
∑ DM
0,45216
= 1.61%
0,020096
Important Value (IV) a. IV Axonopuscompressus
=97.68% = DN Axonopuscompressus + DN Ageratum conyzoides + DN Digitaria ascendes =1.61% + 0,72% + 97.68% = 100% = KN + FN + DN = 59.02% + 20% + 1.61%
b. IV Ageratum conyzoides
=80.63% = 13.11% + 40% + 0.72%
c. IV Digitaria ascendes
=53.83% =27.87% + 40%+ 97.68%
Summed Dominance Ratio
= 165.54% 𝐼𝑉 =3
a. SDR Axonopuscompressus
=
b. SDR Ageratum conyzoides
= 26.8751% 53.83 = 3
c. SDR Digitaria ascendes
= 17.94327% 165.544 = 3
∑ DN
=0,020096 6862 ,67 = 25𝑥26
80.63 3
= 55.18163%
134
IndeksKeragaman Shannon-Weiner (H’) 𝑛
a. H’ Axonopuscompressus
ni
=─
N
𝑛=𝑖 𝑛
ni
𝑙𝑛 N
80.63
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
80.63 300
= ─ 0,35313 𝑛
b. H’ Ageratum conyzoides
53.83
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
53.83 300
= ─ 0,30826 𝑛
c. H’ Digitaria ascendes
165.54
=─
300
𝑛=𝑖
𝑙𝑛
165.54 300
= ─ 0,32808
C Dominansi 𝑛
a. c Axonopuscompressus
ni
=
N
𝑛=𝑖 𝑛
26,09
=
2
300
𝑛=𝑖
=0,00756 𝑛
b. c Ageratum conyzoides
11,80 2
=
300
𝑛=𝑖
=0,00155 𝑛
c. c Digitaria ascendes
21,44 2
=
300
𝑛=𝑖
=0,00511
C Komunitas a. C semusim
𝑊
=4 x (𝑎+𝑏+𝑐+𝑑) x 100% 2,03
= 4 x101,20 x 100% b. C pemukiman
= 0,080% 12,72 = 4 x 101,20 x 100%
c. C Agroforestri
=0,502% 4,58 = 4 x 101,20 x 100%
d. C hutan
=0,18% 20,35 = 4 x 101,20 x 100% =0,804%
135
136
LAMPIRAN KUISIONER SOSEK PLOT 1 Lahan tegal: Agroforestri Jenis tanaman: jagung, kopi, duren, alpukat, patai. Selanjutnya lakukan penilaian jenis tanaman tersebut dengan skor dibawah ini. Jenis tanaman untuk lahan sawah: 5 jenis atau lebih :
Skor
5
4 jenis 3 jenis
Skor Skor
4 3
2 jenis
Skor
2
1 jenis
Skor
1
Jenis tanaman untuk lahan tegal: 5 5 jenis atau lebih : 4 jenis 3 jenis 2 jenis 1 jenis
Skor Skor Skor Skor Skor
5 4 3 2 1
1. Akses terhadap sumber daya pertanian: Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai? Tabel 5. Luas Penguasaan Lahan Petani Jenis Lahan
Tanah milik
Sewa
Sakap (bagi hasil)
Jumlah (ha)
Sawah (ha) Tegal (ha) Perhutani 0,12 Pekarangan Sendiri 0,075 (ha) Jumlah (ha) 0.195 Selanjutnya lakukan penilaian penguasaan lahan tersebut dengan skor di bawah ini (lingkari yang sesuai). (1) Penguasaan lahan sawah : Milik sendiri Milik sendiri 100% Sewa > 50% sebagian Sakap > 50%
Skor: Skor: Skor: Skor
5 4 3 2
137
Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1 (2) Penguasaan lahan tegal Skor: 5 : Milik sendiri 100% Milik sendiri Skor: 4 Sewa > 50% Skor: 3 sebagian Sakap > 50% Skor 2 Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1 (1) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri atau membeli, berapa persen? : 100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri Skor 4 50% membuat sendiri Skor 3 25% membuat sendiri Skor 2 0% membuat sendiri Skor 1 (2) Bibit untuk tanaman di lahan tegal: membuat sendiri atau membeli, berapa persen? : 100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri 50% membuat sendiri 25% membuat sendiri 0% membuat sendiri
Skor Skor Skor Skor
4 3 2 1
(3) Pupuk: membuat sendiri/ membeli, berapa persen?
100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri Skor 4 50% membuat sendiri Skor 3 25% membuat sendiri Skor 2 0% membuat sendiri Skor 1 (6) Modal: 100 % milik sendiri Skor 5 75% milik sendiri Skor 4 50% milik sendiri Skor 3 25% milik sendiri Skor 2 0% milik sendiri Skor 1 1. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi/jagung /sayuran) dapat memenuhi kebutuhan konsumsi 100 % terpenuhi 75% terpenuhi
Skor Skor
5 4
50% terpenuhi
Skor
3
25% terpenuhi
Skor
2
0%
Skor
1
terpenuhi
138
2. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang
Bapak/Ibu budidayakan? (a) Jenis tanaman : Jagung Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia
Skor Skor Skor
5 3 1
(b) Jenis tanaman : Kopi Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia
Skor Skor Skor
5 3 1
(c) Jenis tanaman : Jagung
Tersedia dengan harga wajar Skor Tersedia harga dibawah standar Skor Tidak tersedia Skor (d) Jenis tanaman : Kopi
5 3 1
Tersedia dengan harga wajar Skor 5 Tersedia harga dibawah standar Skor 3 Tidak tersedia Skor 1 1. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap lingkungan apa tidak. Pertanyaan: Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan)? Sebutkan alasannya. Jawab: Tidak, alasannya karena bapak Suwono masih menggunakan pupuk anorganik dan juga pestisida kimia sintesis. Sehingga menimbulkan residu di lahan. 2. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak
sumber pendapatan semakin berkelanjutan). Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu: Pertanian : ( ya) Peternakan: (tidak) Lainnya: sebutkan Lakukan penilaian dengan skor dibawah ini. 3 jenis sumber penghasilan atau lebih: Skor 5 2 jenis sumber penghasilan 1 jenis sumber penghasilan
Skor 3 Skor 1
3. Kepemilikan ternak:
Memiliki ternak (sapi/kambing):
Skor
5
139
Menggaduh Tidak punya ternak (sapi/kambing)
ternak Skor 3 Skor` 1
4. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak
Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara pengelolaannya. Petani tidak mempunyai ternak, tetapi waktu awal musim tanam tetap memberikan pupuk kandang ke lahannya. Pupuk kadangnya berasal dari beli dengan harga 10 rb/karung. Petani mengaplikasikan pupuk kandang dengan cara disebar
Kotoran ternak dikelola terlebih dahulu sebelum diaplikasikan di lahan (diproses menjadi kompos)
Skor 5
Kotoran ternak langsung diaplikasikan untuk Pupuk
3
Kotoran ternak dibuang
1
5. Kearifan lokal:
Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat (c) Kepercayaan/adat istiadat: (d) Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk
melakukan aktivitas pertanian): Padi bulan 1 dan 2. Sayur bulan 6 dan 7. (e) Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk
atau pengendalian hama/penyakit : (f) Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb). Sebutkan dan jelaskan. Ada, gotong royong membuat jalan 6. Kelembagaan
Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi,
140
lembaga keuangan dsb. Kelompok tani Sido Subur,dengan nama ketua kelompok taninya Bapak Yudiono. Dan bergabung denganLKDPH Wono Asri 7. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam
pengelolaan usahatani, sebutkan. Ada, ketua kelompok taninya Bapak Yudiono. 8. Analisis usahatani dan kelayakan usaha 9. Tabel 6. Produksi, Nilai Produksi, Penggunaaan Input
dan Biaya Usahatani Luas (ha)
Jenis Tanaman
Tanam
Jumlah Nilai Harga/ Produk Produksi unit si (kg) (Rp) 4 ton 2300/kg 9.200.000 2 ton 5000/kg 10.000.000
750 m2 1200 m2
Jagung Kopi
10. Tabel 7. Penggunaan Input dan Biaya Usahatani Tanaman
Unit
Harga/ Unit
Luas Lahan (ha)
0.195 Ha
500.000/Ha
97.500
Bibit
0
0
0
1 kw 1 kw 1 kw
180.000/kw 230.000/kw 230.000/kw
180.000 230.000 230.000
1 kw
236.000/kw
236.000
50 cc
125.000/botol 125.000
50 cc
99.000/botol 99.000
0
0
0
8 orang 2 orang
50.000/hari 40.000/hari
400.000 80.000
Jenis Tanaman
Pupuk Urea (Pupuk N) TSP/SP 36 (Pupuk P) KCL (Pupuk K) Lainnya sebutkan: Phonska Pestisida kimia Tenaga Kerja Dalam Keluarga Luar Keluarga: Laki-laki Prempuan
Jumlah Biaya
141
Biaya lain-lain: Pengeringan Pembajakan
2 orang 1
200.000 300.000
400.000 300.000
Jumlah biaya Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lansekap Pertanian 1. Sejak kapan desa dibuka untuk pemukiman? Dari mana saja asal
para penduduk desa? Sejak 200 tahun yang lalu. Asal penduduk ada yang dari Malang asli, Malang sekitar, Madura, dan Jawa Tengah 2. Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan pertanian di desa ini? (1) Bila tidak, apa alasannya? Tidak ada, karena di hutan ada larangan dan sanksinya. Selain itu kawasan hutan adalah kawasan yang terlindungi. (2) Bila ya, digunakan untuk apa dan berapa luasannya? 3. Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2 tahun
terakhir ini? Bila ya, digunakan untuk apa dan siapa yang membuka (penduduk desa setempat/ dari luar desa). Tidak ada. 4. Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani yang dimanfaatkan masyarakat di desa? (1) Bertambah, digunakan untuk apa? (2) Berkurang digunakan untuk apa? (3) Tidak ada perubahan 5. Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan? (1) Bila ada sebutkan! Siapa yang membuat peraturan
tersebut? Adanya di LKDPH Wono Asri. Peraturannya: 1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, Tentang: Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan, Pasal 78. 2. Barang siapa sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat 1, atau pasal 50 ayat 2, diancam deanga pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 3. KTA ini berlaku selama 5 (lima) tahun
142
4. Perubahan KTA akan terjadi apabila ada perubahan anak petak atas usulan bersama 5. Sanggup menta’ti peraturan yang berlaku di PERUM PERHUTANI, apabila melanggar, siap dicabut ari lahan garapan serta tidak berhak menuntut. 6. KTA selalu dibawa bila ke lahan garapan (Hutan) untuk memudahkan pengecekan dan KONTROL dari petugas. 7. KTA rusak/hilang, segera lapor ke LKDPH. Yang membuat pihak LKDPH. PLOT 2 Lahan tegal: Agroforestri dan Tanaman Semusim Jenis tanaman: kubis, kopi, jagung, pinus, nangka, cabai. Selanjutnya lakukan penilaian jenis tanaman tersebut dengan skor dibawah ini. Jenis tanaman untuk lahan sawah: 5 jenis atau lebih : Skor 5 4 jenis Skor 3 jenis Skor 2 jenis Skor 1 jenis Skor Jenis tanaman untuk lahan tegal: 5 5 jenis atau lebih : Skor 4 jenis Skor 3 jenis Skor 2 jenis Skor 1 jenis Skor
4 3 2 1 5 4 3 2 1
1. Akses terhadap sumber daya pertanian: Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai? Tabel 5. Luas Penguasaan Lahan Petani Jenis Lahan
Tanah milik
Sawah (ha)
Sendiri
1/8 ha
Tegal (ha)
Sendirii
1 ha
Pekarangan (ha)
Sendiri
¼ ha
Sewa
Sakap (bagi hasil)
Jumlah (ha)
143
Jumlah (ha)
1,375 ha
Selanjutnya lakukan penilaian penguasaan lahan tersebut dengan skor di bawah ini (lingkari yang sesuai). (1) Penguasaan lahan sawah : Milik sendiri 100% Skor: 5 Milik sendiri sebagian Skor: 4 Sewa > 50% Skor: 3 Sakap > 50% Skor 2 Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1 (2) Penguasaan lahan tegal : Milik sendiri 100% Skor: 5 Milik sendiri sebagian Skor: 4 Sewa > 50% Skor: 3 Sakap > 50% Skor 2 Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1 (4) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri
atau membeli, berapa persen? : 100 % 75% 50% 25% 0%
membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri
Skor Skor Skor Skor Skor
5 4 3 2 1
(5) Bibit untuk tanaman di lahan tegal: membuat sendiri
atau membeli, berapa persen? : 100 % 75% 50% 25% 0%
membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri
Skor Skor Skor Skor Skor
5 4 3 2 1
(6) Pupuk: membuat sendiri/ membeli, berapa persen? 100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri Skor 4 50% membuat sendiri Skor 3 25% membuat sendiri Skor 2 0% membuat sendiri Skor 1 (6) Modal: 100 % milik sendiri Skor 5 75% milik sendiri Skor 4 50% milik sendiri Skor 3 25% milik sendiri Skor 2 0% milik sendiri Skor 1
144
2. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi/jagung /sayuran) dapat memenuhi kebutuhan konsumsi 100 % terpenuhi 75% terpenuhi 50% terpenuhi 25% terpenuhi 0% terpenuhi
Skor Skor Skor Skor Skor
5 4 3 2 1
3. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu budidayakan? i. Jenis tanaman : Jagung Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia
Skor Skor Skor
5 3 1
ii. Jenis tanaman : Kubis Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia
Skor Skor Skor
5 3 1
(c) Jenis tanaman : Jagung Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia (d) Jenis tanaman : Kubis Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia
Skor Skor Skor
5 3 1
Skor Skor Skor
5 3 1
4. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap lingkungan apa tidak. Pertanyaan: Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan)? Sebutkan alasannya. Jawab: Sudah karena yang pupuk yang digunakan merupakan pupuk kandang dari usaha ternaknya, dan ternaknyamendapatkan makanan dari pekarangannya yang ditanami rumput gajah
5. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber pendapatan semakin berkelanjutan). Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu: Pertanian : ( ya) Peternakan: (tidak) Lainnya: sebutkan Lakukan penilaian dengan skor dibawah ini. 3 jenis sumber penghasilan atau lebih: Skor 5 2
jenis sumber penghasilan
Skor 3
145
1
jenis sumber penghasilan
Skor 1
6. Kepemilikan ternak: Memiliki ternak (sapi/kambing): Menggaduh ternak (sapi/kambing) Tidak punya ternak
Skor Skor Skor`
5 3 1
7. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara pengelolaannya. Kotoran ternak yang dhasilkan digunakan sendiri sebagai pupuk kandang. Hasil kotoran ternak langsung diaplikasikan ke lahan pada saat pengolahan lahan Skor Kotoran ternak dikelola terlebih dahulu sebelum 5 diaplikasikan di lahan (diproses menjadi kompos) Kotoran ternak langsung diaplikasikan untuk Pupuk
3
Kotoran ternak dibuang
1
8. Kearifan lokal: Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat
1. Kepercayaan/adat istiadat: Jika musim panen tiba dilakukan slametan 2 Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian): Padi bulan 1 dan 2. Sayur bulan 6 dan 7. 3 Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau pengendalian hama/penyakit : Kotoran sapi digunakan sebagai pupuk kandang 4 Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb). Sebutkan dan jelaskan. Ada, gotong royong membuat jalan 2. Kelembagaan Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga keuangan dsb. Kelompok tani Sido Subur,dengan nama ketua kelompok taninya Bapak Yudiono. Dan bergabung denganLKDPH Wono Asri
3. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani, sebutkan.
146
Ada, ketua kelompok taninya Bapak Yudiono.
i.
ii. iii. iv.
4. Analisis usahatani dan kelayakan usaha Lakukan wawancara kepada petani tentang komoditas yang ditanam, berapa jumlah produksi dan harga jualnya, penggunaan input dan harga masing-masing input. Hasil wawancara tersebut isikan dalam Tabel 8. Jika dalam satu lahan ditanami lebih dari satu macam komoditas (tumpang sari), tanyakan semua produksi tanaman dan penggunaan inputnya. Hindari perhitungan ganda; Hitung berapa nilai produksi dan biayanya; Hitung pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Family Income); Hitung kelayakan usaha dengan rumus R/C rasio.
Apabila usahatani tersebut layak secara finansial maka akan lebih berkelanjutan dari aspek finansial. Dalam arti usahatani tersebut mampu membiaya biaya-biaya yang harus dikeluarkan sehingga akan lebih berlanjut jika dibandingkan dengan usahatani yang tidak layak secara finansial.
Berikut merupakan analisis biaya usahatanipada plot 2: 1. Tanaman Jagung a. Biaya Tetap (Total Fix Cost) Tabel 1. Rincian Biaya Tetap No. Uraian Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp) / Musim tanam 1. Pajak Lahan 0,5 ha Rp. 250.000,- / tahun Rp 83.333,33 Total Biaya Tetap
Rp 83.333,33,-
147
Tabel 2. Rincian Biaya Penyusutan Alat Keterangan
Jumlah unit
Satuan
Cangkul Arit babat
2 2
Unit Unit
Total Harga Harga Biaya Tahun (Total unit x 1 awal per akhir Penyusutan ekonomis musim unit per unit per unit tanam) 75.000 10.000 5 13.000 8.666,667 25.000 10.000 5 3.000 2.000
Sprayer
1
Unit
300.000
100.000 5
40.000
Total
13.333,33 Rp.24.000,-
b. Biaya Variabel (Total Variable Cost) Tabel 3. Rincian Biaya Variable No.
Uraian
Jumlah
1.
Benih jagung
20 emplek( Rp. 70.000 5 kg)
Rp. 1.400.000
2.
Pupuk Urea
2 sak
Rp. 90.000
Rp. 180.000
3.
Phonska
3 sak
Rp. 120.000
Rp. 360.000
4.
Pestisida jagung
2 botol
Rp. 75.000
Rp. 150.000
2 hari 2 hari
((5 orang x 6 jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp. 40.000,Rp.300.000,((2 orang x 2 Rp.100.000,jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp.25.000,-
10.
Tenaga Kerja Panen (5 laki-laki) (2 perempuan)
Total Biaya Variabel
Harga (Rp)
Biaya (Rp)
Rp. 2.130.000,-
148
c. Penerimaan Usahatani Tabel 4. Rincian Penerimaan Usahatani No. Jenis Komoditas Jumlah Harga Total 1. Jagung 2 ton Rp. 4.000/kg Rp. 8.000.000 Total Rp8.000.000,d. Keuntungan Usahatani Tabel 5. Rincian Keuntungan Usahatani No. Uraian
Jumlah (Rp)
1. 2.
Rp. 2.237.333,33 Rp. 8.000.000,-
Total Biaya Penerimaan
Keuntungan
Rp.5.762.666,76
2. Tanaman Kubis a. Biaya Tetap (Total Fix Cost) Tabel 1. Rincian Biaya Tetap No.
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
1.
Pajak Lahan
0,5 ha
Rp. 250.000,- / tahun
Total Biaya Tetap
Biaya (Rp) / Musim tanam Rp 83.333,33 Rp 83.333,33,-
Tabel 2. Rincian Biaya Penyusutan Alat Keterangan
Jumlah unit
Satuan
Cangkul Arit babat
2 2
Unit Unit
Total Harga Harga Biaya Tahun (Total unit x 1 awal per akhir Penyusutan ekonomis musim unit per unit per unit tanam) 75.000 10.000 5 13.000 8.666,667 25.000 10.000 5 3.000 2.000
Sprayer
1
Unit
300.000
Total
100.000 5
40.000
13.333,33 Rp.24.000,-
149
b. Biaya Variabel (Total Variable Cost) Tabel 3. Rincian Biaya Variabel No.
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
1.
Benih Kubis
0,5 kg
Rp. 60.000 Rp. 2.000.000,/15gr
2.
Pupuk Urea
2 sak
Rp. 90.000
Rp. 180.000,-
3.
Phonska
3 sak
Rp. 120.000
Rp. 360.000,-
4.
NPK
1 sak
Rp. 120.000
Rp. 120.000,-
4.
Pestisida kubis
3
Rp. 110.000
Rp. 330.000
2 hari 2 hari
((5 orang x 6 jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp. 40.000,Rp.300.000,((5 orang x 2 Rp.100.000,jam kerja x 2 hari)/8jam HOK)) x Rp.25.000,-
10.
Tenaga Kerja Panen (5 laki-laki) (2 perempuan)
Total Biaya Variabel
Biaya (Rp)
Rp.3.390.000,-
c. Penerimaan Usahatani Tabel 4. Rincian Penerimaan Usahatani No. Jenis Komoditas Jumlah Harga 1. Kubis 10 ton Rp. 500/kg Total
Total Rp. 5.000.000 Rp5.000.000,-
d. Keuntungan Usahatani Tabel 5. Rincian Keuntungan Usahatani No. Uraian
Jumlah (Rp)
1. 2.
Rp. 3.497.333,33 Rp. 5.000.000,-
Total Biaya Penerimaan
Keuntungan
Rp.1.502.666,67
150
Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lansekap Pertanian 1. Sejak kapan desa dibuka untuk pemukiman? Dari mana saja asal para penduduk desa? Sejak 200 tahun yang lalu. Asal penduduk ada yang dari Malang asli, Malang sekitar, Madura, dan Jawa Tengah 2. Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan pertanian di desa ini? a. Bila tidak, apa alasannya? Tidak ada, karena di hutan ada larangan dan sanksinya. Selain itu kawasan hutan adalah kawasan yang terlindungi. b. Bila ya, digunakan untuk apa dan berapa luasannya? 3. Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2 tahun terakhir ini? Bila ya, digunakan untuk apa dan siapa yang membuka (penduduk desa setempat/ dari luar desa). Tidak ada. 4. Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani yang dimanfaatkan masyarakat di desa? a. Bertambah, digunakan untuk apa? b. Berkurang digunakan untuk apa? Berkurang. Berkurangnya lahan bukan karena alih fungsi lahan , tetapi karena bencana longsor yang pernah terjadi 5. Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan? a. Bila ada sebutkan! Siapa yang membuat peraturan tersebut? Adanya di LKDPH Wono Asri. Peraturannya: 1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, Tentang: Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan, Pasal 78. 2. Barang siapa sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat 1, atau pasal 50 ayat 2, diancam deanga pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 3. KTA ini berlaku selama 5 (lima) tahun 4. Perubahan KTA akan terjadi apabila ada perubahan anak petak atas usulan bersama
151
5. Sanggup menta’ti peraturan yang berlaku di PERUM PERHUTANI, apabila melanggar, siap dicabut ari lahan garapan serta tidak berhak menuntut. 6. KTA selalu dibawa bila ke lahan garapan (Hutan) untuk memudahkan pengecekan dan KONTROL dari petugas. 7. KTA rusak/hilang, segera lapor ke LKDPH. Yang membuat pihak LKDPH. 6. Apa ada sangsi bila tidak mematuhi peraturan tersebut? Bila ya, sebutkan sangsinya dan siapa yang akan memberi sangsi Iya ada. Sangsinya: 1. Barang siapa sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat 1, atau pasal 50 ayat 2, diancam deanga pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 2. Apabila melanggar peraturan yang telah dibuat, maka siap dicabut ari lahan garapan serta tidak berhak menuntut. 7. Apa ada tempat tertentu yang secara adat atau kesepakatan masyarakat dilindungi? Bila ya, apa sadan dimana tempatnya? Ada, di hutan lindung bagian atas. 8. Mengapa tempat tersebut dilindungi? Supaya tidak dirusak orang karena disana dianggap tempat suci oleh daerah setempat PLOT 3 1. Macam / jenis komoditas yang ditanam (semakin beragam jenis tanaman, semakin berkelanjutan). Tanaman apa saja yang Bapak/Ibu budidayakan? Lahan sawah: Jenis tanaman: Kubis, dengan rotasi tanam jagung, padi dan kentang Selanjutnya lakukan penilaian jenis tanaman tersebut dengan skor dibawah ini. Jenis tanaman untuk lahan sawah: 5 jenis atau lebih :
Skor
5
4 jenis 3 jenis
Skor Skor
4 3
2 jenis
Skor
2
1 jenis
Skor
1
2. Akses terhadap sumber daya pertanian: Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu
152
kuasai? Tabel Luas Penguasaan Lahan Petani Jenis Lahan
Tanah milik
Sewa
Sakap (bagi hasil)
Jumlah (ha)
Sawah (ha)
-
1 ha= Rp. 6000.000/tahun
1 ha
Tegal (ha) Pekarangan (ha) Jumlah (ha)
-
-
-
-
1 ha= Rp. 6000.000/tahun
-
1 ha
Selanjutnya lakukan penilaian penguasaan lahan tersebut dengan skor di bawah ini (lingkari yang sesuai). (1) Penguasaan lahan sawah : Milik sendiri Milik sendiri 100% Sewa > 50% sebagian Sakap > 50% Buruh tani (tanpa lahan)
Skor: Skor: Skor: Skor Skor
5 4 3 2 1
(2) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri atau membeli, berapa persen? : 100 % membuat sendiri Skor 5 75% 50% 25% 0%
membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri membuat sendiri
Skor Skor Skor Skor
4 3 2 1
(3) Pupuk: membuat sendiri/ membeli, berapa persen? 100 % membuat sendiri 75% membuat sendiri 50% membuat sendiri 25% membuat sendiri
Skor Skor Skor Skor
5 4 3 2
153
0% membuat sendiri Skor 1 (4) 100 % milik sendiri Skor 5 Modal: 75% milik sendiri Skor 4 50% milik sendiri Skor 3 25% milik sendiri Skor 2 0% milik sendiri Skor 1 3. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi / jagung / sayuran) dapat memenuhi kebutuhan konsumsi? 100 % terpenuhi 75% terpenuhi
Skor Skor
5 4
50% terpenuhi
Skor
3
25% terpenuhi
Skor
2
0%
Skor
1
terpenuhi
4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu
budidayakan? (a) Jenis tanaman : kubis Tersedia dengan harga wajar Tersedia harga dibawah standar Tidak tersedia
Skor Skor Skor
5 3 1
5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap
lingkungan apa tidak. Pertanyaan: Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan)? Sebutkan alasannya. Jawab: petani masih menggunakan pestisida kimia sintetik untuk mengatasi hama dan petani, selain itu masih menggunakan pupuk anorganik sebagai tambahan unsur hara bagi tanaman. Biodiversitas di lahan rendah karena petani menggunakan sistem monokultur sebagai sistem tanam 6. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber pendapatan semakin berkelanjutan). Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu: Pertanian dan peternakan Lakukan penilaian dengan skor dibawah ini. 3 jenis sumber penghasilan atau lebih: Skor 5 2 jenis sumber penghasilan
Skor 3
154
7.
1 jenis sumber penghasilan Kepemilikan ternak: Memiliki ternak (sapi/kambing): Menggaduh ternak Tidak punya ternak (sapi/kambing)
Skor 1 Skor 5 Skor 3 Skor` 1
8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak
Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara pengelolaannya. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandangan yang diaplikasikan sebelum tanam. Kotoran kambing di kering anginkan kemudian di aplikasikan di lahan.
Kotoran ternak dikelola terlebih dahulu sebelum diaplikasikan di lahan (diproses menjadi kompos)
Skor 5
Kotoran ternak langsung diaplikasikan untuk pupuk
3
Kotoran ternak dibuang
1
9. Kearifan lokal:
Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat (a) Kepercayaan/adat istiadat: Punden : tempat yang dikeramatkan, tempat itu biasa dipakai untuk selamatan biasanya dilaksanakan pada hari besar (jumat kliwon) dan terdapat jaran kepang dan dilanjut dengan arak-arak atau keliling desa. (b) Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan
aktivitas pertanian): Pranoto mongso: untuk menandai jadwal tanam komoditas yang di usahakan (c) Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau pengendalian hama/penyakit : Pupuk menggunakan kotoran kambing (d) Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb). Sebutkan dan jelaskan.
155
10.
11.
12.
No 1
= Ada yaitu terdapat gotong royong dan tolong menolong sesama petani Kelembagaan Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga keuangan dsb. kelembagaan dahulunya pernah ada namun sekarang tidak jalan Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani, sebutkan. ada yaitu tetua yang memberi arahan apabila terjadi permasalahan Analisis usahatani dan kelayakan usaha a. Biaya Tetap (Total Fix Cost) Tabel Rincian Biaya Tetap Uraian Jumlah Harga Perhitungan Biaya/musim tanam (Unit) Sewa lahan
1 ha
Rp. 6.000,000
Rp. 1.500.000
Total
Rp. 1.500.000
Tabel Rincian Biaya penyusutan per musim Jumlah Satuan Harga Harga Tahun Biaya Keterangan unit awal akhir ekonomis Penyusutan per unit per unit per unit/th
Cangkul Arit babat Sprayer
2 2 1
Buah Buah Buah
75.000 10.000 75.000 10.000 300.000 100.000 Total
5 5 5
13.000 13.000 40.000
Total Total (Total /musim unit x 1 musim tanam) 3.250 6.500 3.250 6.500 10.000 10.000 23.000
156
b. Biaya Variabel (Total Variable Cost) Tabel . Rincian Biaya Variabel No Uraian Jumlah (unit) Harga 1. Benih/bibit : 10 pack Rp. 65.000 2. Pupuk : - kandang 75 karung Rp.15.000/karung - Urea 3 karung Rp.90.000/karung 3 - SP36 2 karung Rp.105.000/karung - Ponska 1 karung Rp.120.000/karung -ZA 2 karung Rp. 75.000/karung Pestisida -Prevathon 3 botol (100 ml) Rp. 68.000/botol -Antracol 2 kg Rp. 140.000/kg -Obat Daun 2 kg Rp. 108.000/kg Total Tabel Rincian Total Tenaga Kerja komoditas Kubis Tenaga Jumlah Jumlah Jumlah HOK kerja orang hari jam/hari Persiapan 7 4 4,5 15,75 lahan Tanam 6 2 4,5 6,75 Perawatan 5 8 2 10 Panen 10 1 4,5 5,63 Total c. Total Biaya Usahatani Tabel 4. Rincian Penerimaan Usahatani No. Biaya 1. Total biaya tetap (total fixed cost) 2. Total biaya variabel (total variable cost) Total Biaya (Total Cost) d. Penerimaan Usahatani Tabel . Rincian Penerimaan Usahatani Jenis Luas Jumlah Harga /kg tanaman Tanam Produksi (ton) (Rp) Kubis 1 ha 20 700
Biaya Rp. 650.000 Rp 1.125.000 Rp. 270.000 Rp. 210.000 Rp. 120.000 Rp. 150.000 Rp. 204.000 Rp. 280.000 Rp. 216.000 Rp. 3.225.000
Upah/HOK
Total
Rp. 30.000
Rp. 472.500
Rp. 30.000 Rp. 30.000 Rp. 30.000
Rp. 202.500 Rp. 300.000 Rp. 168.900 Rp. 1.143.900
Total biaya Rp. 1.523.000 Rp. 4.368.900 Rp. 5.891.900
Nilai produksi Rp. 14.000.000
157
Total
Rp. 14.000.000
e. Keuntungan Usahatani Tabel . Rincian Keuntungan Usahatani No Uraian Jumlah 1 Total biaya (total cost) Rp. 5.891.900 2 Penerimaan (total revenue) Rp. 14.000.000 Keuntungan Rp. 8.108.100 R/C Ratio kubis
=
𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 14.000.000
= 5.891.900
= 2,37(Layak) Berdasarkan perhitungan kelayakan usahatani pada plot 3 diperoleh nilai R/C ratio sebesar 2,37. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani yang di lakukan dapat di katakan layak untuk di usahakan. Karena setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan bapak Sugianto, menghasilkan penerimaan sebesar 2,37 rupiah. Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lansekap Pertanian 1. Sejak kapan desa dibuka untuk pemukiman? Dari mana saja asal para penduduk
desa? Desa tersebut di buka untuk pemukiman 14 tahun yang lalu 2. Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan pertanian di desa ini? Tidak, Karena mata pencaharian utama pada desa tulungrejo ngantang sebagian besar bertani 3. Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2 tahun terakhir ini? Tidak ada 4. Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani yang dimanfaatkan masyarakat di desa? Ada, berkurangnya lahan hutan alami karena penggunaan Agroforestri 5. Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan? Bila ada sebutkan!
Siapa yang membuat peraturan tersebut? Ada, perhutani yang membuat sanksi. 6. Apa ada sangsi bila tidak mematuhi peraturan tersebut? Bila ya, sebutkan sangsinya dan siapa yang akan memberi sangsi Iya ada. Sangsinya: 1. Barang siapa sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat 1, atau pasal 50 ayat 2, diancam deanga pidana
158
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 2. Apabila melanggar peraturan yang telah dibuat, maka siap dicabut ari lahan garapan serta tidak berhak menuntut. 7. Apa ada tempat tertentu yang secara adat atau kesepakatan masyarakat dilindungi? Bila ya, apa saja dan dimana tempatnya? ada yaitu punden yang berada di ujung desa yang lokasinya dekat dengan mata air 8. Mengapa tempat tersebut dilindungi? karena tempat tersebut bersifat di keramatkan dan sudah menjadi turun temurun PLOT 4 Lahan Tegal Jenis tanaman: Jagung Pemilik : Pak Winarto Selanjutnya lakukan penilaian dengan skor dibawah ini. Jenis tanaman untuk lahan sawah: 5 jenis atau lebih : Skor 4 jenis Skor 3 jenis Skor 2 jenis Skor 1 jenis Skor Jenis tanaman untuk lahan tegal: 5 jenis atau lebih : Skor 4 jenis Skor 3 jenis Skor 2 jenis Skor 1 jenis Skor
2.
jenis
tanaman
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Akses terhadap sumber daya pertanian: Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai? Tabel 5. Luas Penguasaan Lahan Petani Jenis Lahan
Tanah milik
Sewa
Sakap (bagi hasil)
Jumlah (ha)
tersebut
159
Sawah (ha) Tegal (ha) 3/4 ha Pekarangan (ha) Jumlah (ha) 3/4 ha Selanjutnya lakukan penilaian penguasaan lahan tersebut dengan skor di bawah ini (lingkari yang sesuai). (1) Penguasaan lahan sawah : Milik sendiri 100% Skor: 5 Milik sendiri sebagian Skor: 4 Sewa > 50% Skor: 3 Sakap > 50% Skor 2 Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1 (2) Penguasaan lahan tegal : Milik sendiri 100% Skor: 5 Milik sendiri sebagian Skor: 4 Sewa > 50% Skor: 3 Sakap > 50% Skor 2 Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1 (3) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri atau membeli, berapa persen? : 100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri Skor 4 50% membuat sendiri Skor 3 25% membuat sendiri Skor 2 0% membuat sendiri Skor 1 (4) Bibit untuk tanaman di lahan tegal: membuat sendiri atau membeli, berapa persen? : 100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri Skor 4 50% membuat sendiri Skor 3 25% membuat sendiri Skor 2 Pupuk: membuat berapa persen? 0% (5) membuat sendiri sendiri/ Skor membeli, 1 100 % membuat sendiri Skor 5 75% membuat sendiri Skor 4 50% membuat sendiri Skor 3 25% membuat sendiri Skor 2 0% membuat sendiri Skor 1 (6) Modal:
160
100 % milik sendiri Skor 5 75% milik sendiri Skor 4 50% milik sendiri Skor 3 25% milik sendiri Skor 2 0% milik sendiri Skor 1 3. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi / jagung / sayuran) dapat memenuhi kebutuhan konsumsi? 100 % terpenuhi Skor 5 75% terpenuhi Skor 4 50% terpenuhi Skor 3 25% terpenuhi Skor 2 0% terpenuhi Skor 1 4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu budidayakan? (a) Jenis tanaman : Jagung Tersedia dengan harga wajar Skor 5 Tersedia harga dibawah standar Skor 3 Tidak tersedia Skor 1 (b) Jenis tanaman : …………………………………………… Tersedia dengan harga wajar Skor 5 Tersedia harga dibawah standar Skor 3 Tidak tersedia Skor 1 (c) Jenis tanaman : ………………………………………………. Tersedia dengan harga wajar Skor 5 Tersedia harga dibawah standar Skor 3 Tidak tersedia Skor 1 (d) Jenis tanaman : …………………………………………….. Tersedia dengan harga wajar Skor 5 Tersedia harga dibawah standar Skor 3 Tidak tersedia Skor 1 5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap lingkungan apa tidak. Pertanyaan: Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan)? Sebutkan alasannya. Jawab:
161
Ya, alasannya: Karena selama ini lahannya masih tetap berproduksi 6. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber pendapatan semakin berkelanjutan). Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu: Pertanian : ( ya / tidak) Peternakan: (ya / tidak) hanya memiliki 1 sapi Lainnya: jika sedang tidak bertani, penghasilan berasal dari bekerja serabutan misalnya pekerja bangunan dan buruh tani di tempat lain Lakukan penilaian dengan skor dibawah ini. 3 jenis sumber penghasilan atau lebih: 2 jenis sumber penghasilan 1 jenis sumber penghasilan 7. Kepemilikan ternak: Memiliki ternak (sapi/kambing): Menggaduh ternak (sapi/kambing) Tidak punya ternak
Skor 5 Skor 3 Skor 1
Skor 5 Skor 3 Skor` 1
8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara pengelolaannya. Kotoran dari sapi yang diimilki oleh bapak Winarto digunakan sebagai pupuk kandang untuk tanaman budidayanya. Penggunaan kotoran sebagai pupuk kandang adalah dengan cara mengumpulkan kotoran tersebut kemudian dibawa ke lahan untuk dikeringkan selama beberapa hari. Setelah kering barulah bapak Winarto mengaplikasikannya pada lahan jagung miliknya sebagai pupuk yang hanya diberikan sekali selama 1 musim tanam Kotoran ternak dikelola terlebih dahulu sebelum diaplikasikan di lahan (diproses menjadi kompos) Kotoran ternak langsung diaplikasikan untuk pupuk Kotoran ternak dibuang
1
9. Kearifan lokal: Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat (a) Kepercayaan/adat istiadat: Di desa tersebut tidak terdapat kearifan lokal/kepercayaan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian, yang ada hayalah adat istiadat yang biasa dilakukan dalam kehidupan di masyarakat seperti acara selamatan untuk orang yang akan menikah dan lain sebagainya
162
(b)
Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas pertanian): Dalam aktifitas pertaniannya, bapak Winart tidak mengacu pada Pranoto mangsa melainkan dengan melihat lingkungan sekitarnya, yaitu apabila sudah banyak orang yang memulai proses budidayanya, maka bapak Winarto pun juga akan ikut memulai proses budidayanya. Dengan kata lain untuk memulai kegiatan pertaniannya pak Winarto mengikuti orang-orang di lingkungannya. Selain itu, untuk melakukan aktivitas pertaniannya pak winarto juga bergantung pada ketersediaan benih (c) Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau pengendalian hama/penyakit : Untuk penggunaan bahan-bahan alami, pak winart hanya menggunakan pupuk kandang yang berassal dari ktran ternaknya. Selebihnya, untuk yang lain seperti pupuk-pupuk lain dan juga dalam mengendalikan hama dan penyakit, beliau menggunakan bahan kimia sintetik Pupuk lain yang digunakan oleh pak winart adalah pupuk urea sebanyak 1 kw dan pupuk phonska sebanyak 2 ½ kw. Pupuk-pupuk tersebut diaplikasikan sebanyak 7 kali selama 1 musim tanam dengan dosis tertentu. Sedangkan untuk pengendalian hama dan penyakit pak winarto menggunakan furadan yang dialpikasikan bersamaan dengan penanaman benih dan juga menggunakan pestisida desis yang diaplikasikan 2 kali selama 1 musim tanam (d) Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb). Sebutkan dan jelaskan. Tidak terdapat kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban, kerjasama dan juga kebersamaan. Hanya saja pada saat panen terkadang para peternak membantu mengambil sisa-sisa tanaman di lahan dan kemudian di ambil untk dijadikan pakan ternaknya 10. Kelembagaan Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga keuangan dsb. Untuk saat ini tidak terdapat kelompk tani di desa tersebut. Akan tetapi dahulu pernah ada, namun karena terlalu sedikitnya anggota (5 orang), kelompok tani itupun tidak berjalan dengan
163
lancar hingga akhirnya kelompk tani tersebut dibubarkan 11. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh pengelolaan usahatani, sebutkan.
panutan dalam
Pada daerah tersebut tidak terdapat tokoh/ panutan dalam pengelolaan usahataninya 12. Analisis usahatani dan kelayakan usaha (a) Lakukan wawancara kepada petani tentang komoditas yang ditanam, berapa jumlah produksi dan harga jualnya, penggunaan input dan harga masing-masing input. Hasil wawancara tersebut isikan dalam Tabel 8. Jika dalam satu lahan ditanami lebih dari satu macam komoditas (tumpang sari), tanyakan semua produksi tanaman dan penggunaan inputnya. Hindari perhitungan ganda; (b) Hitung berapa nilai produksi dan biayanya; (c) Hitung pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Family Income); (d) Hitung kelayakan usaha dengan rumus R/C rasio. Apabila usahatani tersebut layak secara finansial maka akan lebih berkelanjutan dari aspek finansial. Dalam arti usahatani tersebut mampu membiaya biaya-biaya yang harus dikeluarkan sehingga akan lebih berlanjut jika dibandingkan dengan usahatani yang tidak layak secara finansial.
Tabel 6. Produksi, Nilai Produksi, Penggunaaan Input dan Biaya Usahatani Luas Jumlah Harga/ Jenis Tanaman Tanam Produksi unit (ha) (kg) Jagung 3/4 2½ 4000/kg
Nilai Produksi (Rp)
Tabel 7. Penggunaan Input dan Biaya Usahatani Tanaman
164
Jenis Tanaman
Unit
Luas Lahan (ha) Sewa lahan (jika menyewa) (Rp) 3/4 Bibit Pupuk Urea (Pupuk N) TSP/SP 36 (Pupuk P) KCL (Pupuk K) Lainnya sebutkan:
Harga/ Unit
Jumlah Biaya
3.000.000 3.000.000
Pestisida kimia Pestisida organik/nabati/hayati Tenaga Kerja Dalam Keluarga Luar Keluarga Biaya lain-lain Jumlah biaya Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lansekap Pertanian 1.
Sejak kapan desa dibuka untuk pemukiman? Dari mana saja asal para penduduk desa? Menurut penuturan dari narasumber, sejak dahulu daerah tersebut memang merupakan daerah pemukiman dan penduduknya merupakan penduduk asli daerah setempat. Masih belum ada pendatang dari daerah lain 2. Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan pertanian di desa ini? 3.
4.
5.
6.
Tidak. Karena lahan pertanian tersebuit menjadi sumber mata pencaharian. Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2 tahun terakhir ini? Bila ya, digunakan untuk apa dan siapa yang membuka (penduduk desa setempat/ dari luar desa) Tidak ada Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani yang dimanfaatkan masyarakat di desa? Tidak ada perubahan Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan? (1) Bila ada sebutkan! Siapa yang membuat peraturan tersebut! Tidak ada Apa ada tempat tertentu yang secara adat atau kesepakatan masyarakat dilindungi? Bila ya, apa saja dan dimana tempatnya?
165
Tidak ada 7. Mengapa tempat tersebut dilindungi.