BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Sumedang merupakan salah satu daerah kabupaten di provinsi Jawa Barat yang terletak 6o44’-70o83’ LS dan 107o21’-108o21’ BT dengan luas wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan yang diperkirakan akan terjadinya tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Sebagian besar (mayoritas) Penduduk di Kabupaten Sumedang beragama Islam yang cukup fanatik karena adanya penyebaran Agama Islam oleh seorang wali termashur di daerah Jawa Barat yang bernama Sunan Gunung Djati. Penyebaran Agama Islam di Sumedang sangat pesat, hal tersebut dikuatkan dengan dibangunnya beberapa pondok pesantren
yang mengutamakan sistem
pendidikan Agama Islam dengan melakukan pendekatan-pendekatan terhadap tokohtokoh ternama yang berada di Sumedang (Atlasnewsone, 2007). Secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri bisa tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai ilmu ajaran Agama Islam secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya akan moral dalam kehidupan bermasyarakat (Fenomena 2005 : 72). Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk dan substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan pelayanan sosial yang dibutuhkan untuk melengkapi kewajiban sebuah wilayah, wilayah yang berhak mendapatkan sarana pendidikan meliputi perkotaan, pedesaan, bahkan daerah terisolir sekalipun ( Hastuti, 2009 ). Umumnya sarana pendidikan yang berada di perkotaan memiliki fasilitas dan aksebilitas yang memadai daripada sarana yang terdapat di pedesaan. Selain itu di perkotaan tenaga pengajar pun sudah memiliki pendidikan dan keahlian yang sangat baik dari lulusan yang ternama. Sedangkan di pedesaan yang TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
1
minim akan fasilitas belajar dan sulit dijangkau hanya mendapatkan tenaga pengajar yang kurang berpengalaman dalam bidang pendidikan. Di pedesaan jenjang tertinggi yang paling banyak dicapai adalah sekolah dasar dan masih sedikit tamatan sekolah menengah pertama apalagi menegah atas. Latar belakngnya adalah keterbatasan biaya, maka anak-anak usia sekolah lebih memilih putus sekolah untuk bekerja menggarap ladang atau mengadu nasib ke kota dengan mengandalkan keahlian fisik. Pendidikan tentu akan mempengaruhi lingkungan yang ada di sekelilingnya, berupa fisik, sosial budaya dan ekonomi, pengaruh yang timbul dapat berupa positif maupun negatif ( Sudibyo, 2008 ). Jika pengaruh negatif yang dikhawatirkan lebih besar daripada pengaruh positif maka harus ada usaha yang ditekankan sejak dini. Maka dari itu perlu perancangan sarana pendidikan yang matang untuk daerah pedesaan. Faktor inilah yang menyebakan penulis berinisiatif untuk mengangkat tentang perencangan pondok pesantren modern. Pesantren khalaf (modern) menurut Depag, 2003 : 87 adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum bahkan tak jarang pondok pesantren modern memiliki Perguruan Tinggi dalam lingkungannya. Perkembangan zaman menuntut manusia menjadi manusia yang modern dan teguh beragama, maka pentingnya untuk memahami beberapa ilmu pengetahuan baik umum maupun agama harus berkembang secara sejajar. Maka untuk saat ini diperlukan fasilitas-fasilatas yang memberikan pembelajaran baik dalam ilmu agama maupun disertai dengan perkembangan IPTEK sehingga para santri dapat memperoleh ilmu Agama dan ilmu umum. Berlatarnya dari kondisi dan fenomena yang telah disebutkan diatas, maka muncul suatu gagasan untuk membuat suatu wadah yang merupakan pusat dari segala kegiatan pembelajaran di pondok pesantren sebagai wujud apresiasi, baik itu sebagai sarana pendidikan formal dan pendidikan keagamaan. Maka muncullah ide untuk membuat perancangan “Pondok Pesantren Lahtiful Muhtadin di Sumedang” yang memiliki keunggulan dalam sistem bahasa, agama yang sesuai dengan perkembangan
TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
2
jaman, memiliki fasilitas yang memadai, khususnya memiliki ruang tidur yang memenuhi standar dan memiliki gedung serba guna tersendiri. Berdasarkan survey, permasalahan yang menonjol pada pondok pesantren ini yaitu pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan fungsinya, banyaknya ruang yang tidak terpakai, dan minimnya fasilitas belajar, fasilitas asrama dan fasilitas perpustakaan dimana fasilitas-fasiltas tersebut merupakan kebutuhan utama para santri dan santriwati. Selain itu, peletakkan furniture yang menutupi masuknya cahaya pada ruangan membuat ruangan tersebut terlihat gelap ketika disiang hari. Untuk dapat mempertahankan ilmu Agama yang tercantum dalam AL-Quran, juga mengembangkan ilmu umum, sehingga terciptanya satu kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi, maka dibutuhkan penambahan ruang seperti ruang lab komputer yang bertujuan untuk mempermudah santri untuk mencari informasi yang bersangkutan dengan agama islam serta ruang serba guna yang bertujuan unutk mengembangkan kreativitas santri yang kemudian dapat dijualbelikan kepada tamu yang bersilahtuhrami, guna dijadikan uang kas santri yang dapat digunakan pada waktu-waktu tertentu. Berbagai macam penjelasan di atas, maka Pondok Pesantren Latiful Muhtadin ini perlu dilakukan perancangan baru dengan melengkapi berbagai macam fasilitas dan mengatur kembali sistim tata letak ruang. Sehingga Pondok Pesantren Latiful Muhtadin menjadi tempat pendidikan yang dapat mengembangkan sumber daya manusia dengan memiliki intelektualitas tinggi dan budi pekerti luhur serta sarana pendidikan yang modern. Perancangan kembali pesantren ini, selain bertujuan untuk meningkatkan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan hubungan horizontal antara manusia dengan manusia melalui fungsinya sebagai wadah silaturrahmi bagi seluruh kalangan masyarakat.
TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
3
1.2
PERMASALAHAN 1.2.1
Identifikasi Masalah
a) Minimnya fasilitas belajar yang merupakan faktor penunjang proses pembelajaran di Pondok Pesantren Lahtiful Muhtadin. b) Tata letak furniture yang berantakan . c) Tidak tercerminnya nuansa islami dalam mendesain sebuah ruangan. 1.2.2
Perumusan Masalah
a) Bagaimana cara memaksimalkan fasilitas pendukung dalam belajar pada pondok pesantren? b) Bagaimana merancang tata letak furniture yang sesuai dengan standar kenyamanan dan keamanan interior? c) Bagaimana merancang desain interior dalam menciptakan suasana ruang dengan nuansa islami agar menarik minat masyarakat awam untuk belajar agama islam? 1.3
RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH 1.3.1. Ruang Lingkup Menghindari luasnya permasalahan, maka pembahasan pada desain interior Pondok Pesantren Latiful Muhtadin hanya meliputi: ruang asrama, ruang belajar, area dapur, ruang lab komputer, ruang perpustakaan dan tata letak furnitur. Dipilihnya ruang ini karena hampir semua aktivitas santri berada di ruang tersebut, serta ruang yang menjadi fungsi tambahan pada pondok pesantren seperti shop dan gallery. Tidak mencakup exterior, dan tidak difokuskan ke seluruh area pondok pesantren. 1.3.2. Batasan Masalah Perancangan pada pondok pesantren ini dibatasi dalam beberapa masalah diantaranya: 1. Membuat konsep desain interior yang sesuai dengan tema islami. 2. Penambahan fungsi ruang pada pondok pesantren yang dapat mendukung fungsi utama. 3. Selain ruang lab komputer dan perpustakaan, akan dirancang jenis-jenis ruangan penunjang lain yang bersifat edukatif dan rekreatif. TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
4
1.4
TUJUAN PERANCANGAN Adapun tujuan perancangan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Memberikan fasilitas belajar kepada santri untuk mempermudah dalam proses belajar sehingga santri lebih rajin belajar. 2. Merancang sebuah pondok pesantren yang memiliki besaran ruang, pola, tata letak furniture dan sirkulasi yang sesuai dengan standar keamanan, kenyamanan dan estetika yang dibutuhkan. 3. Menciptakan ruang yang dapat dijadikan sebagai tempat krativitas santri yang mampu menghasilkan uang. 4. Menjadikan ruang asrama yang bernuansa islami sehinnga menarik masyarakat awam untuk lebih mengetahui ajaran islam.
1.5
MANFAAT PERANCANGAN 1.5.1
Bagi Penulis/Desainer
a) Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai interior Pondok Pesantren. b) Dapat mengembangkan ide-ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang interior sesuai dengan fungsi dan kebutuhan dari setiap ruang. c) Dapat memecahkan masalah yang ada di dalam proses perencanaan dan perancangan interior, dengan menerapkan gagasan dan ide yang ada. 1.5.2
Bagi Dunia Akademik
a) Bagi
lembaga
menambah
koleksi
pustaka
untuk
melengkapi
data
perpustakaan. 1.5.3
Bagi Masyarakat
a) Bagi masyarakat dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang desain pondok pesantren khususnya bagi orang yang bergerak dalam bidang agama. b) Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru, serta memeberikan ideide serta gagasan baru yang kreatif.
1.6
METODE PERANCANGAN TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
5
Terdapat empat cara untuk pengumpulan data
perancangan, contohnya
sebagai berikut : a) Observasi Observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera, baik menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto, 2010 ; 178). Dalam desain ini proses pengumpulan data dimulai dari mengamati langsung lokasi studi kasus mengenai objek yang akan dibahas dan mencatat secara sistematis hal-hal yang berhubungan dengan Pondok Pesantren Latiful Muhtadin tersebut. b) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004 ; 186). Metode ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pemilik dan santri yang berhubungan dengan data nonfisik seperti kepadatan pengunjung setiap harinya serta keluhan yang biasanya diberikan pengunjung kepada pihak pondok pesantren. c) Dokumentasi Menurut Arikunto (2010 ; 231), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi pada studi ini berupa kumpulan foto dengan kamera dari kasus maupun parameter yang diperoleh berupa foto-foto ataupun image dari buku atau media lainnya tentang unsur - unsur pembentuk ruang dan interior pondok pesantren.
d) Studi Pustaka Metode kepustakaam adalah metode pengumpulan data yang memanfaatkan buku atau literatur sebagai bahan referensi untuk memperoleh kesimpulankesimpulan atau pendapat para ahli dengan mendapatkan kesimpulan tersebut sebagai metode tersendiri (Ary, 2005 ; 165). Untuk menunjang terciptanya TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
6
sebuah desain Pondok Pesantren Latiful Muhtadin, maka penulis mencari data literatur yang berkaitan dengan ruang serta konsep yang diambil dari berbagai buku-buku dan media lainnya.
TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
7
1.7
KERANGKA BERPIKIR LATAR BELAKANG PERMASALAHAN FENOMENA Maraknya tindak kejahatan yang berkembang baik dalam dunia IPTEK dan pergaulan maka untuk itu sangat diperlukan wadah pendidikan.
MASALAH Media pembelajaran yang tidak menunjang selama proses pembelajaran, tata letak furniture yang menutupi arah masuknya sinar matahari dan tidak tercerminnya nuansa islami dalam ruangan asrama.
BATASAN MASALAH Meliputi ruang asrama, ruang belajar, ruang dapur, ruang lab, ruang perpustakaan shoop, gallery dan ruang serba guna yang bertujuan unutk menambah kreativitas santri.
TUJUAN Menciptakan desain ruangan pondok pesantren yang baik dengan segala fasilitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar kenyamanan dan keamanan.
Primer : data fisik, data manusia, data eksternal.
METODE
DATA
RISET KUALITATIF: Wawancara, observasi, studi kasus, literatur.
Sekunder : buku, jurnal dan internet
ARAH PERANCANGAN
KONSEP PERANCANGAN Mengacu pada pendekatan islami sebagai acuan perancangan.
PRA DESAIN FINAL DESAIN
TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
8
1.8
SISTEMATIKA PENULISAN Secara keseluruhan isi dari pengantar karya ini diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Memberikan gambaran umum mengenai isi penulisan yang menguraikan latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, teknik pengumpulan data, kerangka berpikir serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR DAN PERANCANGAN Bab ini sebagai landasan teori yang berisikan tentang teori-teori atau literatur yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk merancang, data dan analisa proyek serta analisa konsep perancangan interior.
BAB III KONSEP PERANCANGAN DESAIN INTERIOR Bab ini berisi tentang konsep perancangan, organisasi ruang dan layout furnitur (termasuk program aktivitas dan fasilitas, zoning dan blocking, sistem sirkulasi, hubungan antar ruang dan sebagainya, konsep visual (bentuk, material dan warna) serta persyaratan umum ruang.
BAB IV KONSEP PERANCANGAN VISUAL DENAH KHUSUS Menjelaskan tentang pemilihan denah khusus , konsep tata ruang, persyaratan teknis ruang dan penyelesain elemen interior.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran pada waktu sidang.
TELKOM UNIVERSITY | PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
9