BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia Sekolah Dasar merupakan kelompok usia yang mempunyai aktivitas yang cukup tinggi, baik dalam keadaan belajar maupun di saat istirahat. Untuk mendapatkan kondisi yang prima dalam meningkatkan prestasi belajar diperlukan zat gizi yang cukup memadai. Tanpa gizi yang memadai dan berkualitas, maka anak akan menderita malnutrisi (kekurangan gizi) yang biasanya akan mengalami berbagai masalah, antara lain adalah gangguan tumbuh kembang; produktivitas kerja berkurang; daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit berkurang; serta berkurangnya konsentrasi dan perhatian pada lingkungan sekelilingnya sehingga dapat menurunkan prestasi belajar. Oleh karena itu, pemberian gizi yang berkualitas merupakan kunci dari tumbuh kembang anak pada setiap periode pertumbuhan mulai dari masa konsepsi, usia balita, masa anak-anak sampai dewasa, bahkan pada usia lanjut sekalipun (Salihin, 1990). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Ahnatsir, 2001). Banyak sekali hal yang dapat mempengaruhi asupan makanan pada anak, antara lain penyebab itu berasal dari dalam tubuh sendiri (selera makan), dari makanan dan dari lingkungan. Faktor makanan seperti warna, bau, bentuk dan rasa makanan juga sangat mempengaruhi selera makan anak. Anak-anak misalnya cenderung tertarik pada bentuk makanan yang unik, warna makanan yang mencolok dan rasa makanan yang manis. Perlu kehati-hatian dari orang tua akan jajanan zaman sekarang yang memang dibuat untuk dapat menarik minat anak tetapi terkadang mengandung bahan tambahan pangan yang berbahaya, seperti pewarna dan pengawet (Kardjati et al, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Hal ini didukung dari hasil penelitian Balai Pengawasan Obat dan Makanan terhadap 163 sampel dari 10 propinsi dan sebanyak 80 sampel (80%) tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan produk. Dari produk makanan jajanan itu banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet dan pewarna yang dapat mengganggu kesehatan anak sekolah seperti penyakit kanker dan ginjal. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Ravianto (2000 ) di kota Makassar menunjukkan bahwa semua sampel (100%) makanan dan minuman jajanan yang dijual di lapangan Karebosi mengandung siklamat. Jajanan yang dijual di sekolah mayoritas menggunakan zat pewarna tekstil. Pewarna tekstil umumnya dipakai oleh para pedagang karena warnanya sangat mencolok sehingga menarik minat anak-anak untuk mengkonsumsi makanan yang diberi tambahan pewarna ini. Selain itu, pewarna tekstil cenderung lebih murah dibanding dengan pewarna makanan sehingga akan menambah keunrungan pedagang lebih banyak (Cahyadi, 2006). Zat pewarna belakangan ini telah mulai disadari kesan negatifhya yang juga diduga sebagai penyebab kanker. Dari penelitian Food and Agriculture Organization dan World Health Organization didapatkan bahwa penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan dan minuman mencapai 70%. Penelitian lain juga dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada tahun 1990 terhadap pangan jajanan di daerah Jakarta dan Semarang, menunjukkan bahwa pisang molen dan manisan kedondong yang di jual di wilayah Jakarta setelah di uji ternyata positif mengandung Methanyl yellow dan di dalam limun merah yang diuji terdapat Amaranth. Sedangkan di Semarang, minuman yang mengandung Rhodamin B ternyata mencapai 54,55% dari 22 contoh yang diuji dan 31,82% dari 44 contoh pangan yang diuji juga positif menggunakan pewarna terlarang seperti Rhodamin B, Methanyl yellow atau Orange RN.l. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan yang tidak memenuhi syarat termasuk bahan tambahan memang jelas-jelas dilarang, seperti pewarna, pemanis dan bahan pengawet. Pelarangan juga menyangkut dosis penggunaan bahan tambahan makanan yang melampaui ambang batas maksimum yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditentukan (Effendi, 2004). Hal ini jelas diatur oleh pemerintah dalam Permenkes RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan yang diperkuat oleh Permenkes No. 1168/Menkes/1999 serta undang-undang keamanan pangan yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996. Berdasarkan survei pada beberapa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota terhadap beberapa jenis jajanan khususnya saus bakso bakar terlihat memiliki warna merah yang mencolok. Hal ini mungkin sengaja dibuat agar jajanan yang ditawarkan dapat menambah day a tarik pembeli untuk membeli dagangannya. Di samping itu juga, bakso bakar adalah jajanan yang paling diminati anak-anak Sekolah Dasar saat ini. Berdasarkan latar belakang di atas, agar dapat diketahui adanya penyimpangan penggunaan zat pewarna tersebut maka peneliti termotivasi untuk melakukan analisis kualitatif kandungan zat pewarna pada saus dari jajanan bakso bakar yg beredar di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota. Dari analisis kualitatif tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya zat pewarna sintetis yang digunakan, baik yang masih diizinkan atau sudah dilarang penggunaannya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan: 1. Apakah terdapat kandungan zat pewarna sintetis yang berbahaya pada jajanan saus bakso bakar di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota? 2. Jika terdapat zat pewarna sintetis, zat pewarna sintetis jenis apakah yang digunakan? 3. Apakah zat pewarna sintetis tersebut merupakan zat pewarna sintetis yang diizinkan pemerintah atau yang sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah mennrut Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui penggunaan zat pewarna sintetis dalam saus yang digunakan sebagai pelengkap jajanan bakso bakar di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota. 1.3.2 Tujuan khusus Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis pewarna sintetis yang digunakan pada jajanan saus bakso bakar di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota. 2. Untuk mengetahui zat pewarna tersebut merupakan zat pewarna yang di izinkan atau yang sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah sesuai Permenkes RI No. 772/Menkes/Per/IX/88.
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Basil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keamanan pangan yang bersifat kimiawi terutama zat pewarna sintetis pada saus jajanan bakso bakar di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota.
2.
Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk mendorong perkembangan kualitas makanan oleh produsen sehingga tidak berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
3.
Memberikan sosialisasi kepada anak-anak Sekolah Dasar sebagai konsumen tentang penggunaan zat pewarna makanan dengan cara penyuluhan.
4.
Memberikan sosialisasi kepada orang tua anak agar senantiasa mendidik anak dan mengajarinya tentang cara memilih makanan yang sehat dan tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
5.
Menambah pustaka atau bahan bacaan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya yang menyangkut tentang kandungan pewarna tambahan pada makanan
6.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian bagi calon peneliti selanjutnya, baik yang teoritis maupun bersifat aplikatif.
Universitas Sumatera Utara