BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Dinkes (dalam Destya 2009), memaparkan bahwa kesehatan adalah tujuan hidup manusia dan sekaligus investasi keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kondisi dimana masyarakat dapat hidup secara sehat dan berada dalam lingkungan sehat secara harfiah adalah hal yang diinginkan oleh setiap penduduk di Indonesia, namun hal tersebut berbeda dengan fenomena yang penulis temui. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institute for Health and Evaluation (IHME) di Washington, Indonesia mendapati posisi nomer 10 pada 10 Negara yang memiliki angka obesitas tertinggi. Studi ini diklaim sebagai studi yang komprehensif dimana para ilmuwan data dari survey, seperti WHO, situs pemerintah dan mengulas segala artikel tentang jumlah orang jumlah orang yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan di dunia. Selain itu, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1 persen. Terdapat 22 provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada di atas rata-rata Indonesia. Proporsi penduduk Indonesia dengan perilaku sedentari ≥6 jam perhari 24,1 persen. Lima provinsi diatas rata-rata nasional adalah Riau (39,1%), Maluku Utara (34,5%), Jawa Timur (33,9%), Jawa Barat (33,0%), dan Gorontalo (31,5%). Proporsi rata-rata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen, tidak tampak perubahan dibandingkan tahun 2007. Perilaku konsumsi makanan tertentu pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak
1
2
mengonsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Salah satu faktor yang menyebabkan obesitas adalah konsumsi makanan fast food. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Currie et al. (2010), menyatakan bahwa restoran fast food memberikan dampak terhadap obesitas. Mudahnya menjangkau restoran fast food membuat orang cenderung lebih memilih fast food dibandingkan dengan makanan sehat. Restoran fast food mudah ditemui karena restoran fast food membuka cabang untuk kepentingan kebutuhan dari restoran itu sendiri. (Currie et al., 2010) Sulistiani (dalam Daulay, 2014) menyebutkan bahwa makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza, berbagai bentuk nugget dan mie instan. Makanan lain yang dapat dikategorikan sebagai fast food adalah juga makanan yang dijual di toko atau restoran dengan memerlukan sedikit persiapan dan penyajian untuk dibawa pulang dalam bentuk kemasan. Di Indonesia sendiri, perkembangan restoran fast food terbilang sangat pesat. Silalahi et al., (2007) menyebutkan bahwa di kota – kota besar di Indonesia saat ini banyak dijumpai restoran cepat saji seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken (KFC), Texas Chicken, A&W, Hoka Hoka Bento, dan restoran lain sejenisnya. Mayoritas masyarakat Jakarta yang adalah masyarakat urban lebih memilih untuk makan makanan cepat saji karena dianggap lebih cepat, praktis, dan dapat menunjang kebutuhan masyarakat karena adanya kesibukan dalam bekerja. (Meliono, 2004) Penulis juga menemukan fenomena tersebut terjadi pada lingkungan sekitar penulis, yang merupakan mahasiswa di Universitas Bina Nusantara. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden yang adalah mahasiswa Universitas Bina Nusantara dan tinggal di daerah sekitar kampus, penulis menemukan bahwa keinginan untuk makan sehat cenderung rendah karena sulitnya menemukan jenis makanan yang sehat untuk dikonsumsi di daerah sekitar Universitas Bina Nusantara dan terbatasnya tempat makan yang menyajikan makanan sehat di daerah kampus. Karena itulah responden lebih memilih makanan yang ada di sekitar kampus seperti ayam bakar, nasi goreng, mie
3
ayam, dan lainnya dibanding harus membeli makanan yang sehat. Selain itu ia cenderung makan makanan tersebut karena rasanya lebih lezat dibandingkan memakan sayuran dan makanan sehat lainnya. Sikap terhadap makan sehat sendiri merupakan sebuah sistem kompleks yang membuat individu memiliki perilaku yang juga memberikan dampak terhadap kesehatan. Salah satunya adalah dengan membuat pilihan – pilihan makanan sehat. (Choi & Zao, 2010) Berdasarkan fenomena yang ditemui penulis dan juga dari hasil observasi penulis terhadap pilihan makanan yang ada di sekitar Universitas Bina Nusantara, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai sikap mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap makan sehat. Sikap dapat dirubah salah satunya dengan menggunakan metode afirmasi diri. Dalam beberapa penelitian mengenai afirmasi diri sebelumnya ditemukan bahwa afirmasi diri efektif dalam merubah sikap. Sebagai contoh, saat di berikan informasi mengenai resiko kesehatan, maka partisipan yang diberikan afirmasi diri lebih dapat menerima pesan dan lebih memiliki motivasi yang kuat untuk merubah perilaku (Harris & Epton, 2009, 2010). Afirmasi diri telah dibuktikan dapat meningkatkan perilaku diet (Epton & Harris, 2008; Peitersma & Djikstra, 2011) dan pada pengukuran yang berkaitan dengan diet makan, seperti berat badan (Logel & Cohen, 2012). Menurut Harris & Upton (2009), Afirmasi diri dapat mengurangi kecenderungan untuk mengabaikan peringatan terhadap resiko penyakit yang mungkin ditimbulkan oleh suatu hal, misalnya kemasan peringatan yang tertera pada bungkus rokok. Teori Afirmasi diri berkata bahwa orang akan memiliki keinginan untuk mempertahankan self-image dan harga diri sebagai orang yang bermoral (Steele, 1998). Jika sesesorang diberikan informasi yang berlawanan dengan apa yang mereka lakukan, mereka akan berperilaku membela diri atau mengabaikannya. Namun, apabila diberikan informasi yang berbeda domain dari dirinya, perilaku membela dirinya akan berkurang. Sebagai contoh, apabila seorang perokok bertemu dengan pesan yang mengatakan merokok berbahaya, maka mereka akan berperilaku membela diri dengan melakukan blocking
4
terhadap informasi tersebut walaupun perokok tersebut memiliki kesadaran bahwa merokok itu berbahaya. Namun apabila orang tersebut diberikan suatu informasi yang berbeda tetapi masih di domain kesadaran dirinya, maka mereka akan berpikir terlebih dahulu dan perilaku membela dirinya akan merokok akan berkurang (Ogden, 2012). Afirmasi diri sendiri dapat meningkatkan perhatian dan penerimaan informasi terhadap pesan kesehatan yang mengancam diri, meningkatkan persepsi terhadap resiko diri sendiri, menguatkan intensi untuk melakukan tindakan pencegahan, dan meningkatkan perubahan perilaku terhadap resiko penyakit. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang menggunakan afirmasi diri sebagai variabel intervensinya, seperti penelitian pada merokok (Harris et al., 2007), konsumsi kafein yang berlebihan (Reed & Aspinwall, 1998; Sherman et al., 2000), konsumsi alcohol yang berlebihan (Harris & Napper, 2005), sex yang tidak aman (Sherman et al., 2000), kurangnya mengonsumsi buah dan sayuran (Epton & Harris, 2008), dan Diabetes tipe 2 (van Koningsbruggen & Das, 2008). Efek ini memiliki durasi yang stabil hingga lebih dari satu bulan (Harris & Napper, 2005). Definisi Healthy Eating atau makan sehat berkembang seiring berkembangnya zaman menurut Jane Ogden (2012). Saat ini, banyak consensus di antara para ahli nutrisi bahwa terdapat banyak makanan yang berkontribusi pada diet yang sehat. Makanan seperti sayuran dan buahan, roti, pasta, daging, ikan, susu, dan minyak merupakan jenis makanan yang apabila dikonsumsi secara seimbang tergolong sebagai perilaku makan yang sehat. Perilaku kita dalam mengonsumsi makanan mempengaruhi kesehatan kita, karena apabila kita tidak menjalankan diet yang baik maka kita akan terserang oleh banyak penyakit. Salah satu penyebab dari obesitas adalah karena terlalu mengonsumsi makanan jenis yang sama secara berlebihan, misalnya mengonsumsi makanan yang mengandung minyak yang banyak secara berlebihan. Berdasarkan riset sebelumnya, telah dijelaskan bahwa afirmasi diri mampu untuk merubah sikap. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin melihat pengaruh afirmasi diri terhadap sikap pada makan sehat.
5
1.2
Rumusan Permasalahan Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan di latar belakang diatas, maka penulis merumuskan suatu rumusan permasalahan, yaitu; apakah terdapat pengaruh antara afirmasi diri terhadap sikap terhadap makan sehat?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah; untuk mengkaji dan mengetahui pengaruh
afirmasi diri terhadap sikap terhadap makan sehat.