BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran sudah semestinya manusia menjaga kesehatan. Kesehatan adalah suatu kondisi yang stabil dalam sistem badan dan jiwa raga manusia. Kesehatan terbagi menjadi dua yaitu jasmani dan rohani, kesehatan jasmani adalah jika koordinasi organ-organ tubuh manusia dalam keadaan yang stabil atau normal. Sedangkan kesehatan rohani merupakan kesehatan jiwa manusia yang memiliki akal dan pikiran. Setiap manusia pasti berupaya untuk menjaga kesehatannya dengan cara berolahraga dan memakan makanan yang bergizi. Banyak dari manusia yang telah berupaya menjaga kesehatannya dengan menjaga pola hidup yang baik dan sehat agar terhindar dari penyakit. Seperti berolahraga, makan makanan yang sehat, banyak minum air putih, tidur yang cukup, selalu berfikir positif dalam menjalani kehidupan, beribadah, dan rekreasi ke luar rumah untuk mejaga kesehatan jasmani dan rohani. Manusia berupaya menjaga kesehatan dengan melakukan kegiatan yang baik dan sehat dalam kehidupannya. Namun manusia juga dapat terkena penyakit akibat bakteri dan virus yang ada di lingkungan sekitarnya (www. ikerenki.com, diakses pada 10 Juni 2016, 20:22). Jika pasien terkena infeksi yang diakibatkan oleh bakteri dokter mengobati dengan antibiotik yang memiliki efek anti bakteri untuk mencegah agar tidak berkembang biak dalam tubuh. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh atau mencegah bakteri menggandakan dirinya. Jika pasien menghabiskan antibiotik yang telah diberikan oleh dokter sesuai dengan resep maka bakteri akan cepat terbunuh dan tidak dapat berkembang biak. Penggunaan antibiotik secara berlebihan tidak baik bagi tubuh pasien jika tidak sesuai dengan dosis yang tepat. Tubuh akan semakin mudah terkena penyakit yang sama, maka dari itu antibiotik 1
harus digunakan secara tepat dan sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter. Fenomena yang terjadi saat ini masih banyak masyarakat yang membeli antibiotik tanpa menggunakan resep dokter, dengan alasan penyakit yang diderita sama seperti sebelumnya serta banyak masyarakat tidak menghabiskan antibiotik karena sudah merasa sembuh dari penyakit. Ketika pasien terkena penyakit yang sama dan sebelumnya tidak menghabiskan antibiotik, maka dokter akan memberikan dosis yang lebih tinggi kepada pasien yang terkena penyakit agar dapat sembuh. Berdasarkan kasus salah penggunaan antibiotik dari hasil penelitian WHO yang melakukan riset mengenai pengetahuan seseorang terhadap antibiotik, hasilnya 64 % responden percaya bahwa antibiotik dapat menyembuhkan demam dan flu. Hasil riset juga menemukan 32 % responden mengatakan tanpa menghabiskan antibiotik mereka akan sembuh dengan sendirinya padahal ini yang membahayakan yang menjadikan bakteri menambahkan resistensinya terhadap antibiotik (http://www.vox.com, diakses 15 Juni 2016 : 20:00). Data lembaga Yayasan Orang Tua Peduli menunjukan 86,4 % pasien yang terkena infeksi virus diberikan antibiotik dan 74,1 % pasien yang terkena diare diberikan antibiotik juga padahal penyakit ini disebabkan oleh virus bukan bakteri (http://ylki.or.id, diakses 17 Juni 2016, 15:00 ). Dan hasil penelitian AMR di Indonesia pada tahun 2000 – 2004 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP dr. Kariadi Semarang menemukan 30 % - 80 % penggunaan antibiotik yang tidak berdasarkan indikasi (http://www.depkes.go.id, diakses 20 Juni 2016, 22:20). Dari sebagian besar kasus, masyarakat masih belum mengetahui penggunaan antibiotik yang seharusnya dihabiskan saat terkena penyakit yang diakibatkan oleh bakteri. Beberapa efek samping yang dapat timbul akibat mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama dan tidak secara tepat adalah sakit kepala, berkurangnya nafsu makan, timbulnya alergi seperti gatal-gatal dan muncul bintik pada kulit, gangguan pencernaan (mual, keram dan nyeri pada perut), timbulnya masalah pada ginjal dan gangguan pada saraf seperti kesemutan.
2
Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan sebuah kampanye sosial melalui media informasi dan edukasi mengenai penggunaan antibiotik secara tepat agar seluruh masyarakat kota Bandung mengetahui apa itu antibiotik, manfaat antibiotik, dan efek jika tidak menghabiskan antibiotik. Dengan adanya kampanye ini seluruh masyarakat memahami penggunaan dan manfaat antibiotik secara tepat.
1.2 Permasalahan 1.2.1
Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang diatas didapat beberapa permasalahan yaitu : 1. Kebiasaan masyarakat untuk tidak menghabiskan antibiotik sesuai resep karena sudah merasa sembuh dari penyakitnya. 2. Tingginya angka kasus salah penggunaan antibiotik sebagai obat antibakteri. 3. Masih kurang media informasi dan edukasi mengenai penggunaan antibiotik secara tepat.
1.2.2
Rumusan masalah Bagaimana merancang media kampanye tentang penggunaan antibiotik yang baik dan tepat untuk masyarakat kota Bandung ?
1.3 Ruang Lingkup A. Apa Kampanye untuk masyarakat kota Bandung sebagai media informasi dan edukasi mengenai penggunaan antibiotik. B. Siapa Target primer kampanye adalah dewasa dengan rentang usia 36 – 55 tahun dan target sekundermya adalah remaja sampai dewasa dengan rentang umur usia 17 – 25 tahun yang bertepat tinggal di kota Bandung. C. Kapan Kampanye Tugas Akhir ini akan dilakukan pada tahun 2017. 3
D. Dimana Kampanye akan dilakukan di kota Bandung.
1.4 Tujuan Perancangan Kampanye tentang penggunaan antibiotik secara tepat ini bertujuan untuk mengurangi angka kasus salah penggunaan antibotik, memberikan informasi, dan edukasi mengenai antibiotik.
1.5 Cara Pengumpulan Data dan Analisis A. Observasi Metode Observasi adalah motode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seseorang, suatu lingkungan, atau situasi secara tajam terinci, dan mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara (Rohidi, 2011: 87). Observasi akan dilakukan di apotik, ruang kerja praktek dokter di perkantoran, dan rumah sakit untuk mengamati dan mengetahui maksud dari khalayak sasaran datang ke apotik dan dokter, seperti berkonsultasi, meminta resep obat, dan membeli obat di apotik. B. Wawancara Metode wawancara adalah instrumen penelitian dengan kekuatan wawancara yaitu penggalian pemikiran, konsep, dan pengalaman pribadi. Dengan maksud mendapatkan keterangan dari narasumber dengan cara bercakap – cakap dan berhadapan muka (Koentjaraningrat 1980 dalam Soewardikoen 2013 : 20). Wawancara akan dilakukan kepada dokter dan apoteker yang mengetahui tentang penggunaan antibiotik secara tepat. C. Kuesioner Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan mengenai sesuatu hal yang harus diisi secara tertulis oleh responden atau orang yang merespon pertanyaan. Prinsip kuesioner sendiri adalah cara untuk memperoleh data dalam waktu yang relatif singkat dan pertanyaan sudah dipersiapkan dan diarahkan ke suatu jawaban untuk akhirnya dihitung (Soewardikoen, 2013 : 25). 100 kuesioner 4
mengenai penggunaan antibiotik dibagikan kepada target primer dewasa dengan rentang usia 36 – 55 tahun dan remaja sampai dewasa dengan rentang umur usia 17 – 25. D. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah proses membaca referensi untuk mengisi frame of mind-nya yang bertujuan untuk memperkuat perspektif dan kemudian meletakannya kepada konteks (Soewardikoen, 2013 : 6). Studi Pustaka dilakukan dengan menggunakan beberapa buku, artikel resmi, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan topik sebagai sumber data yang akurat. E. Penarikan Kesimpulan Penarikan Kesimpulan dapat dilakukan secara generalis dan dapat juga dilakukan dengan cara pengambilan kesimpulan dari satu atau beberapa fakta. Tabel analisis matriks dapat juga digunakan untuk menarik kesimpulan dari hasil triangulasi. Dengan ini memberikan gambaran yang lebih obyektif dan lengkap dari penarikan kesimpulan (Soewardikoen, 2013:54). Dengan menggunakan data institusi pemberi proyek dan data proyek pesaing sejenis penarikan kesimpulan akan dilakukan.
1.6 Kerangka Perancangan Dasar kampanye Tugas Akhir ini berasal dari fenomena yang terjadi bahwa masyarakat masih kurang mengerti apa itu antibiotik, manfaat antibiotik dan efek dari kebiasan masyarakat yang tidak menghabiskan antibiotik
jika terkena
penyakit. Dengan kurangnya informasi dan edukasi mengenai penggunaan antibiotik perancangan kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang antibiotik dan pengunaannya. Diharapkan untuk seluruh masyarakat yang ada di kota Bandung selalu menghabiskan antibiotiknya jika terkena pernyakit dan memang diberikan antibiotik oleh dokter.
5
Gambar 1.1 Kerangka Perancangan Sumber : Dokumentasi Pribadi
6
1.7 Pembabakan Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, cara pengumpulan data dan analisis, kerangka perancangan dan pembabakan. Bab II Dasar Pemikiran Bab ini menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori yang ada untuk digunakan sebagai dasar konsep perancangan desain. Bab III Data dan Analisis Masalah Bab ini berisikan uraian data-data yang berhubungan dengan perancangan serta data yang diambil melalui hasil pengumpulan data seperti observasi, wawancara dan kuesioner. Selain itu terdapat hasil analisis yang digunakan sebagai konsep perancangan desain. Bab IV Konsep dan Hasil Perancangan Bab ini berisikan konsep-konsep yang akan digunakan dalam perancangan kampanye yang telah dianalisis sebelumnya dan menampilkan hasil perancangan kampanye mulai dari konsep hingga ke penerapan visualnya. Bab V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari hasil perancangan desain yang telah dibuat serta jawaban dari permasalahan yang terdapat pada bab satu.
7